PEMBAHASAN
2.5 Pembekuan
Lateks yang telah diencerkan selanjutnya didiamkan agar terjadi
pembekuan dan terbentuk koagulum. Asam semut 2% ditambahkan ke dalam bak
koagulan dengan dosis 4 ml/kg larutan lateks. Setelah itu, dilakukan pengadukan
untuk menghomogenkan larutan lateks sebanyak 8 kali maju dan mundur untuk
mencegah terbentuknya gelembung yang akan mempengaruhi kualitas lateks.
Jika setelah pengadukan masih terbentuk gelembung, maka perlu dilakukan
penyisiran untuk menghilangkan gelembung-gelembung yang terbentuk. Untuk
memudahkan pembentukan koagulum, dipasang sekat-sekat pada bak koagulum
serta diberi penutup plastik daiatas bak untuk mencegah masuknya kotoran dan
mikroba ke dalam bak koagulasi. Selanjutnya pembekuan dilakukan selama
kurang lebih 2 jam.
2.7 Pengasapan
Peroses selanjutnya adalah pengasapan, pada proses ini, lembaran karet
dimasukkan ke dalam kamar asap untuk diasap agar warnanya khas dan kadar air
yang terkandung dalam lembaran karet berkurang. Selain itu, adanya senyawa
fenol dalam asap dapat membantu mencegah tumbuhnya jamur karena fenol dapat
berperan sebagai zat antimikroba.
Pengasapan itu sendiri dilakukan selama 5 hari di ruang asap. Pada hari
pertama, suhu yang digunakan ialah 40-45oC. Sedangkan pada hari kedua,
pengasapan dilakukan dengan suhu 45-50oC. Suhu yang digunakan pada hari
pertama dan kedua tidak terlalu tinggi karena yang dibutuhkan hanya asapnya.
Sementara itu, pada hari ketiga, keempat, dan kelima pengasapan digunakan suhu
kamar masing-masing 50-55oC, 55-60oC, dan 60oC. Pada 3 hari terakhir ini, yang
dibutuhkan hanya panasnya saja. Peningkatan suhu kamar asap secara perlahan ini
juga ditujukan agar tidak terjadi case hardening pada lembaran karet.
Ketika melakukan pengasapan, Suhu yang digunakan harus dikontrol
setiap 1 jam sekali untuk memastikan suhu yang diberikan tidak berlebih atau
kurang. Suhu berlebih akan menyebabkan sheet merintis dan juga molor
sedangkan suhu yang kurang panas kurang akan menyebabkan sheet masih
mentah.
2.8 Sortasi
Lembaran karet yang sudah matang selanjutnya disortasi berdasarkan
gelembung, kotoran, dan cacat gilingan yang telah disesuaikan dengan SNI.
Proses sortasi di PTPN XII Kebun Renteng dilakukan dengan cara meletakkan
lembaran RSS diatas kaca yang dibawahnya terdapat lampu terang yang
bertujuan untuk melihat adanya gelembung, kotoran dan cacat gilingan.
pengkelompokan mutu RSS di PTPN XII kebun renteng dapat dilihat pada tabel
2.1
Tabel 2.1 Syarat Kelas Mutu Visual RSS di PTPN XII Kebun Renteng
No. Mutu Ketentuan
1. RSS 1 Tidak ada gelembung & cacat giling
2. RSS 2 Gelembung sedikit & kecil
3. RSS 3 Gelembung besar
4. Gunting Digunting karena cacat & tidak matang
Tabel 2.2 Perbedaan Small Bale dan Big Bale di PTPN XII Kebun Renteng
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan kunjungan lapang yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa :
1. Terdapat sedikit perbedaan alat dan cara pengolahan karet antara teori di
perkuliahan dan literature dengan pengolahan lateks di PTPN XII Kebun
Renteng.
2. Lateks di PTPN XII Kebun Renteng hanya diolah menjadi RSS (Ribbed
Smoked Sheet)
3. Pengolahan lateks menjadi RSS di PTPN XII Kebun Renteng dimulai dari
tahap penyadapan, penerimaan lateks, penyaringan, pengukuran kadar karet
kering, pengenceran, pembekuan,penggilingan, penirisan, pengasapan,
sortasi, pengepresan, pengepakan dan penyimpanan.
4. Pengelompokan mutu RSS di PTPN XII Kebun Renteng dibagi menjadi
RSS1, RSS 2, RSS 3, dan Gunting (cutting).
3.2 Saran
Ketika melakukan kunjungan lapang, durasi waktu sesi tanyajawab lebih
diperpanjang agar mahasiswa memiliki lebih banyak kesempatan untuk
menanyakan hal-hal yang belum dipahami.
DAFTAR PUSTAKA
Khimah, I,. Rahayu, E.S. dan Harisuddin M. 2013 Analisa Pengendalian Kwalitas
Karet Pada Pt Perkebunan Nusantara Ix (Persero) Kebun Batu Jamus/
Kedojarum, karanganyar.Agribussinis reviw. VOL. 1 NO 1. :90-104