Anda di halaman 1dari 8

BAB 2.

PEMBAHASAN

2.1 Penyadapan Lateks


Pohon karet yang telah memenuhi kriteria matang sadap diambil lateksnya
melalui peroses penyadapan, Penyadapan adalah suatu tindakan membuka
pembuluh lateks pada pohon karet agar lateks yang terdapat di dalam tanaman
karet keluar (BPTP Jambi, 2009). Aktivitas Penyadapan lateks di PTPN XII
Kebun Renteng dimulai sejak jam 02.00 dinihari, hal ini bertujuan untuk
mendapatkan latek yang lebih banyak dengan mutu yang bagus, sedangkan
menurut teori yang didapatkan di perkuliahan dan beberapa literature,
penyadapan lateks dilakukan sekitar pukul 05.00 07.00 pagi pagi hari atau
sebelum matahari terbit cukup tinggi, hal ini disebabkan karena tekana turgor saat
pagi hari masih sangat tinggi kerena masih belum terjadi pengurangan isi sel
akibat penguapan oleh daun atau proses fotosintesis, sehingga lateks yang
dihasilkan akan lebih banyak. Sedangkan menurut tumpal (2013) waktu
penyadapan lateks dapat dilakukan pada pukul 06.00 pagi dan selesai tidak lebih
dari 10.00.

2.2 Penerimaan Lateks dari Kebun


Lateks yang telah diperoleh dari proses penyadapan kemudian di bawa
pabrik pengolahan, setelah sampai dipabrik, lateks yang diperoleh di cek
kwalitasnya baik dengan menggunakan alat atau cara tradisional dengan
mencelupkan tangan kedalam lateks, pada tahapan ini diperoleh dua tipe mutu
lateks yakni superior dan inferior, tipe inferior atau merupakan tipe yang tidak
diinginkan atau mutu rendah karena telah mengalami kerusakan atau prakoagulasi
akibat penanganan sebelumnya yang kurang baik dan biasanya tipe ini di PTPN
XII kebun renteng diletakkan di bak khusus lump dan dikirim ke pabrik lain
sebagai bahan baku crape. Sedangkan tipe superior merupakan mutu yang lebih
tinggi dan dijadikn bahan baku dalam pembuatan RSS, lateks tipe ini biasanya
ditunjukkan dengan ciri-ciri warna putih seperti susu, bersih dan bebas dari lump.
Selanjutnya dilakukan proses penyaringan menggunakan saringan 30 mesh
Penggunaan saringan 30 mesh ini bertujuan agar kotoran atau benda asing yang
ikut terbawa dapat tersaring sehingga diperoleh lateks yang bebas dari kotoran.
Namun penggunaan saringan 30 mesh di PTPN XII Kebun Renteng ini berbeda
dengan teori diperkuliahan, menurut teori, lateks yang diperoleh harus disaring 2
kali, yakni menggunakan saringan 40 mesh dan 60 mesh dan menurut menurut
literature yag lain, saringan yang digunakan dalam penyaringan lateks berukuran
40 mesh, semakin kecil ukuran lubang saringan, maka hasil saringan lateks akan
lebih bersih, sehingga akan memberikan hasil yang lebih baik pada mutu produk
karet yang dihasilkan. Akan tetapi semakin kecil ukuran lubang saringan maka
proses penyaringan akan semakin lambat dan membutuhkan waktu yang lebih
lama (Suhendri, 2012).

2.3 Penampungan dan Pengukuran Kadar Karet Kering


Lateks superior yang telah disaring ditampung di bak penampungan,
setelah itu dilakukan pengukuran kadar karet kering (KKK). Pengukuran kadar
karet kering ini bertujuan untuk mengetahui kandungan karet yang terdapat dalam
lateks. Lateks yang akan diukur kadar karet keringnya di ambil sebanyak 100 cc
dari bak penampungan kemudian dibekukan dengan cara menambahkan asam
semut 2% sebanyak 20 ml. Pembekuan dilakukan selama 2-3 jam hingga
terbentuk koagulum lateks, koagulum lateks yang telah terbentuk , selanjutnya
digiling dengan gilingan sebanyak 18-20 kali, hal ini bertujuan untuk
menghilangkan kandungan air dan serum dalam koagulum, selain itu penggilingan
juga akan merubah bentuk koagulum lateks menjadi sheet atau lembaran.
Lembaran-lembaran karet kemudian ditiriskan dan dilap dengan kain mori yang
bersih untuk menghilangkan sisa air yang masih menempel pada bekuan
selanjutnya ditimbang dan factor pengeringan pabrik adalah 75%. misal berat
pada penimbagan diperoleh 40 gram berat basah, , maka berat kering latek
tersebut adalah = 75/100 x 40 gr = 30 gr. Nilai kadar kering karet ini digunakan
sebagai dasar untuk menentukan jumlah kebutuhan air pada proses pengenceran
lateks sampai diperoleh kadar karet baku(kadar karet standar) (juliasari, dkk
2014).
2.4 Pengenceran
Tahapan pengolahan karet selanjutnya ialah pengenceran cairan lateks
dengan menambahkan air bersih ke dalam lateks. Lateks yang akan diencerkan
dialirkan ke dalam bak koagulasi yang telah berisi air bersih dengan jumlah air
yang sudah disesuaikan dengan kadar karet kering lateksnya, air yang digunakan
harus mengandung pH antara 5,8-8,0. Proses pengenceran ini bertujuan untuk
menghasilkan lateks dengan kadar karet kering 13% dan menyeragamkan mutu
lateks, hal tersebut sesuai dengan materi yang diajarkan dan literature, menurut
materi perkuliahan, proses pengenceran dilakukan hingga kadar karet keringnya
berkisar antara 12%- 15%, menurut Sari (2015) proses pengenceran yang terlalu
encer dapat menyebabkan koagulum (bekuan) terlalu lunak, sehingga mudah
robek saat proses penggilingan.

2.5 Pembekuan
Lateks yang telah diencerkan selanjutnya didiamkan agar terjadi
pembekuan dan terbentuk koagulum. Asam semut 2% ditambahkan ke dalam bak
koagulan dengan dosis 4 ml/kg larutan lateks. Setelah itu, dilakukan pengadukan
untuk menghomogenkan larutan lateks sebanyak 8 kali maju dan mundur untuk
mencegah terbentuknya gelembung yang akan mempengaruhi kualitas lateks.
Jika setelah pengadukan masih terbentuk gelembung, maka perlu dilakukan
penyisiran untuk menghilangkan gelembung-gelembung yang terbentuk. Untuk
memudahkan pembentukan koagulum, dipasang sekat-sekat pada bak koagulum
serta diberi penutup plastik daiatas bak untuk mencegah masuknya kotoran dan
mikroba ke dalam bak koagulasi. Selanjutnya pembekuan dilakukan selama
kurang lebih 2 jam.

2.6 Penggilingan dan Penirisan


Proses selanjutnya adalah penggilingan. Secara umum, proses ini
bertujuan untuk mengeluarkan air dan serum, membentuk garis pada lembaran,
dan menipiskan lembaran. Penggilingan di PTPN XII Kebun Renteng dilakukan
dengan menggunakan 5-6 rol gilingan dengan ukuran rol terbesar 11 mm dan rol
terkecil 3 mm. Rol yang digunakan paling akhir merupakan rol pemberi motif
bergaris spiral yang akan memberikan motif bergaris pada lembaran karet. Fungsi
pemberian motif ini ialah untuk mempercepat pengeringan serta mencegah
lembaran karet melekat satu sama lain saat pengeringan.Selain itu, rol gilingan
yang digunakan juga dilengkapi dengan semprotan air dan bak pembilas dengan
tujuan untuk membilas lembaran dan menghilangkan serum serta asam yang
masih menempel pada lembaran karet.
Setelah melalui proses penggilingan, lembaran karet akan melalui proses
penirisan pada tempat yang teduh dan terlindung dari sinar matahari selama
sekitar 2 jam. Proses ini berguna untuk mengurangi kandungan air pada lembaran
sebelum pengasapan. Proses penirisan tidak boleh terlalu lama untuk menghindari
terjadinya cacat pada sit yang dihasilkan, misalnya timbul warna yang seperti
karat akibat teroksidasi. Penirisan di PTPN XII Kebun Renteng dilakukan selama
2-4 jam dengan menata sheet pada glantang (dari bambu), yang mana setiap
gelantang terdiri dari 4 lembar sheet

2.7 Pengasapan
Peroses selanjutnya adalah pengasapan, pada proses ini, lembaran karet
dimasukkan ke dalam kamar asap untuk diasap agar warnanya khas dan kadar air
yang terkandung dalam lembaran karet berkurang. Selain itu, adanya senyawa
fenol dalam asap dapat membantu mencegah tumbuhnya jamur karena fenol dapat
berperan sebagai zat antimikroba.
Pengasapan itu sendiri dilakukan selama 5 hari di ruang asap. Pada hari
pertama, suhu yang digunakan ialah 40-45oC. Sedangkan pada hari kedua,
pengasapan dilakukan dengan suhu 45-50oC. Suhu yang digunakan pada hari
pertama dan kedua tidak terlalu tinggi karena yang dibutuhkan hanya asapnya.
Sementara itu, pada hari ketiga, keempat, dan kelima pengasapan digunakan suhu
kamar masing-masing 50-55oC, 55-60oC, dan 60oC. Pada 3 hari terakhir ini, yang
dibutuhkan hanya panasnya saja. Peningkatan suhu kamar asap secara perlahan ini
juga ditujukan agar tidak terjadi case hardening pada lembaran karet.
Ketika melakukan pengasapan, Suhu yang digunakan harus dikontrol
setiap 1 jam sekali untuk memastikan suhu yang diberikan tidak berlebih atau
kurang. Suhu berlebih akan menyebabkan sheet merintis dan juga molor
sedangkan suhu yang kurang panas kurang akan menyebabkan sheet masih
mentah.

2.8 Sortasi
Lembaran karet yang sudah matang selanjutnya disortasi berdasarkan
gelembung, kotoran, dan cacat gilingan yang telah disesuaikan dengan SNI.
Proses sortasi di PTPN XII Kebun Renteng dilakukan dengan cara meletakkan
lembaran RSS diatas kaca yang dibawahnya terdapat lampu terang yang
bertujuan untuk melihat adanya gelembung, kotoran dan cacat gilingan.
pengkelompokan mutu RSS di PTPN XII kebun renteng dapat dilihat pada tabel
2.1

Tabel 2.1 Syarat Kelas Mutu Visual RSS di PTPN XII Kebun Renteng
No. Mutu Ketentuan
1. RSS 1 Tidak ada gelembung & cacat giling
2. RSS 2 Gelembung sedikit & kecil
3. RSS 3 Gelembung besar
4. Gunting Digunting karena cacat & tidak matang

2. 9 Pengemasan dan Penyimpanan


Setelah lembaran karet di kelompokkan berdasarkan mutunya, kemudian
lembaran RSS di PTPN XII Kebun Renteng tersebut di dipress menggunakan alat
balling press. Setelah itu, RSS dikemas menggunakan plastic atau talk powder
agar tidak lengket satu sama lain serta untuk mencegah pertumbuhan jamur.
Pengemasan di PTPN XII Kebun Renteng mengikuti permintaan konsumennya,
pengemasan di pabrik ini dibedakan menjadi 2 katagori yakni small bale dan big
bale.pengemasan yang dilakukan harus sesuai agar karet tidak mengalami
penurunan mutu (setyamidjaja,1995) Setelah proses pengemasan selesai, RSS
tersebut disimpan untuk menunggu proses pengiriman. Perbedaan antara katagori
Small bale dan Big bale dapat dilihat pada tabel 2.2

Tabel 2.2 Perbedaan Small Bale dan Big Bale di PTPN XII Kebun Renteng

Pembeda Small bale Big bale


Sebab Permintaan pembeli Permintaan pembeli
Dimensi 60 cm x 32 cm x 15 cm 48 cm x 48 cm x 60 cm
Berat / bale 33,3 kg dan 35 kg 113,3 kg
BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan kunjungan lapang yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa :
1. Terdapat sedikit perbedaan alat dan cara pengolahan karet antara teori di
perkuliahan dan literature dengan pengolahan lateks di PTPN XII Kebun
Renteng.
2. Lateks di PTPN XII Kebun Renteng hanya diolah menjadi RSS (Ribbed
Smoked Sheet)
3. Pengolahan lateks menjadi RSS di PTPN XII Kebun Renteng dimulai dari
tahap penyadapan, penerimaan lateks, penyaringan, pengukuran kadar karet
kering, pengenceran, pembekuan,penggilingan, penirisan, pengasapan,
sortasi, pengepresan, pengepakan dan penyimpanan.
4. Pengelompokan mutu RSS di PTPN XII Kebun Renteng dibagi menjadi
RSS1, RSS 2, RSS 3, dan Gunting (cutting).

3.2 Saran
Ketika melakukan kunjungan lapang, durasi waktu sesi tanyajawab lebih
diperpanjang agar mahasiswa memiliki lebih banyak kesempatan untuk
menanyakan hal-hal yang belum dipahami.
DAFTAR PUSTAKA

Budiman, Haryanto, S. P. 2012.Budidaya Karet Unggul.pustaka baru press:


yoyakarta.

Khimah, I,. Rahayu, E.S. dan Harisuddin M. 2013 Analisa Pengendalian Kwalitas
Karet Pada Pt Perkebunan Nusantara Ix (Persero) Kebun Batu Jamus/
Kedojarum, karanganyar.Agribussinis reviw. VOL. 1 NO 1. :90-104

Lukman. 1985. Penyadapan dan stimulasi tanaman karet .Medan :BPP. Pp


151-153

Setyamidjaja,D. 1993. Karet Budidaya dan Pengolahan. Kanisius : Yogyakarta

Suhendri.2012. Panduan Lengkap Karet. Penebar Swadaya : Jakarta

Suparto, D. 2002 pengetahuan tentang lateks hivea. Kursus Teknologi Barang


jadi lateks. Balai penelitian teknologi karet : Bogor

Tumpal. H. s. siregar. 2013. Budidaya dan teknologi karet. Penebar swadaya :


Jakarta

Zahra .2005. Pengaruh campuran pengawet (ammonia-asam borat) terhadap


nilai palastisitas awal (po) dan palastesitas resesti indeks (PRI) karet
dengan pengambilan Asam Asetat. Skripsi jurusan kimia FMIPA
USU. Universitas Sumatra Utara: Sumatra Utara.

Anda mungkin juga menyukai