Anda di halaman 1dari 11

GAP : Belimbing wuluh merupakan buah yang penyebarannya sangat dominan di

Indonesia, dimana buah belimbing wuluh bisa dipakai untuk penyedap rasa asam pada
masakan sekaligus bermanfaat untuk mengobati seperti batuk, demam, sariawan, gusi
berdarah, jerawat, panu dan tekanan darah tinggi ( BPOM RI, 2013). Buah belimbing
wuluh memiliki daya simpan yang relative singkat dan memiliki rasa asam sehingga
apabila dikonsumsi secara langsung kurang disukai. Sejauh ini pengolahan belimbing
wuluh sebagai sari buah atau permen jelly, sehingga dibutuhkan analisis lanjutan
sebagai bentuk memaksimalkan olahan belimbing wuluh sebagai yoghurt.

TOPIK : PEMANFAATAN BUAH BELIMBING WULUH DALAM


PENGEMBANGAN BIOTEKNOLOGI KONVENSIONAL MELALUI
AKTIVITAS ANTIBAKTERI YOGHURT BELIMBING WULUH

PENDAHULUAN
Negara dengan penyebaran keanekaragaman hayati yang berlimpah adalah
Indonesia, secara dominan berbagai jenis tumbuhan dapat tumbuh baik di Indonesia .
Sebagian besar telah dimanfaatkaan sejak zaman dulu sebagai pengobatan alternative
dan dikenal sebagai obat tradisional. Indonesia memiliki jumlah penduduk yang
sebagian masyarakat masih tinggal dipedesaan, namun disekitar lingkungan terdapat
tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat tradisional, khususnya pada tanaman belimbing
wuluh.
Pemanfaatan belimbing wuluh yang paling seting digunakan yaitu buahnya.
Dimana buah belimbing wuluh bisa dipakai untuk penyedap rasa asam pada masakan
sekaligus bermanfaat untuk mengobati seperti batuk, demam, sariawan, gusi berdarah,
jerawat, panu dan tekanan darah tinggi ( BPOM RI, 2013). Belimbing wuluh (Averrhoa
bilimbi L.) merupakan salah satu tanaman buah dari keluarga (Oxalidaceae) dengan
marga (Averrhoa).
Belimbing wuluh memiliki kandungan zat aktif berupa flavonoid, tannin dan
saponin yang berkhasiat sebagai antibakteri. Adanya kandungan senyawa tersebut,
diharapkan buah belimbing wuluh dapat menghambat atau membunuh
perkembangbiakan bakteri E coli. E coli merupakan bakteri gram negative yang
menyebabkan penderitanya mengalami gangguan pencernaan.
Buah belimbing wuluh memiliki daya simpan yang relative singkat sekaligus
memiliki rasa asam sehingga kurang disukai jika dikonsumsi secara langsung. Salah
satu pemanfaatan belimbing wuluh yang belum banyak dikembangkan adalah
pengolahan menjadi yoghurt.
Yoghurt merupakan minuman yang berbahan dasar susu, dalam proses
pembuatannya susu dipanaskan terlebih dahulu agar tidak terkontaminasi oleh bakteri
lain, kemudian ditambahkan dengan starter Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus
thermophillus. Setelah itu susu di inkubasikan selama 4 – 6 jam pada suhu 38 – 44 oC
atau selama 12 jam pada suhu 32oC. Pada masa inkubasi dihasilkan asam laktat, asam
inilah yang membuat yoghurt berasa asam.
Dalam pembuatan yoghurt ini termasuk ke dalam Bioteknologi, yaitu
pemanfaatan prinsip-prinsip ilmiah yang menggunakan makhluk hidup untuk
menghasilkan produk. Ilmu-ilmu yang pendukung dalam bioteknologi meliputi
mikrobiologi, biokimia, genetika,biologi sel, teknik kimia, dan enzimologi. Pembuatan
Yoghurt dilakukan dengan cara bioteknologi konvensional atau tradisional,
menggunakan alat dan bahan yang mudah didapat. Hal ini, seluruh masyarakat dapat
dengan mudah membuat yoghurt. Dalam pembuatan yoghurt ini digunakan susu dan zat
inokulen. Zat inokulen yang digunakan adalah yoghurt plain yang mengandung starter
lactobaccilus bulgaricus dan streptococcus thermophillus.
Pada penelilian sebelumnya dipelajari tentang budidaya buah belimbing wuluh
yang kemudian dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi aneka makanan lain dan
pengolahan nutraseutikal. Pengolahan buah belimbing wuluh menjadi makanan olahan
dan sebagai penghasil nutraseutikal ini dapat meningkatkan daya simpan,
mempermudah pengolahan lebih lanjut dan meningkatkan nilai jual buah belimbing
wuluh. Berdasarkan latar belakang yang diperoleh maka peneliti akan melakukan
penelitian dengan judul “Pengembangan bioteknologi konvensional pembuatan yoghurt
berbahan dasar belimbing wuluh.

Rumusan Masalah
Penambahan belimbing wuluh dalam pembuatan yoghurt, diharapkan mampu
meningkatkan mutu dan aktivitas antibakteri yoghurt yang dihasilkan. Oleh karena itu,
perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui perlakuan terbaik penambahan konsentrasi
belimbing wuluh pada pembuatan yoghurt belimbing wuluh dalam pengujian
organoleptic. Bagaimana pengaruh penambahan belimbing wuluh terhadap pembuatan
yoghurt dalam menghambat bakteri E Coli

Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini yaitu
1. mengetahui konsentrasi terbaik penambahan belimbing wuluh terhadap
pemnbuatan yoghurt.
2. Mengetahui pengaruh penambahan belimbing wuluh pada pembuatan yoghurt
terhadap aktivitas anti bakteri dan senyawa bioaktif

Manfaat Penelitian
Penelitian diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah terhadap
pengembangan bioteknologi konvensional dan menambah pustaka terkait pemanfaatan
belimbing wuluh.

TINJAUAN PUSTAKA
Yoghurt
Yoghurt adalah susu fermentasi yang bukan berasal dari Indonesia namun
dikenal masyarakat Indonesia karena rasa dan aromanya yang enak. Kata yoghurt
berasal dari bahasa Turki, yaitu “jugurt” yang berarti susu asam. Menurut (Legowo
dkk., 2009) yoghurt umumnya adalah sejenis produk susu terkoagulasi, diperoleh dari
fermentasi asam laktat melalui aktivitas Lactobacillus acidhopilus, Lactobacillus
bulgaricus dan Streptococcus thermophilus, dimana mikroorganisme dalam produk
akhir harus hidup aktif dan berlimpah.
Bakteri asam laktat yang digunakan untuk membuat yoghurt mampu
memproduksi asam laktat, sehingga produk yang terbentuk berupa susu yang
mengalami koagulasi protein atau menggumpal dengan rasa asam yang mempunyai cita
rasa khas. Proses biokimia pada yoghurt adalah selama proses fermentasi berlangsung
laktosa susu diubah menjadi asam laktat oleh bakteri asam laktat, pemecahan laktosa
menjadi asam laktat oleh aktivitas bakteri asam laktat akan meningkatkan keasaman
susu, sehingga menyebabkan yoghurt memiliki rasa asam (Jannah dkk., 2014).
Pembuatan yoghurt terdiri dari persiapan bahan, persiapan starter, pasteurisasi
susu, inokulasi susu dengan starter, diinkubasi (fermentasi) (Jannah dkk.,2014).
Yoghurt berdasarkan citarasanya dibedakan menjadi yoghurt alami atau sederhana dan
yoghurt buah. Yoghurt alami adalah yoghurt yang tidak dilakukan penambahan cita rasa
atau flavor yang lain sehingga asamnya tajam. Penambahan sari buah atau ekstrak buah
atau jus buah dilakukan.

Belimbing Wuluh
Buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) adalah salah satu tanaman yang
banyak tumbuh di pekarangan dan dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia. Tanaman
ini tumbuh subur di Indonesia, Filipina, Sri Langka, Myanmar, dan Malaysia. Kelebihan
tanaman ini adalah termasuk salah satu jenis tanaman tropis yang dapat berbuah
sepanjang tahun (Rahayu, 2013). Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) terasuk
kedalam familia Oxalidaceae. Nama lokalnya antara lain : Limeng, Selimeng,
Thilimeng (Aceh); Selemneg (Gayo); Asom, Belimbing, Balimbingan (Batak); Malimbi
(Nias); Balimbieng (Minangkabau); Belimbing Asam (Melayu); Balimbing (Lampung);
Calingcing, Balingbing (Sunda); Bhalingbhing Bulu (Madura); Blingbing Buloh (Bali);
Limbi (Bima); Balimbeng (Flores); Libi (Sawu); Belerang (Sangi) (Herbie, 2015).
Buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) mengandung banyak vitamin C
alami yang berguna sebagai penambah daya tahan tubuh dan perlindungan terhadap
sebagai penyakit. Belimbing wuluh mempunyai kandungan unsur kimia yang disebut
asam oksalat dan kalium. Menurut Herlih (1993), dalam Rahayu (2013) dari hasil
pemeriksaan kandungan kimia buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L)
mengandung golongan senyawa oksalat, minyak menguap, fenol, flavonoid, dan pektin.
Herbie (2015) menyebutkan batang belimbing wuluh mengandung saponin, tannin,
glukosida, kalsium oksalat, sulfur, asam format, peroksidase. Sedangkan daunnya
mengandung tannin, sulfur, asam format, peroksidase, kalsium oksalat, dan kalium
sitrat. Belimbing wuluh mengandung banyak zat tannin, saponin, glukosida sulfur, asam
format, peroksida, flavonoid, serta terpenoid. Karena rasanya yang sangat masam, sudah
bisa dipastikan bahwa belimbing wuluh juga mengandung banyak vitamin C
(Gendrowati, 2015).
Apabila ditinjau dari buku Aneka Tanaman Apotek Hidup di Sekitar Kita
mengatakan, hampir diseluruh Indonesia secara tradisi orang sakit, sariawan dan
tenggorokan memetik buah belimbing wuluh, dengan cara memotongnya dan
menempelkannya pada luka sariawan, dan ada pulang yang memerasnya lalu diminum.
Rasa yang ditimbulkan adalah perih dan sakit. Disamping dapat mengobati sariawan,
buah belimbing wuluh berkhasiat pula untuk menyembukan batuk, rematik, hipertensi,
sakit gigi, diabetes, gondongan, dan juga menghilangkan jerawat serta panu. Selain itu
ekstrak daun dan buah belimbing wuluh juga mengandung sejumlah senyawa flavonoid
dengan tipe luteoin. Senyawa ini, bersama dengan apigenin dikenal cukup ampuh dalam
menghambat pertumbuhan beberapa jenis bakteri seperti Bacillus cereus, Corney
bacterium diphteria. (Akbar, 2015).

Fermentasi Pembuatan Yoghurt


Fermentasi adalah suatu bentuk proses dasar untuk mengubah bahan menjadi
bahan lain dengan cara relatif sederhana yang dibantu oleh mikroba, (Hery, 2008).
Proses pertumbuhan mikroba merupakan tahap awal dari proses fermentasi yang
dikendalikan terutama dalam pengembangan inokulum agar dapat diperoleh sel yang
hidup. Melani, (2009) menyatakan bahwa istilah fermentasi berkembang menjadi
seluruh perombakan senyawa organik yang dilakukan mikroorganisme yang melibatkan
enzim yang dihasilkan.
Reaksi fermentasi berbeda-beda tergantung pada jenis gula yang digunakan dan
produk yang dihasilkan. Secara singkat glukosa ) yang merupakan gula yang paling
sederhana, melalui fermentasi akan menghasilkan etanol ( OH), reaksi fermentasi ini
dilakukan oleh mikroba dan digunakan pada produk makanan (Melani, 2009).
Bakteri asam laktat memiliki peranan esensial hamper dalam semua proses
fermentasi makanan dan minuman. Peran utama bakteri ini dalam industri makanan
adalah untuk pengasaman bahan mentah dengan memproduksi sebagian besar asam
laktat (bakteri heterofermentatif) atau asam laktat, asam asetat, etanol dan (bakteri
hetero fermentatif) (Desmazeaud, 1996). Bakteri asam laktat banyak digunakan dalam
produk susu seperti, yoghurt, susu asam, dan keju.
Fungsi bakteri asam laktat berperan dalam merubah laktosa menjadi asam laktat,
kemudian asam laktat akan bereaksi dengan kalsium dari kasein yang menyebabkan
kasein mengendap karena terjadinnya penggabungan dari molekul kasein yang
bermuatan berbeda. Karena pH asam menyebabkan kalsium dari kasein akan
memisahkan diri sehingga terjadi muatan ion dalam susu. Kemudian kasein menjadi
bermuatan dan akhirnya terjadi tarik-menarik antara molekul yang muatan listriknya
berbeda sehingga kasein saling berikatan dan terjadi penggumpalan (Malaka, 2010).
Starter yoghurt berupa bakteri asam laktat (Lactobacillus bulgaricus dan
Streptoccocus thermophilus) yang di inokulasi pada susu menyebabkan terbentuknya
beberapa senyawa pembawa rasa yaitu (a) asam-asam non volatile (tidak mudah
menguap) : asam laktat, asam pirufat, asam oksalat. (b) asam-asam volatile (mudah
menguap) : asam formiat, asam asetat, asam propionate. (c) senyawa karbonil :
asetaldehida, diasetil, aseton, asetoin. (d) senyawa lainnya : asam-asam amino (Malaka,
2010).

Aktivitas Antibakteri
Bahan antibakteri diartikan sebagai bahan yang mengganggu pertumbuhan dan
metabolisme bakteri, sehingga bahan tersebut dapat menghambat pertumbuhan atau
bahkan membunuh bakteri. Cara kerja bahan antibakteri antara lain dengan merusak
dinding sel, merubah permeabilitas sel, merubah molekul protein dan asam nukleat,
menghambat kerja enzim, serta menghambat sintesis asam nukleat dan protein (Pelczar
dan Chan, 1998).
Pemakaian antibakteri yang berlebihan menyebabkan mikroba yang semula
sensitif terhadap antibiotik menjadi resisten. Oleh karena itu, senyawa antibakteri
diperlukan untuk mengatasi bakteri resisten tersebut (Lenny, 2006a ). Resistensi sel
mikroba ialah suatu sifat tidak terganggunya kehidupan sel mikroba oleh antimikroba.
Sifat ini dapat merupakan sutu mekanisme alamiah untuk bertahan hidup. Resistensi
dibagi dalam kelompok resistensi genetik, resistensi nongenetik dan resistensi silang.
Mekanisme resistensi terhadap antimikroba antara lain : perubahan tempat kerja (target
site) obat pada mikroba; mikroba menurunkan permeabilitasnya hingga obat sulit masuk
ke dalam sel; inaktivasi obat oleh mikroba; mikroba membentuk jalan pintas untuk
menghindari tahap yang dihambat oleh antimikroba; dan meningkatkan produksi enzim
yang dihambat oleh antimikroba (Ganiswarna, 2003).
Ardiansyah (2005) mengemukakan bahwa ketentuan kekuatan antibakteri adalah
sebagai berikut: daerah hambatan 20 mm atau lebih berarti sangat kuat, daerah
hambatan 10-20 mm berarti kuat, 5-10 mm berarti sedang dan daerah hambatan 5 mm
atau kurang berarti lemah.

METODE PENELITIAN
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam proses pembuatan yoghurt terdiri dari
bahan utama yaitu susu UHT (ultra milk full cream) dan kacang merah kering, serta
bahan tambahan yaitu yogurt plain (biokul), gula pasir (gulaku), susu skim bubuk, dan
buah naga merah. Bahan kimia yang digunakan untuk ekstraksi adalah p.a, yaitu:
akuades, metanol 80 %, etanol 80 %, kloroform (CHCl3), dan petroleum eter.
Sedangkan bahan kimia lainnya antara lain: asam sulfat (H2SO4), reagen dragendorf,
serbuk Mg (magnesium), asam klorida (HCl), besi (III) klorida (FeCl3), asam asetat
anhidrat dan kertas saring. Uji antibakteri digunakan bahan-bahan sebagai berikut:
nutrien agar, alkohol 90 %, kertas wathman, akuades steril, wrap serta biakan bakteri
Escherichia coli.
Alat-alat yang digunakan dalam proses pengolahan yang terdiri dari kompor gas,
panci, botol kaca, blender, corong, spatula dan alat yang digunakan untuk analisis kimia
yaitu inkubator, pipet tetes, pipet mikro, ose bulat, cawan petri, erlenmeyer, batang
pengaduk, gelas ukur, timbangan analitik, colony counter, vortex, pH meter, kertas
saring, wadah steril.

Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dengan perlakuan konsentrasi sari belimbing wuluh yaitu 0%, 2%, 4%, 6%, 8%, dan
10%. Masing-masing perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali sehingga
diperoleh 18 unit percobaan. Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dengan
sidik ragam (ANOVA) dan apabila perlakuan berpengaruh nyata terhadap variabel
maka dilanjutkan dengan Uji Duncan (Yitnosumarto, 1993).

Prosedur Penelitian
Tahap pertama adalah pembuatan starter menggunakan metode back-slopping
dengan cara mengambil beberapa konsentrasi yoghurt plain lalu diinokulasikan ke
bahan baku baru (susu UHT). Yoghurt plain biokul dalam penelitian ini digunakan
sebagai pengganti bakteri yang berasal dari biakan murni karena didalam yoghurt plain
biokul telah mengandung BAL yang dibutuhkan dalam proses pembuatan yoghurt yaitu
Lactobacillus bulgaricus. Pembuatan starter diawali dengan mensterilkan botol kaca
(200 ml) dengan suhu 121o C selama 10 menit. Dicampurkan susu UHT (ultra milk full
cream) sebanyak 200 ml , gula pasir 10 % dan susu skim bubuk 5 % aduk hingga
homogen lalu dimasukkan ke dalam botol kaca dan di pasteurisasi dengan suhu 80 o C
selama 15 menit. Susu yang telah dipasteurisasi didinginkan pada suhu ruang hingga
mencapai suhu 45o C. Setelah dicapai suhu yang diinginkan, diinokulasikan yoghurt
plain 5 % ke dalam susu kemudian diinkubasi pada suhu 37o C selama 24 jam.
Tahapan kedua adalah pembuatan sari belimbing wuluh yaitu dengan cara
memisahkan ampas dan sari. Hal pertama yang dilakukan adalah kulit buah naga
dikupas hingga bersih lalu daging buah ditimbang hingga mencapai berat 300 g,
kemudian daging buah dipotong-potong kecil dan dimasukkan ke dalam blender.
Daging buah dihancurkan hingga halus tanpa penambahan air. Daging buah yang telah
halus disaring untuk memisahkan ampas dan sari buah. Sari belimbing wuluh yang telah
didapat, dimasukkan ke dalam wadah bersih.
Tahap ketiga adalah Pembuatan yoghurt terbuat dari susu sapi dengan
menggunakan metode fermentasi. Dilakukan berdasarkan penelitian oleh
Kumalaningsih et al. (2016) yang telah dilakukan modifikasi. Hal pertama yang
dilakukan adalah susu sapi (UHT) (Kumalaningsih et al., 2016), ditambahkan susu skim
bubuk sebanyak 5 % dan gula pasir sebanyak 10 % dan diaduk hingga homogen
(tercampur rata). Kemudian larutan yang telah homogen, dipasteurisasi pada suhu 80o C
selama 15 menit, lalu didinginkan hingga mencapai suhu 40o C. Dimasukkan ke dalam
botol kaca 100 ml lalu diinokulasikan 5 % starter yoghurt dan difermentasi selama 12
jam pada suhu 37o C. Setelah itu dimasukkan sari belimbing wuluh sesuai dengan
perlakuan, yaitu dengan konsentrasi 0 %, 2 %, 4 %, 6 %, 8 %, 10 % dan dilakukan
pengadukan, kemudian difermentasi kembali selama 12 jam dengan suhu 37o C.

Desain Penelitian
Rancangan percobaan yang di gunakan dalam penelitian ini adalah rancangan
acak lengkap dengan dua faktorial yaitu penambahan .dengan kerangka penelitian
sebagai berikut : Konsentrasi jumlah berat sari buah belimbing wuluh adalah: 1. Sari
buah belimbing wuluh sebanyak 0% 2. Sari buah belimbing wuluh sebnyak 2% 3. Sari
buah belimbing wuluh sebanyak 4%. 4. Sari buah belimbing wuluh sebanyak 6%. 5.
Sari buah belimbing wuluh sebanyak 8%. 6. Sari buah belimbing wuluh sebanyak 10%.
Jenis starter yang diberikan dalam penelitian adalah Lactobaccillus bulgaricus.
Uji Polifenol
Total kadar polifenol diukur dengan menggunakan yoghurt ekstrak 1ml
dimasukan ke dalam tabung ulir dan ditambahkan 1ml etanol 95% dan aquades 5 ml.
Sampel ditambahkan 0,5 ml folin-ciiocalteu 50% (v/v). Setelah 5 menit, ditambahkan
1ml Na2CO3 5% dan campuran didiamkan selama 60 menit dalam ruang tertutup.
Selanjutnya adsorbansi dihitung dengan gelombang 725 nm dan nilainya dikonversi
sebagai total polifenol (GAE/g). Kurva standar yang digunakan pada pengukuran kadar
polifenol ini yaitu kurva standar asam galat. (Zainoldin dan Baba, 2009)
Uji Antioksidan
Aktivitas antioksidan yoghurt diukur dengan menggunakan metode berdasarkan
Zainoldin dan Baba (2009). Ekstrak sampel (0,25 ml) dicampurkan dengan 3 ml DPPH
60 μM. Adsorbansi diukur dengan gelombang 517 nm. Adsorbansi dibandingkan
dengan Control yang berisi aquades (0,25 ml). Aktivitas antioksidan dihitung
berdasarkan perhitungan persen inhibisi. Persen inhibisi adalah perbandingan antara
selisih dari absorbansi blanko dan absorbansi sampel dengan absorbansi blanko.
Uji Antibakteri
Yoghurt yang sudah dibuat selanjutnya akan diujikan ke bakteri ujI dengan
mengambil supernatan dari yoghurt untuk melihat kemampuan menghambat bakteri
patogen. Pengambilan supernatan yoghurt 24 jam dan 48 jam serta yoghurt komersial
dilakukan dengan mensentrifugasi yoghurt menggunakan alat mikro sentrifugasi
berpendingin dengan kecepatan 10000 rpm selama 10 menit lalu supernatan
ditambahkan NaOH 0,1N untuk mencapai pH 7,0. Supernatan netral kemudian di saring
dengan bakteri filter diameter 0,22 um untuk pensterilan lalu dimasukkan ke dalam
effendorf dan disimpan didalam lemari pendingin.
Uji aktivitas antibakteri pada yogurt dapat dilakukan dengan metode difusi
cakram dengan diinokulasikan masing-masing suspensi bakteri uji Escherichia coli ke
permukaan media MHA steril yang berbeda. Dibuat kertas cakram steril dari kertas
saring Whatman dengan diameter ± 6 mm lalu letakkan di cawan petri dish yang sudah
terdapat media MHA dan bakteri pathogen. Susu murni dan Supernatan bakteriosin
hasil yoghurt waktu fermentasi 24 jam, 48 jam, dan yogurt kemudian diteteskan 20 μL
ke kertas cakram steril lalu didiamkan selama 30 menit. Masing-masing sampel
kemudian diinkubasi dengan suhu 37oC selama 24 jam. Diukur zona hambat yang
terbentuk untuk mengetahui aktivitas yoghurt probiotik sebagai antibakteri terhadap
Escherichia coli. Zona hambat yang terbentuk di sekitar kertas cakram diukur
diameternya menggunakan jangka sorong
Teknik Analisis Data
Data efektifitas antibakteri dianalisis ragam melalui uji F untuk menguji adanya
pengaruh atau perbedaan antar perlakuan variasi konsentrasi ekstrak buah belimbing
wuluh terhadap pertumbuhan bakteri. Apabila terdapat adanya pengaruh atau perbedaan
antar perlakuan, maka dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) dengan
tingkat signifikansi 1 % untuk mengetahui perlakuan yang berpengaruh atau berbeda
nyata di antara perlakuan yang lain.

Daftar Pustaka
Bamforth, C.W. 2005. Food, Fermentation and Micro-organisms. Blackwell Publishing.
Oxford.
Chandan, R.C. & Shahani, K.M. 1993. Yoghurt. Di dalam Hui (ed.). Dairy Science and
Technology HandbookProduct Manufacturing. New York.

Herastuti, S.R., Sujiman, R.S. & Ningsih, N. 1994. Pembuatan pati gude (Cajanus cajan
L.) dan pemanfaatan hasil sampingnya dalam pembuatan yoghurt dan tahu

Idris, S. 1984. Metode Pengujian Bahan Pangan Secara Sensoris. Fakultas Peternakan
Universitas Brawijaya. Malang

Koswara, S. 1995. Teknologi Pengolahan Kedelai. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Kumalaningsih, S., M.H. Pulungan, Raisyah. 2016. Substitusi Sari Kacang Merah
dengan Susu Sapi dalam Pembuatan Yogurt. Jurnal Teknologi dan Manajemen
Agroindustri. Universitas Brawijaya. Malang.

Malaka, R. 2010. Pengantar Teknologi Susu. Cetakan 1 Makassar, Masagena Perss.

Mochammad Adnan. (1984). Kimia dan Teknologi Pengolahan Air Susu. Yogyakarta :
Andi Offset.

Rahmat Rukmana. (1997). Kacang Hijau dan Budi Daya Pasca Panen. Yogyakarta :
Kanisius.

Santoso Budi Hieronymus. (1994). Susu dan Yogurt Kedelai. Yogyakarta : Kanisius

Smith, A. K., dan Circle, S. J. (1972). Soybean Chemistry and Technology. Connecticut
: The AVI Publishing Co.

Sugiono dan A. Mahenda. 2004. ProdukProduk Teknologi Fermentasi. Universitas


Brawijaya. Malang

Tamime AY, dan Robinson RK. (2007). Yoghurt – Science and Technology. Third
Edition. CRC. Woodhead Publishing Limited. Cambridge–England.

Wijaya, Agata Haprani. (2018). Uji Organoleptik dan Total Asam Tertitrasi Yoghurt
Susu Biji Nangka (Artocarpus heterophyllus) Dengan Penambahan Sari Buah
Stroberi (Fragaria sp.) (Skripsi). Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Winarno FG. (2002). Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Zainoldin, K.H. dan Baba, A.S. (2009). The Effect of Hylocereus polyrhizus and
Hylocereus undatus on Physicochemical, Proteolysis, and Antioxidant Activity
in Yoghurt. World Academy of Science, Engineering and Technology, Volume
36.

Anda mungkin juga menyukai