Tabel 4.1 menunjukkan bahwa pembelian bahan baku tertinggi yaitu pada
bulan April 2021 sebesar 250 Kg dan pembelian terendah terjadi di bulan
September 2020 sebesar 195 Kg. pembelian yang naik turun setiap bulannya
dipengaruhi oleh stock petani kopi namun selalu diusahakan tidak kurang dari 190
Kg biji kopi karena rata-rata penggunaan bahan baku setiap bulannya sekitar 180-
190 kg.
Penggunaan bahan baku pada proses produksi memerlukan pengawasan
dan pengendalian yang tepat sehingga menghindari terjadina inefisiensi dalam
kegiatan produksi akibat tingginya biaya persediaan dan kurang maksimalnya
penggunaan luas tempat untuk inventory bahan baku.
Pengendalian penggunaan bahan baku dilakukan agar proses produksi
berjalan lancar, salah satu cara pengendalaian bahan baku yaitu dengan
perencanaan persediaan yang meliputi keputusan tentang kapan harus melakukan
pemesanan terhadap suatu item yang harus dipesan dengan memperhitungkan pula
biaya sarana dan prasarana, serta biaya yang diperlukan selama periode
pemesanan persediaan dilakukan.
4.2.3 Pembelian bahan baku kopi
Kuantitas pemesanan bahan baku yang optimal dalam penyediaan bahan
baku untuk pengolahan biji kopi menjadi kopi terlebih dahulu harus mengetahui
jumlah pembelian bahan baku kopi tiap bulannya. Berikut ini dapat dilihat total
pembelian bahan baku pada table 4.2
Tabel 4.2 Jumlah Pembelian dan Frekuensi Pembelian per Permbelian setiap
Bulan
Frekuensi
No Bulan Pembelian bahan baku (F)
kopi (kg)
1 September 195 1
2 Oktober 200 1
3 November 210 1
4 Desember 200 1
5 Januari 200 1
6 Februari 235 1
7 Maret 220 1
8 April 250 1
9 Mei 200 1
10 Juni 220 1
11 Juli 215 1
12 Agustus 200 1
Jumlah 2545
Rata-rata 212,08
Sumber : Data primer (2021)
Dilihat dari tabel 4.2. dapat diketahui bahwa pembelian bahan baku naik
turun, hal tersebut diakibatkan oleh persediaan biji kopi dari petani yang tidak
pasti, hal tersebut disebabkan oleh kondisi cuaca dan serangan hama pada
tanaman kopi. Jumlah pembelian tertinggi biji kopi yaitu pada bulan April 2021
sebanyak 250 Kg dan pembelian terendah pada bulan September 2020 195 Kg,
rata-rata pembelian sebesar 212 Kg.
Suatu perusahaan akan berjalan dengan baik apabila mempunyai prosedur
pembelian yang efektif dan efisien. Prosedur pembelian menurut Mulyadi (2011)
dalam bukunya yang berjudul “Sistem Akuntansi” secara garis besar prosedur
dalam sistem akuntansi pembelian terdiri dari 6 prosedur yang meliputi :
1. Prosedur Permintaan Pembelian
Dalam prosedur ini fungsi gudang mengajukan permintaan pembelian
dalam formulir surat permintaan pembelian. Jika barang tidak disimpan di
gudang, misalnya untuk barang-barang yang langsung pakai, fungsi yang
memakai barang mengajukan permintaan pembelian langsung ke fungsi
pembelian dengan menggunakan surat permintaan pembelian.
2. Prosedur Permintaan Penawaran Harga dan Pemilihan Pemasok
Dalam prosedur ini, fungsi pembelian mengirimkan surat permintaan
penawaran harga kepada para pemasok untuk memperoleh informasi
mengenai harga barang dan berbagai syarat pembelian yang lain.
3. Prosedur order pembelian
Dalam prosedur ini, fungsi pembelian mengirimkan surat order pembelian
kepada pemasok yang dipilih dan memberitahukan kepada unit-unit
organisasi lain dalam perusahaan.
4. Prosedur Penerimaan Barang
Dalam prosedur ini, penerimaan melakukan pemeriksaan mengenai jenis,
kuantitas dan mutu barang yang diterima dari pemasok.
5. Prosedur Pencatatan
Dalam prosedur ini, fungsi akuntansi memeriksa dokumen-dokumen yang
berhubungan dengan pembelian.
6. Prosedur Distribusi Pembelian
Prosedur ini meliputi distribusi rekening yang di debet dari transaksi
pembelian untuk kepentingan pembuatan laporan manajemen.
4.2.4 Total Biaya Persediaan Bahan Baku
Rincian total biaya persediaan bahan baku pada industri kopi Champoan
pada setiap bulan antara bulan September 2020 – Agustus 2021 bisa dilihat pada
table 4.3
Tabel 4.3 Biaya persediaan bahan baku
Biaya Pemesanan
per Pemesanan Biaya Total Biaya
No Bulan
(Rp) Penyimpanan persediaan
(Rp) (Rp)
1 September 85000 125000 210000
2 Oktober 85000 125000 210000
3 November 90000 125000 225000
4 Desember 90000 125000 225000
5 Januari 90000 125000 225000
6 Februari 90000 125000 225000
7 Maret 90000 125000 225000
8 April 90000 125000 225000
9 Mei 90000 150000 225000
10 Juni 90000 150000 240000
11 Juli 90000 150000 240000
12 Agustus 90000 150000 240000
Rata-rata 89166,67 133333,33 226250
Tabel 4.4 Jumlah pembelian kopi, biaya pemesanan, dan biaya penyimpanan
Biaya
Jumlah pembelian
Biaya Pemesanan penyimpanan biji
No Bulan kopi (Kg)
per pemesanan kopi (Rp/Kg)
(D)
Kopi (Rp) (H)
1 September 195 85000 641,03
2 Oktober 200 85000 625
3 November 210 90000 595,24
4 Desember 200 90000 625
5 Januari 200 90000 625
6 Februari 235 90000 531,91
7 Maret 220 90000 568,18
8 April 250 90000 500
9 Mei 200 90000 750
10 Juni 220 90000 681,81
11 Juli 215 90000 697,67
12 Agustus 200 90000 750
Rata-rata 212,08 89166,67 628,68
Sumber : Data primer (2021)
4.7 Analisis Selisih Efisiensi Total Biaya Persediaan Bahan Baku Kopi
Total Inventory Cost (TIC) merupakan jumlah dari total biaya pemesanan
perpesanan dengan total biaya penyimpanan per kg. Biaya pemesan pada industri
kopi “Champoan” terdiri dari biaya telepon,dan biaya transpotasi. Sedangkan
biaya penyimpanan pada industri kopi “Champoan” terdiri dari biaya penyusutan
alat.
Perbandingan efisiensi total biaya persediaan bahan baku kopi ini akan
menunjukkan seberapa besar total biaya yang dikeluarkan oleh industri dan
menurut perhitungan persediaan bahan baku, sehingga dapat diketahui selisih dari
masing-masing metode tersebut terlihat pada Tabel 4.10.
Tabel 4.10 Perbandingan TIC perusahaan dan hasil perhitungan TIC persediaan
bahan baku
TIC (Rp)
Selisih
No. Bulan Kebijakan Perusahaan Persediaan Bahan
(Rp)
(RP) Baku (Rp)
1 September 210000 145773,8 64226,2
2 Oktober 210000 145773,8 64226,2
3 November 225000 150000 65000
4 Desember 225000 150000 65000
5 Januari 225000 63750 151250
6 Februari 225000 150000 65000
7 Maret 225000 150000 65000
8 April 225000 150000 65000
9 Mei 225000 102000 138000
10 Juni 240000 164316,77 75683,23
11 Juli 240000 164316,77 75683,23
12 Agustus 240000 164316,77 75683,23
Total 2670000 1841935,22 969752,1
Rata-rata 222500 141687,32 80812,68
Sumber : Data primer (2021)
Berdasarkan tabel 4.10 dapat diketahui bahwa selisih terendah total biaya
persediaan bahan baku kopi antara kebijakan perusahaan dengan perhitungan
persediaan bahan baku terjadi pada bulan September-Oktober 2020 yaitu sebesar
Rp.64226,2 sedangkan selisih tertinggi terjadi pada bulan Januari 2021 sebesar
151250 dan Mei 2021 yaitu sebesar Rp.138000, dimana jika dilihat dari
keseluruhan pada tabel dapat diketahui rata-rata selisih setiap bulannya sebesar
Rp. 80.812,68. Hasil selisih terbesar pada bulan januari dan mei dikarenakan pada
bulan tersebut tidak dilakukan pembelian bahan baku sehingga biaya pemesanan
ditiadakan. Jika dilihat dari Tabel 4.10 juga bisa dihitung berapa total TIC selama
satu tahun, diketahui bahwa total TIC pada kebijakan perusahaan sebesar
Rp.2.650.000 dan total pada perhitungan persediaan bahan baku hanya sebesar
Rp.1841935,22 dengan selisih sebesr Rp.969752,1, sehingga dapat dikatakan
bahwa pengeluaran yang dikeluarkan oleh perusahaan masih dapat diminimalisir,
maka diharapkan perusahaan dapat menggunakan metode tersebut sebagai
perbaikan terhadap persediaan bahan baku yang telah ada agar dapat lebih efisien
dalam pembelian bahan baku, penggunaan bahan baku, penyimpanan bahan baku
hingga biaya persediaan.
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada penelitian ini yaitu
1. Pembelian terendah terjadi di bulan September 2020 sebesar 195 Kg.
Pembelian yang naik turun setiap bulannya dipengaruhi oleh stock petani
kopi. Rata-rata penggunaan bahan baku setiap bulannya sekitar 180-190
kg. Selisih jumlah pembelian bahan baku kopi antara kebijakan
perusahaan dengan model perhitungan persediaan bahan baku terendah
terjadi pada bulan Maret 2021 yaitu sebesar 14 Kg, Sedangkan selisih
tertinggi yaitu pada bulan April 2021 yaitu sebesar 50 Kg. Rata- rata
selisih pembelian bahan baku adalah 31,53 Kg.
2. Pelaksanaan perencanaan persediaan bahan baku yang terdiri dari
pelaksanaan: Pembelian bahan baku, penerimaan bahan baku,
penyimpanan bahan baku, pengeluaran bahan baku.
5.2 Saran
Adapun saran dalam penelitian ini yaitu menambah pengujian lain terkait
perkembangan bisnis Champoan seperti pengujian Important Performance
Analysis (IPA)
DAFTAR PUSTAKA
Mulyadi, 2005, Akuntansi Biaya, Edisi Kelima, Yogyakarta: Unit Penerbit dan
Pecetakan Akademi Manajemen Perusahaan YKPN.
Prawirosentono, Suyadi, 2007, Filosofi Baru Tentang Mutu Terpadu. Edisi 2.
Jakarta: Bumi Aksara.