Anda di halaman 1dari 17

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum dan Profil Perusahaan


Champoan merupakan industri yang bergerak dalam bidang roastery kopi,
produksi bubuk flavour, dan sirup. Industri ini berdiri sejak Mei 2018 yang
berlokasi di jalan Mastrip Kabupaten Jember. Produk unggulan industri
Champoan adalah ptoduk kopinya terutama Robusta Attack, Hal ini dikarenakan
persediaan bahan baku yang cukup banyak di Jember dan kualitasnya cukup baik.
Selain itu produk robusta attack ini merupakan produk yang banyak diminati,
seperti yang dapat dilihat bahwa mulai menjamurnya kedai kopi yang ada saat ini.
Champoan memiliki 4 jumlah karyawan dan tempat produksi seluas 20 m2
dan gudang penyimpanan bahan baku seluas 15 m2. Produk yang diproduksi
adalah powder, sirup dan kopi. Proses produksi dilakukan setiap hari selama 2-3
jam. Kapasitas produksi setiap produk berbeda-beda yaitu 30kg powder per
produksi, 20-25kg kopi per produksi dan 15 L sirup per produksi. Produk yang
diolah setiap hari dalam tiga hari selalu berbeda karena jangka waktu produksi per
produk adalah 3 hari, missal hari senin dilakukan produksi kopi, hari selasa
produksi powder, dan hari rabu produksi sirup, hal tersebut berulang dalam satu
minggu, sehingga dalam kurun waktu satu bulan (26 hari kerja) setiap produk
diproduksi sebanyak 8 kali.
Bahan baku kopi yang digunakan industri ini merupakan hasil panen oleh
petani disekitar Kawasan Jember yaitu Ijen, Silo dan Kawasan Argopuro. Hal
tersebut dimaksutkan untuk mengangkat hasil panen petani local kabupaten
Jember menjadi produk siap beli dan siap dipasarkan serta bersaing dengan
produk diluaran sana.

4.2 Persediaan Bahan Baku Biji Kopi Pada Industri ‘Champoan”


4.2.1 Asal bahan baku
Assauri (2004) pengertian bahan baku meliputi semua bahan yang
dipergunakan dalam perusahaan kecuali terdapat bahan-bahan yang secara fisik
akan digabungkan dengan produk yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut.
Asal bahan baku industry kopi “Campoan” diperolah langsung dari petani
yang berada di daerah tapal kuda Jember dan Bondowoso. Berdasarkan hasil
wawancara biji kopi yang digunakan dalam pembuatan kopi di industry kopi
Champoan ini merupakan biji kopi pilihan yang dihasilkan dari ijen, silo dan
argopuro dengan harga Rp. 26.000/ kg. ketersediaan bahan baku dalam jumlah
dan waktu yang tepat akan mempengaruhi produktifits industry dalam proses
produksi.
Bahan baku yang didapatkan oleh industry Champoan dibeli langsung
kepada petani oleh karyawan industri agar bahan baku yang diinginkan sesuai
dengan standart produksi industry serta mendapatkan harga yang sesuai.
Pengambilan bahan baku biji kopi robusta dilakukan pada tiga tempat yang
berbeda, hal ini dilakukan untuk menghindari kekurangan bahan baku jika
sewaktu-waktu satu tempat sedang tidak bisa memberikan stok bahan baku pada
produksi, namun dengan harga yang masih sama dan jarak tempuh pembelian
yang relative berjarak sama, sehingga biaya pembelian bahan baku tidak
membengkak.
4.2.2 Pembelian dan penggunaan bahan baku
Produksi kopi banyak diminati oleh masyarakat sekitar sehingga
permintaan pasar akan produksi kopi semakin tinggi terutama dengan semakin
banyaknya kedai kopi di sekitar kota Jember, untuk itu industry kopi champoan
tentu saja harus selalu menyediakan bahan baku biji kopi agar produksi tetap
berjalan. Data yang terdapat pada industry kopi “Champoan” bulan September
2020 – Agustus 2021 dapat dilihat pada table 4.1.
Table. 4.1 jumlah pembelian dan penggunaan bahan baku
Pembelian bahan Penggunaan
No Jumlah
Bulan 2545
baku kopi (kg) bahan2240
baku (kg)
1 Rata-rata
September 212,08
195 186,67
160
2 Oktober 200 200
3 November 210 170
4 Desember 200 180
5 Januari 200 160
6 Februari 235 200
7 Maret 220 200
8 April 250 210
9 Mei 200 200
10 Juni 220 200
11 Juli 215 180
12 Agustus 200 180
Sumber : Data primer, 2021

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa pembelian bahan baku tertinggi yaitu pada
bulan April 2021 sebesar 250 Kg dan pembelian terendah terjadi di bulan
September 2020 sebesar 195 Kg. pembelian yang naik turun setiap bulannya
dipengaruhi oleh stock petani kopi namun selalu diusahakan tidak kurang dari 190
Kg biji kopi karena rata-rata penggunaan bahan baku setiap bulannya sekitar 180-
190 kg.
Penggunaan bahan baku pada proses produksi memerlukan pengawasan
dan pengendalian yang tepat sehingga menghindari terjadina inefisiensi dalam
kegiatan produksi akibat tingginya biaya persediaan dan kurang maksimalnya
penggunaan luas tempat untuk inventory bahan baku.
Pengendalian penggunaan bahan baku dilakukan agar proses produksi
berjalan lancar, salah satu cara pengendalaian bahan baku yaitu dengan
perencanaan persediaan yang meliputi keputusan tentang kapan harus melakukan
pemesanan terhadap suatu item yang harus dipesan dengan memperhitungkan pula
biaya sarana dan prasarana, serta biaya yang diperlukan selama periode
pemesanan persediaan dilakukan.
4.2.3 Pembelian bahan baku kopi
Kuantitas pemesanan bahan baku yang optimal dalam penyediaan bahan
baku untuk pengolahan biji kopi menjadi kopi terlebih dahulu harus mengetahui
jumlah pembelian bahan baku kopi tiap bulannya. Berikut ini dapat dilihat total
pembelian bahan baku pada table 4.2
Tabel 4.2 Jumlah Pembelian dan Frekuensi Pembelian per Permbelian setiap
Bulan
Frekuensi
No Bulan Pembelian bahan baku (F)
kopi (kg)
1 September 195 1
2 Oktober 200 1
3 November 210 1
4 Desember 200 1
5 Januari 200 1
6 Februari 235 1
7 Maret 220 1
8 April 250 1
9 Mei 200 1
10 Juni 220 1
11 Juli 215 1
12 Agustus 200 1
Jumlah 2545
Rata-rata 212,08
Sumber : Data primer (2021)
Dilihat dari tabel 4.2. dapat diketahui bahwa pembelian bahan baku naik
turun, hal tersebut diakibatkan oleh persediaan biji kopi dari petani yang tidak
pasti, hal tersebut disebabkan oleh kondisi cuaca dan serangan hama pada
tanaman kopi. Jumlah pembelian tertinggi biji kopi yaitu pada bulan April 2021
sebanyak 250 Kg dan pembelian terendah pada bulan September 2020 195 Kg,
rata-rata pembelian sebesar 212 Kg.
Suatu perusahaan akan berjalan dengan baik apabila mempunyai prosedur
pembelian yang efektif dan efisien. Prosedur pembelian menurut Mulyadi (2011)
dalam bukunya yang berjudul “Sistem Akuntansi” secara garis besar prosedur
dalam sistem akuntansi pembelian terdiri dari 6 prosedur yang meliputi :
1. Prosedur Permintaan Pembelian
Dalam prosedur ini fungsi gudang mengajukan permintaan pembelian
dalam formulir surat permintaan pembelian. Jika barang tidak disimpan di
gudang, misalnya untuk barang-barang yang langsung pakai, fungsi yang
memakai barang mengajukan permintaan pembelian langsung ke fungsi
pembelian dengan menggunakan surat permintaan pembelian.
2. Prosedur Permintaan Penawaran Harga dan Pemilihan Pemasok
Dalam prosedur ini, fungsi pembelian mengirimkan surat permintaan
penawaran harga kepada para pemasok untuk memperoleh informasi
mengenai harga barang dan berbagai syarat pembelian yang lain.
3. Prosedur order pembelian
Dalam prosedur ini, fungsi pembelian mengirimkan surat order pembelian
kepada pemasok yang dipilih dan memberitahukan kepada unit-unit
organisasi lain dalam perusahaan.
4. Prosedur Penerimaan Barang
Dalam prosedur ini, penerimaan melakukan pemeriksaan mengenai jenis,
kuantitas dan mutu barang yang diterima dari pemasok.
5. Prosedur Pencatatan
Dalam prosedur ini, fungsi akuntansi memeriksa dokumen-dokumen yang
berhubungan dengan pembelian.
6. Prosedur Distribusi Pembelian
Prosedur ini meliputi distribusi rekening yang di debet dari transaksi
pembelian untuk kepentingan pembuatan laporan manajemen.
4.2.4 Total Biaya Persediaan Bahan Baku
Rincian total biaya persediaan bahan baku pada industri kopi Champoan
pada setiap bulan antara bulan September 2020 – Agustus 2021 bisa dilihat pada
table 4.3
Tabel 4.3 Biaya persediaan bahan baku

Biaya Pemesanan
per Pemesanan Biaya Total Biaya
No Bulan
(Rp) Penyimpanan persediaan
(Rp) (Rp)
1 September 85000 125000 210000
2 Oktober 85000 125000 210000
3 November 90000 125000 225000
4 Desember 90000 125000 225000
5 Januari 90000 125000 225000
6 Februari 90000 125000 225000
7 Maret 90000 125000 225000
8 April 90000 125000 225000
9 Mei 90000 150000 225000
10 Juni 90000 150000 240000
11 Juli 90000 150000 240000
12 Agustus 90000 150000 240000
Rata-rata 89166,67 133333,33 226250

Sumber : Data primer (2021)

Table 4.3 menunjukkan bahwa total persediaan bahan baku tertinggi


adalah pada empat bulan trakhir yaitu Mei – Agustus 2021 dan total biaya
terendah adalah pada bulan September dan Oktober 2020. Biaya penyimpanan
adalah biaya sewa Gudang sebesar Rp. 125.000 pada bulan September 2020 –
April 2021 dan mulai naik pada bulan Mei – Agustus menjadi Rp.1500.000, biaya
listrik setiap bulan diakumulasikan sebesar Rp. 25.000 dan biaya sewa awal pada
bulan September 2020 – April 2021 sebesar 1.200.000 per tahun sehingga biaya
sewa setiap bulannya adalah Rp. 100.000 dan naik pada bulan Mei 2021 menjadi
Rp. 1.500.000 per taun sehingga biaya sewa perbulan adalah Rp.125.000.
Sedangkan untuk biaya pemesanan pada bulan September dan Oktober 2020
sebesar Rp. 85.000 dan naik pada bulan selanjutnya sebesar Rp. 90.000, hal itu
disebabkan oleh ketentuan biaya kirim dari petani.

4.3 Analisis Persediaan Biji Kopi Menggunakan Metode EOQ

Penggunaan metode EOQ dalam analisis persediaan biji kopi berfungsi


untuk melakukan pembelian bahan baku secara ekonomis yaitu pembelian yang
menimbulkan biaya paling rendah. Perhitungan EOQ membutuhkan data-data
antara lain jumlah pembelian kopi (D) dalam waktu satu bulan, biaya pemesanan
dalam satu kali pemesanan (S), dan biaya penyimpanan kopi per kilogram (H).
Data-data tersebut tersaji dalam Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Jumlah pembelian kopi, biaya pemesanan, dan biaya penyimpanan

Biaya
Jumlah pembelian
Biaya Pemesanan penyimpanan biji
No Bulan kopi (Kg)
per pemesanan kopi (Rp/Kg)
(D)
Kopi (Rp) (H)
1 September 195 85000 641,03
2 Oktober 200 85000 625
3 November 210 90000 595,24
4 Desember 200 90000 625
5 Januari 200 90000 625
6 Februari 235 90000 531,91
7 Maret 220 90000 568,18
8 April 250 90000 500
9 Mei 200 90000 750
10 Juni 220 90000 681,81
11 Juli 215 90000 697,67
12 Agustus 200 90000 750
Rata-rata 212,08 89166,67 628,68
Sumber : Data primer (2021)

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa pembelian bahan baku


terendah yaitu pada bulan September 2020 yaitu 195 Kg dan pembelian bahan
baku tertinggi yaitu pada bulan April 2021, sedangkan biaya pemesanan per
pemesanan yang paling rendah adalah pada bulan September dan oktober 2020
yaitu sebesar Rp.85.000 dan biaya tertinggi yaitu pada bulan selanjutnya hingga
Agustus 2021. Biaya penyimpanan kopi per Kg paling rendah adalah pada bulan
Februari 2021 yaitu Rp.531,91 dan biaya tertinggi pada bulan Mei dan Agustus
yaitu sebesar Rp.750 . Berdasarkan data Tabel dan analisis diatas kemudian dapat
dilakukan perhitungan EOQ dan Total Inventory Cost (TIC) persediaan biji kopi
yang dapat dilihat pada Tabel 4.5
Tabel 4.5 Perhitungan EOQ dan TIC persediaan biji kopi
EOQ Frekuensi TIC
No Bulan
(Kg) (F) (Rp)
1 September 227,41 1 145773,80
2 Oktober 233,24 1 145773,80
3 November 252,00 1 155884,57
4 Desember 240,00 1 155884,57
5 Januari 240,00 1 155884,57
6 Februari 282,00 1 155884,57
7 Maret 234,00 1 155884,57
8 April 300,00 1 155884,57
9 Mei 219,09 1 155884,57
10 Juni 241,00 1 164316,77
11 Juli 235,52 1 164316,77
12 Agustus 219,09 1 164316,77
Rata-rata 243,61 156307,49
Sumber : Data diolah, (2021)
Tabel menunjukan jumlah pembelian ekonomis biji kopi berdasarkan EOQ
rata-rata sebesar 243,61 kg, sedangkan rata-rata total inventory cost menunjukan
biaya sebesar Rp.156.307,49 dengan frekuensi pembelian sebanyak satu kali
setiap bulan.

4.4 Analisis persediaan pengaman (Safety Stock)


Besarnya persediaan pengaman (safety stock) dipengaruhi oleh besarnya
penggunaan bahan baku yang digunakan. Besarnya penggunaan bahan baku
tepung terigu setiap periode produksi menentukan besarnya standar deviasi.
Besarnya safety stock bahan baku tepung terigu optimal menurut metode
Economic Order Quantity sebagai berikut.
Tabel 4.6 Hasil perhitungan Safety Stock
Rata-rata kebutuhan Waktu tunggu Safety stock
bahan per produksi (dua
kali dalam satu minggu)
23 kg 3 hari 69 kg
Sumber : Data diolah, 2021
Tabel 4.6 menunjukan kebutuhan bahan dalam satu kali produksi adalah
sebesar 23 kg. Kegiatan produksi berlangsung dua kali dalam waktu satu minggu.
Perhitungan persediaan pengaman berdasarkan lama waktu tunggu pemesanan
selama 3 hari adalah sebesar 69 kg.
Waktu tunggu yang telah ditentukan merupakan jangka waktu antara
pemesanan bahan baku dan datangnya bahan baku yang telah dipesan. Waktu
tunggu dipengaruhi oleh stok biji kopi petani dan waktu persiapan petani untuk
melakukan pengiriman karena pengiriman yang dilakukan merupakan pengiriman
satu kali jalan bersamaan dengan pesanan yang lain. Jadi pemesanan dan
pengiriman sudah terjadwal dengan jangka waktu tunggu selama 3 hari tersebut.

4.5 Pemesanan Kembali (Reorder Point)


Reorder point (ROP) merupakan saat atau titik di mana harus dilakukan
pemesanan kembali sehingga bahan baku yang dipesan dapat datang tepat waktu
saat persediaan diatas safety stock sama dengan nol. Reorder point dapat
dilakukan apabila jumlah persediaan yang terdapat dalam gudang berkurang terus
akibat penggunaan bahan baku sehingga harus ditentukan berapa banyak batas
minimal tingkat persediaan yang harus dipertimbangkan sehingga tidak terjadi
kekurangan persediaan. Perhitungan reorder point dapat dilihat pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7 Hasil perhitungan ROP
No Bulan ROP
1 September 130
2 Oktober 145
3 November 134
4 Desember 138
5 Januari 130
6 Februari 145
7 Maret 145
8 April 149
9 Mei 145
10 Juni 145
11 Juli 138
12 Agustus 138
Rata-rata 140
Sumber : Data diolah (2021)
Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa rata-rata nilai ROP adalah
140 Kg sehingga ketika bahan baku sudah mendekati nilai tersebut maka dari itu
sudah semestinya perusahaan melakukan pemesanan bahan baku dimana waktu
tunggu pemesanan bahan baku adalah selama 3 hari dan safety stock perusahaan
adalah 69kg yang artinya pada jangka waktu 3 hari menunggu tersebut stock
bahan baku masih tersedia hingga batas batas aman persediaan sebesar 69 Kg
tersebut.
Pemesanan Kembali dalam perusahaan sebenarnya sudah ada, namun
belum ditentukan jumlah batas aman sisa bahan baku dan waktu tepat untuk
melakukan pemesanan kembali sehingga akan dapat mengganggu proses produksi
seperti pada saat waktu tunggu pesanan selama 3 hari tersebut ternyata bahan
baku yang digunakan kurang atau bahkan habis, maka dengan menggunakan
metode analisis persediaan bahan baku menghitung nilai ROP industri kopi
“Champoan” dapat memperhitungkan berapa jumlah minimum aman bahan baku
dalam penyimpanan dan waktu yang tepat dilakukannya pemesanan Kembali pada
petani kopi sehingga proses produksi tetap berjalan lancar.

4.6 Analisis Selisih Efisiensi Persediaan bahan baku Menurut Kebijakan


perusahaan dengan Analisis persediaan Bahan Baku
Sistem persediaan adalah serangkaian kebijaksanaan danpengendalian
yang memonitor tingkat persediaan dan menentukan tingkat persediaan dan
menentukan tingkat persediaan yang harus dijaga, kapan persediaan harus diisi,
dan berapa besar pesanan yang harus dilakukan. Sistem ini bertujuan menetapkan
dan menjamin tersedianya sumberdaya yang tepat, dalam kuantitas yang tepat dan
pada waktu yang tepat. Istilah persediaan (iventory) adalah istilah umum yang
menunjukan segala sesuatu atau sumber daya organisasi yang disimpan dalam
antisipasinya dalam pemenuhan permintaan (Handoko, 2000).
Persediaan bahan baku yang optimal akan mempengaruhi ketersediaan
bahan baku yang baik, sehingga segala aktifitas produksi akan berjalan lancar.
Metode yang baik akan memberikan pengaruh terhadap segala aktifitas industri,
oleh karena itu untuk dapat mengetahui metode mana yang lebih efisien dalam
penyediaan bahan baku, maka diperlukan perbandingan antara penyediaan bahan
baku menurut kebijakan perusahaan dan penyediaan bahan baku menurut
perhitungan Persediaan Bahan Baku. Perbandingan selisih efisiensi jumlah dan
frekuensi pembelian bahan baku kopi pada bulan September 2020 – Agustus 2021
telihat pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8 Perbandingan kuantitas order perusahaan dan hasil perhitungan EOQ
No Kebijakan Perusahaan Persediaan Bahan Baku Selisih
Bulan
. Q (kg) F (kali) Q (kg) F (kali) Q (kg)
1 September 195 1 227,41 1 32,41
2 Oktober 200 1 233,24 1 33,24
3 November 210 1 252 1 42,00
4 Desember 200 1 240 1 40,00
5 Januari 200 1 240 1 40,00
6 Februari 235 1 282 1 47,00
7 Maret 220 1 234 1 14,00
8 April 250 1 300 1 50,00
9 Mei 200 1 219,1 1 19,09
10 Juni 220 1 241 1 21,00
11 Juli 215 1 235,5 1 20,52
12 Agustus 200 1 219,1 1 19,09
Jumlah 2545 2923,4 378,34
Rata-rata 212 243,63 31,53
Sumber : Data diolah (2021)
Tabel 4.8 telah menjelaskan bahwa jumlah pembelian bahan baku setelah
EOQ juga tetap naik turun hal itu dipengaruhi oleh pembelian bahan baku yang
berubah-ubah setiap bulannya namun biaya pemesanan semakin bulan semakin
naik serta biaya penyimpanan juga, sehingga dari bulan September 2020 hingga
Agustus 2012 nilai selisih antara pembelian kebijakan industry dan pembelian
persediaan bahan baku fluktuatif. Selisih jumlah pembelian bahan baku kopi
antara kebijakan perusahaan dengan model perhitungan persediaan bahan baku
terendah terjadi pada bulan Maret 2021 yaitu sebesar 14 Kg, sedangkan selisih
tertinggi yaitu pada bulan April 2021 yaitu sebesar 50 Kg. rata- rata selisih
pembelian bahan baku adalah 31,53 Kg.
Berdasarkan dari perbandingan pembelian bahan baku kebijakan
perusahaan dan pembelian bahan baku berdasarkan perhitungan persediaan bahan
baku menggunakan EOQ, maka dapat dihitung frekuensi pembelian optimal
R 2545
Frekuensi Pemesanan = =
Q 243,63
= 10 kali
Berdasarkan perhitungan diatas maka industri dapat memaksimalkan biaya
persediaan bahan baku hanya dengan 10 kali pemesanan dari yang mulanya 12
kali pemesanan setiap tahunnya, sehingga dapat memangkas biaya pemesanan dan
penyimpanan bahan baku serta dapat memenuhi kebutuhan bahan baku untuk
produksi lebih efisien. Perhitungan frekuensi pemesanan ini juga dapat
mempermudah perusahaan menentukan kapan harus melakukan pemesanan
kembali dan kapan harus berhenti yang bisa dilihat pada Tabel 4.9.
Tabel 4.9 Pembelian bahan baku frekuensi 10 kali

Pembelian Bahan Baku Sisa Bahan Baku


No Bulan (Kg)
EOQ (Kg)
227,41 40,32
1 September
233,24 86,48
2 Oktober
252 151,4
3 November
240 204,31
4 Desember
17,23
5 Januari
282 112,15
6 Februari
234 159,06
7 Maret
300 271,98
8 April
84,9
9 Mei
241 138,81
10 Juni
235,5 187,23
11 Juli
219 219,15
12 Agustus
Jumlah 2464,15
Sumber : Data diolah, (2021)
Berdasarkan pada Tabel 4.9 tidak terjadi pembelian bahan baku pada bulan
ke 5 atau bulan Januari 2021 dan bulan ke 9 atau pada bulan Mei 2021. Hasil
perhitungan diatas didapatkan dari selisih pembelian bahan baku dengan rata-rata
produksi setiap bulan sebesar 188 Kg, sehingga didapatkan hasil sisa bahan baku
setiap bulan, pada bulan ke-5 sisa bahan baku sudah memenuhi rata-rata
pembelian bahan baku sesuai kebijakan perusahaan setiap bulannya sebesar 200
Kg sehingga pada bulan ke-5 tidak dilakukan pembelian, hal sama terjadi pula
pada bulan ke-9 atau pada bulan Mei sehingga pada bulan Mei juga tidak
dilakukan pembelian bahan baku. Total pembelian bahan baku EOQ sebesar
2464,15 Kg, jumlah tersebut sudah bisa memenuhi kebutuhan bahan baku selama
setahun sebesar 2240 Kg, jika dibandingkan dari pembelian bahan baku sesuai
dengan kebijakan perusahaan sebesar 2545 Kg selama satu tahun dengan 12 kali
pembelian dengan pembelian pada Tabel 4.9 maka didapatkan hasil pada Tabel
4.9 ini lebih efisien dimana tidak adapnya penimbunan sisa bahan baku yang
berlebihan setelah produksi, frekuensi pembelian lebih sedikit, dan juga biaya
akan lebih kecil pula.

4.7 Analisis Selisih Efisiensi Total Biaya Persediaan Bahan Baku Kopi
Total Inventory Cost (TIC) merupakan jumlah dari total biaya pemesanan
perpesanan dengan total biaya penyimpanan per kg. Biaya pemesan pada industri
kopi “Champoan” terdiri dari biaya telepon,dan biaya transpotasi. Sedangkan
biaya penyimpanan pada industri kopi “Champoan” terdiri dari biaya penyusutan
alat.
Perbandingan efisiensi total biaya persediaan bahan baku kopi ini akan
menunjukkan seberapa besar total biaya yang dikeluarkan oleh industri dan
menurut perhitungan persediaan bahan baku, sehingga dapat diketahui selisih dari
masing-masing metode tersebut terlihat pada Tabel 4.10.
Tabel 4.10 Perbandingan TIC perusahaan dan hasil perhitungan TIC persediaan
bahan baku
TIC (Rp)
Selisih
No. Bulan Kebijakan Perusahaan Persediaan Bahan
(Rp)
(RP) Baku (Rp)
1 September 210000 145773,8 64226,2
2 Oktober 210000 145773,8 64226,2
3 November 225000 150000 65000
4 Desember 225000 150000 65000
5 Januari 225000 63750 151250
6 Februari 225000 150000 65000
7 Maret 225000 150000 65000
8 April 225000 150000 65000
9 Mei 225000 102000 138000
10 Juni 240000 164316,77 75683,23
11 Juli 240000 164316,77 75683,23
12 Agustus 240000 164316,77 75683,23
Total 2670000 1841935,22 969752,1
Rata-rata 222500 141687,32 80812,68
Sumber : Data primer (2021)

Berdasarkan tabel 4.10 dapat diketahui bahwa selisih terendah total biaya
persediaan bahan baku kopi antara kebijakan perusahaan dengan perhitungan
persediaan bahan baku terjadi pada bulan September-Oktober 2020 yaitu sebesar
Rp.64226,2 sedangkan selisih tertinggi terjadi pada bulan Januari 2021 sebesar
151250 dan Mei 2021 yaitu sebesar Rp.138000, dimana jika dilihat dari
keseluruhan pada tabel dapat diketahui rata-rata selisih setiap bulannya sebesar
Rp. 80.812,68. Hasil selisih terbesar pada bulan januari dan mei dikarenakan pada
bulan tersebut tidak dilakukan pembelian bahan baku sehingga biaya pemesanan
ditiadakan. Jika dilihat dari Tabel 4.10 juga bisa dihitung berapa total TIC selama
satu tahun, diketahui bahwa total TIC pada kebijakan perusahaan sebesar
Rp.2.650.000 dan total pada perhitungan persediaan bahan baku hanya sebesar
Rp.1841935,22 dengan selisih sebesr Rp.969752,1, sehingga dapat dikatakan
bahwa pengeluaran yang dikeluarkan oleh perusahaan masih dapat diminimalisir,
maka diharapkan perusahaan dapat menggunakan metode tersebut sebagai
perbaikan terhadap persediaan bahan baku yang telah ada agar dapat lebih efisien
dalam pembelian bahan baku, penggunaan bahan baku, penyimpanan bahan baku
hingga biaya persediaan.
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada penelitian ini yaitu
1. Pembelian terendah terjadi di bulan September 2020 sebesar 195 Kg.
Pembelian yang naik turun setiap bulannya dipengaruhi oleh stock petani
kopi. Rata-rata penggunaan bahan baku setiap bulannya sekitar 180-190
kg. Selisih jumlah pembelian bahan baku kopi antara kebijakan
perusahaan dengan model perhitungan persediaan bahan baku terendah
terjadi pada bulan Maret 2021 yaitu sebesar 14 Kg, Sedangkan selisih
tertinggi yaitu pada bulan April 2021 yaitu sebesar 50 Kg. Rata- rata
selisih pembelian bahan baku adalah 31,53 Kg.
2. Pelaksanaan perencanaan persediaan bahan baku yang terdiri dari
pelaksanaan: Pembelian bahan baku, penerimaan bahan baku,
penyimpanan bahan baku, pengeluaran bahan baku.

5.2 Saran
Adapun saran dalam penelitian ini yaitu menambah pengujian lain terkait
perkembangan bisnis Champoan seperti pengujian Important Performance
Analysis (IPA)
DAFTAR PUSTAKA

Adisaputro, Gunawan dan Marwan Asri. 2013. Anggaran Perusahaan. Edisi


Kedua. Yogyakarta: BPFE

Ahyari, Agus. 2012. Manajemen Produksi Perencanaan Sistem Produksi.


Yogyakarta : BPFE.

Assauri, Sofjan. 2004. Manajemen Pemasaran. Jakarta: Rajawali Press

Assauri, Sofyan, 2008, Manajemen Pemasaran, edisi pertama, cetakan kedelapan,


Penerbit : Raja Grafindo, Jakarta

Bastian Bustami, Nurlela (2013), Akuntansi Biaya, Edisi 4. Jakarta : Salemba


Empat.

Basyir, A. U. 2006. Mengapa Ragu Tinggalkan Rokok. Pustaka AtTazkia,


Bandung.

Carter, William K. 2012. Akuntansi Biaya. Jakarta: Salemba Empat.

Handoko, T. Hani. (2011). Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi.


Yogyakarta: BPFE

Kusuma, H. 2009. Manajemen Produksi. Yogyakarta : Andi.

Mulyadi, 2005, Akuntansi Biaya, Edisi Kelima, Yogyakarta: Unit Penerbit dan
Pecetakan Akademi Manajemen Perusahaan YKPN.
Prawirosentono, Suyadi, 2007, Filosofi Baru Tentang Mutu Terpadu. Edisi 2.
Jakarta: Bumi Aksara.

Rangkuti, Freddy. 2004. Manajemen Persediaan Aplikasi di Bidang Bisnis.


Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Yamit, Zulian. (2003). Manajemen Persediaan. Yogyakarta: EKONISIA.

Anda mungkin juga menyukai