Anda di halaman 1dari 9

Styrofoam dan Melamin

Kemasan makanan merupakan bagian dari makanan yang sehari-hari kita konsumsi. Bagi
sebagian besar orang, kemasan makanan hanya sekadar bungkus makanan dan cenderung
dianggap sebagai pelindung makanan. Sebetulnya tidak tepat begitu, tergantung jenis bahan
kemasan.Kemasan pada makanan mempunyai fungsi kesehatan, pengawetan, kemudahan,
penyeragaman, promosi, dan informasi. Ada begitu banyak bahan yang digunakan sebagai
pengemas primer pada makanan, yaitu kemasan yang bersentuhan langsung dengan
makanan.Tetapi tidak semua bahan ini aman bagi makanan yang dikemasnya.

1. Styrofoam

Bahan pengemas styrofoam atau plastik busa berbahan dasar polistiren telah menjadi salah satu
pilihan yang paling populer dalam bisnis pangan. Tetapi, riset terkini membuktikan bahwa
styrofoam diragukan keamanannya. Styrofoam yang dibuat dari kopolimer styren ini menjadi
pilihan bisnis pangan karena mampu mencegah kebocoran dan tetap mempertahankan bentuknya
saat dipegang. Selain itu, bahan tersebut juga mampu mempertahankan panas dan dingin, tetapi
tetap nyaman dipegang, mempertahankan kesegaran dan keutuhan bahan yang dikemas, biaya
murah, lebih aman, serta ringan. Pada Juli 2001, Divisi Keamanan Pangan Pemerintah Jepang
mengungkapkan bahwa residu styrofoam dalam makanan sangat berbahaya. Residu itu dapat
menyebabkan endocrine disrupter (EDC), yaitu suatu penyakit yang terjadi akibat adanya
gangguan pada system endokrinologi dan reproduksi manusia akibat bahan kimia karsinogen
dalam makanan. Styrofoam yang ringan dan praktis ini masuk dalam kategori jenis plastik.
berikut bahaya styrofoam.

o Dapat Menyebabkan Kanker

Styrofoam ini sesungguhnya masih tergolong keluarga plastik. Plastik pada bahan styrofoam
tersusun dari polimer, yakni rantai panjang dari satuan-satuan yang lebih kecil yang disebut
monomer. Bila makanan dibungkus dengan plastik, monomer-monomer ini dapat berpindah ke
dalam makanan dan selanjutnya berpindah ke tubuh orang yang mengonsumsinya. Bahan-bahan
kimia yang telah masuk ke dalam tubuh ini tidak larut dalam air sehingga tidak dapat dibuang
keluar, baik melalui urine maupun kotoran.
Penumpukan bahan-bahan kimia berbahaya dari plastik di dalam tubuh dapat memicu
munculnya kanker. Bahkan, beberapa lembaga dunia seperti World Health Organization,
International Agency for Research on Cancer, dan EPA (Enviromental Protection Agency) telah
nyata-nyata mengkategorikan styrofoam sebagai bahan karsinogen (bahan penyebab kanker)

o Mengandung Formalin

Pada plastik pembungkus makanan dan styrofoam juga ditemukan zat pengawet mayat.
Berdasarkan penelitian, pembungkus berbahan dasar plastik rata-rata mengandung 5 ppm
formalin. Satu ppm adalah setara dengan satu miligram per kilogram. Formalin pada plastik atau
styrofoam ini, lanjutnya, merupakan senyawa-senyawa yang terkandung dalam bahan dasar
plastik.
Namun, zat racun tersebut baru akan luruh ke dalam makanan akibat kondisi panas, seperti
saat terkena air atau minyak panas. Oleh sebab itu, hidangan panas yang akan disajikan ke dalam
kotak styrofoam sebaiknya didinginkan dahulu dan diberi alas daun, jangan plastik.

o Berdampak Buruk terhadap Kesehatan

Styrofoam jadi berbahaya karena terbuat dari butiran-butiran styrene, yang diproses dengan
menggunakan benzana. Padahal benzana termasuk zat yang bisa menimbulkan banyak penyakit.
Benzana bisa menimbulkan masalah pada kelenjar tyroid, mengganggu sistem syaraf sehingga
menyebabkan kelelahan, mempercepat detak jantung, sulit tidur, badan menjadi gemetaran, dan
menjadi mudah gelisah.
Dibeberapa kasus, benzana bahkan bisa mengakibatkan hilang kesadaran dan kematian. saat
benzana termakan, dia akan masuk ke sel-sel darah dan lama-kelamaan akan merusak sumsum
tulang belakang. Akibatnya produksi sel darah merah berkurang dan timbullah penyakit anemia.
Efek lainnya, sistem imun akan berkurang sehingga kita mudah terinfeksi. Pada wanita, zat ini
berakibat buruk terhadap siklus menstruasi dan mengancam kehamilan. Dan yang paling
berbahaya, zat ini bisa menyebabkan kanker payudara dan kanker prostat.
Pada Juli 2001, Divisi Keamanan Pangan Pemerintah Jepang mengungkapkan bahwa residu
styrofoam dalam makanan sangat berbahaya. Residu itu dapat menyebabkan endocrine disrupter
(EDC), yaitu suatu penyakit yang terjadi akibat adanya gangguan pada sistem endokrinologi dan
reproduksi manusia akibat bahan kimia karsinogen dalam makanan.

o Semakin Panas Semakin Cepat

Semakin tinggi suhu makanan yang dimasukkan ke dalam plastik, semakin cepat terjadi
perpindahan ini. Apalagi bila makanan berbentuk cair seperti bakso, mi ayam, sup, sayuran
berkuah dan sebagainya. Saat makanan panas ini dimasukkan ke dalam plastik, kita bisa lihat
plastik menjadi lemas dan tipis. Inilah tanda terputusnya ikatan-ikatan monomer. Perpindahan
monomer juga terjadi bila makanan atau minuman dalam wadah plastik terkena panas matahari
secara langsung.
Padahal di restoran-restoran siap saji dan di tukang-tukang makanan di pinggir jalan,
styrofoam digunakan untuk membungkus makanan yang baru dimasak. Malahan ada restoran
cepat saji yang memanaskan lagi makanan yang telah terbungkus styrofoam di dalam
microwave. Bayangkan, betapa banyaknya zat kimia yang pindah ke makanan kita dan akhirnya
masuk ke dalam tubuh kita.

o Semakin Berlemak Semakin Cepat

Saat makanan atau minuman ada dalam wadah styrofoam, bahan kimia yang terkandung dalam
styrofoam akan berpindah ke makanan. Perpindahannya akan semakin cepat jika kadar lemak
dalam suatu makanan atau minuman makin tinggi. Selain itu, makanan yang mengandung
alkohol atau asam (seperti lemon tea) juga dapat mempercepat laju perpindahan.
Styrene, bahan dasar styrofoam, memang bersifat larut lemak dan alkohol. Karena itu, wadah
dari jenis ini tidak cocok untuk tempat susu yang mengandung lemak tinggi. Begitu pun dengan
kopi yang dicampur krim. Padahal, tidak sedikit restoran cepat saji yang menyuguhkan kopi
panasnya dalam wadah ini. Makanan yang mengandung vitamin A tinggi sebaiknya juga tidak
dipanaskan di dalam wadah styrofoam, karena styrene yang ada di dalamnya dapat larut ke
dalam makanan. Pemanasan akan memecahkan vitamin A menjadi toluene. Toluene inilah
pelarut styrene.

o Tidak Ramah Lingkungan

Selain berefek negatif bagi kesehatan, styrofoam juga tak ramah lingkungan. Karena tidak
bisa diuraikan oleh alam, styrofoam akan menumpuk begitu saja dan mencemari lingkungan.
Styrofoam yang terbawa ke laut, akan dapat merusak ekosistem dan biota laut. Beberapa
perusahaan memang mendaur ulang styrofoam. Namun sebenarnya, yang dilakukan hanya
menghancurkan styrofoam lama, membentuknya menjadi styrofoam baru dan menggunakannya
kembali menjadi wadah makanan dan minuman.
Proses pembuatan styrofoam juga bisa mencemari lingkungan. Data EPA (Enviromental
Protection Agency) di tahun 1986 menyebutkan, limbah berbahaya yang dihasilkan dari proses
pembuatan styrofoam sangat banyak. Hal itu menyebabkan EPA mengategorikan proses
pembuatan styrofoam sebagai penghasil limbah berbahaya ke-5 terbesar di dunia. Selain itu,
proses pembuatan styrofoam menimbulkan bau yang tak sedap dan melepaskan 57 zat berbahaya
ke udara.
Dengan sifat-sifatnya seperti itu, sudah selayaknya kita lebih berhati-hati menggunakan
styrofoam. Kalau hendak menggunakan styrofoam untuk menjaga makanan tetap hangat,
sebaiknya makanan dimasukkan terlebih dahulu dalam wadah tahan panas dan dijaga tidak ada
kontak langsung dengan styrofoam.
tugas kita sebagai generasi penerus mencari solusi pengganti styrofoam agar penggunaan
syrofoam bisa dikurangi,demi generasi penerus yang lebih sehat dan juga bagi bumi kita tercinta!
2. Pelamin

Melamin adalah senyawa basa organik dengan rumus kimia C3H6N6 dan memiliki nama
IUPAC 1,3,5-triazina-2,4,6-triamina. Ia hanya sedikit larut dalam air.

Melamina adalah trimer dari sianamida, dan seperti sianamida, ia mengandung 66%
nitrogen (berdasarkan massa). Ia merupakan metabolit dari siromazina, sejenis pestisida.
Melamina terbentuk dalam tubuh mamalia yang mengkonsumsi siromazina. Dilaporkan juga
siromazina diubah menjadi melamina pada tanaman.

Melamina pertama kali disintesis oleh Liebig pada tahun 1834. Pada produksi awal,
kalsium sianamida diubah menjadi disiandiamida, kemudian dipanaskan di atas titik leburnya
untuk menghasilkan melamina. Namun, pada zaman sekarang, kebanyakan pabrik industri
menggunakan urea untuk menghasilkan melamina melalui reaksi berikut

6 (NH2)2CO C3H6N6 + 6 NH3 + 3 CO2

Pertama-tama, urea terurai menjadi asam sianat pada reaksi endotermik: (NH2)2CO HCNO +
NH3. Kemudian asam sianat berpolimerisasi membentuk melamina dan karbon dioksida: 6
HCNO C3H6N6 + 3 CO2. Reaksi kedua adalah eksotermik, namun keseluruhan proses reaksi
bersifat endotermik.

Kegunaan Melamin Secara luas digunakan di plastik , bahan perekat , countertops , dishware ,
whiteboards dan fertilizers.
Standard batas kandungan Melamine :

European Food Safety Agency (EFSA) dan U.S. Food and Drug Administration (FDA)
untuk batas kandungan melamin dalam produk makanan , selain makanan bayi , adalah
kurang dari 2.5 ppm

Hong Kong untuk batasan maksimum konsentrasi melamin pada makanan bayi adalah 1
ppm dan makanan lain 2.5 ppm

FDA menetapkan batasan konsentrasi melamine yang terkonsumsi per hari yang dapat
ditoleransi adalah 0.63 mg / kg berat badan.

Peralatan makan melamin mungkin lebih terasa ringan daripada alat makan yang terbuat
dari kaca atau keramik. Tapi, ternyata peralatan makan melamin belum tentu aman untuk
kesehatan Anda. Sudah banyak penelitian yang menginformasikan dampak buruk dari melamin.
Penggunaan melamin pada makanan panas bisa mempengaruhi kesehatan anak-anak dan orang
dewasa. Makanan yang tercemar melamin berkaitan dengan munculnya batu ginjal pada anak-
anak dan orang dewasa. Parahnya, pencemaran melamin ini juga dapat menyebabkan kematian.

Dalam penelitian ini Dr Chia-Fang Wu mengukur kadar melamin urine dalam pria dan
wanita yang mengonsumsi sup dengan memakai peralatan melamin. Peneliti membandingkan
peserta yang makan sup panas dengan menggunakan mangkuk melamin dan mangkuk keramik.
Sampel urin dikumpulkan sebelum makan, dan setiap dua jam selama 12 jam setelah makan.

Hasilnya, peneliti menemukan ekskresi melamin total dalam urine selama 12 jam adalah
8,35 mikrogram per liter setelah sup dikonsumsi dari mangkuk melamin, sementara urine peserta
yang makan sup dari mangkuk keramik hanya terdapat 1, 31 mikrogram.

Makanan panas yang diletakkan dalam peralatan melamin dapat memicu lepasnya
sejumlah besar melamin
o Pengaruh Melamin bagi kesehatan :

Melamin merupakan senyawa polimer yang merupakan gabungan monomer


formaldehide (formalin) dan fenol yang apabila komponen penyusun melamin tersebut dalam
komposisi yang seimbang kelihatan aman tetapi harus diwaspadai seringkali dalam pembuatan
melamin proses pencampurannya sering kali tak terkontrol. Apabila komposisi antara
formaldehide dengan fenol tidak seimbang maka aka terjadi residu, yaitu monomer formaldehide
atau fenol yang tidak bersenyawa sempurna. Sisa monomer formaldehide inilah yang berbahaya
bagi kesehatan tubuh. Selain itu senyawa melamin rentan terhadap panas dan sinar ultravilet
yang dapat mendepolimerisasi melamin menjadi monomer formaldehide dan fenol. Meski tahan
di rentang suhu 120 derajat celcius sampai 30 derajat C di bawah nol, tapi karena menyerap
panas, melamin tak tahan dipapar panas terlalu tinggi. Apalagi terpapar dalam jangka waktu
lama. Oleh sebab itu melamin tak bisa digunakan dalam microwave. Gesekan terhadap peralatan
melamin juga berpotensi melepaskan residu formaldehide yang terperangkap sebelumnya.
Sehingga meskipun kontrol pembuatan peralatan melamin sudah baik masih menyimpan bahaya
bagi kesehatan. Formaldehide atau yang kita kenal sebagai formalin merupakan desinfektan yang
sering pula digunakan sebagai bahan pengawet mayat yang sangat mudah masuk ke dalam tubuh
lewat jalur oral/mulut, saluran pernafasan dan pembuluh darah. Formaldehid yang masuk ke
dalam tubuh dapat mengganggu fungsi sel, bahkan dapat pula mengakibatkan kematian sel.
Berdasarkan acuan kesehatan di Inggris, paparan maksimumnya 2 ppm atau 2 mg/l. Sedangkan
Amerika Serikat (AS) menetapkan paparan maksimum untuk jangka panjang 1 ppm dan jangka
pendek 2 ppm.

o Bahayanya melamine bagi kesehatan tubuh :

Berpotensi ginjal menghentikan produksi air kencing , kegagalan ginjal dan kematian
beberapa kasus. Melamine juga menunjukkan carcinogenic efek di binatang.

Penggunaan melamin dengan tingkat konsentrasi tinggi pada susu mengakibatkan :

Gangguan metabolisme tubuh.


Serangan akut pada saluran pencernaan
Gangguan fungsi ginjal berupa batu ginjal dan komplikasi dengan kristalisasi yang
menghalangi pembuluh kecil di ginjal.
Merusak sistem kekebalan tubuh.
Menimbulkan masalah pernafasan.
Jika terpapar dalam jangka panjang bisa menyebabkan gangguan fungsi oragan-organ
lain dalam tubuh

Agar lebih aman, sebaiknya gunakan peralatan makan dari kaca atau keramik saat mengonsumsi
makanan atau minuman yang bersuhu panas.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.biluping.com/2013/04/styrofoam-kotak-makanan-beracun.html

https://lordbroken.wordpress.com/2009/12/27/jenis-jenis-kemasan-dan-bahayanya/

http://musabanget.blogspot.co.id/2013/03/informasi-styrofoam.html

http://bbi.belajar.kemdikbud.go.id/index3.php?display=view&mod=script&cmd=Bahan%20Bela

jar/Pengetahuan%20Populer/view&id=189&uniq=all

http://www.tipsunikibu.com/2016/03/amankah-melamin-di-alat-makan-anda.html

https://suryadh.wordpress.com/20http://doktersehat.com/bahaya-alat-makan-

melamin/09/02/18/sekilas-tentang-melamin/

https://www.google.co.id/search?q=informasi+plastik+melamin&tbm=isch&tbo=u&source=univ

&sa=X&ved=0ahUKEwip7Ji6lLzTAhWEopQKHQrUCzoQsAQIIA&biw=1366&bih=657#img

dii=uh3EZT3RfzM9mM:&imgrc=G5xEuxk1Q8sE2M:

Read more: http://doktersehat.com/bahaya-alat-makan-melamin/#ixzz4fC5tYJ54

Anda mungkin juga menyukai