Anda di halaman 1dari 3

ANALISIS DAN KRITISI APBN DALAM 10 TAHUN TERAKHIR.

Pendapatan Negara tiap tahunnya diambil dari sector perpajakan antara lain:
pajak dalam negri : 1. Pajak penghasilan (pph), migas, dan non migas
2. Pajak pertambahan nilai (ppn dan ppnbm)
3. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
4. Biaya Perolehan hak atas tanah dan bangunan
5. Cukai
6. Pajak lainnya
Pajak perdagangan internasional : Biaya masuk dan pajak Impor
Adapaun penerimaan Negara bukan pajak bersumber dari :
a. Pendapatan SDA
b. Pendapatan BLU
c. Kekayaan Negara yang dipisahkan
d. PNBP lainnya
Sedangkan pembelanjaan Negara dialokasikan untuk 3 hal yaitu :
a. Belanja K/L
b. Belanja non K/L
c. Transfer ke daerah dan dana desa
Menurut kelompok kami dalam 10 tahun terakhir dari 2008-2018 bisa kita lihat dari grafik yang sudah
ditampilkan ini pendapatan negara yang naik turun, dan pengeluaran yang terus naik. Bahkan kita bisa
lihat pendapatan negara yang selalu berada dibawah pengeluaran negara. Dan jika di analisis oada tahun
2015 negara mampu mengoptimalkan APBN sehingga dapat mengurangi defisit anggaran seperti pada
tahun sebelumnya. Walaupun tidak signifikan jadi bisa dikatakan bahwa APBN tahun 2015 paling sukses
dalam 10 tahun terakhir. Dibandingkan tahun – tahun lainnya. Sedangkan jika dilihat dari sisi defisit
anggarannya yang tertinggi adalah tahun 2017 karena lonjakan yang bisa dibilang cukuo tinggi. Hal ini
tentunya disebabkan beberapa faktor karena beberapa faktor yang bisa menyebabkan terjadinya defisit
anggaran terus menerus setiap tahunnya. Antara lain :
 Ketergantungan terhadap bahan baku dan modal produksi dari luar negeri
 Pelemahan nilai Rupiah
 Dari sisi migas, kegiatan produksi kita masih bergantung pada minyak yang diimpor dari
luar.
Karena dari bebarapa faktor diatas maka kami merasa APBN kurang optimal dalam setiap tahunnya
karena mungkin adanya beberapa faktor diantaranya :
 Target belanja APBN yang terus meningkat
 Pajak yang terlalu focus pada wajib pajak terdaftar
 Proses APBNP yang tidak fleksibel
 Pengawasan yang berkarakter watchdog
Adapun beberapa cara yang dapat ditempuh adalah :
1. Memaksimalkan potensi penerimaan pajak.
Sebagaimana kita tahu sumber utama pendapatan Negara adalah dari sector pajak dan itu terbukti
dari 1 tahun terakhir dimana penerimaan pajak dalam negeri meningkat hingga tahun terakhir
2018 pendapatan pemerintah dalam sector pajak sejumlah Rp. 1618,1 T. hal ini tentu harus
dimaksimalkan namun masalah yang dihadapi adalah penerimaan pajak yang ditetapkan dengan
asumsi makro dirasa terlalu optimis. Akibatnya realisasi penerimaan pajak selalu lebih rendah
dari target karena pertumbuhan ekonomi pada kenyataannya memang lebih rendah dari yang
diasumsikan. Asumsi yang ditetapkan oleh pemerintah biasanya banyak didasarkan pada
keputusan politik dan tidak bekerjasama dengan lembaga independen dan masyarakat luas.
2. Memaksimalkan pendapatan Negara bukan pajak
Pemerintah dirasa lebih serius menggali potensi PNBP khususnya dari sector non migas dimana
sumber daya alam yang kita miliki perlu dimanfaatkan sebagaimana mestinya. Sebagai contoh
bahwa tarif royalty emas yang masih rendah dikisaran 3,75%. Jika dapat memaksimalkan tarif
yang lebih kompetitif tentunya penerimaan PNBP akan lebih besar.
3. Restrukturisasi utang
Yang dimaksud disini adalah mengatur ulang utang terutama terkait masalah tingkat bunga utang
agar utang Indonesia tidak semakin besar dimasa depan.
Selain itu saran terakhir dari kami adalah sebaiknya pemerintah menggunakan dana anggaran secukupnya
saja dan tidak menghambur-hamburkan serta menalokasikan anggaran dana dan pemberian subsidi yang
tepat sasaran.
RINGKASAN DATA APBN 10 TAHUN TERAKHIR
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
APBNP APBNP APBNP APBNP APBNP APBNP APBNP APBNP APBNP APBNP APBNP

A. Pendapatan Negara 894,990.5 870,999.0 992,398.8 1,169,914.6 1,358,205.0 1,502,005.0 1,635,378.5 1,761,642.8 1,786,225.0 1,750,283.4 1,894,720.3
I. Pendapatan Dalam Negeri 892,041.9 869,992.5 990,502.3 1,165,252.5 1,357,380.0 1,497,521.4 1,633,053.4 1,758,330.9 1,784,249.9 1,748,910.7 1,893,523.4
1. Penerimaan Perpajakan 609,227.5 651,954.8 743,325.9 878,685.2 1,016,237.3 1,148,364.7 1,246,107.0 1,489,255.5 1,539,166.2 1,498,871.6 1,618,095.5
2. Penerimaan Negara Bukan Pajak 282,814.4 218,037.6 247,176.4 286,567.3 341,142.6 349,156.7 386,946.4 269,075.4 245,083.6 250,039.1 275,428.0
II. Penerimaan Hibah 2,948.6 1,006.5 1,896.5 4,662.1 825.1 4,483.6 2,325.1 3,311.9 1,975.2 1,372.7 1,196.9
B. Belanja Negara 989,493.8 1,000,843.9 1,126,146.5 1,320,751.3 1,548,310.3 1,726,191.3 1,876,872.8 1,984,149.7 2,082,949.0 2,080,451.1 2,220,657.0
I. Belanja Pemerintah Pusat 697,071.0 691,535.7 781,533.5 908,243.4 1,069,534.4 1,196,828.4 1,280,368.6 1,319,549.0 1,306,696.0 1,315,526.1 1,454,494.4
II. Transfer Ke Daerah dan Dana Desa 292,422.8 309,308.2 344,612.9 412,507.9 478,775.9 529,362.9 596,504.2 664,600.7 776,252.9 764,925.1 766,162.6
III. Suspen - - - - - - - - - - -
C. Keseimbangan Primer (18,059.6) (20,254.9) (28,097.4) (44,252.9) (72,319.9) (111,668.4) (106,041.1) (66,776.0) (105,505.6) (108,973.1) (87,329.5)
D. Surplus/Defisit Anggaran (A - B) (94,503.3) (129,844.9) (133,747.7) (150,836.7) (190,105.3) (224,186.3) (241,494.3) (222,506.9) (296,723.9) (330,167.7) (325,936.6)
E. Pembiayaan 94,503.3 129,844.9 133,747.7 150,836.7 190,105.3 224,186.3 241,494.3 222,506.9 296,723.8 330,167.8 325,936.6
I. Pembiayaan Dalam Negeri 107,616.9 142,569.2 133,903.2 153,613.3 194,531.0 241,056.1 254,932.0 242,515.0
II. Pembiayaan Luar Negeri (13,113.6) (12,724.3) (155.5) (2,776.6) (4,425.7) (16,869.8) (13,437.7) (20,008.1)
Kelebihan/(Kekurangan) Pembiayaan - - - - - - - -

GRAFIK PERUBAHAN APBN 2008-2018

KESEIMBANGAN PRIMER DAN DEFISIT


(dalam milyar)
Rp-
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
-Rp50,000.00

-Rp100,000.00

-Rp150,000.00

-Rp200,000.00

-Rp250,000.00

-Rp300,000.00

-Rp350,000.00

Keseimbangan Primer Defisit Anggaran

Anda mungkin juga menyukai