Anda di halaman 1dari 3

SISTEM POLITIK INDONESIA

Artikel Masalah Politik di Indonesia

KPK Telusuri Pertemuan Gubernur Gatot dan Surya Paloh


Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Partai Nasional Demokrat (Nasdem), Surya Paloh,
diduga sempat bertemu dengan Gubernur Sumatera Utara Gatot Pujo Nugroho dan wakilnya,
Tengku Erry Nuradi. Pertemuan ini terjadi sebelum terungkapnya kasus dugaan suap hakim
Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Medan.
Pertemuan yang dilakukan di Kantor DPP Partai Nasdem, Jalan Gondangdia tersebut pun
diakui oleh istri Gatot, Evy Susanti yang kini juga telah menjadi tersangka di KPK pada
perkara suap hakim PTUN Medan. Begitu pula dengan OC Kaligis.
Evy dan OC Kaligis membantah terdapat pembicaraan mengenai perkara suap maupun
transaksi dalam pertemuan tersebut. Keduanya pertemuan itu hanya membahas soal
hubungan Gatot selaku Gubernur Sumut dengan wakilnya Tengku Erry Nuradi yang
merupakan politikus Nasdem.
Namun, KPK tidak langsung mempercayai pengakuan keduanya mengenai pertemuan itu.
Pelaksana Tugas Pimpinan KPK, Indriyanto Seno Adji mengatakan pihaknya tetap akan
menelusuri adanya dugaan transaksional baik itu dalam kasus suap Hakim PTUN Medan atau
dugaan suap interpelasi DPRD Sumut.
"Kami masih periksa silang di antara para saksi untuk menentukan ada tidaknya keterkaitan
suap atau interpelasi," ujar Indriyanto Seno Adji saat dikonfirmasi, Jakarta, Rabu (30/9/2015).
Selain itu, lanjut dia, KPK akan menelusuri latar belakang diadakannya pertemuan di Kantor
DPP Nasdem tersebut. "Dengan apa latar belakang pertemuan tersebut," kata Indriyanto.
Untuk menelusuri isi pertemuan tersebut, KPK pernah memeriksa Sekjen Partai Nasdem
Patrice Rio Capella. Namun usai diperiksa beberapa jam sebagai saksi, yang bersangkutan
enggan berkomentar apapun mengenai keterangan yang disampaikannya ke penyidik KPK.

Masalah Sosial-Politik Tantangan Bagi Konsolidasi


Demokrasi Di Indonesia
[JAKARTA] Sejak reformasi bangsa Indonesia menghadapi berbagai permasalahan baik
kecil, sedang dan besar. Masalah sosial dan politik masih menjadi tantangan yang
mengkhawatirkan bagi konsolidasi demokrasi.
Persoalan hukum dan ekonomi juga masih menjadi persoalan berat bagi kelangsungan
bangsa. Kekerasan komunal masih terjadi di wilayah Indonesia. Politik uang masih mewarnai
setiap kontestasi Pemilu baik legislatif maupun pemilihan kepala daerah. Kemiskinan
semakin bertambah, ujar anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI Martin
Hutabarat dalam releasenya yang diterima di Jakarta, Senin (22/6).
Hal itu dikemukakan Marthin dalam seminar nasional hasil kerjasama Fraksi Partai Gerindra
MPR dengan Perempuan Indonesia Raya (PIRA) tersebut, mengangkat tema Pancasila
Pemersatu Bangsa Indonesia, di Kantor DPP Partai Gerindra, Jakarta Selatan, pekan lalu.
Selain Marthin, hadir sebagai Pembicara Utama pada seminar ini adalah Hashim
Djojohadikusumo tentang Pancasila sebagai Pemersatu Bangsa Indonesia dan Sumarjati
Arjoso, Ketua Umum Pengurus Pusat PIRA dengan tema Pancasila sebagai falsafah negara
dan perekat bangsa Indonesia.
Marthin mengatakan, segala permasalahan bangsa yang dihadapi saat ini dapat diselesaikan
jika segenap elemen bangsa memegang teguh nilai-nilai Pancasila. Sejarah telah
membuktikan bahwa Pancasila merupakan ideologi yang hidup yang bisa bersesuaian dengan
segala permasalahan yang muncul dari waktu ke waktu.
Dia menambahkan, Pancasila adalah pilihan satu-satunya yang tersedia bagi Indonesia sejak
merdeka, sekarang, dan di masa yang akan datang. Tanpa Pancasila tidak akan pernah bisa
terbayangkan nasib NKRI dalam perjalanan 70 tahun yang tetap bersatu sejak merdeka
hingga sekarang.
Ketua Umum PIRA, Sumarjati Arjoso mengatakan, Pancasila sebagai falsafah negara dan
perekat bangsa Indonesia.
Masa kini arus perkembangan politik dan arus globalisasi yang membawa karakter
Individualistik dan neoliberal, sejatinya bertentangan dengan nilai nilai luhur Pancasila. Ini
telah meracuni kehidupan berbangsa dan bernegara, katanya.
Ia mengungkapkan, sampai dengan saat ini Kemandirian bangsa belum tercapai,
ketergantungan dengan hutang masih tinggi. Dia menyayangkan masih banyak masyarakat
yang kurang memahami dan menghayati nilai-nilai Pancasila.
Tentu diperlukan untuk lebih menghayati dan mengamalkan Pancasila dengan baik, guna
menjadikannya sebagai perisai menepis serangan globalisasi dan neolib untuk teguh menjadi
bangsa yang adil, berdaulat, berdikari dan beradab di dalam seluruh bidang kehidupan,
tuturnya.

Jokowi: Ada Tumpukan Masalah Politik

YOGYAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut banyak tumpukan masalah di


negeri ini yang segera harus diurai salah satunya kasus korupsi.
Dia mengajak lembaga penegak hukum untuk memerangi masalah yang tenggah melanda
bangsa ini.
"Sekarang ini sedang ramai masalah KPK-Polri yang belum selesai, itu juga harus
diselesaikan," kata Jokowi dalam penutupan Kongres Umat Islam Indonesia di Hotel Inna
Garuda Yogyakarta, Rabu (11/2/2015).
Dia pun berjanji akan segera menyelesaikan ketegangan antara KPK dan Polri meski belum
menentukan sikap. Sikap tegas Jokowi sebagai petinggi negeri ini diharapkan memberi
penyejuk kedua institusi penegak hukum tersebut yang tengah memanas.
"Tak hanya itu (KPK vs Polri) saja permasalahannya, ada tumpukan masalah politik, masalah
hukum bagaimana, dan masalah-masalah lain yang harus diurai satu persatu," jelasnya.
Menyelesaikan masalah, kata Jokowi, tidak bisa instan. Artinya, butuh waktu dalam mengurai
tumpukan masalah yang ada.
"Butuh waktu, diurai satu persatu, itu semua butuh waktu yang tepat," jelasnya.
Mantan Wali Kota Solo itu juga menyentil masalah narkoba di negeri ini. Masalah narkoba
dinilai sudah memasuki level gawat darurat. Perang terhadap narkoba harus dilakukan semua
pihak, tak terkecuali umat Islam.
"Narkoba kita level gawat darurat, harus segera diperangi bersama," katanya yang mendapat
aplos dari peserta kongres.

Anda mungkin juga menyukai