Anda di halaman 1dari 4

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Tabel 1. Hasil Pengamatan Praktikum Plot 1 dan 2


No. Jenis Pada Plot A (Aboretum) Jenis Pada Plot B (KTO) Indeks Similaritas

1 Mimosa sp. Clidemia hirta 2𝐶


IS =
2 Stachytarpeta jamaicensis Stachytarpeta jamaicencis A+B
2 (2)
= × 100%
8+12
3 Centotheca lappacea Hedyotis corimbosa =
4
× 100%
14
4 Asystasia gangetica Cynodon dactylon = 28,57%

5 Wedelia trilobata

6 Mimosa pudica

7 Graminae

8 Asystasia gangetica

9 Melastoma malabathricum

10 Nephrolepis sp.

Total 4 10 14

Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis spesies area pada tabel 1 bahwa jumlah
seluruh spesies yang didapat adalah 14 spesies. Dapat dilihat pada plot pertama (2 m x 2
m) ditemukan adanya 4 spesies. Pada plot kedua (2 m x 2 m) ditemukan 2 spesies yang
sama dari total keseluruhan spesies, yaitu Starchytapeta jamaicensis dan Asystasia
gangetica. Dari data tersebut maka didapatkan nilai indeks similaritas antara kedua plot
sebesar 28,57%. Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa indeks similaritas antara
kedua plot tergolong sangat rendah, hal ini dikarenakan adanya perbedaan intensitas
cahaya yang didapatkan oleh vegetasi tersebut dan juga dipengaruhi oleh jenis tanah.
Hal ini sesuai dengan pendapat Mueller-Dumbois & Ellenberg (1974) indeks

similaritas biasanya memiliki nilai maksimal antara 50-60 %, karena pada dua

komunitas yang sangat mirip sekalipun biasanya tidak lebih dari 2/3 jenis tumbuhan
yang sama dapat ditemukan. Nilai indeks similaritas antara 25-50 % menunjukkan

similaritas yang besar. Nilai diatas 50 % menjukkan bahwa kedua lokasi merupakan satu

kesatuan komunitas yang sama. Sedangkan nilai dibawah 25 % mengindikasikan bahwa

kedua komunitas yang dibandingkan sama sekali berbeda.

Semakin kecil nilai indeks similaritas untuk setiap kombinasi stasiun pengamatan

maka semakin rendah tingkat similaritasnya (kesamaannya). Hal ini karena adanya

variasi kondisi lingkungan, baik fisik, kimia, maupun interaksi antar spesies di

sepanjang gradien wilayah penelitian, sehingga spesies yang hidup bervariasi. Akibatnya

tingkat similaritas vegetasi termasuk dalam kategori rendah. Fenomena ini akan menjadi

lain apabila kondisi lingkungan relatif homogen (Setiadi, 2005). Loveless (1983)

mengemukakan bahwa faktor lain yang menentukan kehadiran suatu tumbuhan atau

komunitas tumbuhan tidak hanya mencangkup kondisi fisik dan kimia, tetapi juga

hewan dan manusia yang mempunyai pengaruh besar terhadap tumbuhan.

Perbedaan struktur dan komposisi pada setiap strata tumbuhan bawah berkaitan

erat dengan kondisi habitat. Faktor lingkungan yang akan mempengaruhi keberadaan

pertumbuhan adalah ketinggian tempat di atas permukaan laut. Ketinggian tempat akan

mempengaruhi kekayaan jenis, struktur dan komposisi vegetasi tumbuhan bawah,

keadaan tanah, suhu, intensitas cahaya dan air. Ketinggian tempat secara tidak langsung

akan berperan dalam proses fotosintesis serta akan menjadi faktor pembatas yang akan

menghambat pertumbuhan tumbuhan bawah (Wijayanti, 2011).

Indeks similaritas adalah parameter kuantitatif yang dapat dipakai untuk menyata

kan tingkat dominansi spesies dalam suatu komunitas tumbuhan (Soegianto,1994).

Cyperus rotundus merupakan spesies yang berkuasa

diekosistem padang rumput yang menjadi lokasi pengamatan kali ini. Tumbuhan ini

memiliki Indeks Nilai Penting yang paling tinggi/besar. Indeks nilai penting
merupakan penjumlahan dari kerapatan relatif, frekuensi relatif,dan luas penutupan

relatif sehingga Indeks similaritas dapat menunjukkan kedudukan relatif spesies dalam

suatu komunitas.

Selain itu dari data juga dapat diketahui bahwa tumbuhan invasif yang

mendominasi adalah Cyperus difformis dan Hiptis capitata. Sesuai dengan pendapat

menurut Odum (1993) yang mengacu pada International Day On Biological Diversity

(IBD) mendefinisikan spesies invasif sebagai spesies asing (baik itu tumbuhan ataupun

hewan) yang mempengaruhi habitat, ekonomi, lingkungan atau ekologis. Sedangkan

International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN)

mendefinisikan Invasive Alien Species (IAS) sebagai jenis tanaman asing (exotic)

ataupun jenis tanaman asli yang berada pada ekosistem alami atau semi alami yang

mampu mengubah habitat dan mengancam keanekaragaman hayati aslinya.

Menurut Irwanto (2007), suatu daerah yang didominasi oleh hanya jenis-jenis

tertentu saja, maka daerah tersebut dikatakan memiliki keanekaragaman jenis yang

rendah. Keanekaragaman jenis terdiri dari 2 komponen; jumlah jenis dalam komunitas

yang sering disebut kekayaan jenis dan kesamaan jenis. Kesamaan menunjukkan

bagaimana kelimpahan species itu (yaitu jumlah individu, biomass, penutup tanah, dan

sebagainya) tersebar antara banyak species itu.

Pada setiap wilayah dapat ditemukan spesies mendominasi yang berbeda.

Perbedaan tersebut dapat disebabkan karena lingkungan biotik dan abiotik, sumber daya,

tetangga dan gangguan yang ada pada wilayah, sehingga mempengaruhi distribusi,

kelimpahan individu, dan mengubah laju pertumbuhan, produksi biji, pola percabangan,

area daun, area akar dan ukuran individu. Oleh karena kontribusi suatu spesies dalam

suatu daerah juga berbeda-beda (Ewusie, J. Y, 2000).


Dapus :

Ewusie, J. Y.2000. Pengantar Ekologi Tropika. Bandung: ITB.

Irwanto. 2007. Stratifikasi Tumbuhan. Universitas Pattimura: Maluku.

Mueller-Dumbois, D. and H. Ellenberg. 1974. Aims and methods of vegetation ecology.


New York: Jhon Wiley & Sons .

Odum, H. 1993. Ekologi Sistem Suatu Pengantar. Yogyakarta: Universitas Gadjah


Mada.
Setiadi, D. 2005. Keanekaragaman Spesies Tingkat Pohon di Taman Wisata Alam
Ruteng, Nusa Tenggara Timur. Jurnal Biodiversitas. 6 (2): 118-122.

Wijayanti YE. 2011. Struktur dan komposisi komunitas tumbuhan lantai Hutan di
Kawasan Cagar Alam Ulolong Kecubung Kecamatan Subah Kabupaten Batang
[skripsi].IKIP PGRI Semarang Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Jurusan Pendidikan Biologi.

Anda mungkin juga menyukai