Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH TEKNOLOGI PENGOLAHAN KULIT DAN HASIL IKUTAN

PEMBUATAN TEPUNG DARAH SEBAGAI PAKAN TERNAK

OLEH :

NAMA : ANJAR KUSUMAWATI


NIM : 361641333110
KELAS : 3D TPHT

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL TERNAK


POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Selama ini limbah darah di Rumah Potong Hewan (RPH) dibuang percuma dan
pemanfaatannya tidak dilakukan secara maksimal. Dengan pengolahan yang benar akan
menghasilkan pakan ternak tambahan yang dapat dimanfaatkan oleh ternak. Tepung darah
merupakan hasil pengolahan dari darah yang telah dikeringkan sehingga membentuk
tepung. Tepung darah bisa digunakan sebagai campuran pada pakan ternak karena
mempunyai kadar protein kasar yang tinggi. Hasil ikutan tenak merupakan limbah yang
ketersediannya sangat berlimpah dan perlu dimanfaatkan sehingga menjadi ramah
lingkungan. Tepung darah merupakan hasil ikutan ternak yang memiliki potensi untuk
dijadikan bahan pakan sumber protein penyusun ransum ternak karena memiliki kandungan
protein yang tinggi yaitu sekitar 80-85%.
Darah merupakan hasil ikutan ternak yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber protein
bagi ternak. Darah dapat dimanfaatkan dalam bahan pakan ternak dalam bentuk tepung
darah. Menurut Padmono (2005), tepung darah merupakan bahan pakan ternak yang berasal
dari darah segar (sapi, kerbau, kambing dan domba) yang diperoleh dari Rumah Potong
Hewan (RPH).
Darah secara ilmiah didefinisikan sebagai cairan yang terdapat pada semua makhluk
hidup tingkat tinggi (kecuali tumbuhan), yang berfungsi mengirimkan zat-zat makanan
maupun oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia
hasil proses metabolisme maupun sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan virus
maupun bakteri. Istilah medis yang berkaitan dengan darah diawali dengan kata hemo- atau
hemato- yang berasal dari bahasan Yunani (haima = darah). Pada beberapa jenis hewan
lain, fungsi utama darah ialah sebagai agen transpor molekul oksigen dari organ paru-paru
atau insang ke beberapa jaringan tubuh. Dalam komposisi darah terkandung hemoglobin
yang berfungsi debagai agen pengikat oksigen. Pada sebagian hewan tak bertulang
belakang (invertebrata) yang berukuran kecil, oksigen langsung meresap ke dalam plasma
darah karena protein pembawa oksigennya terlarut secara bebas.
Hasil ikutan (by-products) ternak merupakan salah satu potensi dari subsektor
peternakan yang sampai saat ini masih belum banyak dimanfaatkan, khususnya untuk
industri pangan. Hasil ikutan (by product) ternak berupa darah banyak dimanfaatkan dalam
bentuk sebagai tepung darah. Pembuatan tepung darah merupakan upaya untuk
mendayagunakan limbah darah yang biasanya dibuang dan tidak dimanfaatkan..
Pengolahan tepung darah untuk pakan unggas telah banyak diteliti oleh berbagai peneliti
agar dapat meningkatkan penggunaan tepung darah. Pengolahan yang umum dilakukan
yaitu dengan metode pengeringan. Metode pengeringan ini hanya dapat memanfaatkan
tepung darah sekitar 3-6 % dalam ransum. Selain cara pengeringan, pengolahan tepung
darah juga telah dilakukan dengan berbagai metode penyerapan dan fermentasi.
1.2 TUJUAN
Adapun tujuan dari pembuatan tepung darah adalah sebagai berikut :
1. Bertujuan untuk mengetahui proses pembuatan tepung darah
2. Mengetahui kandungan nutrien yang terdapat pada tepung darah
BAB II
PEMBAHASAN

Pada saat ini, beberapa RPH (Rumah Pemotongan Hewan) telah memanfaatkan darah yang
berasal dari pemotongan ternak sebagai pakan ternak dalam bentuk tepung darah. Prinsip utama
yang digunakan dalam membuat tepung darah ini terbilang sangat sederhana, yaitu hanya
dengan menurangi kadar air melalui teknik pengeringan. Tepung darah merupakan salah satu
bahan pakan alternatif sebagai sumber protein, tetapi pemanfaatannya dalam ransum sangat
terbatas sehingga perlu pengolahan untuk meningkatkan pemanfaatannya. Berbagai
pengolahan telah dilakukan untuk meningkatkan pemanfaatan tepung darah dalam ransum
ternak yaitu dengan cara pengeringan, penyerapan/pencampuran dan fermentasi. Tepung darah
dapat diproduksi dari darah hasil pemotongan ternak yang bersih dan segar, berwarna coklat
kehitaman serta relatif sulit larut dalam air. Adapun jumlah darah yang dapat diperoleh dari
suatu pemotongan sangat bergantung pada :
1. Lama proses pengeluaran darah
2. Teknik pengeluaran darah yang dilakukan pada saat proses penyembelihan berlangsung
Rasyaf (1994) menyatakan bahwa tepung darah merupakan bahan ransum yang berasal dari
limbah pemotongan hewan yang mengandung protein kasar sebesar 80%, lemak 1,6% dan serat
kasar 1%, tetapi memiliki kekurangan asam amino, kalium dan phospor. Darah sangat sulit
untuk dikeringkan dan merupakan medium yang bagus untuk pertumbuhan mikroba karena
kandungan air yang tinggi (Donkoh et al., 1999). Santoso (1989) menambahkan bahwa darah
segar dapat dihasilkan dari seekor ternak yang disembelih antara 7-9% dari berat badannya
sehingga ketersediannya sangat melimpah dan belum memanfaatkan secara optimal.
Penggunaan tepung darah didalam pakan harus hati-hati karena terdapat asam amino
esensial yaitu isoleusin, metionin dan arginin yang jumlahnya sangat sedikit sehingga jika
kekurangan salah satu asam amino dapat menurunkan produktivitas ternak. Menurut Kurniasih
(2011), tepung darah juga memiliki kecernaan yang rendah karena memiliki karakteristik yang
cenderung lebih liat dan keras yang diduga mengandung serat-serat fibrinogen (komponen
utama dari protein dalam gumpalan darah) sehingga dapat menghambat kecernaan bahan pakan
lain dan berdampak pada penurunan produksi.
Pada proses pembuatan tepung darah, untuk mendapatkan 1 kg tepung darah memerlukan
sekitar 5 kg darah segar (5:1). Kandungan protein berkisar 85% dengan kadar air 10%. Tepung
darah memiliki kandungan kalsium, fosfor, dan asam amino isoleusin serta glisin yang rendah.
Selain itu, tepung darah biasanya kuran disukai oleh ternak, sehingga penggunaannya untuk
ternak unggas maupun babi dibatasi hanya berkisar 5 %. Pemberian tepung darah pada ternak
yang akan disembelih harus dihentikan sebulan sebelumnya untuk mencegah bau darah pada
daging. Tepung darah bersifat protein bypass dalam rumen yaitu sebesar 82%, sehingga dapat
dimanfaatkan sebagai sumber protein untuk ternak ruminansia.
Pengolahan tepung darah dengan metode fermentasi biasanya dilakukan dengan
menyerapkan atau mencampurkan darah dengan limbah pertanian atau limbah rumah potong
hewan dengan menggunakan mikroorganisme sebagai inokulum dan difermentasi sesuai
dengan keadaan optimal yang dapat meningkatkan aktivitas mikroba. Fermentasi
membutuhkan biaya yang sedikit dan dapat meningkatkan bioavailability nutrisi dengan
meningkatkan kecernaan nutrisi ternak (Esonu et al., 2011).
Cara pembuatan tepung darah melalui fermentasi :
1. Darah yang masih segar ditambahkan 20% molasses
2. Simpan pada tempat yang anaerob (tertutup) selama 1 sampai 2 minggu
3. Setelah itu darah dapat dikeringkan pada oven atau sinar matahari selama 3-5 hari
4. Darah yang sudah kering dapat digiling sampai halus dan dikeringkan lagi pada suhu
60°C untuk menurunkan kadar air
5. Tepung darah dapat diayak untuk mendapatkan tepung darah yang halus dan dapat
dikemas.
Terdapat teknik pengolahan darah menjadi tepung darah secara sederhana dapat dilakukan
sebagai berikut :
1. Darah segar yang telah diperoleh dari Rumah Pemotongan Hewan (RPH) ditampung
dalam wadah seperti drum, tong atupun panci
2. Kemudian ditambahkan garam dapur sebanyak 1% dari volume darah
3. Darah segar dipanaskan diatas nyala api sambil diaduk secara perlahan hingga akhirnya
mengental (kira-kira selama 15-20 menit).
4. Darah yang sudah mengental (kadar air 80%) kemudian dicampur dengan dedak (kadar
air 15%) sebanyak 100% dari volume darah hingga membentuk seperti adonan
5. Campuran darah dan dedak yang sudah memperlihatkan warna hitam menandakan
bahwa campuran tersebut sudah matang.
6. Campuran darah kemudian dijemur dibawah sinar matahari ataupun dapat
menggunakan oven hingga kering dengan kadar air kira-kira berkisar 20%
7. Campuran selanjutnya digiling dengan menggunakan mesin hingga konsistensinya
menyerupai tepung
8. Tepung yang sudah digiling kemudian diayak dan dapat langsung diberikan pada
ternak sebagai campuran pakan ternak.
Secara sederhana teknik pengeringan yang banyak diterapkan di masyarakat adalah dengan
menggunakan sinar matahari ataupun dengan oven, sedangkan untuk suatu industri teknik
pengolahan darah pada skala besar dapat dilakukan dengan menggunakan dua teknik berikut :
 Spray drying
Teknik spray drying pada pengolahan darah sama halnya dengan proses pembuatan susu
bubuk. Teknik ini masih tergolong mahal dan biasanya dilakukan untuk produksi skala besar.
Proses sederhana dapat dijelaskan yaitu darah yang telah didefbrinasi disemprotkan pada suatu
ruang/tabung dan pada saat bersamaan pula ke dalam tabung tersebut dihembuskan udara panas
sehingga terjadi proses kondensasi. Hasil proses tersebut akan manyebabkan pemisahan antara
kadar air dan padatan. Kadar air hilang bersama dengan uapa panas, sedangkan bagian padatan
akan jatuh dalam bentuk produk tepung darah. Tepung darah kemudian ditampung dan dikemas
agar tahan lama.
 Batch drying
Metode ini hampir sama dengan prinsip kerja pada dry rendering. Dry rendering merupakan
suatu upaya untuk menghilangkan kadar air yang tidak dikehendaki dari suatu produk tanpa
bermaksud menghilangkan nutriennya.
Tepung darah selain memiliki kelebihan yaitu sebagai makanan ternak dan juga untuk
mengurangi pencemaran lingkungan karena darah dari rumah pemotongan hewan, tepung
darah juga mempunyai kelemahan diantaranya yaitu tingkat pelabitasnya kurang, daya
cernanya rendah. Artinya sebagian besar terbuang karena sulit dicerna, maka penggunaannya
harus dikombinasikan dengan pakan lain dan diperlukan adaptasi pemberianpada ransum.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari makalah pembuatan tepung darah sebagai pakan
ternak :

1. Pengolahan tepung darah yang umum dilakukan yaitu dengan metode pengeringan.
Metode pengeringan ini hanya dapat memanfaatkan tepung darah sekitar 3-6 % dalam
ransum. Selain cara pengeringan, pengolahan tepung darah juga telah dilakukan dengan
berbagai metode penyerapan dan fermentasi. Tepung darah dapat diproduksi dari darah
hasil pemotongan ternak yang bersih dan segar, berwarna coklat kehitaman serta relatif
sulit larut dalam air.
2. Pemberian tepung darah pada ternak yang akan disembelih harus dihentikan sebulan
sebelumnya untuk mencegah bau darah pada daging. Tepung darah bersifat protein
bypass dalam rumen yaitu sebesar 82%, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai sumber
protein untuk ternak ruminansia.
DAFTAR PUSTAKA

1. Donkoh, A., C.C. Atuahene., D.M. Anang and S.K. Ofori. 1999. Chemical composition
of solar-dried blood meal and its effect on performance of broiler chickens. Animal
Feed Science and Technology 81: 299 – 307.
2. Esonu, B.O., Azubuike, J.C., AB Udedibie, I., O.O Emenalom, T.C Iwuji and V
Odoemenam. 2011. Evaluation of the nutritive value of mixture of fermented bovine
blood and rumen digesta for broiler finisher. Journal of Natural Sciences Reesearch.
Vol. 1, No.4.
3. Kurniasih, T. 2011. Potensi tepung darah sebagai sumber protein pakan ikan alternatif.
Hal : 1001-1008.
4. Padmono, D. 2005. Alternatif pengolahan limbah rumah potong hewan – Cakung (suatu
studi kasus). J. Tek. Lingk. P3TL. – BPPT. 6 (1); 303-310.
5. Rasyaf, M., 1994. Memelihara Burung Puyuh. Kanisius Yogyakarta.
6. Santoso, U. 1989. Limbah bahan ransum unggas rasional. PT. Bharata Karya Aksara.
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai