Disusun oleh:
(18010036)
Dokter Pembimbing:
Medan
ABSTRAK
PENGANTAR
Sebanyak seratus lima kasus infeksi kulit, rambut dan kuku yang secara
klinis didiagnosis dan dipilih secara acak, dari semua kelompok usia dan jenis
kelamin, menghadiri rawat jalan dermatologi dan venereologi dari rumah sakit HSK
& Pusat Penelitian, SN Medical College, Bagalkot dimasukkan dalam penelitian.
Riwayat yang terperinci sudah didapatkan yaitu status pasien, pekerjaan,
penggunaan obat lokal, lamanya penyakit dan banyaknya lesi yang timbul di suatu
tempat di tubuh, pemeriksaan klinis pasien dilakukan dengan cahaya yang baik
untuk menentukan letak lesi, jumlah lesi, jenis lesi, adanya tanda inflamasi, dll.
Area yang terkena dibersihkan dengan etil alkohol 70%, kerokan kulit,
krusta dan potongan kuku atau rambut dikumpulkan dalam paket kertas coklat yang
bersih dan kering.
Izin etis diperoleh untuk prosedur di atas dari komite Etika lembaga (S.N Medical
College dan Rumah Sakit & Pusat Penelitian HSK)
HASIL
Dari 105 kasus, yang paling banyak didapat adalah tinea corporis dengan
47 kasus (44,76%), diikuti dengan tinea cruris (18,09%), tinea unguium (15,24%),
tinea capitis (7,62%), tinea corporis et. cruris (5,71%). tinea pedis (3,81%), tinea
faciei (3,81%) dan tinea manuum (1,9%).
Dari 105 kasus dermatofitosis yang dicurigai secara klinis, jamur ditemukan
dalam 74 kasus (70,48%) baik dengan pemeriksaan mikroskopi dan / atau kultur.
35 kasus (33,33%) positif baik oleh mikroskopi dan kultur. 37 kasus (35,24%)
positif dengan mikroskopi dan negatif dengan kultur. 2 kasus (1,9%) negatif dengan
mikroskopi tetapi positif dengan kultur. 31 kasus (29,52%) negatif dengan
mikroskopi dan kultur.
Gambar 4. Korelasi dermatofitosis dengan tipe klinis.
DISKUSI
Dalam penelitian ini, tinea corporis adalah tipe klinis yang paling umum ditemui
(44,76%), tinea cruris (18,09%) yang sebanding dengan penelitian sebelumnya
oleh Bindu V (54,6%), Singh S. Dkk, Sen SS (48%) ) dan Jain Neetu (37%).
Variasi yang terlihat dalam temuan KOH dan Kultur dalam penelitian ini telah
dilaporkan sebelumnya oleh Sumana V. Dkk, Karmakar S. Dkk, Singh S. Dkk. dan
Bindu V. dan dapat disebabkan oleh tidak berlangsungnya hidup unsur jamur dalam
beberapa kasus.
Dalam penelitian ini, T. rubrum pada 19 kasus (51,35%) adalah agen etiologi yang
paling umum di sebagian besar tipe klinis yang diikuti oleh T. mentagrophytes pada
16 kasus (43,24%) dan E. flocossum adalah agen etiologi ketiga dermatofitosis yang
akan diisolasi pada 5,4%. kasus yang sebanding dengan penelitian lain yang
dilakukan oleh Bindu V dkk., Ranganathan S, Dkk, Singh S Dkk, dan Jain N, Dkk,
Sahai S. Dkk.
KESIMPULAN
Infeksi dermatofita sangat umum di negara yang terdapat iklim yang panas
dan lembab dan kondisi higienis yang buruk memiliki peran penting dalam
pertumbuhan jamur. Ada perbedaan yang bervariasi dari agen etiologi yang berbeda
dari bagian selatan dan utara India. Pada umumnya spesies Trichophyton adalah
agen etiologi dermatofitosis yang paling umum. T. Rubrum adalah yang paling
umum yang ditemukan di tinea corporis, tinea cruris dan tinea capitis. T.
Mentagrophytes adalah agen yang paling umum yang ditemukan di tinea unguium.
E. Floccosum juga merupakan agen etiologi dalam kasus tinea corporis dan tinea
unguium.