Anda di halaman 1dari 3

Gambaran Diagnosis Dermatitis Atopik dengan Kriteria Hanifin- Rajka

Goedadi Hadiloekito, Indah Julianto, Ach. Julianto Danukusumo Laboratorium/UPF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Rumah Sakit Dr Muwardi, Surakarta

PENDAHULUAN Keluhan pengunjung poliklinik penyakit kulit yang paling sering dijumpai adalah dermatitis. Dan kemungkinan atopi sebagai dasar penyebab kelainan tersebut sangatlah besar. Penentuan diagnosis dermatitis atopik berdasarkan gambaran klinis telah dikemukakan oleh beberapa ahli. Tidal( ada kriteriamutlak untuk menegakkan diagnosis dermatitis atopik, akan tetapi kriteria menurut Hanifin-Rajka yang mengkombinasi keluhan, distribusi lesi dan riwayat atopi yang paling sering dipakai. Dengan kriteria ini seseorang dapat dinyatakan menderita dermatitis atopik apabila memenuhi 3 atau lebih kriteria mayor dan ditambah 3 atau lebih kriteria minor. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui persentase masing-masing kriteria pada penderita yang didiagnosis sebagai dermatitis atopik di poliklinik penyakit kulit dan kelamin RS Dr Muwardi Surakarta. BAHAN DAN CARA KERJA Penelitian ini melibatkan 102 penderita rawat jalan di poliklinik penyakit kulit dan kelamin RS Dr Muwardi Surakarta. Pertama kali dilakukan penyaringan penderita yang didiagnosis dermatitis atopik berdasarkan ketentuan memenuhi 3 atau lebih kriteria major dan 3 atau lebih kriteria minor dari Hanifin-Rajka. Kemudian dilakukan pemeriksaan lebih lanjut pada penderita yang memenuhi syarat dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium sesuai dengan kriteria yang ada. Penelitian dilakukan sejak bulan Pebruari sampai bulan Juli 1992. Pencatatan dilakukan oleh peneliti dibantu mahasiswa tingkat akhir fakultas kedokteran UNS. Setelah dilakukan tabulasi dihitung persentase masing-masing kriteria dari HanifinRajka. Hasil penelitian disajikan dalam bentuk persentase masingmasing kriteria ditambah dengan gambaran distribusi umur, sex

dan pekerjaan penderita. Tidak dilakukan uji banding dengan kelola. HASIL 1) Umur Terdapat 17 penderita dengan umur berkisar antara 0 15 tahun, 54 penderita antara 1540 tahun dan 31 penderita dengan umur lebih dari 40 tahun (Tabel 1).
Tabel 1. Distribusi jenis kelamin dan umur penderita Lakl-laki n 10 24 10 44 % 9,8 23,5 9,8 43,1 Perempuan n 7 30 21 58 % 6,8 29,4 20,5 56,9 Jumlah n 17 54 31 102 % 16,6 52,9 30,5 100

Umur (tahun) < 15 15 40 > 40 Jumlah

2) Jenis Kelamin Didapatkan 44 penderita laki-laki dan 58 penderita wanita. 3) Pekerjaan Terdapat 23 pelajar/mahasiswa, 14 orang wiraswasta, 24 orang bekerja sebagai pegawai negeri, 13 orang sebagai buruh tani; sisanya 28 orang tidak mempunyai pekerjaan termasuk di dalamnya ibu rumah tangga, anak pra sekolah dan pengangguran (Tabel 2). 4) Kriteria Hanifin-Rajka Kriteria major : Pruritus Distribusi dan morfologi khas Kronik residif Jumlah 102 99 92 % 100 97 90

Riwayat atopi penderita dan keluarga Kriteria minor : Xerosis Iktiosis Reaktifitas uji kulit tipe cepat Peningkatan IgE serum Mulai timbul : sebelum umur 5 tahun setelah umur 5 tahun Mudah terkena infeksi kulit Mudah terkena dermatitis pada tangan/ kaki Dermatitis pada puting susu Kheilitis Konjungtivitis berulang Lipatan infraorbital Dennie-Morgan Keratokonus Katarak anterior subkapsuler Hiperpigmentasi di bawah mata Muka pucat/muka eritem Lipatan leher bagian depan Pitiriasis Alba Gatal waktu berkeringat Intoleransi wol dan pelarut lemak Penekanan perifolikuler Intoleransi terhadap makanan Pengaruh lingkungan dan emosi White dermographism
Distribusi umur dan pekerjaan penderita Umur (tahun) <15 Pelajar/Mahasiswa Wiraswasta Pegawai Negeri Buruh Tani Tak Bekerja Jumlah 9 8 17 1540 14 9 15 4 12 54 >40 5 9 9 8 31

72 55 49 90 78 71 31 42 54 2 11 14 10 0 0 12 18 39 7 72 4 0 77 17 6

70, 5 53, 48 88 76, 69, 30, 41, 52, 9 3,4 10, 13, 9,8 0 0 11, 17, 38, 6,8 70, 3,9 0 75, 16, 5,8

Tabel 2.

Pekerjaan

Jumlah n 23 14 24 13 28 102 % 22,5 13,7 23,5 12,7 27,4 100

Reaksi uji gores kulit didapatkan pada 90 penderita (88%), dikatakan oleh Rajka yang mendapatkan angka 80%, hal ini tergantung dari jenis antigen, kualitas konsentrasi dan standardisasinya. Peningkatan IgE serum didapatkan pada 78 penderita (76,4%), sedangkan Rajka mendapatkan angka sebesar 80% dan Svensson dkk. mendapatkan angka hanya 39%. Mulai timbulnya gangguan sebelum usia 5 tahun didapatkan pada 71 penderita (69,6%) dan setelah umur 5 tahun pada 31 penderita (30,3%). Hanifin mendapatkan angka sebesar 90% untuk awal timbulnya penyakit sebelum usia 5 tahun, sedangkan Svensson mendapatkan angka 51% untuk usia di bawah 1 tahun, 13% timbul pada usia antara 1 5 tahun dan 36% di atas 5 tahun. Dermatitis pada tangan didapatkan pada 54 penderita (52,9%), sedangkan Hanifin-Rajka mendapatkan angka 70% penderita dermatitis atopik yang dimulai dengan dermatitis pada tangan. Lipatan infraorbital didapatkan hanya pada 10 penderita (9,8%), sedangkan Hanifin-Rajka mendapatkan angka sebesar 70% penderita atopik didapatkan kelainan ini. Svensson mendapatkan angka sebesar 60% penderita atopik dan 38% non atopik. Seluruh penderita tidak mengalami katarak subkapsular, sedangkan Hanifin-Rajka mendapatkan angka 16%. Hiperpigmentasi di bawah mata didapatkan angka,sebesar 11,7%, sedangkan Svensson berpendapat hal ini tidak renting seperti halnya white dermographism karena juga sering dijumpai pada orang normal. Pernyataan ini diperkuat oleh penelitian dari Engelhart dan Ofuji-Uehara. Intoleransi terhadap makanan didapatkan pada 77 penderita (75,4%) sedangkan Svensson mendapatkan angka 43% dan Hanifin-Rajka hanya menyatakan hal ini banyak dijumpai pada penderita dermatitis atopik, terutama yang berusia muda. Gatal pada waktu berkeringat didapatkan angka 70,5%, sedangkan Svensson mendapatkan angka 47%. Menurut HanifinRajka gejala ini seringkali terjadi pada cuaca panas, berpakaian tertutup dan pemakaian salap yang luas. Pengaruh lingkungan dan emosi didapatkan pada 17 penderita (16,6%), sedangkan Svensson mendapatkan angka 47%. KESIMPULAN Melihat angka-angka yang didapatkan dari penelitian ini, ternyata pengelompokan kriteria major dan minor untuk melihat gambaran klinis penderita dermatitis atopik hampir mendekati atau hampir sesuai dengan yang dikemukakan oleh HanifinRajka (1980). Akan tetapi pengelompokan gambaran klinis ini agak berbeda dengan apa yang diteliti oleh Svensson dkk. (1985). Perbedaan tersebut terletak path jumlah gejala yang tampak menonjol sesuai urutan persentase terbanyak. Pada penelitian kami tidak didapatkan gambaran katarak subkapsular, keratokonus dan penekanan perifolikuler dari kriteria minor keseluruhan penderita (n = 102).
KEPUSTAKAAN 1. Hanafm JM, Rajka G. Diagnostic features of atopic dermatitis. Acts Dermacol. Vencreol (Stockh) 1980; supp192: 447.

PEMBICARAAN Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, terlihat bahwa keluhan pruritus merupakan gejala utama dari seluruh penderita dermatitis atopik yang diperiksa (100%), sedangkan distribusi lesi yang khas didapatkan pada 99 penderita (97%) sifat kronik residif pada 92 penderita (90%) dan riwayat atopi didapatkan pada 72 penderita (70,5%). Menurut Hanifin-Rajka diagnosis dermatitis atopik didasarkan atas didapatkannya 3 atau lebih gambaran dasar ini yang termasuk kriteria dasar atau major. Rasa gatal merupakan gejala yang sangat penting untuk menegakkan diagnosis dermatitis atopik. Riwayat atopi penderita menurut Hanifin-Rajka terdiri dari penderita sendiri sebesar 50% dan riwayat keluarga sebesar hampir 70%. Gambaran iktiosis didapatkan pada 49 penderita (48%), menurut Rajka angka penelitiannya sebesar 50%.

2. 3. 4.

Rajka G. Atopic dermatitis. London, Philadelphia, Toronto: WB Saunders, 1975. Hanifin JM, Lobitz WC. Newer concepts of atopic dermatitis. Arch Dermatol 1977; 113: 663. Uehara M, Ofuji S. Abnormal vascular reactions in atopic dermatitis. Arch

5.

Dermatol 1977; 113: 627. Svcnnson A, Edman B, Moller H. A Diagnostic tool for Atopic Dermatitis based on Clinical Criteria. Acta Dermatol Venereol (Stockh) 1985; (suppl) 114: 3340.

Anda mungkin juga menyukai