Anda di halaman 1dari 5

Sensitisasi Alergen dan Derajat Keparahan Rinitis Alergi Anak

Farah Dina,1 Sumadiono,1


1
Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta,
Indonesia

Abstrak
Latar Belakang Paparan alergen terhadap pasien yang tersensitisasi dapat menghasilkan eksaserbasi
gejala rinitis alergi. Jenis alergen dapat berupa alergen hirup dan makanan. Di Indonesia sebagai
negara tropis, ditemukan pengaruh alergen hirup dalam rumah yang lebih besar terhadap kejadian
alergi. Salah satu alergen hirup tersebut adalah tungau debu rumah. Rinitis alergi memiliki derajat
keparahan dan kekerapan penyakit. Beberapa studi menunjukkan hubungan antara derajat keparahan
penyakit dan hasil uji tusuk kulit, tetapi pada beberapa studi lain, tidak ditemukan hubungan. Dengan
demikian, hubungan antara sensitisasi alergen dan derajat keparahan penyakit belum dapat dipastikan
Tujuan Studi dilakukan untuk mengetahui hubungan antara sensitisasi alergen dan derajat keparahan
rinitis alergi pada pasien anak di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
Metode Studi potong lintang dilakukan terhadap 83 anak penderita rinitis alergi dengan usia 3-18
tahun yang berobat rawat jalan di Poliklinik Alergi dan Imunologi Anak RSUP Dr. Sardjito sejak
bulan Mei 2016 s/d Oktober 2016. Pasien memenuhi kriteria Allergic Rhinitis and its Impact on
Asthma (ARIA) 2016 berdasarkan anamnesis terkait gejala, frekuensi gejala, dan gangguan aktivitas.
Klasifikasi berdasarkan ARIA yaitu intermiten ringan, intermiten sedang-berat, persisten ringan, dan
persisten sedang-berat. Uji tusuk kulit 16 alergen dilakukan terhadap pasien dengan hasil minimal
positif pada salah satu alergen.
Hasil Pasien dengan hasil uji tusuk kulit house dust mite positif, mempunyai kecenderungan rinitis
alergi dengan gejala yang lebih sering muncul dan berat dibandingkan pasien dengan hasil uji tusuk
kulit house dust mite negatif (p<0,05). Kemudian, pasien dengan polisensitisasi juga mempunyai
kecenderungan rinitis alergi dengan gejala yang lebih sering muncul dan berat dibandingkan pasien
monosensitisasi (p<0,05).
Kesimpulan Pasien dengan hasil uji tusuk kulit house dust mite positif dan polisensitisasi mempunyai
kecenderungan rinitis alergi dengan gejala yang lebih serng muncul dan berat.
Kata kunci: rinitis alergi, anak, sensitisasi alergen

Pendahuluan

Metode
Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan desain potong lintang (cross
sectional) untuk mengetahui hubungan antara sensitisasi alergen dan derajat keparahan rinitis alergi
pada anak yang berobat rawat jalan di Poliklinik Alergi dan Imunologi Anak RSUP Dr. Sardjito sejak
bulan Mei 2016 s/d Oktober 2016.
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah anak dengan rinitis alergi, berusia 3-18 tahun
dengan hasil uji tusuk kulit positif minimal pada salah satu alergen, dan persetujuan orang tua untuk
diikut sertakan dalam penelitian. Sedangkan kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah anak yang
mengalami defisiensi sistem imun, keganasan, gizi buruk, dan dalam pengobatan terapi
imunosupresan dan steroid jangka panjang.
Diagnosis rinitis alergi ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang berupa uji tusuk kulit. Dari hasil anamnesis, subjek dikelompokkan berdasarkan durasi
dan derajat keparahan gejala rinitis alergi sesuai klasifikasi ARIA (Allergic Rhinitis and its Impact
on Asthma) 2016, yaitu intermiten ringan, intermiten sedang-berat, persisten ringan, dan persisten
sedang-berat. Berdasarkan durasi, dikatakan intermiten, jika frekuensi gejala rinitis timbul < 4 hari
per minggu atau < 4 minggu, sedangkan persisten, jika gejala timbul  4 hari per minggu dan  4
minggu. Gejala rinitis yang dimaksud berupa rinorea, obstruksi nasal, hidung gatal, dan bersin.
Kemudian, subyek dikategorikan berdasarkan terjadinya gangguan aktivitas, dikatakan ringan, jika
ditemukan gejala, tetapi aktivitas harian tidak terganggu, sedangkan sedang-berat, jika ditemukan
gejala dan salah satu atau lebih aktivitas harian terganggu. Aktivitas harian yang dimaksud seperti
sekolah, bekerja, bersantai, olahraga, atau tidur.
Dilakukan uji tusuk kulit dengan menggunakan alergen produksi Instalasi Farmasi RSUD Dr.
Soetomo Surabaya, meliputi kontrol positif, kontrol negatif (coca filtra), alergen makanan (putih
telur, kuning telur, coklat, udang, kacang tanah, kepiting, daging sapi, daging ayam, jagung, ikan
bandeng, kedelai, dan kerang) dan alergen hirupan (bulu anjing, kapuk, dan tungau debu rumah). Uji
tusuk kulit dilakukan dengan cara mencukit alergen yang diteteskan di kulit. Dikatakan positif jika
terdapat indurasi 3 mm lebih besar dibandingkan dengan kontrol negatif. Kemudian, anak dengan
hasil uji tusuk kulit positif pada satu jenis alergen, dikategorikan sebagai monosensitisasi, sedangkan
positif lebih dari satu jenis alergen, termasuk polisensitisasi.
Data yang ada, dimasukkan dalam komputer, selanjutnya dilakukan analisis statistik melalui
SPSS versi 19.0 Tes normalitas diuji, diperoleh distribusi data tidak normal. Perbandingan proporsi
antara jenis dan jumlah alergen terhadap durasi serta derajat keparahan rinitis alergi ditentukan
melalui uji hipotesis komparatif kategorik tidak berpasangan. Diperoleh hasil, sel dengan nilai
expected kurang dari lima lebih dari 20%, sehingga syarat uji Chi Square for trend tidak terpenuhi.
Oleh karena itu, dilakukan uji Mann-Whitney. Analisis dikatakan signifikan secara statistik saat nilai
p < 0,05. Protokol penelitian ini telah mendapat persetujuan dari Komite Etik Fakultas Kedokteran,
Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada.

Hasil
Dari 83 subjek yang memenuhi kriteria inklusi, terdiri dari 7 subjek (8,4%) dengan kelompok
rinitis alergi intermiten ringan, 1 subjek (1,2%) intermiten berat, 42 subjek (50,6%) persisten ringan,
dan 33 subjek (39,8%) persisten berat. Berdasarkan kelompok jenis kelamin, didapatkan 54 subjek
(65,1%) adalah laki-laki dan 29 subjek (34.9%) perempuan. Terdapat 53 subjek (63,9%) kelompok
usia 3-12 tahun dan 30 subjek (36,1%) kelompok usia 13-18 tahun, dengan rata-rata usia 10,83 tahun
(SD=4,411). Diperoleh hasil 66 subjek (79,5%) yang memiliki riwayat atopi. Gejala klinis terbanyak
yang dialami oleh subjek dengan persentase 94% adalah bersin. Data karakterisik dasar subjek
disajikan pada tabel 1.

Note: distribusi subjek tidak seimbang tidak apa-apa?

Tabel 1. Karakteristik dasar subjek


Karakteristik Kelompok Rinitis Alergi (Berdasarkan ARIA 2016)
Intermiten Ringan Intermiten Berat Persisten Ringan Persisten Berat
Jenis Kelamin
Laki-laki 3 (5,6%) 1 (1,9%) 29 (53,7%) 21 (38,9%)
Perempuan 4 (13,8%) 0 (0,0%) 13 (44,8%) 12 (41,4%)
Usia
3-12 tahun 4 (57,1%) 1 (100%) 28 (66,7%) 20 (60,6%)
13-18 tahun 3 (42,9%) 0 (0,0%) 14 (33,3%) 13 (39,4%)
Median (Jangkauan Interkuartil), tahun 11 (8-14)
Jumlah saudara
<3 5 (7,2%) 1 (1,4%) 37 (53,6%) 26 (37,7%)
3 2 (14,3%) 0 (0,0%) 5 (35,7%) 7 (50%)
Riwayat Atopi
Ayah 4 (57,1%) 1 (100%) 14 (33,3%) 15 (45,5%)
Ibu 3 (42,9%) 1 (100%) 25 (59,5%) 17 (51,5%)
Saudara 2 (28,6%) 0 (0%) 17 (40,5%) 16 (48,5%)
Gejala Klinis
Bersin 5 (6,4%) 1 (1,3%) 40 (51,3%) 32 (41%)
Rinorea 4 (57,1%) 1 (100%) 34 (81%) 26 (78,8%)
Hidung tersumbat 4 (57,1%) 1 (100%) 30 (71,4%) 23 (69,7%)
Hidung gatal 4 (57,1%) 1 (100%) 33 (78,6%) 23 (69,7%)
Konjungtivitis 1 (2,6%) 1 (2,6%) 22 (57,9%) 14 (36,8%)
Gangguan aktivitas 0 (0%) 1 (100%) 0 (0%) 33 (100%)
Paparan rokok 2 (7,4%) 1 (3,7%) 11 (40,7%) 13 (48,1%)
Data TB dan BB lengkap, apa boleh kalau tidak dimasukkan?
Usia yang dipakai mean/median? Dalam bulan/tahun?

Uji Mann-Whitney menunjukkan polisensitisasi (subjek dengan hasil positif uji tusuk kulit >1
alergen) memiliki hubungan yang signifikan dengan durasi dan derajat keparahan rinitis alergi
dibandingkan dengan monosensitisasi (subjek dengan hasil positif uji tusuk kulit 1 alergen)
(p=0,044). Subjek dengan polisensitisasi (rerata peringkat monosensitisasi 33,76; polisensitisasi
44,79) menujukkan kemungkinan durasi dan derajat keparahan rinitis alergi yang lebih berat.
Kemudian, terdapat proporsi kelompok polisensitisasi yang lebih tinggi seiring dengan peningkatan
durasi dan derajat keparahan rinitis alergi. Subjek dengan kelompok persisten ringan memiliki
prevalensi polisensitisasi tertinggi (Tabel 2).

Tabel 2. Prevalensi (%) jenis sensitisasi subjek pada kelompok rinitis alergi
Jenis Sensitisasi Kelompok Rinitis Alergi (Berdasarkan ARIA 2016)
Intermiten Intermiten Persisten Persisten Total Rasio p
Ringan Berat Ringan Berat (CI value
95%)
Monosensitisasi 3 (14,3%) 1 (4,8%) 12 (57,1%) 5 (23,8%) 21 (100%) 0,044
Polisensitisasi 4 (6,5%) 0 (0,0%) 30 (48,4%) 28 (45,2%) 62 (100%)
Uji Mann-Whitney; Rerata peringkat monosensitisasi 33,76; polisensitisasi 44,79
Note: apakah tidak masalah prevalensi persisten berat kurang dari persisten ringan?

Cara menyajikan tabel dan uji statistik yang harus digunakan?


Tabel 3. Prevalensi (%) jenis alergen subjek pada kelompok rinitis alergi
Kelompok Rinitis Alergi (Berdasarkan ARIA 2016)
Jenis Intermiten Intermiten Persisten Persisten Total Rasio p
Alergen Ringan Berat Ringan Berat (CI value
95%)
Alergen 3 (30%) 0 (0%) 5 (50%) 2 (20%) 10 (100%) 0,015
makanan
Alergen 2 (10,5%) 1 (5,3%) 10 (52,6%) 6 (31,6%) 19 (100%)
hirupan
Alergen 2 (3,7%) 0 (0%) 27 (50%) 25 (46,3%) 54 (100%)
makanan
dan hirupan
Uji Kruskal-Wallis. Uji post hoc Mann-Whitney; Total
Kelompok subjek rinitis alergi persisten ringan memiliki prevalensi sensitisasi terhadap
tungau debu rumah tertinggi berdasarkan hasil uji tusuk kulit (p=0,003). Dari uji Mann-Whitney,
diperoleh hasil bahwa sensitisasi tungau debu rumah memiliki hubungan signifikan terhadap durasi
dan derajat keparahan rinitis alergi dibandingkan dengan subjek yang memiliki hasil uji tusuk kulit
tungau debu rumah negatif (p=0,002). Subjek dengan uji tusuk kulit tungau debu rumah positif (rerata
peringkat hasil uji tusuk kulit tungau debu rumah positif 45,02; tungau debu rumah negatif 24,13)
menujukkan kemungkinan durasi dan derajat keparahan rinitis alergi yang lebih berat. Prevalensi
sensitisasi tungau debu rumah meningkat seiring dengan peningkatan durasi dan derajat keparahan
rinitis alergi (Tabel 4).

Note: p-value tabel di Man Whitney atau Chi-square?


Tabel 4. Hasil uji tusuk kulit subjek
Kelompok Rinitis Alergi (Berdasarkan ARIA 2016) Rasio
Hasil Uji
Intermiten Intermiten Persisten Persisten Total (CI p-value
Tusuk Kulit
Ringan Berat Ringan Berat 95%)
House dust mite 0,002
Positif 3 (4,2%) 1 (1,4%) 35 (49,3%) 32 (45,1%) 71 (100%)
Negatif 4 (33,3%) 0 (0,0%) 7 (58,3%) 1 (8,3%) 12 (100%)
Putih telur 0,82
Positif 0 (0,0%) 0 (0,0%) 5 (71,4%) 2 (28,6%) 7 (100%)
Negatif 7 (9,2%) 1 (1,3%) 37 (48,7%) 31 (40,8%) 76 (100%)
Coklat 0,667
Positif 1 (50%) 0 (0,0%) 0 (0,0%) 1 (50%) 2 (100%)
Negatif 6 (7,4%) 1 (1,2%) 42 (51,9%) 32 (39,5%) 81 (100%)
Kuning telur 0,098
Positif 0 (0,0%) 0 (0,0%) 0 (0,0%) 2 (100%) 2 (100%)
Negatif 7 (8,6%) 1 (1,2%) 42 (51,9%) 31 (38,3%) 81 (100%)
Udang 0,164
Positf 1 (4,2%) 0 (0,0%) 11 (45,8%) 12 (50%) 24 (100%)
Negatif 6 (10,2%) 1 (1,7%) 31 (52,5%) 21 (35,6%) 59 (100%)
Kacang tanah 0,489
Positif 1 (33,3%) 0 (0,0%) 1 (33,3%) 1 (33,3%) 3 (100%)
Negatif 6 (7,5%) 1 (1,3%) 41 (51,3%) 32 (40%) 80 (100%)
Kepiting 0,163
Positif 2 (5,6%) 0 (0,0%) 17 (47,2%) 17 (47,2%) 36 (100%)
Negatif 5 (10,6%) 1 (2,1%) 25 (53,2%) 16 (34%) 47 (100%)
Daging sapi 0,585
Positif 2 (18,2%) 0 (0,0%) 3 (27,3%) 6 (54,5%) 11 (100%)
Negatif 5 (6,9%) 1 (1,4%) 39 (54,2%) 27 (37,5%) 72 (100%)
Daging ayam 0,814
Positif 1 (16,7%) 0 (0,0%) 2 (33,3%) 3 (50%) 6 (100%)
Negatif 6 (7,8%) 1 (1,3%) 40 (51,9%) 30 (39%) 77 (100%)
Jagung 0,983
Positf 2 (40%) 0 (0,0%) 0 (0,0%) 3 (60%) 5 (100%)
Negatif 5 (6,4%) 1 (1,3%) 42 (53,8%) 30 (38,5%) 78 (100%)
Ikan Bandeng 0,989
Positif 2 (14,3%) 0 (0,0%) 6 (42,9%) 6 (42,9%) 14 (100%)
Negatif 5 (7,2%) 1 (1,4%) 36 (52,2%) 27 (39,1%) 69 (100%)
Kedelai 0,402
Positif 2 (8,7%) 0 (0,0%) 10 (43,5%) 11 (47,8%) 23 (100%)
Negatif 5 (8,3%) 1 (1,7%) 32 (53,3%) 22 (36,7%) 60 (100%)
Kerang 0,199
Positif 1 (6,3%) 0 (0,0%) 10 (62,5%) 5 (31,3%) 16 (100%)
Negatif 6 (9,0%) 1 (1,5%) 32 (47,8%) 28 (41,8%) 67 (100%)
Bulu anjing 0,863
Positif 1 (8,3%) 0 (0,0%) 6 (50%) 5 (41,7%) 12 (100%)
Negatif 6 (8,5%) 1 (1,4%) 36 (50,7%) 28 (39,4%) 71 (100%)
Kapuk 0,119
Positif 0 (0,0%) 0 (0,0%) 4 (40%) 6 (60%) 10 (100%)
Negatif 7 (9,6%) 1 (1,4%) 38 (52,1%) 27 (37%) 73 (100%)

Pembahasan

Anda mungkin juga menyukai