Anda di halaman 1dari 18

* TEKNIK

IDENTIFIKASI
EKTOPRASIT
PRASELIA D.A. TAFUI (2009020003)
THERESIA O. BARA (2009020009)
DEBORA I. WEKI (2009020021)
EZEQUIEL N. D. C. RIBEIRO (2009020029)
* Ektoparasit merupakan parasit yang berdasarkan tempat
manifestasinya terdapat di permukaan luar tubuh inang,
termasuk di liang-liang dalam kulit atau ruang telinga
luar
* Ektoparasit yang sering ditemukan pada anjing adalah
caplak, kutu, tungau dan pinjal.
* Tungau menjadi penyebab penyakit kudis pada anjing
yang bersifat zoonosis.
* Kudis pada anjing disebabkan oleh tungau seperti
Sarcoptes scabiei, Demodex spp., dan Otodectes cynotis
(Whardana et al., 2006; Kustiningsih, 2011).

*Pendahuluan
Infestasi Sarcoptes scabiei menyebabkan
scabies yang merupakan penyakit kulit menular
Tungau menyerang dengan cara menginfestasi
kulit induk semangnya dan bergerak membuat
terowongan di bawah lapisan kulit (stratum
korneum dan lusidum) sehingga menyebabkan
gatal-gatal, kerontokan rambut, dan kerusakan
kulit (Urqurath et al., 1989; Lastuti et al.,
2017).

Sarcoptes scabiei
* Secaramorfologik, parasit ini merupakan tungau kecil,
berbentuk oval, punggungnya cembung, dan bagian
perutnya rata. Spesies betina berukuran 300 x 350 µm,
sedangkan jantan berukuran 150 x 200 µm
* Stadiumdewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki
depan dan 2 pasang kaki belakang. Kaki depan pada betina
dan jantan memiliki fungsi yang sama sebagai alat untuk
melekat, akan tetapi kaki belakangnya memiliki fungsi
yang berbeda. Kaki belakang betina berakhir dangan
rambut, sedangkan pada jantan kaki ketiga berakhir
dengan rambut dan kaki keempat berakhir dengan alat
perekat(Pudjiatmokoet al., 2014).

*Morfologi
* Siklus hidup Sarcoptes scabiei diawali dengan masuknya
tungau dewasa ke dalam kulit dan membuat terowongan
di stratum korneum sampai akhirnya tungau betina
bertelur.Sarcoptes scabiei tidak dapat menembus lebih
dalam dari lapisan.Telur tersebut akan menetas dalam 3-4
hari, lalu menjadi larva berkaki 6. Dalam kurun waktu 1-2
hari larva akan berkembang menjadi nimfa stadium I dan
II yang berkaki 8. Kemudian tungau akan berkembang
menjadi dewasa dan mampu berkembang biak dalam 2-4
hari.Sarcoptes scabiei jantan akan mati setelah
melakukan kopulasi, tetapi kadang-kadang dapat bertahan
hidup dalam beberapa hari(Pudjiatmokoet al., 2014).

*Siklus Hidup
* Pengamatan terhadap perubahan yang terjadi pada kulit anjing yaitu
lesi kulit seperti; hiperemi, melepuh, keropeng, pustula/papula,
krusta, sisik dan alopesia akibat infestasi parasit Sarcoptes scabiei.
* Mengambil sampel kerokan kulit menggunakan Deep skin scraping
dilakukan dengan menggunakan pisau bedah kemudian simpan
kedalam tabung koleksi dan dibawa untuk melakukan pemeriksaan
di bawa mikroskop
* Mengambil larutan KOH 10% dengan menggunakan pipet tetes dan
selanjutnya ditetesi diatas masing-masing object glass yang sudah
berisi sampel.
* Menutup masing-masing sampel yang berada diatas object glass
dengan cover glass dan selanjutnya diamati dibawah mikroskop.

Teknik Identifikasi Sarcoptes scabiei


Hasil Pemeriksaan kerokan kulit secara
laboratoris
* Demodex yang terkenal dan sering ditemukan
menyerang anjing adalah Demodex canis yang
hidup di dalam kelenjar minyak dan kelenjar
keringat (glandula sebacea) dan memakan
epitel serta cairan limfe dari beberapa hewan,
kecuali unggas.Demodex sp.. oso (2006)

* Demodex spp
* Demodex sp., berbentuk seperti cerutu atau
wortel, mempunyai 4 pasang kaki yang pendek
dan gemuk serta memiliki 3 ruas.Bagian
perutnya terbungkus kitin dan bergaris
melintang menyerupai cincin serta memipih ke
arah caudal. Ukuran tungau bervariasi antara
0,2 – 0,4 mm(Pudjiatmokoet al., 2014).

*Morfologi
* Seluruh siklus hidup demodex sp. berlangsung pada
tubuh inangnya selama 20-35 hari, yang terdiri dari
telur, larva, nimfa dan dewasa di dalam folikel
rambut atau kelenjar keringat. Tungau jantan
terdistribusi pada permukaan kulit, sedangkan
tungau betina meletakkan 40-90 telur yang
berbentuk simpul (spindel shape) di dalam folikel
rambut. Larva dan nimfa terbawa oleh aliran cairan
kelenjar ke muara folikel. Dilokasi inilah, tungau
dewasa kawin. Telur akan menetas menjadi larva
berkaki enam dalam waktu 1-5 hari, lalu
berkembang menjadi nimfa yang berkaki delapan,
kemudian menjadi dewasa. Waktu yang diperlukan
sejak dari telur sampai menjadi dewasa adalah
antara 11-16 hari(Pudjiatmokoet al., 2014).

*Siklus Hidup
* Pengamatan terhadap perubahan yang terjadi pada kulit anjing
yaitu lesi kulit seperti; hiperemi, melepuh, keropeng,
pustula/papula, krusta, sisik dan alopesia akibat infestasi parasit
Sarcoptes scabiei.
* Mengambil sampel kerokan kulit menggunakan
Deep skin scraping
dilakukan dengan menggunakan pisau bedah kemudian simpan
kedalam tabung koleksi dan dibawa untuk melakukan
pemeriksaan di bawa mikroskop
* Mengambil larutan KOH 10% dengan menggunakan pipet tetes dan
selanjutnya ditetesi diatas masing-masing object glass yang sudah
berisi sampel.
* Menutup masing-masing sampel yang berada diatas object glass
dengan cover glass dan selanjutnya diamati dibawah mikroskop.

*Teknik Identifikasi
demodex
*Jenis Ektoparasit

Parasit ini paling sering


ditemukan di kepala, leher,
telinga dan kaki anjing

* Gambar 1. Rhipicephalus sanguineus


* Gambar 2. Ctenocephalides canis ( pinjal)

Parasit ini tersebar diseluruh bagian tubuh


pada anjing.
* Gambar 3. Boophilus sp. ( caplak pada sapi )
* Gambar 4 . Trichodectes canis ( pinjal)
* Gambar 5. Otodectes cynotis
Amanda FZ, Hastutiek P, Sabdoningrum EK, Dyah RL, Suprihati E
dan Eliyani H. 2018. Uji Diagnosis Kesesuaian Antara Metode
Tes Tinta Terowongan dengan Scrapping Kulit Terhadap Kasus
Skabies pada Kelinci (Lepus domesticus). J. Parasite Sci, Vol
2(1) : 29-32.
Budiartawan IKA dan Batan IW. 2018. Infeksi Demodex canis pada
Anjing Persilangan Pomeranian dengan Anjing Lokal.
Indonesia Medicus Veterinus, Vol 7(5): 562- 575.
Kasmar ni. 2015. Prevalensi Scabies Pada Kambing di
Kecamatan Bontotiro, Kabupaten Bulukumba. Skripsi.
Universitas Hasanuddin Makassar.
Sinaga BV dan Hariani N. 2019. Prevalensi dan Investasi Ektoparasit
Pada Anjing Peliharaan (Canis familiaris) di Kalimantan
Timur, Indonesia. Jurnal Bioterdidik, Vol 7 (5): 43-52.

*DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai