PENDAHULUA
N
Maloklusi adalah keadaan yang menyimpang dari oklusi normal dengan susunan
gigi yang tidak harmonis secara estetik mempengaruhi penampilan seseorang dan
mengganggu keseimbangan fungsi pengunyahan maupun fungsi bicara. Maloklusi bukan
merupakan proses patologis tetapi proses penyimpangan dari perkembangan normal.
Graber (1962) membagi faktor etiologi maloklusi menjadi faktor umum dan faktor lokal.
Faktor umum terdiri dari herediter, kelainan bawaan, malnutrisi, kebiasaan buruk, postur
tubuh, trauma dan faktor lokal terdiri dari kelainan jumlah, bentuk dan ukuran gigi,
premature loss, prolonged retention dan karies gigi desidui.
Maloklusi Klas II merupakan maloklusi yang paling sulit dalam perawatan ortodonti
yang ditandai dengan prognasi maksila dan mandibula normal, retrognasi mandibula dan
maksila normal, ataupun kombinasi dari keduanya. Profit mengatakan bahwa sekitar 80%
dari ras Kaukasia pada pasien maloklusi Klas II memiliki mandibula yang retrognasi,
sedangkan sekitar 20% maksila yang prognasi.
Menurut klasifikasi Angle, maloklusi Klas II ditandai dengan tonjol mesio bukal
molar pertama permanen maksila letaknya lebih ke mesial daripada bukal groove molar
pertama permanen mandibula. Sering dikenal dengan istilah distooklusi atau mandibula
dengan lengkung giginya terletak lebih ke distal terhadap maksila.
Kemungkinan akan sulit untuk menentukan secara pasti faktor etiologi dari setiap
tipe maloklusi, faktor yang mungkin berperan terhadap terjadinya maloklusi Klas II dibagi
menjadi 4 bagian yaitu: faktor pre-natal, faktor natal, faktor post natal dan faktor
fungsional.
Faktor pre-natal.
1. Genetik dan kongenital : Penelitian yang dilakukan pada orang tua dan
anaknya yang memiliki tipe maloklusi yang sama menunjukkan bahwa
dimensi wajah pada dasarnya ditentukan secara herediter melalui gen. Dengan
demikian dimensi tulang basal yang berperan pada maloklusi Klas II skeletal
merupakan hal yang diwariskan.
2. Obat-obatan tertentu yang diberikan saaat kehamilan dapat menyebabkan
perkembangan yang abnormal yang mengarah pada maloklusi Klas II.
3. Terapi radiasi selama masa kehamilan dapat menjadi faktor penyebab
maloklusi Klas II.
4. Posisi janin pada saat dalam kandungan misalnya tangan yang diletakkan
didepan wajah janin tampaknya akan mempengaruhi pertumbuhan
kraniofasial terutama bila terjadi pada mandibula.
Faktor Natal
Aplikasi forceps yang tidak tepat saat melahirkan dapat menyebabkan
kerusakan atau fraktur dari kondilus sehingga terjadi pendarahan pada area sendi dan
mungkin dapat menjadi ankilosis atau fibrosis pada daerah temporo mandibular joint
yang mengarah pada terhambatnya pertumbuhan mandibula.
Faktor Post Natal
Kondisi-kondisi tertentu yang dapat mempengaruhi perkembangan normal
kraniofasial adalah
- Bibir biasanya kompeten dengan garis bibir bawah yang lebih tinggi.
Indeks adalah sebuah angka atau bilangan yang digunakan sebagai indikator
untuk menerangkan suatu keadaan tertentu. Probabilitas adalah kemungkinan.
Dengan menggunakan suatu indeks dapat dinilai beberapa hal yang menyangkut
maloklusi, misalnya prevalensi, keparahan maloklusi dan hasil perawatan. Indeks
maloklusi mencatat keadaan maloklusi dalam suatu format kategorik atau numerik
sehingga penilaian suatu maloklusi bisa objektif.
Merrifield dan Gebbeck (1989) mengemukakan penelitiannya pada perawatan
maloklusi Klas II skeletal, bahwa tinggi wajah anterior (AFH) dan tinggi wajah
posterior (PFH) berhubungan erat dengan respons mandibula selama perawatan.
Respons mandibula menentukan keberhasilan atau kegagalan perawatan maloklusi
Klas II. Horn (1992) dalam penelitiannya pada perawatan maloklusi Klas II skeletal
didapat bahwa tinggi wajah posterior dan tinggi wajah anterior berhubungan dengan
reaksi mandibula yang terjadi selama perawatan. Reaksi mandibula akan
mempengaruhi perubahan dimensi vertikal wajah. Oleh karena itu Horn
memperkenalkan indeks tinggi wajah (FHI) dalam perawatan ortodonti sebagai upaya
untuk menetapkan hubungan antara AFH dan PFH. Indeks ini juga dapat
menggambarkan besarnya sudut FMA (Frankfort Mandibular Angle) yang dapat
digunakan untuk membantu perencanaan maupun evaluasi perawatan.
Gramling mengumpulkan banyak sampel dari maloklusi Klas II yang berhasil
dirawat dan yang tidak berhasil dirawat dan dibandingkan.Tujuannya untuk mencari
suatu metode dalam memprediksi keberhasilan atau kegagalan pada perawatan
maloklusi Klas II serta evaluasi hasil perawatan. Gramling mengembangkan suatu
indeks yang dinamakan Indeks Probabilitas yang bertujuan untuk meningkatkan suatu
diagnosis dan prognosis serta evaluasi hasil perawatan berdasarkan pada pengamatan
dan perhitungan terperinci dari radiografi sefalometri. Penelitian ini menggunakan
lima pengukuran sefalometri kranial dan dental (Gambar 3). Lima sudut tersebut
yaitu 1. FMA; 2. ANB; 3. OCC PL; 4. FMIA; 5, SNB
Gambar 3.
Sudut-sudut yang digunakan pada Indeks Probabilitas Gramling
2.6 Titik dan garis yang digunakan pada Indeks Probabilitas Gramling
- N (Nasion): titik paling anterior dari sutura fronto nasalis atau sutura antara
ruang frontal dan tulang nasal.
- Or (Orbitale): titik terendah pada tepi rongga mata.
- titik A (Subspinal): titik paling cekung pada kontur premaksila di antara spina
nasalis anterior dan gigi insisivus maksila.
- titik B (Submentale): titik paling cekung dari lengkung yang dibentuk antara
infra dental dan pogonion.
- Me (Menton): titik paling bawah pada dagu.
Gambar 4.
(Titik-titik referensi pada sefalogram lateral yang digunakan pada Indeks
Probabilitas Gramling.)
Pada umumnya garis-garis referensi dibuat dengan menghubungkan titik-titik pada
gambaran sefalometri lateral. Garis-garis referensi tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.
- Garis basis kranium (SN) : garis yang menghubungkan Sella dan Nasion
- Garis Frankfort (FHP) : garis yang menghubungkan Porion dan Orbita.
- Garis Oklusal (OCC PL) : adalah garis yang melalui oklusi dari gigi molar
pertama dan gigi insisivus maksila dan mandibula.
- Garis mandibula (MP) : Garis yang menghubungkan Gonion dan Menton.
2.7.2 ANB
Sudut kedua adalah sudut ANB, yang juga merupakan kriteria yang telah
dikenal ortodontis. ANB adalah sudut yang secara spesifik mengklasifikasikan suatu
maloklusi dan merupakan indikator yang digunakan untuk mengkaji disharmoni
hubungan antara maksila dan mandibula yang didapat dari sudut SNA dikurangi
sudut SNB.
Gambar 8.
FMIA. Tweed menggunakan FMIA sebagai indikator keseimbangan wajah.
2.7.4 OCC PL ( Occlusal Plane )
Garis oklusal yang diukur terhadap garis Frankfort telah lama dianggap
sebagai penentu atas kualitas gaya ortodonti, dan merupakan sudut keempat
dalam Indeks Probabilitas Gramling. Sudut ini juga penting sebagai penentu
kesulitan dari suatu koreksi ortodonti karena maloklusi dikoreksi di sepanjang
garis oklusal. Dalam penelitian pada 150 maloklusi Klas II didapat bahwa
maloklusi Klas II dengan sudut dataran yang tinggi terbukti paling sulit dikoreksi.
Nilai normal dari garis OCC PL ke garis FH adalah 8°-12° ± 2° pada
pasien laki-laki dan perempuan. Kecuraman rata-rata pada OCC PL laki-laki dan
perempuan adalah 9° dan 11° (Gambar 9). Nilai di atas dan di bawah rentang
normal mengindikasikan tingkat kesulitan dalam perawatan. Peningkatan
kecuraman OCC PL selama perawatan mengindikasikan kehilangan kontrol
vertikal dan kecenderungan untuk memperoleh hasil perawatan yang kurang
stabil karena sudut OCC PL menentukan keseimbangan otot, terutama otot-otot
mastikasi.
2.7.5 SNB
1. Adams, C.P. & Kerr, W.J. 1990. The Design, Construction and Use of
Removable Orthodontic Appliances. 6th Edition . Thomson Litho Ltd.
East Kilbride. Scotland. h. 102 – 115.
5. Proffit, W.R. & Fields, H.W. 2000. Contemporary Orthodontics. 4th Edition.
Mosby Inc., St. Louis. h. 397 – 400, 506.
6. Rakosi, T.; Jonas, I. & Graber, T.M. 1993. Color Atlas of Dental Medicine :
Orthodontic – Diagnosis. Thieme Medical Publishers Inc., New York.
h. 49.
8. Van der Linden, Frans P.G.M. 1987. Diagnosis and Treatment Planning in
Dentofacial Orthopedics. London. Quintentessense Publishing Co. Ltd.
h. 163
– 164.