Anda di halaman 1dari 33

1

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang

Pada tahun 2007 pemerintah pusat telah menetapkan Sumatra Barat


sebagai daerah unggulan wisata di Kawasan Barat Indonesia. Salah satunya
adalah Kabupaten Pesisir Selatan yang termasuk kedalam Kawasan
Pengembangan Pariwisata Nasional (KPPN) yang tercantum didalam Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No 50 tahun 2011 tentang Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan Nasional (RIPARNAS).
Pembangunan sektor pariwisata di Kabupaten Pesisir Selatan berfokus
pada pembangunan potensi obyek wisata alam yang diharapkan dapat menjadi
suatu destinasi wisata yang berkelanjutan.Tujuan utama dari pembangunan di
sektor pariwisata adalah agar dapat merubah struktur perekonomian dengan
harapan meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi dimasa yang akan
datang.Pembangunan sektor pariwisata memiliki kontribusi yang signifikan
dalam pembangunan ekonomi nasional sebagai instrumen peningkatan perolehan
devisa.
Sebagai wilayah yang termasuk kedalam Kawasan Pengembangan
Pariwisata Nasional (KPPN), Kabupaten Pesisir Selatan hingga saat ini belum
diketahui adanya arahan rencana dan strategi pengembangan pariwisata
berdasarkan obyek wisata yang sudah berkembang serta belum banyak wisatawan
yang datang.Sehingga perlu ada rencana pengembangan pariwisata untuk
pengembangan wilayah di Kabupaten Pesisir Sealatan..
Kabupaten Pesisir Selatan memiliki banyak potensi alam baik yang telah
berkembang sebagai destinasi wisata maupun yang berpotensi untuk
dikembangkan.Potensi berupa pulau pulau kecil yang indah dan masih sangat
alami menjadi pemicu banyaknya tawaran investasi yang menarik.Obyek wisata
yang ada berdasarkan pengamatan ada yang dikelola dengan baik oleh pemda,
namun masih banyak obyek wisata yang tidak terpelihara dan tidak disediakannya
fasilitas pendukung, padahal kondisi suatu obyek wisata mempengaruhi
minatwisatawan yang berkunjung.
Wisatawan sendiri merupakan suatu tolak ukur berkembangnya obyek
wisata, sehingga perlu diketahui faktor faktor apa saja yang mempengaruhi minat
berkunjung wisatawan. Dengan meningkatnya jumlah wisatawan maka diharapkan
hal tersebut dapat berpengaruh terhadap peningkatan PDRB Kabupaten Pesisir
Selatan. Bermodal keindahan alam panorama yang dibangun sesuai dengan
potensinya agar dapat menjadi destinasi wisata yang mampu bersaing ditingkat
regional maupun global, Kabupaten Pesisir Selatan yang masih belum memiliki
arahan rencana dan strategi pengembangan Pariwisata ini, tentu menjadi suatu
polemik dalam pembangunan pariwisata Kabupaten Pesisir Selatan.
Adanya kemajuan wilayah pada sebagian obyek wisata eksisting
menyebabkan terjadinya ketimpangan dalam pembangunan wilayah di Kabupaten
Pesisir Selatan.Dalam menyususn arahan rencana dan strategi pembangunan
pariwisata di Kabupaten Pesisir Selatan diperlukan data dan informasi
2

obyek.Berhubung Kabupaten telah dicanangkan sebagai KPPN makaperlu


diketahui obyek obyek yang bisa menarik minat wisatawan.
Diharapkan dengan adanya arahan rencana dan strategi pengembangan
maka pembangunan pariwisata dapat lebih terarah danberkelanjutan serta dapat
meningkatkan PDRB di Kabupaten Pesisir selatan.Tujuan dari pembangunan
pariwisata adalah untuk membangun ekonomi yang dapat meningkatkan taraf
hidup masyarakat.Dengan adanya strategi pengembangan Pariwisata yang baik
akan dapatterwujud pariwisata yang berkelanjutan di Kabupaten Pesisir selatan
dan meningkatnya pendapatan PDRB Kabupaten Pesisir selatan.

Perumusan Masalah

Kabupaten Pesisir Selatan ditetapkan sebagai Kawasan Pembangunan


Pariwisata Nasional (KPPN), dikarenakan adanya potensi sumber daya alam
berupa keindahan panorama lautan dan pulau pulau di Kabupaten Pesisir
Selatanyang begitu besar.Sehingga pariwisata dapat menjadi modal utama dalam
meningkatkan pembangungan wilayah di Kabupaten Pesisir Selatan, namun
hingga saat ini diketahui, belum ada rencana pengembangan pariwisata
berdasarkan obyek wisata yang sudah berkembang atau obyek yang berpotensi
untuk dikembangkan.
Berdasarkan pengamatan ada obyek wisata yang berkembang dan dikelola
dengan baik oleh pemda setempat, namun masih banyak obyek wisata yang
berpotensi tetapi tidak terpelihara.Hal tersebut tentu saja mempengaruhi minat
berkunjung wisatawan. Jumlah dari kunjungan wisatawan adalah tolak ukur
dalam menemtukan berkembangnya suatu obyek wisata, maka perlu diketahui
faktor faktor apa saja yang mempengaruhi minat berkunjung wisatawan.
Disisi lain, adanya kemajuan pada pembangunan wilayah yang memiliki
obyek wisata eksisting menyebabkan terjadinya ketimpangan wilayah di
Kabupaten Pesisir Selatan,sehingga suatu arahan rencana dan strategi
pengembangan pariwisata menjadi hal yang begitu penting.Untuk menyusun
arahan rencana dan strategi pengembangan pariwisata di Kabupaten Pesisir
Selatan, maka diperlukan data dan informasi wisata sebagai dasar dalam
penyusunan kawasan pengembangan pariwisata di Kabupaten Pesisir Selatan

Berdasarkan uraian perumusan masalah tersebut, maka timbul beberapa


pertanyaan penelitian yaitu :

1. Apa saja obyek wisata yang telah berkembang di Kabupaten Pesisir


Selatan?
2. Apa saja obyek wisata yang berpotensi untuk di kembangkan di
Kabupaten Pesisir Selatan?
3. Apa saja faktor faktor yang mempengaruhi minat berkunjung wisatawan
ke Kabupaten Pesisir Selatan?
4. Bagaimana arahan rencana dan strategi kebijakan pengembangan
Pariwisata yang ada di kabupaten Pesisir Selatan?
3

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka perlu di lakukan kajian


terhadapobyek wisata arahanrencana pengembangan pariwisata di Kabupaten
Pesisir Selatan.

Tujuan Penelitian

Tujuan utama penelitian ini adalah menyusun arahan rencana dan strategi
pengembangan pariwisata di Kabupaten Pesisir Selatan. Tujuannya antara lain
adalah :
1. Menganalisis obyekwisata yang sudah berkembang
2. Mengidentifikasi dan menganalisis obyek wisata yang berpotensi
untuk dikembangkan
3. Mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi minat berkunjung
wisatawan ke suatu destinasi wisata di Kabupaten Pesisir Selatan
4. Menyusun arahan rencana dan strategi pengembangan obyek dan
kawasan wisata di Kabupaten Pesisir Selatan

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai bahan masukan dan pertimbangan


kepada pemerintah maupun masyarakat umumnya dalam melakukan
pengelolahan, perencanaan, danpembangunan pariwisata di Kabupaten Pesisir
Selatan serta sebagaibahan rujukan untuk penelitian selanjutnya

Kerangka Pemikiran

Dalam menyikapi penetapan Kabupaten Pesisir Selatan sebagai Kawasan


Pembangunan Pariwisata Nasional (KPPN), harus ada suatu rencana dan strategi
pengembangan berbasis obyek obyek wisata yang ada.Saat ini diketahui bahwa
dalam pengembangannya obyek wisata yang ada di Kabupaten Pesisir Selatan
masih sebagian besar di pegang oleh pihak swasta, karena pemerintah belum
memiliki arahan rencana dan strategi pengembangan pariwisata.
Banyaknya sumber daya alam yang berpotensi di Kabupaten Pesisir
Selatan sebagian telah dikembangkan menjadi destinasi wisata.Karena itu perlu
diketahui obyek wisata yang berpotensi namun belum dikembangkan dan obyek
wisata yang sudah berkembang (obyek wisata eksisting) agar dapat dilakukan
suatu pembangunan wisata untuk menunjang Kabupaten Pesisir Selatan sebagai
Kawasan Pembangunan Pariwisata Nasional (KPPN) dan dapat bersaing secara
global dalam hal kemenarikan obyek, aksesisbilitas dan jumlah wistawan yang
terus meningkat setiap tahunnya.
Perlu diketahui pula faktor - faktor yang mempengaruhui kunjungan
wisatawan seperti keinginan dan minat wisatawan, baik wisatawan lokal, nasional
maupun wisatawan asing, sehingga dalam pengembangannya pemerintah bisa
menyusun arahan rencana dan strategi pengembangan pariwisata di Kabupaten
4

Pesisir Selatan sesuai dengan harapan dan minat wisatawan.Kerangka pemikiran


penelitian disajikan pada Gambar 1.

Kabupaten Ditetapkan Arahan rencana


Pesisir Selatan sebagai KPPN dan strategi
pengembangan
Pariwisata
Faktor yang
mempengaruhi
Memiliki potensi minat berkunjung
keindahan wisatawan
panorama alam
Adanya
pengembangan
pariwisata yang
Obyek wisata Obyek yang terarah dan
eksisting berpotensi berkelanjutan
dikembangkan

Identifikasi
kawasan Kontribusi
eksisting Ekonomi /
Dalam proses meningkatkan
Survei dan pengembangannya PDRB
wawancara
responden

Gambar 1. Kerangka berfikir


5

2 KAJIAN PUSTAKA
Pariwisata

Destinasi Pariwisata adalah area atau kawasan geografis yang berbeda


dalam suatu atau lebih wilayah administratif yang di dalamnya terdapat
unsur: daya tarik wisata, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, masyarakat serta
wisatawan yang saling terkait dan melengkapi untuk terwujudnya kegiatan
kepariwisataan (Gesvita 2014).
Menurut Maryani (2010) menyebutkan bahwa pariwisata pada hakikatnya
adalah kebutuhan naluri manusia, karena setiap manusia selalu mempunyai minat
untuk mengetahui sesuatu (sense of interest), memiliki dorongan untuk ingin tahu
(sense of curiousity), melihat kenyataan (sense of reality), menemukan (sense of
discovery), dan menyelidiki (sense of inquiry).
Menurut Undang-undang Nomor 9 tahun 1990 tentang kepariwisataan,
menyebutkan bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari
kegiatan tersebut yang di lakukan secara suka rela serta bersifat sementara untuk
menikmati obyek dan daya tarik wisata. Masih berdasarkan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, wisata adalah
kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang
dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan
pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam
jangka waktu sementara.
Adanya daya tarik wisata pada suatu kawasan merupakan sumber daya
yang harus dikelolah dan dikembangkan. Undang undang Nomor 10 tahun 2009
tentang kepariwisataan menyebutkan pada pasal 1 ayat 5 bahawa Daya tarik
wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan dan nilai yang
berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan hasil buatan manusia yang
menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.
Dalam pembangunan pariwisata untuk suatu pengembangan kawasan atau
wilayah harus ada suatu konsep kebijakan pariwisata. Kebijakan (policy)
merupakan arah atau tuntunan dalam pelaksanaan suatu kegiatan oleh suatu
pemerintah yang di ekspresikan dalam sebuah pernyataan umum mengenai tujuan
yang ingin diapai, yang menuntun tindakan dari para pelaksana, baik di
pemerintahan maupun diluar pemerintahan, dalam mewujudkan harapan yang
telah di tetapkan tersebut (Pitana dan Diarta 2009).
Berdasarkan konsep pemanfaatan, wisata dapat diklasifikasikan menjadi tiga
(META 2002), yaitu:
1. Wisata Alam (nature tourism), merupakan aktivitas wisata yang ditujukan
pada pengalaman terhadap kondisi alam atau daya tarik panoramanya.
2. Wisata Budaya (cultural tourism), merupakan wisata dengan kekayaan
budaya sebagai obyek wisata dengan penekanan pada aspek pendidikan.
3. Ekowisata (ecotourism, green tourism atau alternative tourism), merupakan
wisata yang berorientasi pada lingkungan untuk menjembatani kepentingan
perlindungan sumberdaya alam/lingkungan dan industri kepariwisataan.
6

World Travel and Tourism Council (2016) menyatakan bahwa pariwisata


memberikan kontribusi langsung untuk Produk Domestik Bruto (PDB) dunia dan
kesempatan kerja pada tahun 2015 sebesar masing-masing US$ 2,2 trilyun dan 108
juta tenaga kerja. Seluruh sub-wilayah di dunia mengalami pertumbuhan sektor
Pariwisata pada PDB tahun 2015, dengan Asia Tenggara mengalami pertumbuhan
terkuat yakni 7,9%, selanjutnya Asia Selatan 7,4%. Diikuti oleh Timur Tengah 5,9%,
Karibia 5,1%, Sub-Sahara Afrika 3,3%, Amerika Utara 3,1%, Eropa 2,5%, Asia
Timur Laut 2,1%, Amerika Latin 1,5% dan Afrika Utara 1,4%.
Pariwisata saat merupakan suatu industri yang akan berdampak pada
seluruh aspek, seperti dari segi pengembangan wilayah, kehidupan masyarakan
dan adanya sarana prasana yang merupakan fasilitas dan aksesibilitas untuk unsur
keterjangkauan menuju daya tarik wisata. Menurut Soemarwoto (1997) dalam
Papua (2008), menyatakan bahwa pariwisata adalah industri yang kelangsungan
hidupnya ditentukan oleh baik buruknya lingkungan.
Secara umum pariwisata adalah kegiatan perjalan yang dilakukan oleh
seseorang atau kelompok untuk menikmati daya tarik wisata. Untuk
mengembangkan daya tarik wisata agar menjadi destinasi wisata bagi wisatawan
makan harus dikelolah dan dilakukan pembangunan dengan rencana yang matang
karena untuk suatu kawasan yang menjadi destinasi wisata, akan berdampak pada
wilayah sekitarnnya yang juga menuntuk untuk dilakukan pengembangan agar
dapat mendukung dalam kegiatan pariwisata.

Rencana Pengembangan Pariwisata

Perencanaan merupaka suatu gambaran, strategi atau konsep mengenai


keadaan wilayah secara berkelanjutan dimasa yang akan datang (Nugroho dan
Dahuri 2012). Dalam rencana pengembangan pariwisata, bukan hanya dilihat
sebagai suatu proses yang menghasilkan output tertentu dari destinasi wisata
tersebut, tetapi mengedepankan proses dan mempertimbangkan untuk
pemafaatannya di masa yang akan datang atau berkelanjutan. Rencanaan
pengembangan pariwisata berarti membuat suatu rencana untuk membangun
suatu wilayah yang memiliki potensi obyek atau kawasan untuk kepentingan
ekonomi wilayah (Gesvita 2014).
Perencanaan pengembangan pariwisata perlu di dukung melalui program
program pengembangan yang relevan dengan karakteristik wilayah.Program
pengembangan wilayah harus dilaksanakan dengan berorientasi pada kepentingan
daerah dan berdasarkan pada kebutuhan serta aspirasi yang berkembang dalam
rangka pemerataan serta percepatan pembangunan daerah (Papua 2008).
Penataan ruang wilayah dengan mengedepankan sector pariwisata adalah
suatu proses yang mencakup perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang melalui
serangkaian program pelaksanaan pembangunan dan pengendalian pelaksanaan
pembangunan agar sesuai dengan rencana tata ruang (Nugroho dan Dahuri 2012).
Dalam suatu wilayah yang memiliki potensi untuk mengembangkan pariwisata
nya maka tetap harus ada pengendalian dalam pembangunan maupun
pemanfaatan potensi obyek atau kawasan wisata tersebut, karena untuk
7

memanfaatkan atau menikmati tata alam yang merupakan suatu potensi tidak
harus merubah nya secara menyeluruh.
Perencanaan dan pengembangan kegiatan wisata pada suatu wilayah perlu
mengusahakan keterpaduan antar dua komponen utama pengembangan yaitu sisi
permintaan (demand side) dan sisi penawaran (supply side). Pendekatan ini
merupakan salah satu pendekatan yang sangat mendasar, karena pada hakikatnya
perencanaan dan pengembangan suatu obyek dan daya tarik wisata tidak lain
ditujukan untuk menarik kunjungan wisatawan ke suatu obyek. Pengembangan
yang akan dilakukan harus memperhatikan dan mendasarkan pada kajian
terhadap kesesuaian antara karakteristik sisi penawaran obyek wisata dengan
karakteristik sisi permintaan pengunjung. Kesesuaian antara supply dan demand
akan berdampak pada kepuasan wisatawan yang pada akhirnya mampu
menciptakan nilai jual dan meningkatkan daya saing obyek wisata (Cravens et al.
1997)
Darsoprajitno 2002 menyebutkan bahwa dalam pembangunan pariwisata
atau pengembangannya rencana dan strategi pengembangan agar dampak dari
pengembangan tersebut dapat di kurangi dan di harapkan meningkatkan
pengembangan pariwisata berdampak positif dalam kehiduapan sosial ekonomi
masyarakat sekitar. Tidak hanya itu tentu nya dalam melakukan pengembangan
potensi obyek atau kawasan menjadi destinasi wisata tentu memperhatikan daya
dukung lingkungan dan proses pengembangan yang sudah terencana dalam
perencanaan wilayah untuk pengembangan wilayah yang memiliki obyek atau
kawasan wisata.
Pengendalian pemanfaatan juga harus diperhatikan seberapa jauh suatu
obyek atau kawasan tersebut di tata dan di bangun untuk suatu tujuan pariwisata
dan seberapa besar dampaknya pada pengembangan wilayah sekitar.Karena
tujuan utama dalam pengembangan pariwisata adalah meningkatnya ekonomi
pada wilayah tersebut dan termanfaatkan obyek atau kawasan secara
berkelanjutan (Darsoprajitno 2002).
Jadi dalam membangun dan pengembangan obyek atau kawasan banyak
sekali hal yang harus di pertimbangkan, seperti potensi kawasan, dampaknya
pada tatanan alam dan tatanan masyarakat serta rencana dan strategi yang matang
untuk menghidari adanya resiko berupa kendala atau rusaknya daya dukung
lingkungan. Dalam rencana pembangunan jangka panjang, tambak nya sector
pariwisata atau bisa dikatakan sebagai bisnis pariwisata menjadi suatu titik tolak
Pengembangan wilayah, serta pendalian dalam pengembangan juga harus
perhatikan mengingat setiap potensi berupa sumber daya memiliki batasan.

Obyek dan Kawasan Wisata

Obyek wisata merupakan suatu komponen penting dalam industry


pariwisata dan salah satu alasan pengunjung melakukan perjalanan what to see
atau something to see. Peraturan Pemerintah No.24/1979 menyebukan Obyek
wisata adalah perwujudan dari ciptaan manusia, tata hidup, seni budaya serta
8

sejarah bangsa dan tempat keadaan alam yang mempunyai daya tarik untuk
dikunjungi.
Menurut Yoeti (1996), suatu daerah untuk menjadi daerah tujuan wisata
(DTW) yang baik, harus mengembangkan tiga hal agar daerah tersebut menarik
untuk dikunjungi, yaitu:
a. Adanya sesuatu yang dapat dilihat (something to see), maksudnya
adanya sesuatu yang menarik untuk dilihat, dalam hal ini obyek wisata
yang berbeda dengan tempat-tempat lain (mempunyai keunikan
tersendiri). Disamping itu perlu juga mendapat perhatian terhadap
atraksi wisata yang dapat dijadikan sebagi entertainment bila orang
berkunjung nantinya.
b. Adanya sesuatu yang dapat dibeli (something to buy), yaitu terdapat
sesuatu yang menarik yang khas untuk dibeli dalam hal ini dijadikan
cendramata untuk dibawa pulang ke tempat masing-masing sehingga di
daerah tersebut harus ada fasilitas untuk dapat berbelanja yang
menyediakan souvenir maupun kerajinan tangan lainnya dan harus
didukung pula oleh fasilitas lainnya seperti money changer dan bank.
c. Adanya sesuatu yang dapat dilakukan (something to do), yaitu suatu
aktivitas yang dapat dilakukan di tempatitu yang bisa membuat orang
yang berkunjung merasa betah di tempat tersebut.

Di beberapa Negara obyek wisata disebut tourist atraction (atraksi wisata),


sedangkan di Indonesia lebih dikenal dengan obyek wisata.Obyek wisata yang
baik dan menarik untuk dikunjungi harus mempunyai keindahan alam dan juga
harus memiliki keunikan dan daya tarik untuk dikunjungi dan juga didukung oleh
fasilitas pada saat menikmatinya.Menurut Medlik, 1980 dalam Ariyanto (2005),
ada empat aspek (4A) yang harus diperhatikan dalam sediaan wisata. Aspek-aspek
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Attraction (day a tarik); daerah tujuan wisata (DTW) untuk menarik
wisatawan pasti memiliki daya tarik, baik daya tarik berupa alam maupun
masyarakat dan budaya.
2. Accesible (transportasi); accesible dimaksudkan agar wisatawan domestik
dan mancanegara dapat dengan mudah dalam pencapaian tujuan ke tempat
wisata.
3. Amenities (fasilitas); amenities memang menjadi salah satu syarat daerah
tujuan wisata agar wisatawan nyaman tinggal lebih lama di DTW.
4. Ancillary (kelembagaan); jika ada lembaga pariwisata, wisatawan akan
semakin sering mengunjungi dan mencari DTW apabila di daerah tersebut
wisatawan dapat merasakan keamanan, (protection of tourism) dan
terlindungi.

Kebijakan Pengembangan Pariwisata

Peraturan pemerintah No. 50 tahun 2011 tentang RIPPARNAS 2010 2025


menjelaskan suatu kebijakan dalam pembangunan pariwisata nasional dan
merupakan suatu sector unggulan dalam pembangunan ekonomi wilayah maka
9

hal yang harus diperhatikan adalah berupa adanya suatu Destinasi wisata, industri
pariwisata, pemasaran pariwisata dan kelembagaan pariwisata.
Hidayat 2011 menyebutkan bahwa suatu destinasi pariwisata harus mampu
menciptakan serta meningkatkan kualitas produk dan pelayanan kepariwisataan
serta kemudahan pergerakan wisatawan di destinasi pariwisata.Untuk mencapai
hal tersebut maka di perlukan pembangunan daya tarik wisata atau atraksi yang
dapat menarik wisatawan tidak hanya dengan satu obyek wisata saja,
pembangunan prasarana dan penyediaan fasilitas umum. Selain itu, hal yang
perlu diperhatikan adalah bagaimana kesiapan masyarakat terhadap pariwisata
maka perlu diadakan nya suatu pemberdayaan masyarakat
Mendorong penguatan struktur industri pariwisata dengan melakukan
kemitraan usaha pariwisata, produk yang berdaya sain dan kredibilitas
bisnis.Selain itu tanggung jawab terhadap lingkungan alam dan social budaya
agar tetap terjaga dan dapat menjadi ssuatu karakteristik pada kawasan isata
tersebut. Industry pariwisata harus didukung penuh oleh kelembagaan pariwisata,
seperti mengembangkan organisasi kepariwisataan, SDM pariwisata untuk
mendukung dan meningkatkan kualitas pengelolaan dan penyelenggaraan
kegiatan kepariwisataan (Hidayat 2011)..
Tidak hanya terfokus pada pengembangan dan melengkapi fasilitas wisata
saja, suatu obyek wisata untuk dapat terus berkembang dan menarik wisatawan
diperlukan suatu pemasaran pariwisata.Pengembangan citra wisatawan,
pengembangan citra pariwisata, pengembangan kemitraan pemasaran pariwisata
dan pengembangan promosi pariwisata merupakan suatu upaya pemasaran untuk
menciptakan, mengkomunikasikan, menyampaikan produk wisata dan mengelola
relasi dengan wisatawan untuk mengembangkan kepariwisataan (Pitana dan
Diarta 2009).
Suatu kebijakan pariwisata dapat dikatakan sebagai suatu upaya untuk
menyediakan pengalaman pengunjung yang berkualitas dan mendapakan
keuntungan serta dapat bersaing di pariwisata internasional (Hidayat 2011).
10

3 BAHAN DAN METODE


Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian akan di laksanakan diKabupaten Pesisir Selatan, provinsi


Sumatra Barat, yang terletak pada 0.000 59' - 20 28,6' Lintang Selatan, sampai
dengan 1010 01" - 1010 30" Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten Pesisir
Selatan 5749,89 Km2dan memiliki jarak tempuh 60km dari Kota Padang.
Waktu penelitian di mulai dari tahap penyusunan proposal hingga selesai
tesisyaitu dariSeptember 2016 hingga bulanJuli 2017. Penelitian dilapangan akan
dilaksanakan selama dua bulan, yaitu pada bulan Februari 2017 hingga bulan
Maret 2017.

Gambar 2. Peta Kabupaten Pesisir Selatan

Jenis dan Sumber Data

yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder.
Data sekunder, diperoleh dari berbagai instansi yaitu Pemerintah Daerah
Kabupaten Pesisir selatan, Dinas Pariwisata Kabupaten Pesisir selatan dan
Provinsi Sumatra Barat, BAPPEDA Kabupaten Pesisir Selatan serta BPS
Kabupaten Pesisir Selatan. Data primer diperoleh melalui pengamatan dan
pengecekan lapangan terhadap daya tarik wisata Kabupaten Pesisir Selatan,
pengamatan dan observasi daya tarik wisata di lokasi, serta melakukan
pembagian kuesioner kepada responden.
11

Pengambilan sampel berdasarkan keperluannya (purposive sampling),


dengan melakukan wawancara kepada responden yang telah ditentukan yaitu
perwakilan dari wisatawan, perwakilan dinas pariwisata, perwakilan dari
BAPEDA dan pemuda / pemudi duta wisata Kabupaten Pesisir Selatan.
Responden pada penelitian terdiri dari wisatawan mancanegara dan
domestik.Wisatawan mancanegara terutama berasal dari Australia dan Timor
Leste dan domestik berasal dari kabupaten sekitar dan dari luar provinsi NTT.
Pengambilan sampel wisatawan yang berkunjung ke Kota Kupang menggunakan
rumus Yamane (1967), untuk menghitung jumlah sampel yang diperlukan
(Sihotang 2009) :

n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
d = level signifikansi yang diinginkan (umumnya 0.05 untuk bidang non-
eksak dan 0.01 untuk bidang eksakta).
Rata-rata kunjungan wisatawan ke Kabupaten Pesisir Selatantahun 2011
2015, disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Rata-Rata kunjungan wisatawan ke Kabupaten Pesisir Selatan


Tahun 2011-2015
Tahun Asing Domestik Jumlah
2011 431 116127 116558
2012 476 306670 307146
2013 578 587056 587634
2014 1551 1544684 1546235
2015 1600 2000000 2001600
Jumlah 4636 4554537 4559173
Rata rata 927,2 910907,4 911834,6

Rata - rata kunjungan wisata di Kabupaten Pesisir Selatantahun 2011 -


2015 sebesar 911835 dengan rata-rata kunjungan perbulan adalah 75986
pengunjung.
Jumlah sampel yang diambil adalah :
n = N / N(d +1) = 75986 / (75986 x (0.05))+1) = 99.75 = 100
Jadi jumlah sampel yang dibutuhkan adalah seratus wisatawan.

Selain observasi dan wawancara dilakukan studi dokumentasi dan studi


literature atau teknik pengumpulan data dengan cara mempelajari buku-buku,
jurnal dan informasi lainnya yang berhubungan dengan permasalahan yang
sedang diteliti secara lebih terperinci dari data yang didapat maupun dari berbagai
sumber yang relevan. Jenis data, sumber data, teknik pengumpulan data dan
teknik analisis data serta output dari penelitian berdasarkan tujuan penelitian
tertera pada Tabel 2.
12

Tabel 2.Jenis dan sumber data, teknik pengumpulan dan analisis data serta output
untuk masing masing tujuan penelitian.

N Sumber Data Teknik Teknik


Tujuan Jenis Data Output
o Pengumpulan Analisis Data
1 Menganalisis Profil obyek BAPEDA Kab Wawancara Skoring Obyek wisata
obyek wisata wisata di Pesisir Selatan dengan dinas yang sudah
yang sudah Kabupaten Dinas dan berkembang di
berkembang Pesisir Selatan Pariwisata masyarakat Kabupaten
Survey Pesisir Selatan
lapangan
2 Mengidentifikasi RTRW BAPEDA Kab Wawancara Skoring Potensi wisata
dan menganalisis Kabupaten Pesisir Selatan dengan dinas yang ada di
obyek wisata Pesisir Selatan Dinas dan beberapa
yang berpotensi Profil daerah Pariwisata masyarakat kawasan di
untuk yang memiliki Survey Kabupaten
dikembangkan potensi wisata. lapangan Pesisir Selatan
Persepsi
responden
3 Mengetahui dan Persepsi Wisatawan Wawancara AHP Faktor faktor
faktor faktor Responden Masyarakat dengan yang
yang wisatawan mempengaruhi
mempengaruhi kuesioner minat
minat berkunjung
berkunjung wisatawan ke
wisatawan kawasan wisata
yang ada di
Kabupaten.
4 Menyusun Persepsi Wisatawan Wawancara AHP Rencana dan
arahan rencana responden Masyarakat dengan dinas Analisis strategi
dan strategi mengenai Survey SWOT pengembangan
pengembangan faktor eksternal lapangan kawasan wisata
wisata di dan internal di Kabupaten
Kabupaten Pesisir Selatan
Pesisir Selatan.

Analisis Data

Mengidentifikasi Obyek Wisata Eksisting dan yang Berpotensi


Dikembangkan

Analisis obyek wisata yang sudah berkembang dan obyek wisata yang
berpotensi untuk dikembangkanmenggunakan analisis pembobotan.Analisis ini
bertujuan untuk mengetahui daya tarik wisata yang sudah berkembang dan daya
tarik wisata yang berpotensi untuk dikembangkan,dilakukan melalui pembobotan
dan penilaian parameter pariwisata berupa penilaian fisik dan penilaian parameter
kelembagaan.sosial budaya dan ekonomi (Gunn1979 dan Cappock 1971 dalam
Pramudia 2008).
Penilaian kriteria obyek wisata berdasarkan penilaian fisik dapat dilihat
pada Tabel 3.
13

Tabel 3 Kriteria penilaian potensi obyek wisata berdasarkan parameter fisik


Nilai Potensi
No Parameter Sangat Lemah Lemah Sedang Kuat Sangat Kuat
1 2 3 4 5
1 Jarak >60 Km 45-60 Km 30-45 Km 15-30 Km <15 Km
2 Sarana Tidak terdapat Terdapat 1 Terdapat 2-3 Terdapat 4 Terdapat>4
Prasarana sarana sarana sarana sarana sarana
prasarana prasarana prasarana prasarana prasarana
radius 1 km radius 1 km radius 1 km radius 1 km radius 1 km
3 Aksesibilitas >1000 m dari 500-1000 m <500 m dari <500 m dari <500 m dari
jalan kabupaten dari jalan jalan kabupaten jalan provinsi jalan nasional
kabupaten

4 Daya Tarik Terdapat >3 Terdapat 3 Terdapat 2 Terdapat 1 Tidak


obyek sejenis obyek sejenis obyek sejenis obyek sejenis terdapat
radius 1 km radius 1 km radius 1 km radius 1 km obyek sejenis
radius 1 km

Sumber : Modifikasi model Gunn 1979 dan Coppock 1971 dalamPramudya


(2008).

Selain analisis berdasarkan kriteria penilaian fisik juga ada kriteria


penilaian berdasarkan kelembagaan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Kriteriapenilaian potensi obyek wisata berdasarkan parameter


kelembagaan
Nilai Potensi
No Parameter Sangat Lemah Sedang Sangat Kuat
1 3 5
1 Pengelola Tidak ada pengelolah - Adanya pengelolah
2 Atraksi dan Tidak ada atraksi dan Adanya atraksi 1-2 Tidak ada atraksi dan
Hiburan hiburan kali sebulan hiburan
3 Keamanan Tidak ada petugas - Adanya petugas

4 Cendramata dan Tidak ada penjual Terdapat 1-5 tempat Terdapat >5 tempat
Kuliner cendramata dan kuliner penjual cendramata penjual cendramata
dan kuliner dan kuliner

Sumber : Modifikasi model Gunn 1979 dan Coppock 1971 dalamPramudya


(2008)

Dari kedua parameter tersebut dilakukan penjumlahan bobot dari hasil


analisis obyek wisata yang kemudian dirata ratakan sehingga menghasilkan
nilai potensi dari obyek pariwisata tersebut dari potensi rendah sampai potensi
sangat tinggi dengan selang kelas kesesuaian ditentukan menggunakan rumusan
Walpole (1982) dan dapat dilihat pada Tabel 5.
14

Tabel 5 Klasifikasi penilaian potensi wisata

No Total Nilai Keterangan


1 12 Potensi Rendang
2 2.01 3 Pontensi Sedang
3 3.01 4 Potensi Tinggi
4 4.01 5 Potensi Sangat Tinggi
Sumber : Walpole 1982 dalam Pramudya (2008)

Syarat suatu obyek dapat dikatakan sebagai destinasi wisata adalah (1)
What to see, harus ada obyek menarik atau atraksi wisata yang berbeda dari
daerah lain, (2) What to do, selain ada hal menarik yang dapat dilihat juga ada hal
yang dapat dilakukan wisatawan di tempat tersebut. (3) what to arrived,
bagaimana aksesibiltas untuk mengunjungi tempat tersebut (Maryani 2010).

Analisis Skoring

Analisis obyek wisata yang sudah berkembang dan obyek wisata yang
berpotensi untuk dikembangkan menggunakan Analisis pembobotan
(scoring.)Hasil penilaian yang diperoleh dari analisis pejumlahan skor setiap
obyek wisata yang sudah berkembang atau yang berpotensi untuk dikembangkan
berdasarkan pendapat responden melalui kuesioner.Besarnya skor masing-masing
obyek wisata ditentukan dari kebalikan dari jumlah obyek wisata yang
ditentukan.Misalkan sejumlah n obyek yang telah ditentukan, maka nilai skor
teringgi suatu obyek wisata adalah n dan skor terendah adalah 1 (Sitorus et al.
2014). Hasil skoring akanmenunjukan peringkat dari masing-masing obyek
wisata sehingga dapat diketahui potensi dari obyek wisata tersebut.

Arahan Rencana Pengembangan Pariwisata

Arahan rencana pengembangan pariwisata disusun melalui penggabungan


obyek wisata yang sudah berkembang dan obyek yang berpotensi untuk
dikembangkan. Dalam pengembangan tersebut ada dua cara pengembangannya
berdasarkan kebijakan kemiripan daya tarik, kedekatan obyek secara spasial dan
potensi yang ada pada satuan wilayah di tiap kecamatan di Kabupaten Pesisir
Selatan atau berdasarkan lokasi jarak yang dikembangkan berdasarkan satuan
wisata.
Dalam menyusun arahan rencana pengembangan hasil dari survei dan
analisis juga akan digabungkan dengan rencana pengembangan yang di dapat dari
pemerintah setempat atau dengan rencana tata ruang wilayah Kabupaten Pesisir
Selatan (RTRW). Arahan rencana pengembangan akan dibuat menjadi suatu
kawasan wisata berdasarkan jarak antara obyek wisata atau berdasarkan
kemiripan obyek.
15

Analytical Hierarchy Process(AHP)

Analytical Hierarchy Process (AHP) sebagai kerangka yang


memungkinkan untuk mengambil keputusan yang efektif atas persoalan
kompleks dengan cara menyederhanakan permasalahan dan mempercepat proses
pengambilan keputusan. AHP banyak digunakan pada pengambilan keputusan
untuk banyak kriteria perencanaan, alokasi sumber daya dan penentuan prioritas
dari strategi strategi yang dimiliki dalam situasi konflik (Saaty 2008).
Metode ini dimaksudkan untuk membantu memecahkan masalah
kualitatif yang kompleks dengan memakai perhitungan kuantitatif, melalui proses
pengekspresian masalah dimaksud dalam kerangka berpikir yang terorganisir,
sehingga memungkinkan dilakukannya proses pengambilan keputusan secara
efektif (Eriyatno dan Sofyar, 2007).
Keuntungan lain dari AHP diantaranya, dapat menjelaskan proses
pengambilan keputusan secara grafis, sehingga mudah dipahami oleh semua fihak
yang terlibat dalam proses bersangkutan. Selain itu dalam aplikasinya, metode ini
juga menguji konsistensi berbagai penilaian, khususnya apabila terjadi
penyimpangan penilaian yang terlalu jauh dari nilai konsistensi yang sempurna.
Langkah yang dilakukan dengan menggunakan metode AHP (Eriyatno
dan Sofyar, 2007) adalah:
1) Penyusunan hierarki, untuk menguraikan persoalan menjadi unsur-unsur,
dalam wujud kriteria dan alternatif, yang disusun dalam bentuk hierarki.
2) Penyusunan kriteria, digunakan untuk membuat keputusan yang
dilengkapi dengan (a) uraian subkriteria, dan (b) bentuk alternatif yang
terkait masing-masing kriteria tersebut untuk dipilih sebagai keputusan
tercantum pada tingkatan paling bawah.
3) Penilaian kriteria dan alternatif, untuk melihat pengaruh strategis terhadap
pencapaian sasaran, yang dinilai melalui perbandingan berpasangan.

Nilai dan definisi pendapat kualitatif berdasarkan skala perbandingan


Saaty (2008), sebagaimana terlihat pada Tabel 6

Tabel 6. Penilaian kriteria berdasarkan skala perbandingan Saaty


Nilai Keterangan
1 A sama penting dengan B
3 A sedikit lebih penting dari B
5 A jelas lebih penting dari B
7 A sangat jelas lebih penting dari B
9 A mutlak lebih penting dari B
Apabila ragu-ragu antara dua nilai yang
2, 4, 6, 8
berdekatan

Tujuan akhir dalam penelitian ini adalah untuk menyusun arahan rencana
dan strategi dalam pembangunan Kawasan wisata di Kabupaten Pesisir Selatan.
Analisis tersebut menggunakan analisis AHP (analytical hierarchy process) dan
analisis SWOT. AHP (analytical hierarchy process) merupakan tahapan
penyusunan hirarki yang terdiri dari tujuan utama, kriteria dan
16

alternative.Selanjutnya penilaian kriteria dan alternatif yang diperoleh dari uraian


suatu persoalan dinilai melalui perbandingan berpasangan.
Proses dari AHP (analytical hierarchy process) yaitu menetapkan tujuan,
mendefinisikan kriteria, mengidentifikasi alternatif, menyusun informasi dalam
diagram pohon, membuat perbandingan berpasangan (menyusun pertanyaan),
membangun matriks perbandingan, menghitung prioritas (eigenvector)
Analisis SWOT merupakan suatu alat yang efektif dalam membantu
menstrukturkan masalah, terutama dengan melakukan analisis atas lingkungan
strategis, yang lazim disebut sebagai lingkungan internal dan lingkungan
eksternal. Dalam lingkungan internal dan eksternal ini pada dasarnya terdapat
empat unsur yang selalu dimiliki dan dihadapi, yaitu secara internal memiliki
sejumlah kekuatan-kekuatan (strengths) dan kelemahan-kelemahan (weaknesses),
dan secara eksternal akan berhadapan dengan berbagai peluang-peluang
(oppotunities) dan ancaman-ancaman (threats).
Data SWOT serta faktor internal dan eksternal dinilai untuk memperoleh
bobot dari AHP.Selanjutnya untuk memperoleh faktor prioritas maka masing
masing bobot SWOT dikalikan dengan bobot faktor internal dan
eksternalnya.Selanjutnya dilakukan analisis faktor strategi internal (IFAS) dan
analisis faktor strategi eksternal (EFAS) yang di rating untuk memperoleh skor.
Analisis matriks space di peroleh dari selisih antara IFAS dan selisih antara
EFAS menghasilkan koordinat (x,y) yang menunjuk pada posisi pengembangan
dalam kuadran matriks space.
17

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN PESISIR SELATAN


Kondisi Geografis

Kabupaten Pesisir Selatan merupakan salah satu dari 19 kabupaten / kota


di Propinsi Sumatra Barat, dengan luas wilayah 5.749,89 Km2. Wilayah
Kabupaten Pesisir Selatan terletak di bagian selatan Propinsi Sumatra Barat,
memanjang dari utara ke selatan dengan Panjang garis pantai 218 Km dan
memiliki 47 pulau kecil yang menyebar di sisi pantainya.Adanya potensi daya
tarik wisata alam yang besar di Kabupaten Pesisir Selatan merupakan prospek
yang sangat strategis untuk dikembangkannya sektor pariwisata
Nama Pesisir Selatan berasal dari nama daerah pada masa penjajahan
Belanda yaitu Afdeeling zuid beneden landen (dataran rendah bagian selatan).
Ketika itu pada tahun 1903 wilayah Bandar Sepuluh Indrapura dan Kerinci
menjadi afdeeling yang dipimpin oleh seorang Asisten Residen yang
berkedudukan di Indrapura sebagai pusat pemerintahan (Profil Pariwisata
Kabupaten Pesisir Selatan 2015).
Melalui Undang-Undang No.12 Tahun 1956 daerah ini menjadi
Kabupaten Pesisir Selatan Kerinci.Tahun 1957 dengan lepasnya kerinci menjadi
Kabupaten Sendiri di bawah Provinsi Jambi, namanya berubah menjadi
Kabupaten Pesisir Selatan.

Gambar 3. Peta KAbupaten Pesisir Selatan

Berdasarkan letak geografisnya Kabupaten Pesisir Selatan terletak pada


0 59 - 2 28,6 lintang selatan dan 100 19 - 101 18 bujur timur, dengan luas
18

wilayah 5.749,89 Km2 atau sekitar 13,70 % dari luas wilayah Provinsi Sumatra
Barat. Kabupaten Pesisir Selatan terdiri dari 15 kecamatan dan 182 Nagari
(kelurahan), ibu kota kabupatennya adalah Painan yang terletak di Kecamatan IV
Jurai dengan jarak tempuh 78 Km dari Kota Padang yakni 2,5 jam perjalanan.
Secara administratif posisi Kabupaten Pesisir Selatan adalah sebagai berikut :
Sebelah utara : Kota Padang
Sebelah selatan : Provinsi Bengkulu
Sebelah barat : Samudra Indonesia
Sebelah timur : Kabupaten Solok, Kabupaten Solok Selatan dan
Provinsi Jambi
Posisi geografis dan administrative tersebut menjadikan Kabupaten
Pesisir Selatan sebagai gerbang masuk wilayah Selatan Provinsi Sumatera Barat
dengan didukung oleh prasarana, baik transportasi darat dan laut yang memadai,
seperti jalan nasional Padang Bengkulu dan pelabuhan Panasahan Carocok
Painan.

Kondisi Topografi dan Iklim

Kabupaten Pesisir Selatan memiliki topografi yang beragam, terdiri dari


dataran, gunung dan perbukitan yang merupakan perpanjangan gugusan Bukit
Barisan, dengan ketinggian berkisar dari 0 1000 m dari permukaan laut,
memiliki 47 buah pulau pulau kecil, serta dialiri 22 sungai dengan 14 sungai
besar dan 8 sungai kecil. Secara umum Kabupaten Pesisir Selatan beriklim tropis
dengan temperatur bervariasi antara 23C hingga 32C pada siang hari dan 20C
hingga 28C pada malam hari.
Kondisi permukaan lahan Kabupaten Pesisir Selatan dewasa ini adalah
sebagian besar lahan hutan yaitu hampir. Berdasarkan penggunaan lahan,
65,77% wilayah terdiri dari hutan, Berikut adalah data penggunaan lahan tanah di
Kabupaten Pesisir Selatan.

Tabel 7.Luas Tanah Menurut Status Penggunaan Lahannya di Kabupaten


Pesisir Selatan.
Status Luas Area (Km2) Persentase (%)
Kawasan Lindung
1. HSAW dan CB 295,63 51,01
2. Hutan lindung (HL) 23,10 3,99
Kawaan budidaya
1. Hutan produksi (HP) 5,30 0,91
2. Hutan produksi konversi (HPK) 25,38 4,38
3. Hutan produksi terbatas (HPT) 31,74 5,48
Area penggunaan lain
1. Perairan darat 1,85 0,32
2. Pemukiman 14,57 2,51
3. Perkebunan 59,15 10,21
4. Pertanian 107,84 18,61
5. Pertambangan 14,95 2,58
Jumlah / Total 579,51 100,00
Sumber : BPS Kabupaten Pesisir Selatan
19

Klasifikasi kelas lereng wilayah diketahui bahwa sebagian besar wilayah


termasuk dalam kelas lereng curam dengan kemiringan lereng di atas 40 % yang
mencapai luas 304.235 Ha (52,91 %) terdapat pada seluruh Kecamatan
Kabupaten Pesisir Selatan. Sementara luas wilayah dengan kemiringan lereng
datar 0 2 % dengan luas 181.654 Ha (31,59) terdapat diseluruh kecamatan,
Kemiringan 2 15% dengan luas 5.102 Ha (0,89%) terdapat di Kecamatan
Lunang Silaut, Basa IV Balai Tapan, Pancung Soal, Linggo Sari Baganti, Sutera,
Batang Kapas dan Koto XI Tarusan, kemiringan 15 25% dengan luas 24.562
Ha (4,27%) terdapat diseluruh kecamatan, dan agak curam dengan kemiringan 25
40% dengan luas 304.235 Ha (52,91%) terdapat diseluruh Kecamatan.
Ketinggian permukaan daratan sangat bervariasi yakni berada pada
dataran rendah kecuali Kecamatan IV Nagari Bayang Utara yang hampir seluruh
daerahnya berada di dataran tinggi.Dalam tahun-tahun terakhir ini, keadaan
musim kadang tidak menentu, pada bulan-bulan yang seharusnya musim kemarau
terjadi hujan atau sebaliknya. Kondisi iklim berdasarkan curah hujan tahunan
rata-rata 299,6 mm/tahun. Puncak curah hujan maksimum terjadi sekitar bulan
Januari dan Desember.Sedangkan curah hujan minimum terjadi pada bulan Mei.
Suhu minimum terjadi antara bulan April sampai dengan Juni dan suhu
maksimum terjadi antara bulan Januari dan Oktober dengan temperatur suhu
udara berkisar antara 22 C 28 C dan 23 C 32 C serta kelembaban rata-rata
80 %. Hujan terjadi hampir sepanjang tahun tanpa ada bulan-bulan kering dengan
jumlah hari hujan berkisar antara 13-15 hari perbulan.

Kondisi Penduduk
Komposisi Pendduk dan Ketenagakerjaan

Komposisi penduduk Kabupaten Pesisir Selatan didominasi oleh


kelompok usia muda. Kondisi ini mencerminkan tingkat kelahiran penduduk di
Kabupaten Pesisir Selatan lebih tinggi dibandingkan tingkat
kematiannya.Pengetahuan mengenai penduduk merupakan dasar utama dalam
melakukan kegiatan pembangunan baik perencanaan maupun evaluasi (BPS
2016).
Pada tahun 2015, penduduk Kabupaten Pesisir Selatan mencapai 450.186
jiwa, naik sejumlah 3.707 jiwa dari tahun sebelumnya. Dengan demikian
kepadatannya pun bertambah dari 77,65 jiwa/km2 menjadi 78,92/km2. Kecamatan
dengan jumlah penduduk terbanyak adalah Kecamatan Lengayang dengan 52.548
jiwa. Adapun kecamatan dengan kepadatan penduduknya tertinggi adalah
Kecamatan Bayang yaitu 474,71jiwa/km2.
Kecamatan yang paling sedikit jumlah penduduknya sekaligun menjadi
kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah adalah Kecamatan Bayang
Utara dengan 29,17 jiwa/km2. Secara umum bisa dikatakan tidak ada perbedaan
yang mencolok pada jumlah penduduk laki-laki dan perempuan, namun jumlah
penduduk laki-laki lebih sedikit dengan proporsi 48.90% dibandingkan
perempuan yakni 51,10%, dengan nilai sex ratio 98 yaitu setiap 100 perempuan
terdapat 98 laki-laki.
20

Tabel 7.Jumlah Nagari, Rumah Tangga dan Penduduk Menurut


kecamatan di Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2015

No Kecamatan Nagari Rumah Tangga Penduduk


1 Silaut 10 3110 14131
2 Lunang 10 4674 20548
3 Basa IV Balai Tapan 10 3115 13476
4 Ranah IV Hulu Tapan 10 3254 14539
5 Pancung Soal 10 5759 25451
6 Airpura 10 3493 15405
7 Linggo Sari Baganti 16 10208 44464
8 Ranah Pesisir 10 7054 30397
9 Lengayang 9 12170 52548
10 Sutera 12 11254 49270
11 Batang Kapas 9 7276 31430
12 IV Jurai 20 10475 45678
13 Bayang 17 8467 36945
14 IV Nagari Bayang Utara 6 1644 7314
15 Koto XI Tarusan 23 11264 48590
Jumlah : 2015 182 103217 450186
2014 182 102367 446479
2013 182 94986 442681
2012 182 95763 437638
2011 182 99399 434343
Sumber : BPS Kabupaten Pesisir Selatan 2016

Kemampuan pasar tenaga kerja menyerap angkatan kerja dapat dilihat


melalui angka kesempatan kerja. Terjadi peningkatan angka kesempatan kerja di
Kabupaten Pesisir Selatan dari 88,94% pada tahun 2013 menjadi 90,42% pada
tahun 2014, namun pada tahun 2015 angka tersebut kembali berkurang menjadi
86,72%. Bila ditinjau menurut sektor lapangan kerja, sektor pertanian masih
menjadi yang utama bagi penduduk Kabupaten Pesisir Selatan dengan persentase
45,82% jika dibandingkan dengan tahun 2014 mengalami penurunan sebesar
2,7%. Sektor jasa menempati posisi kedua dengan persentase sebesar 27,93%.
Sektor jasa selalu mengalami peningkatan dalam 4 tahun secara berturut-turut,
hal tersebut dikarena semakin dikenal dikenalnya Kabupaten Pesisir Selatan
sebagai suatu destinasi wisata bahari, sehingga banyak masyarakat yang
menyediakan segala jenis usaha jasa untuk pariwisata.
Sektor industry di Kabupaten Pesisir Selatan menjadi yang paling sedikit
dalam menyerap tenaga kerja yaitu sebesar 2,30% dari jumlah penduduk yang
bekerja. Dalam hal kemampuan baca tulis antara penduduk laki-laki dan
perempuan tidak jauh berbeda, hal ini dapat dilihat dari angka melek huruf
dimana laki-laki tercatat sebesar 98,76% dan perempua tercatan sebesar 98,44%.

Kondisi Pariwisata
21

Sektor pariwisata di Kabupaten Pesisir Selatan menjadi primadona dalam


empat tahun terakhir ini.Adanya potensi alam di Kabupaten Pesisir Selatan
menjadikan pariwisata saat ini adalah sektor yang sedang dikembangkan dan
diharap dapat menjadi sektor utama dalam peningkatan PDRB Kabupaten Pesisir
Selatan.Berkembangnya Pariwisata disuatu daerah dapat dilihat dari banykanya
usaha-usaha dalam industry pariwisata, peningkatan jumlah wisatawan dan
banyaknya obyek wisata.
Jenis usaha dibidang industri pariwisata di Kabupaten Pesisir Selatan
dibagi menjadi 6 jenis yaitu hotel, penginapan, biro perjalanan, agen perjalan,
toko souvenir dan rumah makan. Jumlah obyek wisata di Kabupaten Pesisir
Selatan dari obyek wisata eksisting maupun yang berpotensi hingga saat ini
tercatat sebanyak 47 obyek wisata yang didominasni oleh obyek wisata bahari
sebanya 37 obyek wisata.
Dalam hal pengembangan pariwisata harus selalu didukung dengan
fasilitas penunjang pariwisata tersebut.Berikut adalah jumlah fasilitas penunjang
pariwisata menurut kecamatan di Kabupaten Pesisir Selatan yang disajikan pada
Tabel 8.

Tabel 8.Jumlah akomodasi hotel menurut kecamatan di Kabupaten Pesisir


Selatan tahun 2014-2015
No Kecamatan Hotel Kamar Tempat tidur
1 Silaut - - -
2 Lunang 2 23 30
3 Basa IV Balai Tapan 2 14 28
4 Ranah IV Hulu Tapan - - -
5 Pancung Soal 1 6 12
6 Airpura - - -
7 Linggo Sari Baganti 2 11 22
8 Ranah Pesisir 4 60 60
9 Lengayang - - -
10 Sutera - - -
11 Batang Kapas - - -
12 IV Jurai 23 151 302
13 Bayang - - -
14 IV Nagari Bayang Utara - - -
15 Koto XI Tarusan 1 16 32
Jumlah total 35 281 486
Sumber : BPS Kabupaten Pesisir Selatan 2016

Fasilitas berikutnya juga merupakan penunjang penting dalam pariwisata


adalah restoran atau rumah makan. Jumlah restoran dan rumah makan akan
disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9.Jumlah restoran/rumah makan menurut kecamatan di Kabupaten


Pesisir Selatan 2014-2015
No Kecamatan Restoran/RM
1 Silaut 2
2 Lunang 3
22

3 Basa IV Balai Tapan 3


4 Ranah IV Hulu Tapan -
Tabel 9.lanjutan
No Kecamatan Restoran/RM
5 Pancung Soal 3
6 Airpura -
7 Linggo Sari Baganti 3
8 Ranah Pesisir 2
9 Lengayang 2
10 Sutera 3
11 Batang Kapas 4
12 IV Jurai 11
13 Bayang -
14 IV Nagari Bayang Utara -
15 Koto XI Tarusan 4
Jumlah total 40
Sumber : BPS Kabupaten Pesisir Selatan 2016

Selain fasilitas atau sarana dan prasarana yang mendukung jumlah


kunjungan arus wisatawan yang datang ke Kabupaten Pesisir Selatan juga
menjadi faktor penting dalam pariwisata yang dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10.Arus wisatawan yang berkunjung di Kabupaten Pesisir Selatan


Tahun Asing Domestik Jumlah
2008 388 82132 82520
2009 317 13333 13650
2010 357 110906 111263
2011 431 116127 116558
2012 476 306670 307146
2013 578 587056 587634
2014 1551 1544684 1546235
2015 1600 2000000 2001600

Hingga saat ini pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan masih berusaha


untuk mengembangkan potensi-potensi wisata yang ada di Kabupaten Pesisir
Selatan.Dalam perjalanan pembangunan yang ada di Kabupaten Pesisir Selatan
selain perencanaan dari pemerintah, Kabupaten Pesisir Selatan juga berusaha
untuk memperhatikan aspirasi rakyat banyak. Pemerintah berusaha meningkatkan
kunjungan wisatawan , karena dengan meningkatnya kunjungan wisatawan maka
PAD daerah dari sektor pariwisata pun akan meningkat. Pemerintah Kabupaten
Pesisir Selatan berusaha membuka diri selebar-lebarnya kepada investor yang
berminat menanamkan modalnya di daerah ini.

Kondisi Ekonomi
23

Keberhasilan pembangunan ekonomi di Kabupaten Pesisir Selatan


tercermin dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang dihasilkan. PDRB
adalah kemampuan suatu daerah dalam menciptakan nilai tambah barang dan jasa
pada periode waktu tertentu, atau dengan kata lain adalah kinerja perekonomian
suatu daerah pada periode waktu tertentu. Besaran PDRB yang mampu dicapai
oleh suatu daerah tidak terlepas dari peran pemerintah, pihak swasta, rumah
tangga, dan pelaku ekonomi lainnya (BPS 2015).
Pada tahun 2015 PDRB Kabupaten Pesisir Selatan atas dasar harga
konstan tercatat sebesar 2.489,51 milyar rupiah.Sedangkan pada tahun 2014
tercatat sebesar 2.353,54 milyar rupiah. Ini berarti terjadi kenaikan sebesar
135.970,30 milyar rupiah atau naik sebesar 5,75 %. Hal ini menunjukkan bahwa
perekonomian Kabupaten Pesisir Selatan semakin baik, karena pertumbuhannya
lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun 2014 yakni sebesar 5,56 %. Empat
sektor utama yang memberikan kontribusi terbesar adalah sektor pertanian,
perdagangan, hotel dan restoran, jasa, dan industri pengolahan. Masing-masing
sektor tersebut memberikan kontribusi sebesar 33,71 %, 22,31 %, 16,28 %, dan
12,85 % (BPS 2015).
Pada sektor pertanian subsektor yang paling besar kontribusinya adalah
subsektor tanaman pangan dan holtikultura, yaitu 56,74 %, kemudian subsektor
perikanan yaitu 18,50 %, subsektor perkebunan 13,33 %, subsektor peternakan 10,27
%, dan terakhir subsektor kehutanan 1,16 %. Sektor perdagangan, hotel dan restoran
merupakan andalan kedua bagi perekonomian Kabupaten Pesisir Selatan, dimana
pada tahun 2014 sektor ini memberikan sumbangan terhadap PDRB sebesar 22,31 %.
Subsektor yang memberikan sumbangan terbesar adalah subsektor perdagangan
besar dan eceran yakni 97,50 %, sedangkan subsektor hotel dan restoran yang
merupakan bagian dari sektor pariwisata memberikan kontribusi yang sangat sedikit
yakni 2,50 %. Mengingat potensi wisata Kabupaten Pesisir Selatan yang sangat
besar, kontribusi sektor ini masih dapat ditingkatkan (BPS 2015).
Sektor jasa-jasa adalah kontributor ketiga terbesar sumbangannya terhadap
total PDRB Kabupaten Pesisir Selatan, yaitu 16,28 %. Subsektor yang memberikan
sumbangan terbesar adalah subsektor pemerintahan umum dan pertahanan, yakni
sebesar 83,66 % terhadap total output sektor jasa-jasa. Sementara peran subsektor
swasta hanya sebesar 16,34 persen. Industri pengolahan adalah sektor keempat
terbesar kontribusinya terhadap PDRB Kabupaten Pesisir Selatan, yaitu 12,85 persen
(BPS 2015).
Pertumbuhan ekonomi adalah suatu indikator yang sangat dominan untuk
mengukur kemampuan suatu Negara/daerah dalam memproduksi barang dan jasa
dalam periode waktu tertentu.Semakin banyak barang dan jasa yang mampu
diproduksi oleh suatu Negara/daerah dalam periode waktu tertentu berarti semakin
tinggi tingkat pertumbuhan ekonomi Negara/daerah tersebut.Grafik pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2011-2016 disajikan pada Gambar 3
berikut.
24

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan serta data yang diberikan oleh


dinas pariwisata Kabupaten Pesisir Selatan dan Bappeda di temukan 57 obyek
wisata.Obyek wisata tersebut belum diketahui mana obyek wisata yang
berkembang dan mana obyek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan,
sehingga perlu dilakukan analisis dengan penilaian parameter potensi obyek
wisata di Kabupaten Pesisir Selatan.
Parameter penilaian potensi obyek wisata tersebut akan menghasilkan
obyek wisata yang berpotensi dangat tinggi hingga rendah, sehingga kita dapat
mengetahui mana obyek wisata yang sudah berkembang dan mana obyek wisata
yang belum berkembang tetapi memiliki potensi untuk dikembangkan. Setelah
dilakukan pembobotan maka akan duketahui mana obyek wisata yang sudah
berkembang dan yang berpotensi untuk dikembangkan, kemudian dilakukan
analisis skoring berdasarkan pendapat 101 responden yang ditemui di lapangan
atau lokasi obyek wisata.

Hasil Pembobotan Obyek Wisata

Dari 45 obyek wisata yang ada di Kabupaten Pesisir Selatan dilakukan


pembobotan dan penilaian parameter pariwisata berupa penilaian fisik yaitu:
1) Jarak dengan bobot 0.36
2) Sarana prasarana dengan bobot 0.13
3) Aksesbilitas dengan bobot 0.22
4) Daya tarik dengan bobot 0.29.
Untuk pembobotan dan penilaian parameter kelembagaan, sosial budaya
dan ekonomi yaitu :
1) engelola obyek wisata dengan bobot 0.12
2) Atraksi / kesenian dengan bobot 0.18
3) Keamanan dengan bobot 0.54
4) Kuliner dan cendramatadengan bobot 0.16.

Hasil kedua parameter tersbut dijumlahkan kemudian dihitung nilai rata-


ratanya.Obyek wisata yang mendapatkan nilai (4.01 5) adalah obyek wisata
yang memiliki potensi sangat tinggi yaitu sebagai obyek wisata yang sudah
berkembang.Dari hasil analisis ditemukan ada 10 obyek wisata yang sudah
berkembang yang disajikan dalam Tabel 11.

Tabel 11. Obyek Wisata yang Sudah Berkembang

No Nama Obyek Wisata Kecamatan Nilai


1 Puncak Mandeh Koto IX Tarusan 4.87
2 Pulau Marak Koto IX Tarusan 4.67
3 Pulau Setan Koto IX Tarusan 4.90
25

4 Pulau Cubadak Koto IX Tarusan 5


5 Pulau Kapo kapo Koto IX Tarusan 4.67
6 Pulau Pagang Koto IX Tarusan 5
Tabel 11. Lanjutan
No Nama Obyek Wisata Kecamatan Nilai
7 Pulau Pamutusan Koto IX Tarusan 5
8 Pantai Carocok Painan IV Jurai 5
9 Pulau Cingkuak IV Jurai 5
10 Bukit Langkisau IV Jurai 5
11 Pulau Sironjong Gadang Koto IX Tarusan 4.58
12 Pulau Sironjong Ketek Koto IX Tarusan 4.58
Obyek wisata yang mendapatkan nilai di bawah 4.01 adalah obyek wisata
yang berpotensi, karena obyek tersebut tetap memiliki potensi daya tarik yang
berbeda dari daerah lain. Obyek wisata yang berpotensi di Kabupaten Pesisir
Selatan sebanya 35 obyek disajikan pada Tabel 12.
Tabel 12. Obyek Wisata yang Berpotensi Untuk Dikembangkan
No Nama Obyek Wisata Kecamatan Nilai
1 Pulau Kumbang 2.39
2 Pulau Babi 1.80
3 Pulau Nyamuk 2.03
4 Pulau Bintagor 2.52
5 Air Terjun Bayang Sani 2.56
6 Pulau Nibung 2.86
7 Jembatan akar 2.36
8 Pulau Batunago 2.99
9 Pulau Kereta 2.45
10 Pulau Kasiak 0.59
11 Pulau Semangki Gadang 2.24
12 Pulau Semangki Kecil 2.24
13 Pulau Batu Dandang 2.38
14 Pulau Aur Gadang 2.24
15 Pulau Aur Ketek 2.24
16 Pulau Penyu 1.85
17 Pulau Batu Nago 2.18
18 Teluk Tempurung 2.03
19 Pulau Karsik 2.03
20 Pulau Gerabak Ketek 1.95
21 Pulau Gerabak Gadang 1.95
22 Pulau Gosong 2.03
23 Pantai Sumedang 3.57
24 Pulau Beringin 2.03
25 Pulau Katang-katang 2.03
26 Air Terjun Timbulun 3.92
27 Pemandian Batu Biduak 2.03
28 Pemandian Lubuk Kuali 2.03
29 Pemandian Jalamu 2.03
30 Bukit Taratak 2.03
31 Air Terjun Sel Liku 2.03
32 Air Terjun Palagai Gadang 2.03
33 Sate Lokan 2.39
34 RM Baluik Lado hijau
26

Obyek wisata yang berpotensi namun belum berkembang sebagian besar


dikarenakan faktor jarak dan kurangnya pengelolaan, selain itu belum adanya
rencana pengembangan dari pemerintah karena beberapa obyek wisata seperti
pulau pulau kecil baru diketahui atau disadari potensinya oleh pemerintah dan
masyarakat setempat.

Obyek Wisata yang Sudah Berkembang


Analisis skoring dilakukan dengan mewawancara 100 responden tentang
penilaian terhadap 12 obyek wisata yang sudah berkembang di Kabupaten
Pesisir.Analisis skoring tersebut menempatkan Pulau Cingkuak dengan skor
tertinggi yaitu 886 dan nilai skor terendah 117 yaitu Pulau Sironjong
Ketek.Untuk tingkatan skor pada obyek wisata yang sudah berkembang lainnya
dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Hasil Skoring Obyek Wisata yang Sudah Berkembang


No Nama Obyek Wisata Kecamatan Nilai Skor
1 Puncak Mandeh Koto IX Tarusan 4.87 539
2 Pulau Marak Koto IX Tarusan 4.67 472
3 Pulau Setan Koto IX Tarusan 4.90 643
4 Pulau Cubadak Koto IX Tarusan 5 380
5 Pulau Kapo kapo Koto IX Tarusan 4.67 291
6 Pulau Pagang Koto IX Tarusan 5 410
7 Pulau Pamutusan Koto IX Tarusan 5 619
8 Pantai Carocok Painan IV Jurai 5 858
9 Pulau Cingkuak IV Jurai 5 889
10 Bukit Langkisau IV Jurai 5 434
11 Pulau Sironjong Gadang Koto IX Tarusan 4.58 138
12 Pulau Sironjong Ketek Koto IX Tarusan 4.58 117

Dari data pada Tabel 13.Dapat kita ketahui bahwa obyek wisata dengan
skor tertinggi atau pengunjung terbanyak berada di Ibukota Kabupaten, selain
jarak faktor fasilitas dan biaya juga berpengaruh dalam minat berkunjung
wisatawan.Pulau Cingkuak yang berada di sebran Pantai Carocok Painan ini bisa
dikatakan obyek wisata dengan biaya tiket dan akomodasi paling murah
dibandingkan dengan obyek wisata lainnya.
Obyek obyek wisata yang sudah di Kabupaten Pesisir Selatan terletak
hanya di 2 kecamatan saja yaitu Kecamatan Koto IX Tarusan dan Kecamatan IV
Jurai.Hal tersebut juga berpengaruh terhadap Jarak Kabupaten dari Ibukota
Provinsi Sumatra Barat.
27

Gambar 3. Peta Obyek Wisata Eksisting Kabupaten Pesisir Selatan

Dari Peta Diatas dapat kita Lihat bahwa Obyek Wisata yang sudah
berkembang memiliki jarak yang tidak jauh dari Ibukota Kabupaten dan Ibukota
Provinsi.Serta hampir semua obyek wisata di Kabupaten Pesisir Selatan adalah
Obyek wisata bahari.

Obyek Wisata yang Berpotensi Untuk Dikembangkan

Analisis skoring dilakukan dengan mewawancara 100 responden tentang


penilaian terhadap 39 obyek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan di
Kabupaten Pesisir. Analisis skoring tersebut menempatkan Pulau Kereta dengan
skor tertinggi yaitu 1678 dan nilai skor terendah 0 yaitu Pulau Batu Nago, Teluk
Tempurung, Pulau Karsik, Pulau Beringin, Pemandian Lubuk Kuali, Pemandian
Jalamu, Bukit Taratak dan Air Terjun Sel Liku. Untuk tingkatan skor pada obyek
wisata yang berpotensi untuk dikembangkan lainnya dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Skor Obyek Wisata yang Berpotensi untuk Dikembangkan


No Nama Obyek Wisata Kecamatan Nilai Skor
1 Pulau Kumbang 2.39 159
2 Pulau Babi 1.80 132
3 Pulau Nyamuk 2.03 22
4 Pulau Bintagor 2.52 77
5 Air Terjun Bayang Sani 2.56 378
6 Pulau Nibung 2.86 1135
7 Jembatan akar 2.36 216
28

8 Pulau Batunago 2.99 216


9 Pulau Kereta 2.45 1678
10 Pulau Kasiak 0.59 145
Tabel 14. Lanjutan
No Nama Obyek Wisata Kecamatan Nilai Skor
1 Pulau Kumbang 2.39 159
2 Pulau Babi 1.80 132
3 Pulau Nyamuk 2.03 22
4 Pulau Bintagor 2.52 77
5 Air Terjun Bayang Sani 2.56 378
6 Pulau Nibung 2.86 1135
7 Jembatan akar 2.36 216
8 Pulau Batunago 2.99 216
9 Pulau Kereta 2.45 1678
10 Pulau Kasiak 0.59 145
11 Pulau Semangki Gadang 2.24 137
12 Pulau Semangki Kecil 2.24 76
13 Pulau Batu Dandang 2.38 25
14 Pulau Aur Gadang 2.24 26
15 Pulau Aur Ketek 2.24 27
16 Pulau Penyu 1.85 398
17 Pulau Batu Nago 2.18 0
18 Teluk Tempurung 2.03 0
19 Pulau Karsik 2.03 0
20 Pulau Gerabak Ketek 1.95 46
21 Pulau Gerabak Gadang 1.95 46
22 Pulau Gosong 2.03 72
23 Pantai Sumedang 3.57 0
24 Pulau Beringin 2.03 167
25 Pulau Katang-katang 2.03 449
26 Air Terjun Timbulun 3.92 59
27 Pemandian Batu Biduak 2.03 59
28 Pemandian Lubuk Kuali 2.03 0
29 Pemandian Jalamu 2.03 0
30 Bukit Taratak 2.03 0
31 Air Terjun Sel Liku 2.03 0
32 Air Terjun Palagai Gadang 2.03 25
33 Sate Lokan 2.39 747
34 RM Baluik Lado hijau 1285
35 Rumah Gadang Mande 1.80
Rubiah 125
36 Rumah Percetakan Uang 78
37 Benteng Van Kempen 874
38 Situs Kursi Rajo Makam
Sultan 0
39 Situs Kursi Rajo Makam
Syeh JAmil 0

Obyek Wisata yang berpotensi untuk dikembangkan sebagian besar


adalah pulau pulau kecil yang belum lama ini ditemukan.Adanya obyek wisata
dengan skor 0 dikarenakan kurangnya pengetahuan wisatawan terhadap obyek
29

wisata tersbut.Selain itu obyek wisata yang berpotensi juga memiliki jarak yang
cukup jauh dari ibukota kabupaten.

Faktor Faktor yang Mempengaruhi Minat Berkunjung Wisatawan

Wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Pesisir Selatan sebagian besar


adalah wisatawan domestik dan local serta sebagian lainnya wisatawan
mancanegara.Dalam 3 tahun terakhir Kabupaten Pesisir Selatan termasuk
kedalam 3 besar jumlah terbanyak kunjungan wisatawan bersamaan dengan Kota
Padang dan Kota Bukit Tinggi. Untuk wisatawan mancanegara sebagian besar
mengunjungi obyek wisata pulau pulau kecil yang terletak di Kecamatan Koto
XI Tarusan dan Kecamatan IV jurai karena Kabupaten Pesisir Selatan terkenal
dengan potensi wisata baharinya dan dijuluki sebagai raja ampatnya Sumatra.
Minat kunjungan wisatawan ke Kabupaten Pesisir Selatan di pengaruhi
oleh beberapa faktor yang dapat menjadi kelebihan ataupun menjadi kekurangan.
Melalui penyebaran kuesioner dan wawancara kepada wisatwan, ditemukanlah 6
faktor yang menjadi pertimbangan wisatawan untuk mengunjungi obyek wisata
yang ada di Kabupaten Pesisir Selatan yaitu :
1) Promosi
2) Sarana atau fasilitas wisata
3) Prasarana pendukung wisata
4) Akses ke obyek wisata
5) Pelayanan wisata
6) Harga tiket
Dari ke enam faktor diatas, untuk mengetahui faktor mana yang paling
berpengaruh maka dilakukan analisis menggunakan metode AHP berdasarkan
kuesioner dan wawancara ditemukanlah beberapa pendapat yang menjadi faktor
dan subfaktor, yang kemudian akan dinilai berdasarkan 3 kelompok wisatawan
yaitu wisatwan mancanegara, wisatawan domestik dan wisatawan local. Dari
ketiga kelompok wisatawan tersebut akan ditemukan pendapat gabungan tentang
faktor yang paling dominan terhadap minat wisatawan berkunjung ke Kabupaten
Pesisir Selatan.

Pendapat Seluruh Wisatawan

Untuk mengetahui faktor yang paling berpengaruh terhadap kunjungan


wisatawan dilakukan analisis pendapat wisatawan terhadap keseluruhan faktor
dalam struktur hirarki.Analisis tersebut dilakukan dengan metode perhitungan
Analytical Hierarchy Process (AHP). Langkah pertama dalam perhitungan
dengan metode AHP adalah di analisis terlebih dahulu faktor dalam struktur
hirarki yang nantinya akan menghasilkan nilai Consistency Ratio(CR).
Setelah melakukan analisis dengan perhitungan faktor dalam struktur
hirarki berikutnya adalah melakukan perhitungan subfaktor pada struktur hirarki
dan menhasilkan nilai Consistency Ratio(CR).Struktur hirarki dari fakto faktor
yang mempengaruhi minat berkunjung wisatawan dapat dilihat pada Gambar 5.
30

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Kunjungan Wisatawan ke Kabupaten Pesisir


Selatan

Jenis Wisata Promosi Sar-Pras Akses Pelayanan Tiket

Wisata alam Sosial Media Penginapan Dekat Aman Murah


Wisata Bahari Televisi RM& Restoran Sedang Ramah Sedang
Wisata Budaya Festifal Cendramata Jauh Bersih Mahal
Wisata Sejarah Cerita orang Toilet Indah
Kuliner Jalan Tertib
Air bersih
Jaringan

Gambar 5. Faktor dan sub faktor yang mempengaruhi minat berkunjung wisatawa

Dari hasil analisis faktor faktor diatas ditemukan hasil bahwa jenis
wisata mendapat bobot paling tinggi yang mempengaruhi minat berkunjung
wisatawan.Untuk hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Hasil uji normalisasi faktor

Indikator Jenis Promosi Sarpras Akses Pelayanan Tiket Jumlah Priority


wisata Vektor
Jenis Wisata 0.35 0.28 0.48 0.24 0.38 0.17 1.89 0.32
Promosi 0.12 0.09 0.08 0.16 0.04 0.17 0.66 0.11
Sarpras 0.18 0.28 0.24 0.24 0.38 0.28 1.59 0.26
Akses 0.12 0.05 0.08 0.08 0.04 0.17 0.53 0.09
Pelayanan 0.12 0.28 0.08 0.24 0.13 0.17 1.01 0.17
Tiket 0.12 0.03 0.05 0.03 0.04 0.06 0.32 0.05
Jumlah 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 6.00

Pada hasil normalisasi faktor yang mempengaruhi minat berkunjung


wisatawan bobot terbesar di peroleh oleh jenis wisata.Setelah melakukan
normalisasi, untuk mengatahui Consistency Ratio(CR), maka harus dilakukan uji
konsistensi terlebih dahalu.Untuk melihat hasil perhitungan uji konsistensi faktor
faktor yang mempengaruhi minat bnerkunjung wisatawan ke Kabupaten Pesisir
Selatan dapat dilihat pada Tabel 16.
31

Tabel 16. Hasil Uji Konsistensi Faktor

Jenis Priority Hasil


Indikator Promosi Sarpras Akses Pelayanan Tiket
Wisata Vektor Kali
Jenis
Wisata 1.00 3.00 2.00 3.00 3.00 3.00 0.32 2.1 6.563
Promosi 0.33 1.00 0.33 2.00 0.33 3.00 0.11 0.69 6.273
Sarpras 0.50 3.00 1.00 3.00 3.00 5.00 0.26 1.78 6.846
Akses 0.33 0.50 0.33 1.00 0.33 3.00 0.09 0.545 6.056
Pelayanan 0.33 3.00 0.33 3.00 1.00 3.00 0.17 1.113 6.549
Tiket 0.33 0.33 0.20 0.33 0.33 1.00 0.05 0.332 6.640

Menghitung lamda max dengan rumus :

= 6.48766

Menghitung Indeks konsistensi (CI) dengan rumus:

= 0.09753

Menghitung Rasio Konsistensi (CR) dengan rumus :

= 0.07389

Nilai RI adalah hasil dari indeks random konsistensi dengan rumus:


= 1.32

Hasil CR dibawah 0.1, maka perhitungan konsisten.Dari hasil perhitungan


dapat kita ketahui bahwa jenis wisata menjadi faktor utama yang mempengaruhi
minat berkunjung wisatawan. Pada faktor jenis wisata ada beberapa sub faktor
yaitu wisata alam, wisata bahari, wisata budaya dan wisata sejarah. Untuk
mengetahui sub faktor mana yang paling berpengaruh maka perlu dilakukan
analisis untuk mengetahui untuk mengatahui Consistency Ratio(CR).
Setiap subfaktor akan di uji untuk mengetahui Consistency Ratio(CR),
sehingga akan di dapat hasil bobot dari setiap faktor dan subfaktor.
32

DAFTAR PUSTAKA

[BAPPEDA] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Pesisir


Selatan. 2015. Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten Pesisir Selatan.
Painan (ID).
[META] Marine Ecotourism for the Atlantic Area. 2002. Planning for Marine
Ecotourism in The Eu Atlantic Area Good Practice Guidance. Bristol
(UK): University of The West England.
[WTO] World Tourism Organization. 2004. Indicators of Sustainable
Development for Tourism Destinations. Madrid (Spain).
Ariyanto. 2005. Ekonomi Pariwisata. Jakarta (ID): Rineka Cipta.
Darsoprajitno S. 2002. Ekologi Pariwisata Tata Laksana Pengelolan Obyek dan
Daya Tarik Wisata. Bandung (ID): Penerbit Angkasa Bandung
Gesvita I. 2014.Karakteristik Wilayah Sawahlunto Sebagai Daerah Tujuan
Wisata di Provinsi Sumatra Barat. Bandung (ID): Departemen
Pendidikan Geografi, Universitas Pendidikan Indonesia
Hidayat, M. 2011. Strategi Perencanaan Dan Pengembangan Obyek Wisata.
Tourism and Hospitality Essentials (THE) Journal.1 (I) : 33
Kamil-Pasya, G. 2006.Geografi Pemahaman Konsep dan Metodologi. Bandung
(ID): Buana Nusantara.
Maryani, E. 2010.Dimensi Geografi dalam Kepariwisataan dan Relevansinya
dengan Dunia Pendidikan. Pidato Pengukuhan Guru Besar Bandung
(ID): Universitas Pendidikan Indonesi.
Mutaali, L. 2013. Penataan Ruang Wilayah dan Kota. Yogyakarta (ID): Badan
Penerbit Fakultas Geografi. Universitas Gajah Mada
Nugroho, I. dan Dahuri, R. 2012.Pembangunan Wilayah Perspektif Ekonomi,
Sosial dan Lingkungan. Jakarta (ID): LP3ES.
Papua, A. 2008.Potensi Kawasan Bekas Tambang Sebagai Obyek Wisata. Bogor
(ID): Departemen Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan.
Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan. 2015. Laporan Akuntabilitas Instansi
Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2014 Sumatra
Barat.Painan. (ID): Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan
Pitana I dan Diarta I. 2009.Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta (ID): Penerbit
Andi
Pramudia E. 2008. Evaluasi Potensi Obyek Wisata Aktual di Kabupaten
AgamSumatera Barat untuk Perencanaan
ProgramPengembangan.[Tesis]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor
Rustiadi E Saefulhakim S, dan Panuju DR 2009. Perencanaan dan
Pengembangan Wilayah.. Bogor (ID): Crestpent Press dan Yayasan
Obor Indonesia.
33

Saaty TL. 2008. Making Decisions in Hierarchic and Network Systems. Int. J.
Applied Decision Sciences 1(1) : 24-79
Sitorus, S. Rianto T dan Panuju D. 2014.Analisis Obyek Wisata dan Arahan
Pengembangan Kawasan Wisata Pangandaran, Kabupaten
Pangandaran, Provinsi Jawa Barat. Pekanbaru (ID): UIR press.
Prosiding Seminar Nasional ASPI. 378 395
Sutopo, 2010.Penentuan Jumlah Sampel Dalam Penelitian. Semarang (ID):
Universitas Diponogoro
Suwantoro. 1997. Dasar Dasar Pariwisata. Yogyakarta (ID): Penerbit Andi.
Sya, A. dan Darsoprajitno S. 2011.Geologi Pariwisata Untuk Promosi Studi
Geologi Obyek dan Daya Tarik Wisata. Bandung (ID): Universitas BSI
Press.
Widiatmaka.2013. Analisis Sumber Daya Wilayah untuk Perencanaan Tataguna
Lahan.Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
World Travel and Tourism Council. 2016. Travel and Tourism Economic Impact
2016 Annual Update Summary. London (UK). World Travel and
Tourism Council
Yuzni, Siti. 2008. Rencana Penataan Kawasan Wisata Berkelanjutan Di Danau
Toba Sumatra Utara. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Anda mungkin juga menyukai