1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Tujuan utama penelitian ini adalah menyusun arahan rencana dan strategi
pengembangan pariwisata di Kabupaten Pesisir Selatan. Tujuannya antara lain
adalah :
1. Menganalisis obyekwisata yang sudah berkembang
2. Mengidentifikasi dan menganalisis obyek wisata yang berpotensi
untuk dikembangkan
3. Mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi minat berkunjung
wisatawan ke suatu destinasi wisata di Kabupaten Pesisir Selatan
4. Menyusun arahan rencana dan strategi pengembangan obyek dan
kawasan wisata di Kabupaten Pesisir Selatan
Manfaat Penelitian
Kerangka Pemikiran
Identifikasi
kawasan Kontribusi
eksisting Ekonomi /
Dalam proses meningkatkan
Survei dan pengembangannya PDRB
wawancara
responden
2 KAJIAN PUSTAKA
Pariwisata
memanfaatkan atau menikmati tata alam yang merupakan suatu potensi tidak
harus merubah nya secara menyeluruh.
Perencanaan dan pengembangan kegiatan wisata pada suatu wilayah perlu
mengusahakan keterpaduan antar dua komponen utama pengembangan yaitu sisi
permintaan (demand side) dan sisi penawaran (supply side). Pendekatan ini
merupakan salah satu pendekatan yang sangat mendasar, karena pada hakikatnya
perencanaan dan pengembangan suatu obyek dan daya tarik wisata tidak lain
ditujukan untuk menarik kunjungan wisatawan ke suatu obyek. Pengembangan
yang akan dilakukan harus memperhatikan dan mendasarkan pada kajian
terhadap kesesuaian antara karakteristik sisi penawaran obyek wisata dengan
karakteristik sisi permintaan pengunjung. Kesesuaian antara supply dan demand
akan berdampak pada kepuasan wisatawan yang pada akhirnya mampu
menciptakan nilai jual dan meningkatkan daya saing obyek wisata (Cravens et al.
1997)
Darsoprajitno 2002 menyebutkan bahwa dalam pembangunan pariwisata
atau pengembangannya rencana dan strategi pengembangan agar dampak dari
pengembangan tersebut dapat di kurangi dan di harapkan meningkatkan
pengembangan pariwisata berdampak positif dalam kehiduapan sosial ekonomi
masyarakat sekitar. Tidak hanya itu tentu nya dalam melakukan pengembangan
potensi obyek atau kawasan menjadi destinasi wisata tentu memperhatikan daya
dukung lingkungan dan proses pengembangan yang sudah terencana dalam
perencanaan wilayah untuk pengembangan wilayah yang memiliki obyek atau
kawasan wisata.
Pengendalian pemanfaatan juga harus diperhatikan seberapa jauh suatu
obyek atau kawasan tersebut di tata dan di bangun untuk suatu tujuan pariwisata
dan seberapa besar dampaknya pada pengembangan wilayah sekitar.Karena
tujuan utama dalam pengembangan pariwisata adalah meningkatnya ekonomi
pada wilayah tersebut dan termanfaatkan obyek atau kawasan secara
berkelanjutan (Darsoprajitno 2002).
Jadi dalam membangun dan pengembangan obyek atau kawasan banyak
sekali hal yang harus di pertimbangkan, seperti potensi kawasan, dampaknya
pada tatanan alam dan tatanan masyarakat serta rencana dan strategi yang matang
untuk menghidari adanya resiko berupa kendala atau rusaknya daya dukung
lingkungan. Dalam rencana pembangunan jangka panjang, tambak nya sector
pariwisata atau bisa dikatakan sebagai bisnis pariwisata menjadi suatu titik tolak
Pengembangan wilayah, serta pendalian dalam pengembangan juga harus
perhatikan mengingat setiap potensi berupa sumber daya memiliki batasan.
sejarah bangsa dan tempat keadaan alam yang mempunyai daya tarik untuk
dikunjungi.
Menurut Yoeti (1996), suatu daerah untuk menjadi daerah tujuan wisata
(DTW) yang baik, harus mengembangkan tiga hal agar daerah tersebut menarik
untuk dikunjungi, yaitu:
a. Adanya sesuatu yang dapat dilihat (something to see), maksudnya
adanya sesuatu yang menarik untuk dilihat, dalam hal ini obyek wisata
yang berbeda dengan tempat-tempat lain (mempunyai keunikan
tersendiri). Disamping itu perlu juga mendapat perhatian terhadap
atraksi wisata yang dapat dijadikan sebagi entertainment bila orang
berkunjung nantinya.
b. Adanya sesuatu yang dapat dibeli (something to buy), yaitu terdapat
sesuatu yang menarik yang khas untuk dibeli dalam hal ini dijadikan
cendramata untuk dibawa pulang ke tempat masing-masing sehingga di
daerah tersebut harus ada fasilitas untuk dapat berbelanja yang
menyediakan souvenir maupun kerajinan tangan lainnya dan harus
didukung pula oleh fasilitas lainnya seperti money changer dan bank.
c. Adanya sesuatu yang dapat dilakukan (something to do), yaitu suatu
aktivitas yang dapat dilakukan di tempatitu yang bisa membuat orang
yang berkunjung merasa betah di tempat tersebut.
hal yang harus diperhatikan adalah berupa adanya suatu Destinasi wisata, industri
pariwisata, pemasaran pariwisata dan kelembagaan pariwisata.
Hidayat 2011 menyebutkan bahwa suatu destinasi pariwisata harus mampu
menciptakan serta meningkatkan kualitas produk dan pelayanan kepariwisataan
serta kemudahan pergerakan wisatawan di destinasi pariwisata.Untuk mencapai
hal tersebut maka di perlukan pembangunan daya tarik wisata atau atraksi yang
dapat menarik wisatawan tidak hanya dengan satu obyek wisata saja,
pembangunan prasarana dan penyediaan fasilitas umum. Selain itu, hal yang
perlu diperhatikan adalah bagaimana kesiapan masyarakat terhadap pariwisata
maka perlu diadakan nya suatu pemberdayaan masyarakat
Mendorong penguatan struktur industri pariwisata dengan melakukan
kemitraan usaha pariwisata, produk yang berdaya sain dan kredibilitas
bisnis.Selain itu tanggung jawab terhadap lingkungan alam dan social budaya
agar tetap terjaga dan dapat menjadi ssuatu karakteristik pada kawasan isata
tersebut. Industry pariwisata harus didukung penuh oleh kelembagaan pariwisata,
seperti mengembangkan organisasi kepariwisataan, SDM pariwisata untuk
mendukung dan meningkatkan kualitas pengelolaan dan penyelenggaraan
kegiatan kepariwisataan (Hidayat 2011)..
Tidak hanya terfokus pada pengembangan dan melengkapi fasilitas wisata
saja, suatu obyek wisata untuk dapat terus berkembang dan menarik wisatawan
diperlukan suatu pemasaran pariwisata.Pengembangan citra wisatawan,
pengembangan citra pariwisata, pengembangan kemitraan pemasaran pariwisata
dan pengembangan promosi pariwisata merupakan suatu upaya pemasaran untuk
menciptakan, mengkomunikasikan, menyampaikan produk wisata dan mengelola
relasi dengan wisatawan untuk mengembangkan kepariwisataan (Pitana dan
Diarta 2009).
Suatu kebijakan pariwisata dapat dikatakan sebagai suatu upaya untuk
menyediakan pengalaman pengunjung yang berkualitas dan mendapakan
keuntungan serta dapat bersaing di pariwisata internasional (Hidayat 2011).
10
yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder.
Data sekunder, diperoleh dari berbagai instansi yaitu Pemerintah Daerah
Kabupaten Pesisir selatan, Dinas Pariwisata Kabupaten Pesisir selatan dan
Provinsi Sumatra Barat, BAPPEDA Kabupaten Pesisir Selatan serta BPS
Kabupaten Pesisir Selatan. Data primer diperoleh melalui pengamatan dan
pengecekan lapangan terhadap daya tarik wisata Kabupaten Pesisir Selatan,
pengamatan dan observasi daya tarik wisata di lokasi, serta melakukan
pembagian kuesioner kepada responden.
11
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
d = level signifikansi yang diinginkan (umumnya 0.05 untuk bidang non-
eksak dan 0.01 untuk bidang eksakta).
Rata-rata kunjungan wisatawan ke Kabupaten Pesisir Selatantahun 2011
2015, disajikan pada Tabel 1.
Tabel 2.Jenis dan sumber data, teknik pengumpulan dan analisis data serta output
untuk masing masing tujuan penelitian.
Analisis Data
Analisis obyek wisata yang sudah berkembang dan obyek wisata yang
berpotensi untuk dikembangkanmenggunakan analisis pembobotan.Analisis ini
bertujuan untuk mengetahui daya tarik wisata yang sudah berkembang dan daya
tarik wisata yang berpotensi untuk dikembangkan,dilakukan melalui pembobotan
dan penilaian parameter pariwisata berupa penilaian fisik dan penilaian parameter
kelembagaan.sosial budaya dan ekonomi (Gunn1979 dan Cappock 1971 dalam
Pramudia 2008).
Penilaian kriteria obyek wisata berdasarkan penilaian fisik dapat dilihat
pada Tabel 3.
13
4 Cendramata dan Tidak ada penjual Terdapat 1-5 tempat Terdapat >5 tempat
Kuliner cendramata dan kuliner penjual cendramata penjual cendramata
dan kuliner dan kuliner
Syarat suatu obyek dapat dikatakan sebagai destinasi wisata adalah (1)
What to see, harus ada obyek menarik atau atraksi wisata yang berbeda dari
daerah lain, (2) What to do, selain ada hal menarik yang dapat dilihat juga ada hal
yang dapat dilakukan wisatawan di tempat tersebut. (3) what to arrived,
bagaimana aksesibiltas untuk mengunjungi tempat tersebut (Maryani 2010).
Analisis Skoring
Analisis obyek wisata yang sudah berkembang dan obyek wisata yang
berpotensi untuk dikembangkan menggunakan Analisis pembobotan
(scoring.)Hasil penilaian yang diperoleh dari analisis pejumlahan skor setiap
obyek wisata yang sudah berkembang atau yang berpotensi untuk dikembangkan
berdasarkan pendapat responden melalui kuesioner.Besarnya skor masing-masing
obyek wisata ditentukan dari kebalikan dari jumlah obyek wisata yang
ditentukan.Misalkan sejumlah n obyek yang telah ditentukan, maka nilai skor
teringgi suatu obyek wisata adalah n dan skor terendah adalah 1 (Sitorus et al.
2014). Hasil skoring akanmenunjukan peringkat dari masing-masing obyek
wisata sehingga dapat diketahui potensi dari obyek wisata tersebut.
Tujuan akhir dalam penelitian ini adalah untuk menyusun arahan rencana
dan strategi dalam pembangunan Kawasan wisata di Kabupaten Pesisir Selatan.
Analisis tersebut menggunakan analisis AHP (analytical hierarchy process) dan
analisis SWOT. AHP (analytical hierarchy process) merupakan tahapan
penyusunan hirarki yang terdiri dari tujuan utama, kriteria dan
16
wilayah 5.749,89 Km2 atau sekitar 13,70 % dari luas wilayah Provinsi Sumatra
Barat. Kabupaten Pesisir Selatan terdiri dari 15 kecamatan dan 182 Nagari
(kelurahan), ibu kota kabupatennya adalah Painan yang terletak di Kecamatan IV
Jurai dengan jarak tempuh 78 Km dari Kota Padang yakni 2,5 jam perjalanan.
Secara administratif posisi Kabupaten Pesisir Selatan adalah sebagai berikut :
Sebelah utara : Kota Padang
Sebelah selatan : Provinsi Bengkulu
Sebelah barat : Samudra Indonesia
Sebelah timur : Kabupaten Solok, Kabupaten Solok Selatan dan
Provinsi Jambi
Posisi geografis dan administrative tersebut menjadikan Kabupaten
Pesisir Selatan sebagai gerbang masuk wilayah Selatan Provinsi Sumatera Barat
dengan didukung oleh prasarana, baik transportasi darat dan laut yang memadai,
seperti jalan nasional Padang Bengkulu dan pelabuhan Panasahan Carocok
Painan.
Kondisi Penduduk
Komposisi Pendduk dan Ketenagakerjaan
Kondisi Pariwisata
21
Kondisi Ekonomi
23
Dari data pada Tabel 13.Dapat kita ketahui bahwa obyek wisata dengan
skor tertinggi atau pengunjung terbanyak berada di Ibukota Kabupaten, selain
jarak faktor fasilitas dan biaya juga berpengaruh dalam minat berkunjung
wisatawan.Pulau Cingkuak yang berada di sebran Pantai Carocok Painan ini bisa
dikatakan obyek wisata dengan biaya tiket dan akomodasi paling murah
dibandingkan dengan obyek wisata lainnya.
Obyek obyek wisata yang sudah di Kabupaten Pesisir Selatan terletak
hanya di 2 kecamatan saja yaitu Kecamatan Koto IX Tarusan dan Kecamatan IV
Jurai.Hal tersebut juga berpengaruh terhadap Jarak Kabupaten dari Ibukota
Provinsi Sumatra Barat.
27
Dari Peta Diatas dapat kita Lihat bahwa Obyek Wisata yang sudah
berkembang memiliki jarak yang tidak jauh dari Ibukota Kabupaten dan Ibukota
Provinsi.Serta hampir semua obyek wisata di Kabupaten Pesisir Selatan adalah
Obyek wisata bahari.
wisata tersbut.Selain itu obyek wisata yang berpotensi juga memiliki jarak yang
cukup jauh dari ibukota kabupaten.
Gambar 5. Faktor dan sub faktor yang mempengaruhi minat berkunjung wisatawa
Dari hasil analisis faktor faktor diatas ditemukan hasil bahwa jenis
wisata mendapat bobot paling tinggi yang mempengaruhi minat berkunjung
wisatawan.Untuk hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 15.
= 6.48766
= 0.09753
= 0.07389
DAFTAR PUSTAKA
Saaty TL. 2008. Making Decisions in Hierarchic and Network Systems. Int. J.
Applied Decision Sciences 1(1) : 24-79
Sitorus, S. Rianto T dan Panuju D. 2014.Analisis Obyek Wisata dan Arahan
Pengembangan Kawasan Wisata Pangandaran, Kabupaten
Pangandaran, Provinsi Jawa Barat. Pekanbaru (ID): UIR press.
Prosiding Seminar Nasional ASPI. 378 395
Sutopo, 2010.Penentuan Jumlah Sampel Dalam Penelitian. Semarang (ID):
Universitas Diponogoro
Suwantoro. 1997. Dasar Dasar Pariwisata. Yogyakarta (ID): Penerbit Andi.
Sya, A. dan Darsoprajitno S. 2011.Geologi Pariwisata Untuk Promosi Studi
Geologi Obyek dan Daya Tarik Wisata. Bandung (ID): Universitas BSI
Press.
Widiatmaka.2013. Analisis Sumber Daya Wilayah untuk Perencanaan Tataguna
Lahan.Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
World Travel and Tourism Council. 2016. Travel and Tourism Economic Impact
2016 Annual Update Summary. London (UK). World Travel and
Tourism Council
Yuzni, Siti. 2008. Rencana Penataan Kawasan Wisata Berkelanjutan Di Danau
Toba Sumatra Utara. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor