Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tempat Pembuangan Akhir (TPA) merupakan tempat dimana sampah mencapai tahap
terakhir dalam pengelolaannya sejak mulai timbul di sumber, pengumpulan,
pemindahan/pengangk utan, pengolahan dan pembuangan. TPA merupakan tempat
dimana sampah diisolasi secara aman agar tidak menimbulkan gangguan terhadap
lingkungan sekitarnya. Karenanya diperlukan penyediaan fasilitas dan perlakuan yang
benar agar keamanan tersebut dapat dicapai dengan baik. Selama ini masih banyak
persepsi keliru tentang TPA yang lebih sering dianggap hanya merupakan tempat
pembuangan sampah. Hal ini menyebabkan banyak Pemerintah Daerah masih merasa
sayang untuk mengalokasikan pendanaan bagi penyediaan fasilitas di TPA yang
dirasakan kurang prioritas dibanding dengan pembangunan sektor lainnya.

Sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) masih mengalami proses penguraian


secara alamiah dengan jangka waktu panjang. Beberapa jenis sampah dapat terurai
secara cepat, sementara yang lain lebih lambat, bahkan ada beberapa jenis sampah yang
tidak berubah sampai puluhan tahun, misalnya plastik. Hal ini memberikan gambaran
bahwa setelah TPA selesai digunakan masih ada proses yang berlangsung dan
menghasilkan beberapa zat yang dapat mengganggu lingkungan. Karenanya masih
diperlukan pengawasan terhadap TPA yang telah ditutup (Damanhuri, 2010).

Kota Samarinda merupakan ibu kota provinsi Kalimantan Timur, serta kota terbesar di
seluruh Pulau Kalimantan dengan jumlah penduduk 812,597 jiwa. Samarinda memiliki
wilayah seluas 718 km² dengan kondisi geografi daerah berbukit dengan ketinggian
bervariasi dari 10 sampai 200 meter dari permukaan laut. Kota Samarinda dibelah oleh
Sungai Mahakam dan menjadi gerbang menuju pedalaman Kalimantan Timur melalui
jalur sungai, darat maupun udara. Pertambahan jumlah penduduk mencapai 2.000 jiwa
per tahun atau 1,9% dan pertumbuhan kendaraan mencapai 4,46% (Badan Pusat
Statistik Kota Samarinda), kemajuan perindustrian serta perdagangan secara langsung
berdampak pada keadaan kota itu sendiri, sehingga menimbulkan dampak-dampak
sosial yang tidak mudah diselesaikan secara tuntas, seperti permasalahan yang
ditimbulkan oleh kegiatan transportasi yang dilakukan masyarakat yang menimbulkan
kepadatan dan kemacetan pada setiap ruas jalan yang ada di kota tersebut.

Tingkat kemacetan yang tinggi berdampak pada segala kegiatan yang menyangkut
transportasi, salah satunya berdampak pada penanganan pengangkutan sampah. Seperti
sampah dari pasar, industri, rumah tangga, sekolah dan lainnya setiap hari bisa
mencapai 6630 m3 (Dinas Kebersihan Kota Samarinda), operasi pengumpulan dan
pengangkutan sampah menjadi hal yang komplek dan rumit.

Kemacetan lalulintas yang tinggi dan jarak tempuh yang jauh menyebabkan
pengangkutan sampah dari TPS (Tempat Pembuangan Sampah) ke TPA (Tempat
Pembuangan Akhir) menjadi terhambat, sehingga terjadinya polusi udara. Dengan
penanganan metode HCS (Hauled Container System) maka diharapkan akan membantu
dalam mengatasi masalah pengangkutan sampah yang menumpuk di TPS karena
kontainer yang digunakan berukuran relatif besar.

Penggunaan kontainer besar mengurangi waktu penanganan sehingga penumpukan


sampah yang berserakan dam kondisi yang tidak sehat dapat dicegah. Keuntungan lain
dari HCS adalah fleksibilitas penggunaan kontainer dengan ukuran dan bentuk yang
berbeda dapat disediakan untuk pengumpulan semua jenis sampah. Permasalahan yang
ada di Kota Samarinda adalah mengetahui timbunan sampah dan kebutuhan kontainer di
Kota Samarinda 2018 sampai 2028 dan jumlah kontainer yang tersedia apakah sudah
dapat menampung volume sampah sekarang dan berapa kebutuhan kontainer sampai
2028.
1.2 Rumusan Masalah

a. Berapa jarak sampah yang diangkut dari TPS kecamatan Sungai Pinang menuju
TPA Bukit Pinang serta menggunakan kendaraan apa?
b. Sampah jenis apa yang lebih dominan?
c. Bagaimana pengolahan samapah di TPA Bukit Pinang?

1.3 Tujuan Penulisan

a. Untuk mengetahui jarak sampah yang diangkut dari TPS kecamatan Sungai Pinang
menuju TPA Bukit Pinang dan mengetahui kendaraan yang digunakan. .
b. Untuk mengetahui jenis sampah yang lebih dominan.
c. Untuk mengetahui pengolahan samapah di TPA Bukit Pinang.

1.4 Manfaat Penulisan

Hasil dari makalah ini diharapkan dapat digunakan sebagai sarana diskusi dan ilmu
pengetahuan agar dapat memperjelas teori serta materi yang telah disampaikan serta
ditulis dalam makalah ini.
BAB II
Pembahasan

2.1 Sumber Timbulan

Sumber timbulan sampah di Kota Samarinda berasal dari pemukiman, tempat


komersial, pasar, jalan dan tempat umum, fasilitas sosial serta industri. Timbulan
sampah yang besar terletak di pasar dan pemukiman, untuk itu perlu penanganan
khusus. Menurut SNI 19-3964-1994, bila pengamatan lapangan belum tersedia, maka
untuk menghitung jumlah timbulan sampah, dapat digunakan angka timbulan sampah
sebagai berikut : perumahan = 2,0-2,5 lt/orang/hari, permukiman = 75 - 80 %, non
perumahan = 20 - 25 %. Dengan asumsi 2,5 lt/orang/hari, pemukiman 80 %, non
pemukiman 20 % maka didapat volume timbulan.

TPA Bukit Pinang adalah salah satu TPA di Kota Samarinda yang selalu
dipermasalahkan keberadaannya oleh masyarakat maupun pemerhati lingkungan.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka perlu dilakukan penelitian yang bertujuan
untuk memahami bagaimana cara memilih lokasi TPA berdasarkan konsep tata ruang
dan memberikan informasi mengenai konsep tata ruang TPA sesuai standar kepada
pemerintah daerah.

Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bukit Pinang adalah tempat pembuangan akhir
sampah Kota Samarinda yang terletak di Kecamatan samarinda Ulu Kelurahan Bukit
Pinang dengan jarak 5 km dari pusat kota. Lokasi TPA seluas 10 hektar berupa jurang
dengan kedalaman 15-30 m, TPA Bukit Pinang menjadi salah satu tempat dimana
seluruh sisa atau buangan dari kegiatan masyarakat samarinda. TPA Bukit Pinang
didirikan dengan pertimbangan untuk digunakan menampung jumlah sampah kota yang
terus bertambah dari tahun ke tahun. Hingga sekarang TPA Bukit Pinang masih
menggunakan metoda open dumping, dimana sampah dibongkar dari truk dan ditimbun
di bibir jurang.
Gambar 2.1 Rute dari TPS ke TPA

Masalah sampah merupakan masalah utama di setiap kota di Indonesia, termasuk Kota
Samarinda. Sampah perkotaan merupakan salah satu persoalan rumit yang dihadapi
pengelola kota dalam menyediakan sarana dan prasarana perkotaan. Tingkat
pertumbuhan penduduk yang tinggi disertai kemajuan tingkat perekonomian, maka akan
sangat mempengaruhi peningkatan jumlah timbunan sampah pada Tempat Pembuangan
Akhir (TPA). Sehingga apabila tidak dikelola dengan baik akan mempengaruhi tingkat
kesehatan dan mencemari lingkungan, yang pada akhirnya akan menurunkan tingkat
kesehatan masyarakat. Penimbunan sampah didalam Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
akan mengalami proses penguraian kimia dan biokimia. Ketika air hujan dan air
permukaan meresap kedalam timbunan sampah, maka akan menghasilkan cairan
rembesan dengan kandungan polutan dan kebutuhan oksigen yang sangat tinggi yang
disebut dengan leachate (Kahar, 2012).
2.2 Pemilahan Sampah

Pemilahan Sampah dapat diartikan sebagai suatu proses kegiatan penanganan sampah
sejak dari sumbernya dengan memanfaatkan penggunaan sumber daya secara efektif
yang diawali dari pewadahan, pengumpulanan, pengangkutan, pengolahan, hingga
pembuangan, melalui pengendalian pengelolaan organisasi yang berwawasan
lingkungan, sehingga dapat mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan
yaitu.lingkungan bebas sampah.

Pemilahan berarti upaya untuk memisahkan sekumpulan dari “sesuatu” yang sifatnya
heterogen menurut jenis atau kelompoknya sehingga menjadi beberapa golongan yang
sifatnya homogen. Manajemen Pemilahan sampah dapat diartikan sebagai suatu proses
kegiatan penanganan sampah sejak dari sumbernya dengan memanfaatkan penggunaan
sumber daya secara efektif yang diawali dari pewadahan, pengumpulanan,
pengangkutan, pengolahan, hingga pembuangan, melalui pengendalian pengelolaan
organisasi yang berwawasan lingkungan, sehingga dapat mencapai tujuan atau sasaran
yang telah ditetapkan yaitu.lingkungan bebas sampah.

Pemilahan sampah menjadi sangat penting untuk mengetahui sampah yang dapat
digunakan dan dimamfaatkan. Pemilahan sampah dilakukan di TPA, karena ini akan
memerlukan sarana dan prasarana yang lengkap. Oleh sebab itu, pemilahan harus
dilakukan di sumber sampah seperti perumahan, sekolah, kantor, puskesmas, rumah
sakit, pasar, terminal dan tempat-tempat dimana manusia beraktivitas.

2.3 Teknik Operasional

Menurut SNI 19-2454-2002, berdasarkan teknik operasional pada pola pewadahan yaitu
Melakukan pewadahan sampah sesuai dengan jenis sampah yang telah terpilah, yaitu :
1) sampah organik seperti daun sisa, sayuran, kulit buah lunak, sisa makanan dengan
wadah warna gelap;
2) sampah an organik seperti gelas, plastik, logam, dan lainnya, dengan wadah warna
terang;
3) sampah bahan barbahaya beracun rumah tangga (jenis sampah B3 seperti dalam
lampiran B), dengan warna merah yang diberi lambang khusus atau semua
ketentuan yang berlaku;

Pola pewadahan sampah dapat dibagi dalarn individual dan komunal. Pewadahan
dimulai dengan pemilahan baik untuk pewadahan individual maupun komunal sesuai
dengan pengelompokan pengelolaan sampah. Kriteria lokasi dan penempatan wadah
lokasi penempatan wadah adalah sebagai berikut :
a. Wadah individual ditempatkan :
1. Di halarnan muka ;
2. Di halaman belakang untuk sumber sampah dari hotel restoran;
b. Wadah komunal ditempatkan :
1. sedekat mungkin dengan sumber sampah,
2. tidak mengganggu pemakai jalan atau sarana umum lainnya,
3. di luar jalur lalu lintas , pada suatu lokasi yang rnudah untuk pengoperasiannya;
4. di ujung gang kecil;
5. di sekitar taman dan pusat keramaian (untuk wadah sampah pejalan kaki); untuk
pejalan kaki minimal 100 m
6. Jarak antar wadah sampah.

Adapun persyaratan bahan wadah menurut SNI 19-2454-2002 yaitu sebgai berikut :
1. tidak mudah rusak dan kedap air;
2. ekonomis, mudah diperoleh dibuat oleh masyarakat;
3. mudah dikosongkan;

2.4 TPS Kecamatan Sungai Pinang Menuju TPA Bukit Pinang

Tempat pemindahan sampah dari alat pengumpul ke alat angkut sampah yang dapat
dipindahkan secara langsung atau melalui tempat penampungan sampah sementara
(TPS) Pengakutan sampah dari TPS Kecamatan Sungai Pinang menuju Bukit pinang
menempuh jarak sebesar sekitar 10 km dengan waktu perjalanan sekitar 30 menit jika
menggunakan kendaraan bermotor. Sampah yang diangkut biasanya diangkut pada
siang hari pukul 11.00-12.00 WITA di hari minggu. Pengankutan sampah ini
menggunakan kendaraan truck dengan dibantu para pekerja. TPS yang ada di kecamatan
Sungai Pinang yang berada di Jalan Gerilya memiliki titik koordinat 0 o29’00.4”S
117o10’17,3”.

Menurut SNI 3242:2008 adapun klasifikasi dari TPS adalah sebagai berikut :
1. TPS tipe I
Tempat pemindahan sampah dari alat pengumpul ke alat angkut sampah yang
dilengkapi dengan :
a. Ruang pemilahan
b. gudang
c. tempat pemindahan sampah yang dilengkapi dengan landasan container
d. Luas lahan ± 10 - 50 m2
2. TPS tipe II
Tempat pemindahan sampah dari alat pengumpul ke alat angkut sampah yang
dilengkapi dengan :
a. Ruang pemilahan ( 10 m2)
b. Pengomposan sampah organik ( 200 m2)
c. Gudang ( 50 m2)
d. Tempat pemindah sampah yang dilengkapi dengan landasan container (60 m2)
e. luas lahan ± 60 – 200 m2
3. TPS tipe III
Tempat pemindahan sampah dari alat pengumpul ke alat angkut sampah yang
dilengkapi dengan :
a. Ruang pemilahan ( 30 m2)
b. Pengomposan sampah organik ( 800 m2)
c. Gudang ( 100 m2)
d. Tempat pemindah sampah yang dilengkapi dengan landasan container (60 m2)
e. luas lahan > 200 m2

Gambar 2.2 Proses Pengankutan Sampah dari TPS

Gambar 2.3 Sampah di TPS

Pengumpulan sampah adalah aktivitas penanganan yang tidak hanya mengumpulkan


sampah dari wadah individual dan atau dari wadah komunal (bersama) melainkan juga
mengangkutnya ketempat terminal tertentu, baik dengan pengangkutan langsung
maupun tidak langsung. Pola pengumpulan individual langsung adalah kegiatan
peagambilan sampah dari rumah- rumah sumber sampah dan diangkut langsung ke
tempat pembuangan akhir tanpa melalui kegiatan pemindahan. Pola pengumpulan
individual tidak langsung adalah kegiatan pengambilan sampah dari masing-masing
sumber sampah dibawa ke lokasi pemindahan untuk kemudian diangkut ke tempat
pembuangan akhir. Pola pengumpulan komunal langsung adalah kegiatan pengambilan
sampah dari masing- masing titik komunal dan diangkut ke lokasi pembuangan akhir.
Pola pengumpulan komunal tidak langsung adalah kegiatan pengambilan sampah dari
masing-masing titik pewadahan komunal ke lokasi pernindahan untuk diangkut
selanjutnya ke Tempat Pembuangan Akhir.

Umumnya masyarakat disekitar TPS Sungai Pinang jarang menggunakan pola


pengumpulan tidak langsung, masyarakat sekitar sering menggunakan pola
pengumpulan individual lansung dan pola pengumpulan konunal langsung, dimana
kegiatan pengambilan sampah dari masing- masing titik komunal dan diangkut ke lokasi
pembuangan akhir.

2.5 Pengolahan Sampah di TPA Bukit Pinang

Tempat Pembuangan Akhir (TPA) merupakan tempat dimana sampah mencapai tahap
terakhir dalam pengelolaannya sejak mulai timbul di sumber, pengumpulan,
pemindahan/pengangk utan, pengolahan dan pembuangan. TPA merupakan tempat
dimana sampah diisolasi secara aman agar tidak menimbulkan gangguan terhadap
lingkungan sekitarnya. Karenanya diperlukan penyediaan fasilitas dan perlakuan yang
benar agar keamanan tersebut dapat dicapai dengan baik.

Tempat Pembuangan Akhir Bukit Pinang terletak daerah berbukit pada ketinggian 64
meter di atas rata-rata muka laut, yang diukur menggunakan GPS Navigasi. Bagian
Utara TPA merupakan tempat pembuatan beton ( semenisasi jalan, bangunan). Bagian
barat adalah daerah berbukit yang hijau. Sebelah timur dan selatan adalah permukiman
penduduk. TPA Bukit Pinang ini berlokasi di Bukit Pinang, kecamatan Samarinda Ulu,
Kota Samarinda yang memiliki titik koodinat 0o27’23,5”S 117o06’51,6”E.

Pengolahan sampah di TPA Bukit Pinang dilakukan denga cara dibakar, hal ini juga
mendapat keluhan dari masyarakat sekitar terhadap asap yang dihasilkan dari
pembakaran sampah yang mencemari kondisi udara sekitar TPA. Jika dilihat sampah
yang dihasilkan dari rumah tangga atau sampah domestik yanga akan dikelola di TPA
Bukit Pinang lebih dominan sampah anorganik, yaitu sampah palstik. Sampah-sampah
tersebut selain dihasilkan dari rumah tangga juga berasal dari industri, pasar, dan lain-
lain
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa :


a. Pengakutan sampah dari TPS Kecamatan Sungai Pinang menuju Bukit pinang
menempuh jarak sebesar sekitar 10 km dengan waktu perjalanan sekitar 30 menit
jika menggunakan kendaraan bermotor. Masyarakat disekitar TPS Sungai Pinang
jarang menggunakan pola pengumpulan tidak langsung, masyarakat sekitar sering
menggunakan pola pengumpulan individual lansung dan pola pengumpulan konunal
langsung, dimana kegiatan pengambilan sampah dari masing- masing titik komunal
dan diangkut ke lokasi pembuangan akhir.
b. Sampah yang dihasilkan dari rumah tangga atau sampah domestik yanga akan
dikelola di TPA Bukit Pinang lebih dominan sampah anorganik, yaitu sampah
palstik. Sampah-sampah tersebut selain dihasilkan dari rumah tangga juga berasal
dari industri, pasar, dan lain- lain.
c. Pengolahan sampah di TPA Bukit Pinang dilakukan denga cara dibakar, hal ini juga
mendapat keluhan dari masyarakat sekitar terhadap asap yang dihasilkan dari
pembakaran sampah yang mencemari kondisi udara sekitar TPA.

3.2 Saran

Dari uraian diatas, sebaiknya masyarakat sekitar kecamatan sungai pinang lebih peduli
akan sampah dan membuang sampah ke wadah pembuangan dan tidak membuang di
luar dari wadah pembuangan agar memudahkan para petugas memindahkan sampah
tersebut dan juga penulis berharap kepada semua pembaca makalah ini agar dapat
mengerti teknis operasional atau tata cara pengolahan sampah perkotaan yang ada di
Standar Nasional Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota Samarinda, 2018. Data Sistem Pengangkutan
Sampah Kota Samarinda. Samarinda

Damanhuri, E.Padmin, T.(2010). Pengelolaan Sampah.Diktat kuliah TL-3104.FTSL


ITB:Bandung.

Kahar A. 2012. Makalah Tempat Pembuangan Akhir Bukit Pinang. http://www.


scribd.com/doc/98705706/Atwp-2012-pemakalah-abdul-Kahar#scribd.

SNI 19-2454-2002 Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan.

SNI-3242-2008 Tata Cara Pengelolaan sampah di Pemukiman.

Anda mungkin juga menyukai