Anda di halaman 1dari 3

1. Apa itu sampah ?

Indonesia diperkirakan menghasilkan 64 juta ton sampah setiap tahun nya. Berdasarkan data
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), komposisi sampah didominasi oleh
sampah organik, yakni mencapai 60% dari total sampah. Sampah plastik menempati posisi kedua
dengan 14%, kemudian sampah kertas 9% dan karet 5,5%. Sampah lainnya terdiri atas logam,
kain, kaca, dan jenis sampah lainnya (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2017
dalam Widowati (2019).

Sampah adalah adalah sisa atau barang buangan yang sudah tidak digunakan dan di pakai lagi
oleh pemiliknya. Sampah secara umum di bagi menjadi dua yaitu sampah organik dan anorganik.
Kedua sampah ini memiliki manfaat untuk kita, namun juga ada dampaknya untuk lingkungan.
- Sampah organik adalah limbah yang bersal dari sisa makhluk hidup (alam) seperti hewan,
manusia, tumbuhan yang mengalami pembusukan atau pelapukan. Sampah ini tergolong
sampah yang ramah lingkungan karena dapat di urai oleh bakteri secara alami dan
berlangsungnya cepat.
- Sampah Anorganik adalah sampah yang berasal dari sisa manusia yang sulit untuk di urai
oleh bakteri, sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama (hinga ratusan tahun) untuk
dapat di uraikan.
(Sumber : Sosialisasi Sampah Organik Dan Non Organik Serta Pelatihan Kreasi Sampah, 2015)
https://journal.uii.ac.id/ajie/article/view/7898/6907

2. Darimana Sampah Organik ?

Indonesia menghasilkan 175.000 ton sampah per hari. Jadi setahun itu 64 juta ton. Dan 50 persen
nya adalah sampah organik. Jadi ada 32 juta ton sampah organik per tahun. Tapi sampah organik
gak cuma sampah makanan, ada juga dari sampah kebun, pohon dan-lain-lain. Untuk data
sampah sisa makanan sendiri, data FAO menunjukan ada 13 juta ton sampah makanan yang
dihasilkan warga Indonesia per tahunnya. Hal ini juga yang menjadikan Indonesia sebagai
penghasil sampah makanan kedua terbanyak setelah Arab Saudi. (Kumparan news).
https://kumparan.com/kumparannews/bom-waktu-itu-bernama-sampah-makanan-
1sey9ZZUcFw/full

Contoh dari sampah organik adalah buah-buahan yang sudah tidak layak dimakan, sayur-sayuran
kering, kulit buah-buahan, sisa makanan yang tersisa, nasi basi, dan sebagainya.
Sumber: https://mediaindonesia.com/humaniora/430350/ini-pengertian-sampah-organik-cara-
mengelola-dan-contohnya

Widowati (2019) mengatakan bahwa kesadaran masyarakat di Indonesia untuk mendaur ulang
sampah tergolong rendah. Berdasarkan Statistik Lingkungan Hidup Indonesia 2018 yang dirilis
oleh Badan Pusat Statistik (BPS, 2018), hanya 1,2% rumah tangga yang mendaur ulang
sampahnya. Sementara sekitar 66,8% rumah tangga menangani sampah dengan cara dibakar.
Padahal, asap yang ditimbulkan dari hasil pembakaran bisa meanorganiknimbulkan polusi udara
dan mengganggu kesehatan. Sebanyak 32% rumah tangga memilih cara lain untuk menangani
sampah.
Sumber : (Pengolahan Sampah Organik Dan Anorganik Oleh Ibu-Ibu Rumah Tangga Kelurahan
Pasir Nan Tigo, 2020).
http://openjournal.unpam.ac.id/index.php/JAMAIKA/article/view/4767/3980
3. Kenapa sampah organik harus diolah?

Sampah organik (sampah makanan) yang terbuang sering dinilai tidak berbahaya karena dapat
diolah menjadi pupuk kompos. Padahal, jika tidak ditangani dengan benar dapat membahayakan
lingkungan karena dapat menghasilkan zat metana yang merusak lapisan ozon. Pemilahan
sampah itu penting agar sampah bisa menjadi sumber daya atau resource. Supaya mencegah
terjadinya gas metana yang tidak terkelola, dan sebaiknya sampah jenis organik atau mudah
membusuk, dipisahkan dari seluruh sampah lainnya.

Memang sampah organik mendapatkan persepsi sebagai sampah yang mudah terurai, jadi
seringkali dianggap tidak berbahaya. Tapi sebenarnya proses terurainya unsur organik terdiri
dari dua proses utama. Ada dengan proses aerobik atau anaerobik. Nah yang membedakan kedua
proses ini adalah ada atau tidaknya oksigen dalam proses penguraiannya.

Kedua kondisi yang berbeda ini memiliki mikroorganisme pengurai yang juga berbeda.
Metanogen adalah pengurai yang mengurai unsur organik dalam kondisi anaerob. Si metanogen
ini biasanya mengurai lebih lambat dan juga menghasilkan gas metana. Gas metana ini mudah
terbakar. Biasanya di TPA, gas metana ini tercipta karena sampah di dalam gunungan tidak
mendapat paparan oksigen, sehingga muncul banyak metanogen. Ketika gas metana dapat
dikelola dengan baik salah satunya dengan cara biodigester, gas ini dapat menghasilkan energi.

Dampak negatif yang diakibatkan oleh sampah organik adalah potensi bahaya terhadap
kesehatan seperti munculnya penyakit diare, kolera, tifus maupun demam berdarah akibat virus,
bakteri atau jamur yang diakibatkan oleh sampah organik. Pembusukan menghasilkan gas
metana yang dapat menyebabkan emisi gas rumah kaca serta proses pembusukan menyumbang
peringkat 2 setelah CO2 di udara. Gas metana ini 21 kali lebih berpotensi sebagai gas rumah
kaca daripada karbon dioksida. Artinya dia lebih menyerap panas lebih banyak daripada CO2
sehingga menjadi salah satu gas yang mempengaruhi perubahan iklim (gas rumah kaca). Selain
itu, metana juga mudah terbakar.

Anda mungkin juga menyukai