Anda di halaman 1dari 5

Covid19 : Mempercepat Revolusi Perubahan Sosial

Semua negara sedang mengalami krisis yang berat akibat Covid-19. Tetapi selalu ada kesempatan dalam
kesempitan, tak di sangka kita mengalami revolusi perubahan sosial yang dipercepat, yang jika dapat
dikelola dengan baik, akan mepercepat proses Indonesia menuju negara maju. Revolusi yang selama ini
berlangsung dalam orde satu dua tahun, sekarang berjalan dalam satu dua bulan.Jika di amati sejak
kasus ini di umum kan pertama kali bulanMaret 2020, terjadi perubahan social masyarakat beserta
dampak social ekonomi karena pandemi ini.  Huntington (1958) dalam Tiruneh (2014) memberikan
definisi revolusi sosial adalah bentuk perubahan sosial yang terjadi sangat cepat. J Paige (2003)
menambahkan transformasi terjadi cepat dan merubah kehidupan dasar social masyarakat.

Beberapa bentuk perubahan sosial yang saat ini terjadi, diantarnya, pertama, pembatasan mobilitas
dengan diam di rumah. Guna mencegah penyebaran, masyarakat di batasi mobilitasnya dan harus diam
di rumah. Kantor dan sekolah diselenggarakan dari jarak jauh, dari rumah, dengan adaptasi kerja,
belajar, dan bahkan ibadah secara online. Kedua, menjaga jarak social atau jarak fisik, dimana
masyarakat harus mengurangi pertemuan dalam jumlah banyak dan juga selalu men jaga jarak kurang
lebih1-2 meter untuk mencegah penularan virus.Ketiga, peduli kesehatan.

Mau tidak mau, masyarakat menjadi lebih peduli dengan berbagai informasi terkait kesehatan. Yang
biasa nya suka lupa cuci tangan, sekarang hamper setiap saat cuci tangan. Masyarakat Indonesia yang
relative tidak terbiasa dengan masker Ketika keluar rumah, sekarang sebisa mungkin menggunakan
masker. Ini berbeda dengan masyarakat di China dan Singapura, yang sejak wabah SARS awal 2000-an,
sudah terbiasa memakai masker. Belum lagi membiasakan mandi dan mengganti baju setelah dari luar
rumah.

Perubahan ini sungguh sulit dilakukan jika tidak terbiasa.Keempat, adaptasiteknologi. Pandemi ini
menyebabkan perubahan sosial yang positif, yaitu cepat nya adopsi teknologi untuk bekerja, sekolah,
ibadah, dan interaksisosiallainnya. Adopsi internet berlangsung cepat sekali, bahkan sampai ke warga
desa dan orangtua, untukmenunjangkegiatanbelajar dan bekerja di rumah.
Dampakdariperubahansosialtersebuttentuberagam. Misalnyasaja,
perubahansosialmenyebabkansolidaritasmeningkat. Masyarakat mulaimenggalang dana
untukbantuankepada yang terkenadampak Covid-19.Dunia bisnis,
mulaimengepakkanstrategidenganmelakukanpenjualanonline. Masyarakat pun
mengurangiperilakubelanjaketoko, sehinggapenjualanonline meningkat. Yang
terberatadalahancamankrisisekonomi di depanmata. Jikapandemiinitidakdiatasidenganbaik, yang
ditakutkanadalahmunculnyakemiskinan dan kriminalitas.Perubahansosialakibat Covid-19 yang
sangatcepat dan
tidakdirencanakaniniakanmenimbulkantantangantersendiribagimasyarakatataupunpemerintahdalampe
nanganannya. Bagimasyarakat, masyarakatharusbisamenjagaketahanan mental dan
hatihinggapandemiiniberakhir. Kedepannyaperubahanperilakumasyarakat yang
positiftetapdipertahankan, dengandemikianrevolusiperubahansosialmampumenjadikan Indonesia
menuju negara maju.

 
Sumber :http://www.harnas.co/2020/04/20/covid-19-mempercepat-revolusi-perubahan-sosial

Pertanyaan :

1. Ditinjau dari pengertian mobilitas sosial, buatlah analisis kasus di atas dalam kaitannya dengan
mobilitas sosial yang terjadi pada masyarakat!

2. Pada masa new normal seperti ini, efektivitas hukum dalam masyarakat tetap harus ditegakkan.
Carilah contoh kasus/berita tentang hal tersebut, kemudian uraikan menurut analisis anda!

3. Berikan simpulan anda tentang kegunaan hukum dan masyarakat pada taraf individu di masa new
normal seperti ini! Perkuat pendapat anda dengan teori dari ahli

JAWABAN

1. Pengertian mobilitas sosial dalam sosiologi terdiri atas berbagai hal, di antaranya: Arah
mobilitas sosial Dari arah mobilitas sosial yang berlangsung terbagi menjadi dua, yaitu:
Vertikal, perubahan status sosial atau kelas sosial seseorang ke atas atau ke bawah.
Horizontal, perubahan status seseorang dalam kelas sosialnya tanpa berubah hierarki
prestise dan jenis kelas sosial. Mobilitas sosial dilihat dari waktu Mobilitas sosial baik yang
berlangsung dalam satu generasi maupun dari satu generasi ke generasi lainnya. Mobilitas
yang dilakukan seseorang dalam kehidupannya, dari satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya
disebut mobilitas segenarasi. Faktor-faktor penentu mobilitas Di masyarakat terdapat
beberapa faktor yang menentukan terjadinya mobilitas sosial, sebagai berikut: Faktor
struktur Faktor yang menentukan jumlah relatif dari kedudukan tinggi yang harus diisi dan
kemudahan untuk memperolehnya. Beberapa faktornya adalah: Struktur pekerjaan Setiap
masyarakat memiliki pola dan ciri tersendiri dalam menentukan kedudukan seseorang.
Bahkan secara individu juga memiliki kedudukan sosialnya masing-masing. Misalnya
masyarakat yang bekerja di bidang pertanian dan kehutanan memiliki kedudukan yang
biasanya berbeda. Baca juga: Media Sosial Rentan Bikin Baper, Coba 4 Cara Detoks Berikut
Perbedaan fertilitas Negara yang memiliki tingkat kelahiran tinggi akan sulit melakukan
mobilitas sosial vertikal naik, dibandingkan dengan masyarakat atau negara dengan tingkat
kelahiran rendah. Rendahnya kelahiran, biasanya memberi kesempatan masyarakat lapisan
bawah untuk menempati kedudukan sosial pada lapisan menengah atau lapisan atas.
Ekonomi ganda Di negara berkembang memiliki dua tipe ekonomi yang berbeda, yaitu: Tipe
ekonomi tradisional, banyak masyarakat berprofesi sebagai petani yang mengonsumsi hasil
produk dan sedikit yang dijual. Sehingga sulit untuk mengalami mobilitas sosial vertikal naik.
Tipe ekonomi modern atau pasar, di mana banyak masyarakat berprofesi di sektor industri
yang memproduksi untuk pasar sehingga banyak kesempatan terjadi mobilitas sosial
vertikal naik. Penghambat dan penunjang mobilitas sosial Pada masyarakat yang memiliki
sistem sosial terbuka, akan mengalami mobilitas sosial vertikal naik yang sulit. Karena
kesempatan yang sempit. Baca juga: Pendidikan Mampu Mengubah Status Sosial, Fakta
atau Harapan? Berbeda dengan Indonesia, meski memiliki sistem sosial yang terbuka,
Indonesia membuka kesempatan setiap warganya untuk meraih keberhasilan. Hal tersebut
dijamin oleh Pasal 27 UUD 1945 yang berisi sebagai berikut: Setiap warga negara sama
kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dengan tidak ada kecualinya. Tiap-tiap
warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Faktor
individu Selain faktor struktur, terdapat faktor individu yang juga berpengaruh dalam
menentukan siapa yang akan mencapai kedudukan tinggi. Beberapa faktor tersebut yaitu:
Perbedaan kemampuan Bakat yang dimiliki setiap orang berbeda-beda, sehingga
kesempatan untuk memiliki kedudukan yang tinggi juga berbeda. kemampuan tersebut
tergantung dengan usaha yang dilakukan. Perbedaan kemampuan menjadi faktor yang
cukup penting untuk menghasilkan keberhasilan hidup dan mobilitas sosial.
Simbol Status Sosial Orientasi sikap terhadap mobilitas Untuk meningkatkan masa depan
mobilitas sosial dapat melakukan dua hal berikut: Pendidikan, menjadi arah mobilitas sosial
untuk mendapatkan kedudukan yang diinginkan seseorang. Kebiasaan kerja, dengan kerja
keras menjadi salah satu usaha untuk memperbaiki kedudukan sebelumnya. Pola
kesenjangan nilai Terdapat dua hal perilaku yang menghambat terjadinya mobilitas sosial
vertikal naik, sebagai berikut: Seseorang tidak sepenuhnya berupaya mencapai sasaran yang
diinginkan. Banyak yang tidak menyadari bahwa sejumlah perilaku tertentu tidak menunjang
sasaran. Misalnya seorang pekerja menghendaki kedudukan yang lebih baik, namun tidak
memenuhi tugas yang ditargetkan. Pola kesenjangan nilai, memercayai nilai yang diakuinya
tetapi yang bersangkutan tidak melakukan usahauntukmencapainya.
2. Menurut Sosiolog dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Sunyoto Usman,
pemerintah masih perlu membenahi sejumlah persoalan sebelum mempersiapkan
masyarakat menerima new normal dengan baik.  Sunyoto menduga, ada persoalan yang
terjadi di tiga level yakni pada level kebijakan, koordinasi antar lembaga dan level
operasionalnya. "Seharusnya pemerintah memberi penjelasan apa konsep new normal dan
seperti pa kebijakannya. New normal seharusnya dikonsepsikan sebagai kondisi baru yang
lebih baik, by plan (direncanakan berbasis kebijakan dan adaptasi tertentu), memberi
perlindungan kesehatan, dan menjaga pertumbuhan ekonomi.
Pertanyaannya, apa memang sudah aman dengan pelonggaran tersebut?" kata Sunyoto, saat
dihubungi Kompas.com, Selasa (2/6/2020). Menurut dia, dalam mempersiapkan masyarakat
memasuki fase new normal tidak bisa disamakan seluruh daerah. Ada daerah yang sudah
bisa menerapkan new normal, tetapi masih banyak juga daerah yang ancaman virus
coronanya belum reda.  "Efektivitas RT/RW juga tergantung karakteristik lingkungannya.
Banyak lingkungan yang warganya tidak akrab. Bahkan di beberapa perumahan urban tidak
saling kenal. Beda dengan daerah sub-urban atau desa," kata Sunyoto.

Gugus Tugas daerah bisa lebih efektif Menurut Sunyoto, terkait efektivitas metode
persiapan new normal yang diterapkan, kemungkinan besar bergantung pada Gugus Tugas
Penanganan Covid-19 di masing-masing daerah. Alasannya, mereka yang paling mengetahui
karakteristik masyarakat di daerahnya.
Selain itu, menurut dia, pemasangan baliho dan selebaran yang memuat informasi soal
bahaya Covid-19 kurang efektif untuk mengedukasi masyarakat.  Sementara, kampanye
melalui media sosial hanya bisa dijangkau oleh mereka yang memiliki akses internet
memadai.
Oleh karena itu, ia menyarankan agar masyarakat diberi dan saling memberi contoh nyata
melalui perilaku yang bisa diteladani. Perilaku ini, misalnya, dengan memasang tempat cuci
tangan yang dilengkapi sabun di depan rumah.  Bisa pula dengan memperketat pengawasan
dan pengamanan di tempat-tempat yang berpotensi menimbulkan kerumunan orang, seperti
mal, pasar, dan terminal. "Pejabat juga jangan bicara dan mengeluarkan pernyataan yang
melahirkan tafsir kondisi aman. Misal, jumlah kasus positif menurun. Itu menurun dari angka
berapa ke angka berapa? Misal lagi, pernyataan pejabat 'Kita belum perlu PSBB'' Pernyataan
semacam itu bagi masyarakat awam bisa ditafsirkan kondisi sudah aman," kata Sunyoto.
3. Saat ini Indonesia sedang bersiap menghadapi The New Normal atau fase kehidupan baru
setelah pandemi virus corona menghentak dunia. Kondisi ini tidak dapat dibiarkan tanpa
keberanian untuk kesudahan karena dapat berakibat pada kebangkrutan total. Tidak hanya
dirasa dari aspek perekonomian, bisa jadi negara tidak akan sanggup membiayai roda
pemerintahan dan rakyatnya, termasuk lebih jauh lagi akan berdampak pada poleksosbud
(politik, ekonomi sosial,budaya) dan keamanan nasional serta mengganggu aspek
kepentingan nasional. Karenanya saat ini saja sedikit banyak dampak irisannya telah
dirasakan. Maka mau tidak mau perlahan pembatasan sosial harus dilonggarkan dan
membuka aktivitas sosial secara bertahap (era new normal).
New normal adalah perubahan perilaku untuk tetap menjalankan aktivitas normal. Namun,
perubahan ini membawa konsekuensi syarat tambahan dengan menerapkan protokol
kesehatan guna mencegah terjadinya penularan COVID-19 di setiap kegiatan, apalagi yang
melibatkan orang banyak.
Berbicara interaksi kegiatan masyarakat di ruang publik erat kaitannya dengan perilaku
setiap orang, tingkat kepatuhan seseorang maka aspek lingkungan sangat mempengaruhi
pola perilaku masyarakat. Apakah perilakunya sesuai atau menjadi perilaku yang
menyimpang. Karena lingkungan menjadi salah satu faktor pembentuk kepribadian baik fisik
maupun perilaku.
Di sinilah menjadi urgensi jika dihubungkan dengan aspek kajian kriminologi, merujuk pada
Teori Travis Hirsci yaitu teori kontrol sosial yang melibatkan kepatuhan masyarakat, karena
efektivitas tingkat kepatuhan. Kedisiplinan perilaku tersebut juga sangat dipengaruhi dari
aspek lingkungan dimulai dari aspek lingkungan terkecil dalam keluarga seterusnya secara
berjenjang sampai pemerintahan daerah dan sikap pemerintahan tingkat nasional. Jika tidak
ada kepatuhan dan kedisiplinan malah cenderung yang ada sikap pembiaran akan sulit bagi
pemerintah menerapkan konsep new normal.
Hal ini malah akan menjadi hambatan, terkhusus petugas keamanan di lapangan bila
masyarakat belum siap atau tidak mau menerapkan perilaku baru ini. Justru yang ada akan
lebih mudah terjadinya potensi berbenturan dengan masyarakat dan menjadikan efektifitas
tujuan new normal tidak tercapai.
Karenanya diharapkan melalui tokoh masyarakat, dan tokoh agama, para ilmuwan dan
seluruh pemangku kepentingan, termasuk kepala keluarga untuk terus mengimbau atau
mendorong bagi setiap warganya atau anggota keluarganya membangun kesadaran
tanggung jawab bersama agar setiap individu berpartisipasi dan beradaptasi serta
menerpakan konsep new normal.  Di sinilah fase menguji tingkat kepatuhan perilaku dan
kepatuhan budaya hukum sekaligus sebagai bagian cara dan upaya mempercepat
menyelesaikan pandemi COVID-19.
Oleh karenanya perlu komitmen dan kerjasama yang baik dari setiap orang guna
keberhasilan era new normal sekaligus mengantisipasi dampak gejala sosial lain dan reaksi
sosial lain di masa yang akan datang jika situasi new normal ini tidak segera diterapkan.
Tugas utama pemerintah harus memastikan hingga detail konsep New Normal ini dapat
dioperasionalkan dengan baik maka pemerintah harus melakukan upaya yang sistematis,
terukur, terarah, terkoordinasikannya kebijakan pemerintahan pusat dan pemerintahan
daerah yang saling klik, dan mesti konsisten dalam melakukan pengawasan publik secara
terbuka dan penerapan penegakan hukum.
Hal lain yang penting, termasuk di dalamnya memperbesar kapasitas sektor kesehatan
untuk mengantisipasi lonjakan penderita COVID-19 serta penguatan jaminan sosial yang
tepat sasaran dan prioritas. Saya selipkan pesan pada penutup catatan ini, "Bila tidak bisa
membangun Jangan merusak, Bila tak bisa membantu setidaknya jangan mengganggu".
Mari saling sinergis dan menguatkan mengatasi bencana COVID-19 ini dan sambut era new
normal. Semoga catatan kecil dan sederhana ini dapat ikut membantu guna mempercepat
kesudahanan bencana COVID-19 ini.
Mari saling berkontribusi dengan berperilaku disiplin, patuh dan saling menguatkan usir
corona.

Anda mungkin juga menyukai