Anda di halaman 1dari 13

PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT

AKIBAT DAMPAK COVID-19 DALAM BIDANG SOSIAL


LINGKUP PEDESAAN

Untuk memenuhi tugas sosiologi yang diberikan oleh


Ibu Linda Ayu Pradisha

Nama : Kayla Maulidatul Ula


Kelas : X MIPA 4
Absen : 15
Daftar isi
1. Pendahuluan
A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan penelitian
D. Manfaat penelitian

2. Kajian pustaka
A. Deskripsi teori penelitian

3. Metode penelitian
A. Pendekatan atau jenis penelitian yang digunakan
B. Tempat dan waktu penelitian
C. Teknik pengumpulan data

4. Pembahasan data yang telah diperoleh


5. Kesimpulan
Bab 1 Pendahuluan
A. Latar belakang
Pandemi COVID-19 yang dialami dunia sejak akhir tahun 2019 ini memberikan pengaruh
yang besar di segala aspek kehidupan. Pendidikan yang berjalan lambat, aktivitas sosial yang
dibatasi, roda ekonomi yang menurun, serta protokol kesehatan yang harus selalu dipatuhi.
Segala upaya dari para ahli telah dan terus dilakukan, baik untuk pemberantasan virus
ataupun penanganan publik. Melihat data per 18 Mei 2021, di Indonesia telah tercatat ada
1.748.230 kasus positif dan 48.477 meninggal. Pemerintah memberikan upaya dan solusi-
solusi, serta kebijakan-kebijakan baru. Semua itu tentu menimbulkan pro dan kontra dari
masyarakat. Terlepas adanya teori-teori konspirasi yang beredar, perubahan perilaku
masyarakat menjadi hal yang pasti terjadi dan patut untuk diamati.
Sebagaimana informasi dan peringatan, serta himbauan yang terus disosialisasikan,
bahwa masyarakat harus melakukan sosial distancing dalam segala keadaan, dilarang
berkerumun, dan hal-hal yang telah maklum kita ketahui mengenai pencegahan penyebaran
virus ini. Semua himbauan tersebut memiliki inti ‘mengurangi segala bentuk interaksi dan
komunikasi langsung’. Tentu sebagai makhluk sosial, manusia sulit menerapkan hal tersebut.
Sebagai makhluk yang dinamis juga, manusia akan terus berinovasi, mencari dan
menemukan solusi. Dari sinilah perubahan terjadi.
Istilah New normal pun dikenalkan, dengan harapan segala lini kehidupan yang sempat
terhenti akan berjalan kembali. Meskipun normal; kita tetap bekerja, bersekolah, berwisata,
mengunjungi tempat-tempat umum, dan lain sebagainya, namun kenormalan ini bukanlah
kenormalan yang lama. Sama saja dengan eufemisme dari ‘berubah’. Dengan kata lain
manusia diharuskan untuk berubah untuk tetap menjalani kehidupan. Bekerja berganti istilah
menjadi WFH, sekolah menjadi bergantung pada jaringan, berbelanja seakan dapat dilakukan
tanpa ada jarak, tidak ada kerumunan, dan semua seakan diubah menjadi mode virtual.
Masyarakat urban setidaknya terbiasa dengan virtualitas tersebut, namun mereka yang di
daerah pedesaan belum tentu. Dengan kearifan budaya yang relatif masih terjaga, seperti
gotong royong, syukuran, dan lain sebagainya, tingkat penerapan New normal bisa dibilang
sangat rendah. Interaksi sosial mereka tinggi, dengan keramahan yang benar-benar, dan
belum atau masih sedikit terpengaruh individualisme.
Laporan ini dibuat agar setidaknya dapat memberi gambaran bagaimana bentuk
perubahan itu, penyebabnya, pengaruh yang ditimbulkan, dan pendapat apakah pilihan New
normal ini membawa kita ke perubahan sekaligus penanganan atas COVID-19 dengan tepat.

B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang singkat tersebut, dapat dipaparkan menjadi beberapa
rumusan dibawah:
i. Apa faktor perubahan sosial masyarakat pedesaan atas terjadinya pandemi dan
apa bentuk-bentuknya baik akibat pandemi langsung ataupun penerapan New
normal ?
ii. Apakah penetapan New Normal oleh pemerintah berjalan dengan efektif
ketika di masyarakat langsung?
iii. Bagaimana pertumbuhan angka COVID-19 di pedesaan dan perkotaan
terhadap hubungannya dengan efektifitas New normal ?
iv. Dengan perubahan itu, apakah mengurangi nilai hal-hal yang diidentikkan
dengan masyarakat pedesaan ?

C. Tujuan penelitian
i. Mengetahui bagaimana dampak pandemi yang mengharuskan minimalisasi
interaksi sosial, serta faktornya terhadap masyarakat lingkup pedesaan.
ii. Memberikan gambaran kecil mengenai hasil penerapan New normal.
iii. Mengetahui alasan perbedaan perubahan sosial yang terjadi pada dua lingkup
yang berbeda.
iv. Mengetahui hubungan perubahan sosial masyarakat pedesaan dengan
kekayaan nilai sosial yang masih terjaga.

D. Manfaat penelitian
i. Dapat menjadi referensi bagi pelajar lain.
ii. Dapat memberi penjelasan dan pemahaman pada masyarakat mengenai New
normal dan perubahannya.
iii. Dapat menambah kepustakaan ilmu sosial.
Bab 2 Kajian Pustaka

A. Deskripsi teori penelitian

 Perubahan sosial
Menurut etimologis:
Perubahan  per.u.bah.an
Hal (keadaan) berubah; peralihan; pertukaran
Sosial  so.si.al
Berkenaan dengan masyarakat

Menurut penjabaran para ahli:


Perubahan sosial : segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan
di dalam suatu masyarakat, yang memengaruhi sistem sosialnya, termasuk
didalamnya nilai-nilai, sikap-sikap dan pola-pola perilaku diantara kelompok
masyarakat. (Soemardjan)

Kingsley Davis mengartikan perubahan sosial sebagai perubahan-perubahan


yang terjadi dalam struktur dan fungsi dalam masyarakat. Misalnya, timbulnya
pengorganisasian buruh dalam masyarakat kapitalis telah menyebabkan
perubahan-perubahan dalam hubungan antara buruh dengan majikan dan
seterusnya, menyebabkan perubahan-perubahan dalam organisasi ekonomi
dan politik.

Maclver: perubahan-perubahan sosial dikatakannya sebagai perubahan-


perubahan dalam hubungan sosial (sosial relationship) atau sebagai perubahan
terhadap keseimbangan (equilibrium) hubungan sosial.

Gillin dan gillin mengatakan perubahan-perubahan sosial sebagai suatu variasi


dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan-perubahan
kondisi geografis, kebudayaan materiil, komposisi penduduk, ideologi maupun
karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat.

Secara singkat, Samuel Koenig mengatakan bahwa perubahan sosial


menunjuk pada modifikasi-modifikasi yang terjadi dalam pola-pola kehidupan
manusia yang terjadi karna sebab-sebab intern maupun sebab-sebab ekstern.
Penjelasan:
Setiap masyarakat selama hidupnya pasti mengalami perubahan. Sudah
ketetapan yang pasti bahwa manusia akan terus bergerak, dan berubah
menyesuaikan apa yang telah dihadapinya selama di dunia. Tidak ada manusia
yang diam pada satu titik, baik dalam konteks fisik maupun mental psikologis.
Mereka akan selalu bergerak, menuju kehidupan yang lebih baik atau
sebaliknya. Perubahan dalam cakupan per insan dapat berupa perubahan
perilaku, perubahan pola pikir dan pemahaman, perubahan fisik dan
seterusnya. Semua perubahan itu pasti dilatar belakangi oleh suatu atau
beberapa hal, baik internal atau ekstrernal.
Dalam lingkup sosial, perubahan ini dapat berupa perubahan nilai-nilai
sosial, norma sosial, pola perilaku organisasi, susunan lembaga
kemasyarakatan, kekuasan dan wewenang, interaksi sosial, dan sebagainya.
Perubahan-perubahan ini hanya akan dapat ditemukan oleh seseorang yang
sempat meneliti susunan dan kehidupan suatu masyarakat pada suatu waktu
dan membandingkannya dengan susunan dan kehidupan masyarakat tersebut
pada waktu yang lampau.
Pada prosesnya, perubahan sosial dapat terjadi dengan cepat dan juga
lambat. Pengaruh yang diberikan juga ada yang terbatas dan ada yang luas.
Semua itu tergantung pada masyarakat yang terkena dan perubahan apa yang
sedang berproses. Sesuatu yang cenderung telah mengakar dalam pola atau
gaya kehidupan suatu warga di salah satu daerah akan lebih susah untuk
berubah atau diubah. Begitupun dengan masyarakatnya, orang-orang yang
memegang erat apa yang telah diturunkan kepadanya dari waktu ke waktu,
cenderung ‘menutup diri’ akan perubahan yang terjadi. Dalam hal ini,
Soerjono Soekanto, membagi jenis masyarakat menjadi dua. Yaitu masyarakat
statis dan dinamis. Masyarakat statis adalah mereka yang sedikit sekali
mengalami perubahan dan berjalan lambat. Lalu masyarakat dinamis adalah
mereka yang mengalami perubahan dengan cepat.

Dinamika atau perubahan masyarakat dapat terjadi karena beberapa faktor


antara lain:

1. Penyebaraan informasi, meliputi pengaruh dan mekanisme media


dalam menyampaikan pesan-pesan ataupun gagasan (pemikiran)
2. Modal, antara lain sumber daya manusia ataupun modal finansial
3. Teknologi, suatu unsur dan sekaligus faktor yang cepat berubah sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan
4. Ideologi atau agama, keyakinan agama atau ideologi tertentu
berpengaruh terhadap proses perubahan sosial
5. Birokrasi, terutama berkaitan dengan berbagai kebijakan pemerintahan
tertentu dalam membangun kekuasaannya
6. Agen atau aktor, hal ini secara umum termasuk dalam modal sumber
daya manusia, tetapi secara spesifik yang dimaksudkan adalah inisiatif-
inisiatif individual dalam “mencari” kehidupan yang lebih baik.
 Pandemi
Menurut etimologis:
Pandemi  pan.de.mi
Wabah yang berjangkit serempak di mana-mana, meliputi daerah
geografi yang luas.

Pandemi berasal dari bahasa Yunani, pan yang artinya semua dan
demos yang artinya orang. Diartikan sebagai epidemi penyakit yang menyebar
di wilayah yang luas, misalnya beberapa benua atau di seluruh dunia. Status
pandemi lebih menunjukkan ke tingkat penyebaran suatu wabah penyakit
tersebut, tidak menitik-beratkan ke tingkat bahaya penyakit. Namun pada
kenyataannya, Center for Disease Control and Prevention milik Amerika
Serikat mengartikan dan akan menetapkan suatu penyakit dikatakan pandemi
apabila dapat menginfeksi manusia dengan cara yang efisien dan
berkelanjutan di berbagai wilayah, sedangkan WHO menetapkan suatu
penyakit dapat dikatakan pandemi apabila penyakit yang baru teridentifikasi
dapat menyebar hingga lingkup dunia (dengan beberapa kriteria lainnya)
Dalam sejarah telah tercatat beberapa pandemi telah melanda dunia,
seperti Ebola, flu babi, flu spanyol dan kolera. Dengan rincian,
 Virus Ebola (2013-2016), menginfeksi 28.600, dan 11.325
diantaranya tewas.
 Virus flu babi (ditemukan tahun 2009), mengakibatkan
setengah juta orang tewas.
 Virus flu spanyol (1918-1920), mengakibatkan 500 juta orang
terinfeksi dan 50-100 juta tewas.
 Virus kolera (selama abad 19 hingga abad 20), korban jiwa
diperkirakan mencapai puluhan juta jiwa.
Untuk mencapai status pandemi, suatu penyakit tidak hanya harus bersifat
mematikan, dan telah tersebar luas. Melainkan juga harus bersifat menular.
Misalnya, kanker tidak dapat dikatakan sebagai pandemi karena tidak
menular, meskipun sangat berbahaya dan telah menyebar ke berbagai benua.
Dengan itu, pada 11 Maret 2020, WHO menetapkan bahwa corona
virus novel disease 2019 (COVID-19) sebagai pandemi.COVID-19 pertama
kali ditemukan pada Desember 2020, di Wuhan, China. Dengan objek utama
yang diserang adalah sistem pernafasan. Melingkupi organ, saluran juga indra.
Berdasarkan ciri dan karakteristik penyakit ini, setidaknya beberapa ciri
tersebut dapat saya sebutkan disini;
 Gejala umum : demam(suhu tubuh diatas 38 derajat C), batuk kering,
sesak nafas
 Gejala awal : menyerupai gejala flu, demam, pilek, batuk kering, sakit
tenggorokan, dan sakit kepala
 Gejala lain yang dapat muncul : sakit kepala, konjungtivitas, diare,
ruam di kulit, hilangnya kemampuan indra pengecap dan pencium
Gejala-gejala tersebut muncul dalam waktu 2 hari hingga 2 minggu setelah
seseorang terpapar virus. Setelah gejala awal terjadi, seseorang hanya
mempunyai dua opsi, yaitu semakin parah atau sembuh.
Ketetapan yang otomatis terjadi ketika WHO menetapkan COVID-19
sebagai pandemi adalah bahwa wabah ini langsung naik menjadi prioritas
utama, menjadi prioritas permasalahan global. Seluruh aktivitas kehidupan
manusia di berbagai negara terhambat dan seakan diberhentikan karna
penyebaran virus yang sangat cepat dan mudah. Segala lini kehidupan
terhenti; roda ekonomi yang tidak berjalan, sekolah yang diliburkan dalam
jangka waktu yang lumayan panjang, kegiatan sosial yang sangat dibatasi
bahkan hanya dalam lingkup rumah. Solusi-solusipun terus dicari. Adanya
penetapan lockdown oleh sebagian negara, protokol kesehatan yang semakin
diperketat, kebijakan Stay at Home dan Work from Home, serta sekolah
daring, dan yang terbaru adalah new normal.

 Masyarakat desa
Menurut etimologis :
Masyarakat  ma.sya.ra.kat
Sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh
suatu kebudayaan yang mereka anggap sama
Desa  de.sa
Kesatuan wilayah yang dihuni oleh sejumlah keluarga yang
mempunyai sistem pemerintahan sendiri (dikepalai oleh seorang
kepala desa) di area rural

Masyarakat adalah sekelompok manusia yang terjalin erat karena


sistem tertentu, tradisi tertentu, konvensi dan hukum tertentu yang sama, serta
mengarah pada kehidupan kolektif. Masyarakat adalah sekumpulan manusia
yang karena tuntutan kebutuhan dan pengaruh keyakinan, pikiran, serta ambisi
tertentu dipersatukan dalam kehidupan kolektif. Sistem dan hukum yang
terdapat dalam suatu masyarakat mencerminkan perilaku-perilaku individu
karena individu-individu tersebut terikat dengan hukum dan sistem tersebut.

Menurut Soerjono Soekanto, ciri-ciri masyarakat yaitu:

1. Hidup secara berkelompok.


2. Melahirkan kebudayaan.
3. Mengalami perubahan.
4. Adanya interaksi
5. Adanya seorang pemimpin.
6. Memiliki stratifikasi sosial

Sedangkan desa merupakan kumpulan dari beberapa unit pemukiman


kecil yang biasa disebut kampung, dusun atau banjar (Bali). Bambang utoyo
mendefinisikan desa dengan melihatnya berdasarkan mata pencaharian, yaitu
‘Desa merupakan tempat sebagian besar penduduk yang bermata pencaharian
di bidang pertanian dan menghasilkan bahan makanan’. Namun pengertian ini
dirasa kurang karena pengertian tersebut hanay menyebutkan mata
pencaharian tanpa menjelaskan aspek geografis maupun hukum. Selain
pengertian tersebut, salah satu ahli lain yang yaitu William Ogburn dan MF
Nimkoff mendefinisikannya dengan ‘Desa adalah kesatuan organisasi
kehidupan sosial di dalam daerah terbatas’. R. Bintarto: ‘Desa adalah
perwujudan geografis yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografis, sosial,
ekonomi, politik, kultural setempat dalam hubungan dan pengaruh timbal
balik dengan daerah lain’.

Dengan begitu dapat kita artikan bawa masyarakat desa adalah


sekumpulan manusia yang terjalin erat sistem, tradisi, dan hukum tertentu
dalam kesatuan kehidupan sosial dalam lingkup terbatas. Masyarakat desa
adalah salah satu unsur desa disamping unsur daerah dan unsur tata kehidupan
pedesaan. Mereka terikat pada hukum, tradisi, kebudayaan, dan norma
setempat. Maka dapat kita temui banyak hal yang masih terjaga kelestariannya
di desa dibandingkan di kota. Selain itu juga masyarakat desa, mayoritas
belum terkena individualisme dan masih hidup lestari dalam kebersamaan dan
gotong royong.
Bab 3 Metode Penelitian
A. Pendekatan atau jenis penelitian yang digunakan
Laporan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik
observasi nonpartisipasi dalam pengumpulan data-data didalamnya. Menggunakan
metode deskriptif dalam penyampaiannya dan data didalamnya merupakan data
sekunder yang mana diperoleh melalui media sosial dan sumber berita, dan juga
sedikit data primer melalui wawancara pada beberapa warga desa. Pengerucutan topik
perubahan sosial yang kami amati adalah perubahan sosial dalam hal interaksi sosial
yang terjadi di masyarakat pedesaan akibat dampak pandemi.
Kami mengambil pendekatan kualitatif dikarenakan objek penelitian; yaitu
perubahan sosial yang sifatnya berupa aksi atau perbuatan langsung. Pada dasarnya
dapat menggunakan pendekatan kuantitatif, melalui penghitungan jumlah orang yang
mulai menggunakan teknologi gadget dari tahun ke tahun misalnya, namun untuk
memperoleh data kuantitatif dalam topik perubahan sosial tentu dibutuhkan masa
yang sangat panjang. Karena memang perubahan membutuhkan waktu untuk
berproses dan hanya dapat ditemukan oleh seseorang yang telah membandingkan
suatu susunan atau hal di masa ini dengan masa lampau atau masa sebelumnya. Maka
kami memilih menggunakan pendekatan kualitatif dengan jangka waktu yang relatif
lebih pendek.

B. Tempat dan waktu penelitian


Kami mengambil tempat penelitian untuk mengambil data primer dari desa
setempat kami sendiri yaitu Desa Tulungrejo wilayah Dusun Sumberbiru, sedangkan
data sekunder melalui website berita yang faktual dan dari pengamatan kami sendiri
sejak awal virus corona masuk ke Indonesia. Kami melakukan penelitian dan
pengambilan data semenjak 17 Mei 2021 hingga 23 Mei 2021. Dan diluar konteks
observasi langsung ke warga, kami juga mengamatinya dari diri sendiri sejak COVID-
19 ditemukan dan new normal berlaku.

C. Teknik pengumpulan data


Penelitian ini menggunakan teknik observasi nonpartisipasi dan wawancara langsung.
Bab 4 Pembahasan Data yang Telah Diperoleh

Berikut merupakan beberapa kebijakan sekaligus hal-hal yang


menyebabkan perubahan pada masyarakat :

Pembiasaan memakai masker ketika di luar


tempat tinggal dan mencuci tangan setiap keluar-
masuk suatu tempat

Jarak standar minimal antara orang satu


dengan yang lainnya adalah 1 meter

Anjuran untuk selalu di rumah dan


meminimalisasi kegiatan di luar tempat
tinggal

Memusatkan kegiatan di dalam tempat


tinggal, seperti WFH dansekolah daring

Tidak bepergian jauh

Menghindari kerumunan maupun


kegiatan yang berpotensi menimbulkan
kerumunan
Kita pahami dari definisi pandemi, bahwa COVID-19 tidak akan ditetapkan sebagai
pandemi dan wabah jika tidak berpotensi menyebar secara mudah dan cepat, serta bersifat
membahayakan bahkan mematikan. Maka sudah pasti, para pihak yang berwenang harus
mengambil tindakan sebagai langkah penanganan. Poin-poin diatas adalah sebagian kecil
peraturan yang wajib kita patuhi selama ini dan merupakan langkah penanganan dari
pemerintah. Semua itu mengubah kebiasaan masyarakat.
Dari hasil analisis data, didapatkan bahwa masyarakat pedesaan sangat patuh pada
protokol kesehatan dan kebijakan yang ditetapkan, disamping pemahaman dan tingkat
keyakinan masyarakat terhadap COVID-19 terhitung rendah. Kami katakan masyarakat
sangat patuh pada protokol kesehatan karena mereka menganggap apa yang pemerintah
katakan adalah hal mutlak yang harus mereka laksanakan. Anggapan ini tidak berlaku pada
kebanyakan sampel yang kami analisis, namun dalam lingkup pedesaan, orang-orang seperti
inilah yang dapat kami kategorikan warga desa yang belum terpengaruh arus globalisasi,
otomatis pendapat mereka juga tidak mengandung unsur kecenderungan pada suatu
golongan, perpolitikan, maupun isu-isu teori konspirasi. Kami katakan juga, pemahaman
mereka terhadap COVID-19 masih rendah karena, masyarakat desa cenderung menerima dan
menyampaikan informasi melalui lisan ke lisan. Dan itu belum tentu terjamin ke-
orisinalitasnya, karna apa yang ditangkap seseorang dengan seseorang lainnya mengenai
suatu informasi belum tentu selalu sama. Sehingga apa yang mereka dapatkan hanyalah
potongan-potongan informasi, dan pemahaman yang terbentuk pun tidak utuh. Dan pada
akhirnya, disebabkan pemahaman yang belum utuh dan pengetahuan yang dapat
dikategorikan berada dibawah masyarakat kota, mereka masyarakat desa pada sisi lain sedikit
menganggap kecil permasalahan ini. Ditambah, apa yang selama setahun lebih ini selalu
dikabarkan media, masyarakat desa mendapatinya berbeda dengan apa yang disaksikannya
langsung di desa tempat tinggalnya. Pada kesimpulannya, mereka memegang ‘ya, kami
dianjurkan untuk begini, maka iya semampunya kami lakukan.’ Juga ‘ya, ini adalah pandemi,
tapi ada yang lebih berkuasa dibandingkan pemerintahan, [bahkan dibandingkan siapa yang
menciptakan pandemi ini (beberapa orang)]’

Di luar itu, kebijakan tetap berlaku dan selalu dituntun untuk berjalan. Dan perubahan
sosial juga terjadi beriringan. Maka mereka, masyarakat desa, sebisa mungkin mengikuti
protokol kesehatan; berusaha selalu mengenakan masker, menyediakan saluran air bersih di
depan rumah untuk mencuci tangan, berusaha tidak melakukan kontak fisik walaupun masih
sering lalai atau lupa. Dampak yang terjadi akibat perubahan ini adalah:
o Pengetahuan kesehatan masyarakat desa setidaknya bertambah
o Masyarakat desa yang memiliki sikap ramah dan mudah melakukan interaksi
sosial, menjadi cenderung individual. Atau minimal mengalikan komunikasi
ke moda online
o Karena, tuntutan untuk terus melakukan komunikasi dan informasi,
masyarakat desa menjadi lebih tahu penggunaan gadget dan aplikasinya
o Mata pencaharian masyarakat desa yang mayoritas adalah petani atau
peternak, otomatis tidak dapat ‘ditinggalkan’ meskipun dengan adanya
kebijakan WFH, sehingga perekonomian masyarakat desa otomatis terganggu
o Dan dampak-dampak lain
Pengerucutan topik yang kami bahas disini ialah, perubahan sosial dalam hal
interaksi. Dari data yang didapat, interaksi yang terjadi di dusun Sumberbiru pada tahun
2020i hingga Mei 2021 relatif turun daripada tahun sebelumnya. Interaksi yang dimaksud
adalah data kedatangan dan kepergian penduduk dusun dari dan ke luar kec. Pare, jumlah
keluarga atau rumah yang bersedia menerima tamu (open house) pada hari raya Idul Fitri.
Meskipun pada tahun ini kepercayaan masyarakat mulai menurun meskipun new normal
mulai diberlakukan.Dari situ dapat diketahui bahwa rasa kebersamaan dan kekeluargaan yang
ada di lingkup pedesaan mulai berkurang. Pandemi tidak dapat disalahkan namun memang
itulah yang terjadi. Pandemi beserta kebijakan-kebijakannya telah mengurangi nilai-nilai
sosial yang ada di pedesaan, khususnya dalam jangka watu yang panjang. Namun di sisi lain
dapat membantu mengurangi angka COVID dibandingkan di kota.

Bab 5 Kesimpulan
Masyarakat desa yang dikenal keramah-tamahannya, gotong royongnya, kebersamaannya,
perlahan ciri itu mulai melemah. Baik karena arus globalisasi, kebijakan-kebijakan yang
harus ditetapkan namun di sisi lain malah melemahkan kekayaaan nonmateriil negara kita,
ketimpangan infrastruktur yang mungkin dirasakan sebagian desa yang dapat mengurangi
nasionalisme dan mungkin dapat merusak hubungan sosial antar wilayah. Maka perubahan
tidak dapat dielak. Perubahan akan terus terjadi. Kita sebagai makhluk sosial juga mau tidak
mau akan mengikutinya. Tinggal cara kita menghadapinya.
Cara kita bersosialisasi satu dengan yang lainnya berubah, dari berbicara langsung
menjadi menggunakan media aplikasi, semakin bervariasi, namun jangan menghilangkan
nilai sosial dalam interaksi tersebut. Keterbatasan kita dalam bertemu banyak orang, dari
yang harus berusaha melawan demam panggung menjadi hanya menatap layar kaca
handphone, namun jangan menurunkan kualitas dari apa yang kita lakukan tersebut. Kegiatan
pendidikan yang sangat dibatasi, bahkan ketika tempat perbelanjaan sudah lama
diperbolehkan untuk buka, dari yang dihadapkan dengan atmosfer serius belajar di dalam
kelas menjadi belajar dihadapan handphone dan dibawah langi-langit kamar, namun jangan
menurunkan kualitas ilmu dari apa yang kita pelajari.
Maka, begitu pula dengan new normal ini, pola hidup yang meliputi sosial,
pendidikan, ekonomi, politik ; akan tetap sama ,namun dengan keterbatasan karena pandemi,
cara kita menjadi berubah dengan tetap berusaha menjaga nilai-nilainya. Masyarakat akan
terus berubah, tapi pelajaran apa yang bisa kita dapatkan diantara perubahan itulah yang akan
tetap ada.

Anda mungkin juga menyukai