Anda di halaman 1dari 14

A.

Konsep-Konsep Perubahan Sosial


Perubahan merujuk pada pergeseran atau transformasi dari satu keadaan
sosial ke keadaan lainnya. Perubahan dalam masyarakat memiliki makna yang
sangat umum, mengacu pada evolusi atau perkembangan, bisa bersifat positif
maupun negatif. Perubahan itu sendiri tidak pernah berhenti, selama pencipta
perubahan (Allah SWT) menghendakinya. Perubahan sosial merupakan hal
yang tak terhindarkan dalam kehidupan manusia, baik pada tingkat individu
maupun dalam konteks kolektif. Hal ini disebabkan oleh sifat manusia yang
dinamis dan aktif dalam merespons peristiwa di sekitarnya1.
Perubahan sosial adalah isu yang akan terus menjadi subjek perdebatan.
Perubahan sosial melibatkan tiga dimensi waktu yang berbeda: masa lalu, saat
ini, dan masa depan. Oleh karena itu, masalah sosial yang terkait dengan
perubahan sosial merupakan masalah yang kompleks dan sulit untuk diatasi
serta diantisipasi. Di sisi lain, hampir semua masalah sosial yang muncul dalam
masyarakat adalah konsekuensi dari perubahan sosial dalam masyarakat
tersebut2.
Perubahan sosial dalam masyarakat adalah suatu kepastian, terjadi entah
itu secara perlahan atau cepat, direncanakan atau tidak. Perubahan sosial
mencerminkan dinamika masyarakat yang terbuka, dan secara alami
menciptakan kondisi perubahan, terutama dalam bidang ekonomi dan gaya
hidup sehari-hari. Setiap perubahan akan membawa dampak, baik yang bersifat
positif maupun negatif. Dengan keragaman dan pemahaman agama yang kuat,
diharapkan terjadinya perubahan sosial yang positif, karena setiap perubahan
sosial berpengaruh secara menyeluruh pada struktur kehidupan masyarakat.
Perubahan di satu sektor akan berdampak pada sektor lainnya3.

1
Agus Ahmad Safe’i. Sosiologi Islam: Transformasi Sosial Berbasis Tauhid. 2017. Bandung:
Simbiosa Rekatama Media
2
Nanang Martono, Sosiologi Perubahan Sosial, Perspektif Klasik, Modern, Postmodern dan
Poskolonial, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012), cet. Ke-2.h.1-2
3
Hariyadi, Perubahan Sosial Dalam Islam. 2023. Jurnal Tarbiyah Jamiat Kheir, Volume 1(1), h.
61-73.
Konsep perubahan sosial berkaitan dengan pemahaman dan analisis
fenomena alami serta fenomena sosial di sekitar kita. Terdapat beberapa alasan
mengapa kita mempelajari ilmu pengetahuan sosial, khususnya dalam konteks
perubahan sosial antara lain:
1. Kita mempelajari manusia sebagai makhluk sosial (homo socius) yang
melibatkan individu, kelompok masyarakat, dan organisasi masyarakat
dengan interaksi serta konsekuensinya, termasuk aspek perubahan sosial.
2. Masalah sosial yang terkait dengan manusia (human error) sering kali
menjadi pendorong perubahan sosial.
3. Kita ingin memahami dan menganalisis hubungan sebab-akibat (kausalitas)
dari masalah sosial yang berhubungan dengan perubahan sosial.
Dengan demikian, ilmu sosial berfokus pada pemahaman makhluk sosial,
termasuk aspek-aspek berikut:
1. Perilaku manusia yang tidak terlihat, seperti persepsi, kepribadian, sikap,
motif, proses belajar, dan fakta.
2. Perilaku manusia yang terlihat, seperti dinamika, aktivitas, dan data.
3. Pemikiran individu.
4. Ungkapan lisan.
5. Tindakan.
6. Perasaan dan situasi yang dirasakan.
7. Penampilan atau perilaku yang diperlihatkan.
Dalam perspektif sosiologis (Weberian), individu dianggap sebagai entitas
yang memiliki kebebasan (voluntary), keunikan (unique), sifat internal
(kekuatannya ada dalam diri individu), subjektivitas dalam hubungan, dan
kemampuan interpretatif dalam cara menafsirkan dan bertindak, yang bersifat
relatif.
Penyebab terjadinya perubahan sosial dapat dijelaskan melalui tiga aliran
atau mazhab berikut:
1. Aliran materialistik (Marxian) menganggap bahwa perubahan sosial
dipengaruhi oleh kekuatan materi yang bersifat konkret, mampu
memengaruhi produksi, ekonomi, dan teknologi produksi manusia. Ini juga
berperan dalam mengurangi kesenjangan struktural dan kultural untuk
menciptakan masyarakat sosialis.
2. Aliran idealistik (Platonian) berpendapat bahwa perubahan sosial
dipengaruhi oleh cara berpikir, nilai-nilai, dan kepercayaan, baik yang
berasal dari agama maupun peradaban. Ini dapat tercermin dalam perubahan
nilai-nilai dan keyakinan masyarakat, seperti dalam revolusi puritan.
3. Aliran gagasan dan gerakan budaya (Gus Durian) menyatakan bahwa
perubahan sosial berkaitan dengan perubahan nilai-nilai budaya setempat.
Ini dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal masyarakat serta
intervensi dari pemerintah dan kelompok filantropis. Aliran ini mendukung
perkembangan dan munculnya peradaban baru serta nilai-nilai humanisme
untuk memerdekakan manusia dari alinasi budaya dan meningkatkan
kesejahteraan serta keamanan.
Dengan demikian, pemahaman perubahan sosial melibatkan beragam
faktor dan aliran berbeda dalam ilmu sosial yang menjelaskan berbagai aspek
perubahan sosial4.
Perubahan sosial melibatkan perubahan dalam nilai-nilai, norma, dan
perilaku masyarakat. Terdapat beberapa konsep perubahan sosial yang
relevan:
1. Modernisasi: Modernisasi adalah proses perubahan sosial yang terjadi
ketika masyarakat beralih dari tradisi ke arah modernitas. Proses ini
mencakup perubahan nilai-nilai, norma, perilaku, serta adopsi teknologi
dan sistem ekonomi yang lebih maju.
2. Globalisasi: Globalisasi adalah proses perubahan sosial yang terjadi ketika
masyarakat semakin terhubung satu sama lain melalui teknologi dan
perdagangan internasional. Ini melibatkan perubahan dalam nilai-nilai,
norma, perilaku, serta adopsi budaya dan ideologi baru.
3. Revolusi Industri 4.0: Revolusi Industri 4.0 adalah proses perubahan sosial
yang terjadi ketika masyarakat beralih dari produksi manual ke produksi
otomatis yang didukung oleh teknologi digital. Proses ini mencakup

4
Agus Suryono. Teori dan Strategi Perubahan Sosial. 2019. Jakarta Utara: PT Bumi Aksara
perubahan dalam nilai-nilai, norma, perilaku, serta pengenalan teknologi
baru yang lebih canggih.
4. Perubahan Demografi: Perubahan demografi adalah proses perubahan
sosial yang terjadi ketika masyarakat mengalami perubahan dalam struktur
populasi, seperti peningkatan jumlah penduduk tua atau penurunan tingkat
kelahiran. Proses ini melibatkan perubahan dalam nilai-nilai, norma,
perilaku, serta pengenalan kebijakan sosial dan ekonomi yang baru5.
Selain itu, terdapat empat faktor yang dapat menyebabkan perubahan
social, yaitu:
1. Proses Inovasi atau Pembaharuan: Melibatkan perubahan dalam perilaku
dan sistem nilai yang ada dalam masyarakat.
2. Invention (Penemuan): Mencakup perkembangan teknologi dari era
industri 4.0 dan seterusnya.
3. Adaptasi: Masyarakat meniru gaya hidup dan budaya dari kelompok lain.
4. Adopsi: Masyarakat mengikuti perubahan teknologi yang diperkenalkan
oleh individu atau kelompok lain.
Keempat faktor perubahan sosial tersebut memiliki dampak yang
meluas pada semua aspek kehidupan, termasuk ekonomi, nilai-nilai sosial,
budaya, dan banyak aspek lainnya. Mereka dapat saling mendukung atau
bahkan bertentangan satu sama lain. Di samping itu, perubahan sosial juga
memengaruhi perilaku masyarakat, termasuk interaksi sosial, gaya
berkomunikasi, dan bahkan mungkin perilaku yang melanggar hukum6.
Perubahan sosial juga dapat dijelaskan sebagai transisi masyarakat dari
satu tingkat kehidupan ke tingkat kehidupan yang lainnya. Secara
keseluruhan, perubahan sosial mencakup perpindahan masyarakat dari satu
fase ke fase lainnya, baik dengan konsekuensi positif maupun negatif.
Perubahan ini mencerminkan perjalanan yang dihadapi dan diatasi oleh
masyarakat dalam prosesnya. Akhirnya, masyarakat tersebut akan
5
Wardani Sihaloho, Dini Rosmana Tanjung, Septi Ayu Harahap, Adawiyah Barus, Swandari
Purnama Ningsih, Alia Rohali. Pendidikan dan Perubahan Sosial. 2023. Jurnal Dirosah
Islamiyah Volume 5 (3). h. 829-841.
6
Ali Amran. Dakwah dan Perubahan Sosial. 2012. HIKMAH: Jurnal Ilmu Dakwah dan
Komunikasi Islam. 2012. Vol : 6 (1). .h. 68-86.
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru atau berupaya
mengembalikan situasi sebelumnya, tergantung pada pilihan yang mereka
ambil7.
Selain teori-teori yang disebutkan sebelumnya, terdapat banyak ahli
sosiologi lain yang telah mendefinisikan konsep ini. Semua definisi ini
bertujuan untuk menjelaskan bagaimana masyarakat sebagai sebuah entitas
atau organisasi yang dapat dipengaruhi oleh berbagai peristiwa di sekitarnya,
yang pada akhirnya dapat menghasilkan perubahan sosial. Oleh sebab itu
dapat disimpulkan bahwa perubahan sosial dalam pengertian istilah merujuk
pada semua perubahan yang mempengaruhi struktur, fungsi, pandangan
hidup, dan sikap manusia dalam masyarakat. Perubahan ini memengaruhi
sistem sosial, menghasilkan nilai, fungsi, norma, dan hasil baru yang
bertujuan untuk mengatasi persoalan yang dihadapi oleh masyarakat. 8.
B. Teori-Teori Perubahan Sosial
Teori perubahan sosial menurut para ahli seperti Kingsey Davis
mendefinisikan perubahan sosial sebagai perubahan dalam struktur dan fungsi
masyarakat. Mac Iver, seperti yang dikutip oleh Arifin, mengartikan
perubahan sosial sebagai perubahan dalam hubungan sosial yang mengubah
keseimbangan hubungan sosial. Gillin mengatakan perubahan sosial sebagai
variasi dalam cara hidup yang terjadi akibat perubahan kondisi geografis,
bahan budaya, komposisi penduduk, ideologi, serta adanya difusi atau
penemuan baru dalam masyarakat. Sementara itu, Selo Soermarjan
merumuskan perubahan sosial sebagai segala perubahan dalam lembaga
kemasyarakatan dalam suatu masyarakat yang memengaruhi sistem sosialnya,
termasuk nilai-nilai, sikap, dan pola perilaku antara kelompok-kelompok
dalam masyarakat9.
Secara garis besar, teori perubahan sosial dikelompokkan ke dalam dua
kelompok, yaitu teori perubahan sosial klasik dan teori perubahan sosial

7
Rozalli Hashim. Pengurusan Pembangunan. 2005. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka
8
Zulham Wahyudani. Perubahan Sosial dan Kaitannya dengan Pembagian Harta Warisan dalam
Perspektif Hukum Islam. 2015. Jurnal Ilmiah Islam Futura Vol 14 (2), h. 166-189
9
Arifin. Filsafat Pendidikan Islam. 1987. Jakarta: Bina Aksara.
modern. Dalam pandangan teori perubahan sosial klasik, terdapat beberapa
teori perubahan sosial yang diajukan oleh tokoh-tokoh terkenal seperti August
Comte, Karl Marx, Emile Durkheim, dan Max Weber.
August Comte melihat perubahan sosial sebagai proses evolusi yang
berasal dari perubahan dalam pemikiran masyarakat. Dalam pandangannya,
beberapa unsur kehidupan masyarakat mengalami evolusi, tetapi satu di
antaranya memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap perubahan sosial,
yaitu evolusi intelektual atau perubahan dalam cara berpikir manusia.
Karl Marx menganggap bahwa kehidupan individu dan masyarakat
berkaitan erat dengan faktor ekonomi. Institusi-institusi seperti politik,
pendidikan, agama, ilmu pengetahuan, seni, dan keluarga sangat tergantung
pada sumber daya ekonomi yang tersedia. Marx menekankan perubahan
ekonomi dan struktur sosial yang mendorong konflik, terutama antara kelas
pekerja (proletar) dan kelas pemilik modal (borjuis).
Emile Durkheim mengemukakan konsep solidaritas sebagai perekat
dalam masyarakat. Dalam masyarakat yang lebih sederhana, ikatan solidaritas
didasarkan pada faktor emosional, seperti rasa kekeluargaan yang tinggi. Hal
ini menyebabkan pandangan hidup yang serupa di antara warga masyarakat.
Max Weber mendekati perubahan sosial dengan menyoroti lahirnya
kapitalisme. Menurutnya, kapitalisme muncul karena orientasi rasional dalam
mencari keuntungan ekonomis. Weber menekankan bahwa masyarakat
kapitalis memiliki orientasi etis terhadap upaya memperoleh keuntungan, dan
ini menjadi faktor integrasi dalam masyarakat mereka.
Dalam ringkasan ini, teori perubahan sosial dari para tokoh klasik
sosiologi telah diuraikan. Setiap tokoh memiliki pandangan unik mengenai
faktor-faktor yang mendorong perubahan sosial dan cara mereka memahami
proses perubahan tersebut.
Selanjutnya dalam teori perubahan sosial modern, khususnya dalam
bidang kajian sosiologi, terdapat tiga pendekatan utama yang dapat
dikelompokkan sebagai berikut: pendekatan ekuilibrium atau keseimbangan,
pendekatan modernisasi, dan pendekatan konflik.
Pendekatan ekuilibrium menyatakan bahwa perubahan sosial dalam
masyarakat terjadi ketika keseimbangan antara unsur-unsur dalam sistem
sosial di masyarakat tersebut terganggu. Ketidakseimbangan ini bisa
disebabkan oleh faktor lingkungan (eksternal), yang memerlukan
penyesuaian atau adaptasi dalam sistem sosial. Ini sesuai dengan konsep yang
dijelaskan oleh Talcott Parsons. Selain itu, ketidakseimbangan internal juga
dapat memicu perubahan, seperti yang diilustrasikan dalam Teori
Kesenjangan Budaya (Cultural Lag) oleh William Ogburn.
Pendekatan modernisasi, yang dikembangkan oleh Wilbert More,
Marion Levy, dan Neil Smelser, sebagian besar berfokus pada pemajuan
teknologi yang mendorong modernisasi dan industrialisasi dalam
pembangunan ekonomi masyarakat. Ini mengakibatkan perubahan yang
signifikan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat, termasuk dalam
organisasi dan lembaga sosial masyarakat.
Pendekatan konflik, yang dipelopori oleh R. Dahrendorf dan rekan-
rekan, menganggap bahwa sumber perubahan sosial adalah konflik yang
intensif antara kelompok-kelompok masyarakat yang memiliki kepentingan
yang berbeda. Setiap kelompok berjuang untuk kepentingan mereka dalam
kerangka masyarakat yang sama, yang sering kali mengakibatkan konflik,
terutama antara kelompok yang ingin mempertahankan status quo dan
kelompok yang berusaha untuk mengubah kondisi sosial masyarakat.
Dengan tiga pendekatan ini, para sosiolog dan ilmuwan sosial dapat
memahami perubahan sosial dari berbagai sudut pandang yang berbeda dan
dapat menganalisisnya dengan lebih mendalam. Setiap pendekatan memiliki
fokus dan penekanan khusus, yang memungkinkan untuk menjelaskan
perubahan sosial dalam konteks yang lebih luas dan bervariasi10.
Menurut Soerjono Soekanto (1985), teori perubahan sosial dapat
dikelompokkan menjadi beberapa pendekatan utama, yaitu:
1. Teori Evolusi (Evolusionary Theory): Teori ini dipengaruhi oleh pemikiran
Darwin dan dijadikan dasar oleh Herbert Spencer, Emile Durkheim, dan
10
M. Tahir Kasnawi, Sulaiman Asang. Perubahan Sosial dan Pembangunan. In: Konsep dan
Pendekatan Perubahan Sosial. 2014. Universitas Terbuka, Jakarta, pp. 1-46.
Ferdinand Tonnies. Konsepnya adalah bahwa evolusi memengaruhi
pengorganisasian masyarakat, terutama dalam hal sistem kerja. Tonnies
berpendapat bahwa masyarakat berkembang dari peradaban sederhana ke
peradaban yang lebih kompleks.
2. Teori Konflik (Conflict Theory): Teori ini dipengaruhi oleh pemikiran Karl
Marx, Frederict Engle, dan Ralf Dahrendorft. Teori ini melihat masyarakat
dalam dualisme kelas, yaitu kelas borjuis dan proletariat. Sumber
perubahan sosial adalah konflik antara kedua kelas ini akibat ketidakadilan
dalam pembagian aset sosial-ekonomi. Konflik ini bisa memicu revolusi
sosial yang membawa perubahan sosial.
3. Teori Perubahan Sosial Dahrendorft: Dahrendorft menyatakan bahwa
perubahan dalam struktur kelas sosial berdampak pada normatif ideologis
(nilai) dan faktual institusional. Kepentingan bisa menjadi nilai atau
realitas. Persamaan (equality) merupakan hak setiap warga negara. Nilai
persamaan dapat diterima oleh masyarakat dan diwujudkan dalam
perubahan kelembagaan.
4. Teori Fungsionalis (Functionalist Theory): Teori ini menyatakan bahwa
perubahan disebabkan oleh ketidakpuasan masyarakat akibat kondisi sosial
saat ini yang memengaruhi individu. William Ogburn menjelaskan bahwa
perubahan tidak selalu mempengaruhi semua unsur sosial. Unsur yang
tidak ikut berubah dapat mengalami ketertinggalan, yang mengakibatkan
ketimpangan kebudayaan.
5. Teori Siklus (Cyclical Theory): Teori ini menggambarkan perubahan sosial
sebagai suatu siklus yang berulang-ulang. Perubahan sosial merupakan
bagian dari alam yang tidak dapat dikendalikan manusia. Tidak semua
perubahan membawa akibat yang baik, dan perubahan sosial bersifat tak
terelakkan seperti roda yang berputar11.
C. Hubungan Pendidikan dengan Perubahan Sosial

11
Soerjono Soekanto. Sosiologi Suatu Pengantar Penulis. 1985. Jakarta: Rajawali Press.
Pendidikan telah menjadi faktor penting dalam kehidupan manusia

sepanjang sejarah. Pendidikan membawa perkembangan dalam pemikiran

manusia dan meningkatkan taraf hidup mereka. Dari waktu ke waktu,

pendidikan telah mengalami transformasi menjadi suatu sistem yang

terorganisir dengan baik, sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Pasal 11 ayat 1. Undang-undang ini menjelaskan bahwa pendidikan

dilaksanakan melalui tiga jalur: pendidikan formal, nonformal, dan informal.

Ketiga jalur pendidikan ini saling terkait dan penting untuk memahami dan

memengaruhi perubahan sosial yang terjadi di masyarakat.


Pendidikan adalah sebuah sistem yang berperan dalam masyarakat,
sehingga hubungan antara pendidikan dan masyarakat sangat erat dan saling
ketergantungan. Pendidikan merupakan alat bantu yang memfasilitasi
pengabdian masyarakat, sehingga masyarakat dapat berkembang dan maju
melalui proses pendidikan. Pendidikan membantu dalam pematangan dan
pendewasaan masyarakat.

Pendidikan dan perubahan sosial adalah dua hal yang saling terkait satu
sama lain. Keduanya saling mempengaruhi, dan dampaknya meluas di
masyarakat. Pendidikan berfungsi sebagai agen pembaharu dan penggerak
perubahan sosial, serta memiliki peran penting dalam menentukan arah
perubahan sosial, yang sering disebut sebagai pembangunan masyarakat. Di
sisi lain, perubahan sosial dalam masyarakat dapat direncanakan untuk
mencapai tujuan tertentu, tetapi juga dapat terjadi secara spontan sebagai hasil
pengaruh budaya dari luar12.
Pendidikan selalu terkait dengan perubahan sosial. Pendidikan tidak hanya
berfokus pada peningkatan aspek akademis atau intelektual seorang siswa,
tetapi mencakup perkembangan menyeluruh dalam kehidupan seseorang, baik

12
Miftahul Huda. Peran Pendidikan Islam Terhadap Perubahan Sosial. 2015. Edukasia: Jurnal
Penelitian Pendidikan Islam. Volume 10 (1). h. 165-188.
sebagai individu maupun sebagai warga negara. Oleh karena itu, pendidikan
yang hanya menitikberatkan pada aspek akademis saja merupakan pendekatan
yang tidak tepat, bahkan salah, karena mengabaikan aspek-aspek lain dari
perkembangan kepribadian seorang siswa13.
Pada zaman sekarang, perubahan sosial berlangsung dengan lambat dan
memiliki dampak signifikan pada pendidikan. Salah satunya adalah
pertumbuhan cepat jumlah penduduk, yang memerlukan penyediaan sarana
pendidikan untuk menampung siswa. Oleh karena itu, kebutuhan masyarakat
terhadap pendidikan menjadi semakin penting untuk mempersiapkan mereka
menghadapi kompleksitas perkembangan zaman14.

Pendidikan merupakan suatu proses yang mengubah perilaku individu

dalam konteks teori perubahan sosial. Dampak dari pendidikan mencakup

perubahan pada tingkat individu sebagai agen perubahan, serta kemampuan

lembaga pendidikan dalam mengubah struktur sosial dalam masyarakat.

Pendidikan dapat memicu perubahan dalam masyarakat, dan sebaliknya,

perubahan dalam masyarakat akan memengaruhi sistem pendidikan.

Arah pembangunan pendidikan sangat dipengaruhi oleh tuntutan

masyarakat yang sesuai dengan kebudayaan mereka. Dalam kerangka otonomi

daerah, pemerintah daerah memainkan peran penting karena memiliki

kewenangan untuk mengatur dan mengelola kepentingan masyarakat setempat

berdasarkan aspirasi warga sesuai peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

Beberapa faktor yang mendorong tuntutan untuk menerapkan

desentralisasi pendidikan meliputi:

13
Sudarwan Danim dan Suparno. Manajemen dan Kepemimpinan Transformasional
Kekepalasekolahan. 2009. Jakarta. Rineka Cipta.
14
M. Syukri Azwar Lubis. Dampak Perubahan Sosial Terhadap Pendidikan. 2018. Al-Ikhtibar
(Jurnal Ilmu Pendidikan) Vol. 5 (2). h. 633-643.
1. Tuntutan dari orang tua, kelompok masyarakat, para legislator, bisnis, dan

serikat guru untuk terlibat dalam pengawasan sekolah dan penilaian

pendidikan.

2. Keyakinan bahwa struktur pendidikan yang terpusat kurang efektif dalam

meningkatkan partisipasi siswa.

3. Ketidakmampuan birokrasi yang ada untuk merespons kebutuhan sekolah

dan masyarakat yang beragam dengan efektif.

4. Kondisi fisik sekolah yang dianggap tidak memenuhi tuntutan baru dari

masyarakat.

5. Peningkatan persaingan dalam mendapatkan pendanaan dari privatisasi15.

Pada era modern, lembaga pendidikan mengalami transformasi yang

mencakup perubahan dalam pola kegiatan, tata nilai, bentuk, dan peranannya

dalam masyarakat. Secara khusus, perkembangan ini telah menghasilkan

lembaga sekolah sebagai manifestasi dari orientasi pendidikan. Oleh karena itu,

dari segi sosial, sekolah memegang peran penting dalam sosialisasi anak-anak.

Dalam upaya pengendalian sosial, sekolah memiliki empat cara yang dapat

digunakan, yaitu:

1. Transmisi Kebudayaan: Melibatkan pengajaran langsung mengenai norma-

norma, nilai-nilai, dan informasi, seperti falsafah negara, sifat-sifat warga

negara yang baik, struktur pemerintahan, sejarah bangsa, dan sebagainya.

2. Membentuk Kelompok Sosial: Sekolah menciptakan berbagai kelompok

sosial seperti perkumpulan sekolah, Pramuka, kelompok olahraga, dan

sebagainya. Ini memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk mempelajari

dan mempraktikkan berbagai keterampilan sosial.

15
Bambang Sucipto. Lembaga Pendidikan Islam dan Perubahan Sosial. 2013. Jurnal INSANIA,
Vol 18 (3). h. 483-501
3. Memperkenalkan Tokoh-Tokoh Inspiratif: Anak-anak diperkenalkan kepada

tokoh-tokoh yang bisa dijadikan figur teladan. Guru-guru dan pemimpin

sekolah memegang peran penting dalam hal ini.

4. Pengendalian Perilaku: Menggunakan tindakan positif dan negatif untuk

memastikan bahwa murid mengikuti tata perilaku yang layak dalam

bimbingan sosial. Tindakan positif melibatkan pujian, pemberian hadiah,

dan sejenisnya, sementara tindakan negatif mencakup hukuman dan celaan.

Sebagian pendidik sangat percaya pada kekuatan pendidikan dalam

membentuk masyarakat baru. Oleh karena itu, setiap anak diharapkan untuk

masuk sekolah dan menerima gagasan-gagasan baru tentang masyarakat yang

lebih baik daripada yang ada saat ini. Sekolah memiliki potensi untuk

merekonstruksi, mengubah, dan membentuk ulang masyarakat ke arah yang

lebih baik16.

16
Madekhan. Fungsi Pendidikan Dalam Perubahan Sosial Kontemporer. 2020. Reforma: Jurnal
Pendidikan dan Pembelajaran Vol.9 (1). h. 52-60.
13

DAFTAR PUSTAKA
Amran, Ali. 2012. Dakwah dan Perubahan Sosial. HIKMAH: Jurnal Ilmu
Dakwah dan Komunikasi Islam. 2012. Vol : 6 (1). pp. 68-86.
Arifin. 1987. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bina Aksara.
Danim, Sudarwan & Suparno. 2009. Manajemen dan Kepemimpinan
Transformasional Kekepalasekolahan. Jakarta. Rineka Cipta.
Hariyadi. 2023. Perubahan Sosial Dalam Islam. Jurnal Tarbiyah Jamiat Kheir,
Volume 1(1), h. 61-73.
Hashim, Rozalli. 2005. Pengurusan Pembangunan. Kuala Lumpur: Dewan
Bahasa dan Pustaka
Huda, Miftahul. 2015. Peran Pendidikan Islam Terhadap Perubahan Sosial.
Edukasia: Jurnal Penelitian Pendidikan Islam. Volume 10 (1). h. 165-188.
Kasnawai, M. Tahir & Asang, Sulaiman. 2014. Perubahan Sosial dan
Pembangunan. In: Konsep dan Pendekatan Perubahan Sosial. Universitas
Terbuka, Jakarta, pp. 1-46.
Lubis, M. Syukri Azwar. 2018. Dampak Perubahan Sosial Terhadap Pendidikan.
Al-Ikhtibar (Jurnal Ilmu Pendidikan) Vol. 5 (2). Hal 633-643.
Madekhan. 2020. Fungsi Pendidikan Dalam Perubahan Sosial Kontemporer.
Reforma: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Vol.9 (1). h. 52-60.
Martono, Nanang. 2012. Sosiologi Perubahan Sosial, Perspektif Klasik, Modern,
Postmodern dan Poskolonial, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,), cet. Ke-
2.h.1-2
Safe’i, Agus Ahmad Safe’i. 2017. Sosiologi Islam: Transformasi Sosial Berbasis
Tauhid. Bandung: Simbiosa Rekatama Media
Sihaloho, Wardani Dkk. 2023. Pendidikan dan Perubahan Sosial. Jurnal Dirosah
Islamiyah Volume 5 (3). h. 829-841.
Soekanto, Soerjono. 1985. Sosiologi Suatu Pengantar Penulis. Jakarta: Rajawali
Press.
Sucipto, Bambang. 2013. Lembaga Pendidikan Islam dan Perubahan Sosial.
Jurnal INSANIA, Vol 18 (3). h. 483-501
14

Suryono, Agus. 2019. Teori dan Strategi Perubahan Sosial. Jakarta Utara: PT
Bumi Aksara
Wahyudani, Zulham. 2015. Perubahan Sosial dan Kaitannya dengan Pembagian
Harta Warisan dalam Perspektif Hukum Islam. Jurnal Ilmiah Islam Futura
Vol 14 (2),h. 166-189

Anda mungkin juga menyukai