Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH KOSMETOLOGI

AEROSOL
Dosen Pengampuh : Yuli Nurullaili S.Farm.,M.Farm.,Apt

Disusun Oleh :

PENYUSUN :

IKE SETYARINI (34170190)


FADLILATUNNISA (34170219)
NOR HASANAH (34170197)
DEVIA AYU MEIDILA SANTI (34170180)
DINDA ZULFIANA R. PILLY (3417018)

STIKES SURYA GLOBAL YOGYAKARTA

PRODI DIII FARMASI

2018

1
KATA PENGATAR

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga praktikan dapat menyusun makalah ini tepat
pada waktunya. Makalah ini membahas persoalan Aerosol. Penulis menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya.
Kritik konstruktif dari pembaca sangat praktikan harapkan untuk penyempurnaan makalah
selanjutnya.
Akhir kata semoga Allah memberkahi makalah ini sehingga benar-benar bermanfaat
bagi kita sekalian.

Yogyakarta, 14 Mei 2019

Praktikan

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................ i

DAFTAR ISI ........................................................................................ ii


BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

1.1 Latar belakang ......................................................................................... 1


1.2 Rumusan masalah .................................................................................... 1
1.3 Tujuan ...................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................... 2

A. Pengertian aerosol....................................................................................... 2
B. Jenis atau sistem aerosol............................................................................. 3
C. Formula Jurnal aerosol ............................................................................... 4
D. Cara Pembuatan aerosol.............................................................................. 4
E. Fungsi masing –masing bahan aerosol........................................................ 5
F. Mekanisme kerja bahan aktif ..................................................................... 5
G. Cara pemakaian .......................................................................................... 5
H. Cara uji evaluasi ......................................................................................... 5

BAB III PENUTUP ................................................................................................... 8


A. Kesimpulan .............................................................................................. 8
B. Saran ........................................................................................................ 8
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 9

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berbagai jenis bahan obat dapat digunakan atau diberikan pada tubuh dalam bentuk
sediaan aerosol. Bentuk sediaan ini dapat digunakan baik secara oral maupun topikal. Bukan
hanya sediaan farmasi saja dapat ditemukan dalam bentuk aerosol, berbagai kosmetik juga
saat ini dengan mudah ditemukan dalam bentuk aerosol. Bentuk sediaan ini pada umumnya
sering ditemukan untuk pengobatan saluran pernafasan misalnya untuk penanganan
simptomatis pada penyakit asma, aerosol topical untuk pengobatan akne (jerawat), dan
kosmetik sepertistyling foam untuk penataan rambut. Dalam makalah ini akan dipaparkan
berbagai hal yang berkaitan dengan bentuk sediaan aerosol yang meliputi definisi,
keuntungan, komposisi, pengemasan, pelabelan serta berbagai jenis penggunaan dan contoh
formula aerosol.

1.2 Rumusan Masalah


 Apakah Pengertian Aerosol?
 Apa sistem atau jenis dari Aerosol ?
 Contoh Formulasi dari Aerosol?
 Bagaimana Metode Pembuatan Aerosol?
 Apa saja fungsi dari masing masing bahan pada pembuaatan aerosol?
 Bagaimana mekanisme kerja bahan aktif pada sediaan aerosol?
 Bagaimana cara pemakaian sediaan aerosol?
 Bagaimana cara uji evaluasi sediaan aerosol?

1.3 Tujuan
 Untuk Mengetahui Pengertian Dari Aerosol

 Untuk mengetahui komponen Aerosol

 Untuk Mengetahui metode pembuatan Aerosol

 Untuk mengetahui jenis atau system Aerosoler

 Untuk mengetahui Formulasi Aerosol

 Untuk mengetahui cara kerja pada Aerosol

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN AEROSOL
Menurut FI III

Aerosol adalah sediaan yang mengandung satu atau lebih zat berkhasiat dalam wadah
yang diberi tekanan, berisi propelan atau campuran propelan yang cukup untuk memancarkan
isinya hingga habis, dapat digunakan untuk obat luar atau obat dalam dengan menggunakan
propelan yang cukup.

Menurut FI IV

aerosol farmasetik adalah sediaan yang dikemas di bawah tekanan, mengandung zat aktif
terapetik yang dilepas pada saat sistem katup yang sesuai ditekan. Sediaan ini digunakan
untuk pemakaian topikal pada kulit dan juga pemakaian lokal pada hidung (aerosol nasal) ,
mulut (aerosol lingual) atau paru-paru (aerosol inhalasi, ukuran partikelnya harus lebih kecil
dari 10 mm , sering disebut " inhaler dosis terukur ").

Istilah " aerosol " digunakan untuk sediaan semprotan kabut tipis dari sistem bertekanan
tinggi. Sering disalah artikan pada semua jenis sediaan bertekanan, sebagian diantaranya
melepaskan busa atau cairan setengah padat.

Aerosol busa adalah emulsi yang mengandung satu atau lebih zat aktif, surfaktan,
cairan mengandung air atau tidak mengandung air dan propelan. Jika propelan berada dalam
fase internal (misalnya m/a) akan menghasilkan busa stabil, dan jika propelan berada dalam
fase eksternal (misalnya a/m), akan menghasilkan busa yang kurang stabil.

Dalam literatur lain, aerosol adalah suatu sistem koloid lypofob (hydrofil), dimana
fase eksternalnya berupa gas atau campuran gas dan fase internalnya berupa partikel zat cair
yang terbagi sangat halus atau partikel-partikelnya tidak padat, ukuran partikel tersebut lebih
kecil dari 50 mm. Jika partikel internalnya terdiri dari partikel zat cair, sistem koloid itu
berupa asap atau debu.

Propelan adalah bagian bahan dari aerosol yang berfungsi mendorong sediaan keluar dari
wadah lewat saluran, katup sampai habis. Selain itu juga dapat berfungsi sebagai solvent atau
cosolvent.

5
B. JENIS ATAU SISTEM AEROSOL

Jenis atau sistem aerosol terdiri dari :

1. Sistem dua fase(gas dan cair)

Terdiri atas larutan zat aktif dalam propelan cair dan propelan bentuk uap

Pelarut: etanol, propilenglikol, PEG unyuk menambahkan kelarutan zat aktif.

Aerosol sistem dua fase wadahnya berisi:

a) Fase gas dan fase air;

b) fase gas dan fase padat

Fase cair dapat terdiri dari kompenen komponen zat aktif atau campuran zat aktif dengan dan
propelan cair atau propelan yang didalamnya.

Bekerja pada tekanan 30-40 p.s.i.g pada suhu21ºC

Contoh: insektisida, deodoran, (aerosol ruang/spacespray) dancat, hairspray (aerosol


pelapisruang/surface coating spray)

2. Sistem tiga fase (gas, cair, padat atau cair)

Terdiri atas suspensi atau emulsi zat aktif propelan cair, dan uap propelan.

Suspensi terdiri atas zat aktif yang dapat dispersikan dalam sistem propelan dengan zat
tambahan yang sesuai. Zat tambahan bisa berupa zat pembasah atau zat pembawa padat
seperti talk atau silika koloid. .

BJ propelan< BJ zat aktif maka propelan cair berada diantara lapisan uap dan zat aktifnya

Beroperasi pada tekanan15 p.s.i.g pada suhu 21ºC.

6
C. FORMULASI JURNAL

D. CARA PEMBUATAN

Siapkan alat dan bahan

Karbopol 940 di larutkan dalam air dengan menggonakan homogenizer dengan kecepatan
1200 rpm

NAOH dilarutkan dalam air, setelah larut campurkan pada campuran karbopol 940

Tambahkan propilen glikol dan vitamin C aduk hingga homogen

Pada wadah terpisah ekstra daun sirih dilarutkan dalam isopropyl alcohol

Setelah larut tambahkan menthol,gliserin dan pewangi aduk hingga homogen

Setelah homogeny campurkan larutan ekstra daun sirih tersebut pada campuran karbopol 940
Tambahkan tween 80 aduk hingga homogeny

7
E. FUNGSI MASING-MASING BAHAN
BAHAN FUNGSI
Ekstra Daun Sirih zat aktif antibakteri
Asam Askobat Vitamin
Gliserin Pengental
Isopropil Alkohol Pelarut
Menthol Penyegar
Propilenglikol Pewangi
Karbopol 940 Basis gel
NAOH Pelarut
Pewangi lemon Pewangi
Tween 80 Surfaktan
Aqua demineralisata Pelarut

F. MEKANISME KERJA BAHAN AKTIF


Daun sirih dengan kandungan utama kavikol yang berfungsi sebagai antiseptic di
formulasikan menjadi sediaan spray dengan basis etanol 80%.sifat antiseptic di tentukan oleh
zat-zat yang berfungsi sebagai antibakteri yang terkandung dalam minya ktsiri yang terdapat
pada tumbuhan .
Sirih ( pipper betle linn) adalah salah satu tanaman obat Indonesia yang telah banyak dikenal
khasiat dan penggunaannya dalam pengobatan tradisional, sebagai bahan untuk mengobati
penyakit sirih sudah lama digunakan masyarakat Indonesia untuk pengobtan tradisional.

G. CARA PEMAKAIAN
Cara pemakaian sedian aerosol spray ini adalah dengan menyemprokan pada kaki sampai
dirasa cukup .biarkan hingga menyerap.

H. CARA EVALUASI UJI


 Pengamatan organoleptis.
Sediaan diamati bau, warna, dan aroma secara kualitatif.
 Pengukuran derajat keasaman (pH).

8
Uji pH dilakukan menggunakan pH meter (Eutech Instrument, Singapura). Mula-mula
elektroda dikalibrasi dengan dapar standar pH 4 dan pH 7. Kemudian elektroda
dicelupkan ke dalam sediaan. Nilai pH yang muncul di layar dicatat. Pengukuran
dilakukan pada suhu ruang.
 Pengukuran viskositas dan sifat alir.
Digunakan viskometer stormer (RH Tech, Jerman). Viskometer ini memugkinkan
terbentuknya ruang antara mangkuk dan rotor, serta dibiarkan hingga mencapai
kesetimbangan temperatur. Beban dipasangkan di penggantung, kemudian waktu
yang diperlukan bagi rotor untuk mencapai 100 kali putaran dicatat. Data ini
kemudian diubah ke dalam bentuk rpm, kemudian prosedur dilakukan berulang.
Reogram akan terbentuk, yakni plot rpm versus beban yang ditambahkan. Dengan
konstanta yang sesuai, nilai rpm akan diubah menjadi laju geser yang sesungguhnya
dalam satuan satu per detik (Sinko, 2013). Pengukuran viskositas dilakukan pada
minggu ke-0 dan ke-8.
 Uji stabilitas pada suhu rendah.
Sampel spray disimpan pada suhu rendah (4 ± 2o C) selama 8 minggu, kemudian
dilakukan pengamatan organoleptis (perubahan warna, bau, dan sineresis),
pengukuran pH, dengan pengamatan setiap 2 minggu sekali.
 Uji stabilitas pada suhu ruang.
Sampel spray disimpan pada suhu kamar (28 ± 2 ºC) selama 8 minggu, kemudian
dilakukan pengamatan organoleptis (perubahan warna, bau, dan sineresis),
pengukuran pH, dengan pengamatan setiap 2 minggu sekali.
 Uji stabilitas pada suhu tinggi.
Sampel spray disimpan pada suhu tinggi (40 ± 2 ºC) selama 8 minggu, kemudian
dilakukan pengamatan organoleptis (perubahan warna, bau, dan sineresis),
pengukuran pH, dengan pengamatan setiap 2 minggu sekali.
 Uji penentuan diameter zona hambat bakteri Metode didasarkan pada difusi cakram,
terhadap bakteri uji Bacillus subtilis. Pertama-tama, disiapkan biakan mikroba yang
berumur 24 jam. Kemudian, diambil 1 ose bakteri kemudian dimasukkan ke dalam
pengencer (NaCl 0,9%) dan kemudian dihomogenkan. Agar jumlah bakteri yang
terhambat terukur, diukur %T dengan spektrofotometer UV-Vis (Shimadzu UV–
1800, Jepang) pada panjang gelombang 580 nm, hingga 25%T (setara 108 CFU/ml
bakteri). Setelah itu, diambil 0,2 ml suspensi mikroba, masing-masing ditambahkan

9
ke dalam petri. Kemudian, ditambahkan 20-25 ml media TSA (Tripticase Soy Agar),
dihomogenkan, kemudian dibiarkan memadat. Setelah itu, dimasukkan sampel
sebanyak 20 µL ke dalam cakram, dan dibiarkan hingga jenuh. Cakram yang akan
dipakai diletakkan di atas permukaan media agar TSA. Keseluruhan sistem uji
kemudian didiamkan selama 1 jam, dan dibiarkan larutan uji menyerap. Sediaan
tersebut diinkubasi pada suhu 35 ºC selama 24 jam. Zona hambat bakteri yang
terbentuk kemudian diamati dan diukur (Sabrina et al., 2011).

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Aerosol adalah sediaan yang mengandung satu atau lebih zat berkhasiat dalam wadah
yang diberi tekanan, berisi propelan atau campuran propelan yang cukup untuk
memancarkan isinya hingga habis, dapat digunakan untuk obat luar atau obat dalam
dengan menggunakan propelan yang cukup.

Contoh aerosol kosmetik deodoran, (aerosol ruang/spacespray), hairspray (aerosol


pelapisruang/surface coating spray)

Evaluasi yang dilakukan pada sediaan ini adalah organoleptis,pH,pengukuran


viskositas dan sifat alir,uji stabilitas pada suhu rendah,uji stabilitas pada suhu tinggi.

B. Saran

Makalah ini masih terdapat banyak kekurangan .untuk itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk tercapainya suatu kesempurnaan .

11
DAFTAR PUSTAKA

Ditjen POM RI. Farmakope Indonesia Edisi Keempat. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
1995
Ditjen POM RI. Farmakope Indonesia Edisi Ketiga. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
1979

Howard C. Ansel. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi ( Terjemahan). UI-Press. Jakarta.


1989. Hal.466.

A.R. Gennaro. Remington’s pharmaceutical Sciences 18th Edition. Mack publishing


Company. Pennsylvania. Hal. 1694 – 1712.

David Jones. Fast Track : Pharmaceutical Dosage Form and Design. Pharmaceutical Press.
London. 2008. Hal. 187, 188, 195.

12

Anda mungkin juga menyukai