Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

“TITIK BEKU”

Kelompok 5

Anggota kelompok:
1. Devin Tanjaya ( 10 )
2. Fatrina Mahadewi ( 12 )
3. Joshua Armando S. ( 16 )
4. Sheren ( 28 )

XII MIPA 8

YAYASAN XAVERIUS PALEMBANG


Akta No. 7/2005; TBNRI 10/2-2006 No.12

SMA XAVERIUS 1
STATUS TERAKREDITASI A (SANGAT BAIK)
Jalan Bangau No. 60/1258 Palembang – 30113 (0711) 358005
Fax. (0711) 373061, Email : contact@smaxaverius1.com
2015/2016
A. JUDUL

“ TITIK BEKU ”

B. TUJUAN

Mengetahui atau menyelidiki titik beku larutan serta factor yang mempengaruhinya.

C. DASAR TEORI

Apabila suatu zat dilarutkan dalam suatu pelarut, maka sifat larutan itu berbeda dari
sifat pelarut murni. Contohnya, larutan urea yang berbeda sifat dengan air murni biasa. Sifat-
sifat larutan yang ada, seperti rasa, warna, pH, dan kekentalan bergantung pada jenis dan
konsentrasi zat yang terlarut. Pengaruh jenis zat yang terlarut kecil sekali sejauh zat yang
terlarut itu tergolong nonelektrolit dan tidak mudah menguap. Sedangkan, sifat-sifat yang
tidak bergantung pada jenis zat yang terlarut tetapi hanya pada konsentrasi partikelnya disebut
dengan sifat-sifat koligatif suatu larutan.

Sifat koligatif larutan adalah sifat fisis larutan yang hanya tergantung pada jumlah partikel
zat terlarut dan tidak tergantung dari jenis zat terlarut. Banyaknya partikel dalam larutan
ditentukan oleh konsentrasi larutan ditentukan oleh konsentrasi larutan dan sifat koligatif itu
sendiri. Jumlah partikel dalam larutan elektrolit tidak sama dengan jumlah larutan non
elektrolit, walaupun konsentrasi keduanya sama.

Pada larutan nonelektrolit seperti gula, sifat-sifat koligatif berbanding lurus dengan
molalitas larutan menurut hukum Raoult dan Henry.

Keterangan:
ΔTf = penurunan titik beku
Kf = tetapan penurunan titik beku molal
m = kemolalan larutan
g = massa terlarut dalam gram
p = massa pelarut dalam gram
Mr = massa molekul relatif zat terlarut
Dimana, Kf sama dengan konstanta penurunan titik beku molal, yaitu nilai penurunan
titik beku larutan sebanyak 1 mol zat terlarut dalam 1000 gram pelarut (Kf). Harga Kf
tergantung pada sifat-sifat zat cair yang digunakan sebagai pelarut, jadi harga Kf untuk
setiap pelarut berbeda-beda.

Larutan elektrolit memperlihatkan penurunan titik beku lebih besar. Dalam larutan
elektrolit terurai menjadi ion-ion sehingga molalitas pertikel menjadi bertambah. Meskipun
jumlah partikel dalam larutan elektrolit bertambah besar, tetapi perubahan sifat-sifat koligatif
larutan tidak sebanding dengan perhitunagn jumlah partikel. Hal ini disebabkan terjadinya
gaya tarik menaik antarionik. Ion-ion yang bermuatan positif tidak sepenuhnya merupakan
satuan-satuan bebas. Setiap ion positif dari larutan akan dikelilingi oleh ion negatif, begitu
pula sebaliknya.

Sifat koligatif adalah sifat yang disebabkan oleh kebersamaan jumlah partikel dan bukan
ukurannya. Zat terlarut mempengaruhi sifat larutan dan besar pengaruh itu bergantung pada
jumlah partikel. Sifat koligatif larutan dapat digunakan untuk menentukan berat molekul dari
zat terlarut. Penurunan titik beku dari suatu larutan,Tf berbanding lurus dengan konsentrasi
molal (m) dari suatu larutan. Setiap pelarut mempunyai konstanta tertentu yang

Besarnya penurunan tiitk beku larutan begantung pada konsentrasi zat terlarut. Semakin
berat larutan, maka semakin rendah titk bekunya dan perubahannya hampir sebanding dengan
perubahan konsentrasi. Penurunan titik beku juga bergantung pada jumlah pertikel zat terlarut
dalam larutan.

D. ALAT DAN BAHAN

Tabel alat dan bahan pada praktikum “Titik Beku”, sebagai berikut.

Alat dan Bahan Ukuran Atau Satuan Jumlah


Gelas kimia 400 mL 1 buah
plastik
Tabung reaksi/ Biasa 5 buah/ 1 buah
rak tabung reaksi
Termometer 10oC – 1000C 1 buah
Pengaduk kaca - 1 buah
Sendok Makan - 1 buah
Es dan garam - 1 buah
dapur
Air suling -
Larutan Urea 1m 20 mL
(CO(NH2)2)
Larutan Urea 2m 20 mL
(CO(NH2)2)
Larutan NaCl 1m 20 mL
Larutan NaCl 2m 20 mL

E. PROSEDUR KERJA

Cara Kerja :

1. Siapkan semua alat dan bahan yang dibutuhkan.


2. Masukkan butiran-butiran kecil es kedalam gelas plastik sampai kira-kira tiga
perempatnya. Tambahkan 8 sendok garam dapur, lalu aduk. Inilah campuran
pendingin.
3. Isi tabung reaksi dengan air suling kira-kira setinggi 4 cm. Masukkan tabung itu ke
dalam campuran pendingin. Masukkan pengaduk kaca ke dalam tabung reaksi dan
gerakan turun naik dalam air suling hingga seluruhnya membeku.
4. Keluarkan tabung dalam campuran pendingin dan biarkan es dalam tabung mencair
sebagian. Ganti pengaduk dengan termometer. Dengan hati-hati, aduklah campuran
dalam tabung dengan termometer secara naik turun. Kemudian bacalah termometer
dan catat suhu campuran es dan air itu.
5. Ulangi langkah 2 dan 3 dengan menggunakan larutan urea dan NaCl sebagai
pengganti air suling.
(Jika es dalam campuran pendingin sudah banyak yang mencair, buatlah lagi
campuran pendingin seperti cara diatas.)
F. DATA HASIL PENGAMATAN

1. Titik beku air suling : 10oC

2. Titik beku larutan :

Larutan Selisih titik beku air


No. dengan titik beku
Zat Terlarut Kemolalan Titik Beku
larutan (ΔTf)
ΔTf = TfP – TfL
1. (CO(NH2)2) 1m -2oC = 10oC – (–2oC)
= 12oC
ΔTf = TfP – TfL
2. (CO(NH2)2) 2m -4oC = 10oC – (–4oC)
= 14oC
ΔTf = TfP – TfL
3. NaCl 1m -2oC = 10oC – (–2oC)
= 12oC
ΔTf = TfP – TfL
4. NaCl 2m -7oC = 10oC – (–7oC)
= 17oC

G. PERTANYAAN DAN JAWABAN


1. Bagaimana titik beku larutan dibandingkan dengan titik beku pelarut murni ?
Jawab:
Membeku merupakan proses perubahan dari fase cair ke padat. Titik beku adalah suhu
dimana tekanan uap cairan sama dengan tekanan uap padatannya. Titik beku larutan
lebih rendah daripada titik beku pelarut murni. Hal ini disebabkan zat pelarutnya harus
membeku terlebih dahulu, setelah itu zat terlarutnya baru akan membeku. Jadi larutan
akan membeku lebih lama daripada pelarut. Setiap larutan memiliki titik beku yang
berbeda. Karena dalam larutan juga telah terkandung zat terlarut yang dapat
menghambat proses pembekuan dari cairan tersebut. Berdasarkan tabel pengamatan
yang telah kami peroleh dari hasil percobaan, kami mendapati benar bahwa titik beku
larutan lebih rendah daripada titik beku pelarut murni, yang disini pelarut murni ialah
air suling. Hal ini diperkuat juga oleh pengaruh zat terlarut yang terkandung di dalam
pelarut murni tersebut.

2. Bagaimanakah pengaruh kemolalan larutan urea terhadap :


a. Titik beku larutan
Jawab:
Semakin tinggi kemolalan urea, semakin rendah titik bekunya. Hal ini disebabkan
karena semakin besarnya kemolalan urea menandakan jumlah zat terlarut di dalamnya
semakin banyak. Dengan adanya zat terlarut yang semakin banyak, yang telah
dijelaskan sebelumnya, bahwa zat tersebut akan menghambat pembekuan dari pelarut
murni tersebut.

b. Penurunan titik beku larutan


Jawab:
Semakin tinggi kemolalan maka semakin besar perbedaan penurunan titik beku karena
kemolalan sebanding dengan penurunan titik beku tersebut. Jika dapat dituliskan
secara matematis, sebagai berikut.
ΔTf = Kf . m, dan rumus ΔTf = TfP – TfL

Dimana, dari persamaan di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan suhu yang semakin
rendah, akibat tingginya tingkat kemolalan maka juga akan mempengaruhi penurunan
titik beku yang mana penurunan titik beku tersebut dapat semakin besar.

3. Bagaimanakah pengaruh kemolalan larutan NaCl terhadap :


a. Titik beku larutan
Jawab:
Sama halnya dengan larutan Urea (CO(NH2)2). Semakin tinggi kemolalan NaCl,
semakin rendah titik bekunya karena larutan NaCl merupakan larutan elektrolit
sehingga terurai atas ion – ion. Hal ini disebabkan karena semakin besarnya kemolalan
NaCl menandakan jumlah zat terlarut di dalamnya semakin banyak. Apalagi NaCl
merupakan larutan elektrolit. Dengan adanya zat terlarut berupa ion-ion yang semakin
banyak zat tersebut akan menghambat pembekuan dari pelarut murni tersebut. Dengan
adanya ion-ion yang terurai sempurna dalam larutan tersebut menyebabkan ada factor
lain, yaitu factor van’t Hoff. Faktor van’t Hoff ini sendiri merupakan perbandingan
antara harga sifat koligatif yang terukur dari suatu larutan elektrolit dengan harga sifat
koligatif yang diharapkan dari suatu larutan nonelektrolit pada konsentrasi yang sama.

b. Penurunan titik beku larutan


Jawab:
Semakin tinggi kemolalan NaCl, semakin besar penurunan titik beku karena selain
dipengaruhi kemolalan, penurunan titik beku juga dipengaruhi oleh jenis larutannya
yakni apakah larutan tersebut elektrolit atau non elektrolit. Dapat dituliskan secara
matematis, sebagai berikut.
ΔTf = Kf . m.i, dan rumus ΔTf = TfP – TfL

Dari persamaan di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan suhu yang semakin rendah,
akibat tingginya tingkat kemolalan dan faktor van’t Hoff, maka juga akan
mempengaruhi penurunan titik beku yang mana penurunan titik beku tersebut dapat
menjadi semakin besar.

4. Pada kemolalan yang sama, bagaimanakah pengaruh natrium klorida (elektrolit)


dibandingkan dengan pengaruh urea (non elektrolit) terhadap :
a. Titik beku larutan
Jawab:
Pada kemolalan yang sama, titik beku larutan elektrolit (NaCl) lebih rendah daripada
larutan non elektrolit (urea). Hal ini terjadi akibat adanya perbedaan dari jenis
larutannya dimana larutan elektrolit sendiri mengionisasi sempurna di dalam pelarut
menjadi ion-ion, yang secara langsung dapat menyebabkan titik beku larutan semakin
rendah. Sedangkan larutan nonelektrolit, tidak terionisasi dalam pelarutnya dan
menyebabkan titik beku larutannya lebih besar atau lebih tinggi dari titik beku larutan
elektrolit.

b. Penurunan titik beku larutan


Jawab:
Pada kemolalan yang sama, penurunan titik beku larutan elektrolit (NaCl) lebih besar
daripada larutan non elektrolit. Adanya hubungan dengan titik beku larutan, maka
semakin rendah titik beku larutan, menyebabkan penurunan titik bekunya semakin
besar, ditulis secara matemtis sebagai berikut.
ΔTf = TfP – TfL

Dengan perbedaan jenis larutan elektrolit dan non elektrolit penurunan titik beku pun
juga dapat terpengaruh, karena dengan perbedaan jenis larutan ini, maka larutan
elektrolit akan mempunyai penurunan titik beku larutan yang lebih besar dari pada
larutan non elektrolit.
c. Menurut Anda, apakah yang menyebabkan perbedaan itu ?

Jawab:

Pada larutan elektrolit, yaitu larutan NaCl, mempunyai titik beku larutan lebih rendah
daripada larutan non elektrolit( urea) karena pada NaCl dapat diionisasikan (terdiri
atas 2 ion, yaitu Na+ dan Cl-) sedangkan non elektrolit tidak dapat dionisasikan.
Begitu pula halnya dengan penurunan titik beku. Larutan elektrolit (NaCl) mempunyai
i=2 sehingga ΔTf = mx Kf x i sedangkan larutan non elektrolit (Urea/CO(NH2)2) tidak
memiliki i sehingga persamaan penurunan titik beku adalahΔTf = mx Kf . Jadi
penurunan titik beku NaCl lebih besar daripada urea
Rumus: ΔTf = mx Kf (larutan non elektrolit)
ΔTf = mx Kf x i (larutan elektrolit)
ΔTf = ΔTf pelarut - ΔTf larutan
i = 1 + ( n - 1) a

H. ANALISA DATA

Larutan mempunyai sifat-sifat yang berbeda dari pelarutnya. Salah satu sifat penting
dari suatu larutan adalah penurunan titik beku. Titik beku adalah temperatur tetap dimana
suatu zat tepat mengalami perubahan wujud dari cair ke padat. Setiap zat yang mengalami
pembekuan memiliki tekanan 1 atm. Keberadaan partikel-partikel zat pelarut mengalami
proses pengaturan molekul-molekul dalam pembentukan susunan kristal padat, sehingga
diperlukan suhu yang lebih rendah untuk mencapai susunan kristal padat dari fasa cairnya.
Hal ini lah yang menyebabkan terjadinya penurunan titik beku suatu larutan yang keadaannya
ditambahkan zat terlarut.
Berdasarkan data hasil pengamatan praktikum kali ini, kami mendapati bahwa suhu
untuk titik beku pelarut (berupa Air Suling/ Air murni) adalah 10oC. Dalam hal ini terjadi
kekeliruan pada pembacaan, atau dapat disebabkan oleh beberapa faktor eksternal
(lingkungan sekitar) maupun faktor yang berasal dari system itu sendiri. Faktor-faktor
tersebut antara lain gangguan konsentrasi dari lingkungan, tingkat suhu es yang tidak stabil
dan ukuran bahan yang akan dicoba kurang akurat.
Dalam pengukuran titik beku larutan-larutan yang diuji cobakan dengan menggunakan
termometer , didapat hasil yang benar dan terbukti jika dihubungkan dengan teori yang ada.
Titik beku adalah suhu dimana tekanan uap cairan sama dengan tekanan uap padatannya.
Titik beku larutan lebih rendah daripada titik beku pelarut murni. Hal ini disebabkan zat
pelarutnya harus membeku terlebih dahulu, setelah itu zat terlarutnya baru akan membeku.
Jadi larutan akan membeku lebih lama daripada pelarut. Setiap larutan memiliki titik beku
yang berbeda. Karena dalam larutan tersebut juga telah terkandung zat terlarut yang dapat
menghambat proses pembekuan dari cairan tersebut. Berdasarkan tabel pengamatan yang
telah kami peroleh dari hasil percobaan, kami mendapati bahwa titik beku larutan lebih
rendah daripada titik beku pelarut murni, yaitu air suling. Hal ini diperkuat juga oleh
pengaruh zat terlarut yang terkandung di dalam pelarut murni tersebut.

Titik beku masing-masing larutan yang telah kami uji coba, semuanya lebih rendah
dibandingkan dengan titik beku pelarut. Maka dengan demikian kami menemukan hubungan,
antara lain.

a. Semakin besar molalitasnya maka titik bekunya semakin rendah


b. Semakin besar molalitasnya maka penurunan titik bekunya semakin tinggi

Penurunan titik beku larutan NaCl (elektrolit) lebih tinggi dibandingkan dengan
larutan CO(NH2)2 (non-elektrolit). Sebab zat elektrolit terurai menjadi ion-ion, sehingga
jumlah partikelnya lebih banyak dibanding zat non-elektrolit. Besarnya penurunan titik beku
sebanding dengan konsentrasi molal (m), jadi apabila konsentrasinya besar maka harga
penurunan titik bekunya besar juga.

Pada umumnya zat terlarut lebih suka berada pada fase cair dibandingkan dengan fase
padat, akibatnya pada saat proses pendinginan berlanggsung, larutan akan mempertahankan
fasenya dalam keadaan cari sebab secara energi larutan lebih suka berada pada fase cair
dibandingkan dengan fase padat, hal ini menyebabkan mengapa adanya zat terlarut

Mengenai apa fungsi garam dan air pada praktikum kali ini adalah sebagai penurun
titik beku air, air yang awalnya berupa es akan memiliki titik beku yang lebih rendah
dibandingkan dengan titik beku air murni. Fungsi garam bukan agar air tetap menjadi es,
tetapi es akan mencair namun suhu yang dimiliki lebih rendah. Atau dengan pengertian
lainnya, Garam fungsinya sebagai zat yang menurunkan titik beku es batu sehingga es batu
tidak akan membeku pada suhu 0°C, sehingga ketika sebuah tabung reaksi diletakkan di
dalam gelas kimia, akan terbentuk sebuah sistem antara larutan es batu yang suhunya 0°C
dengan larutan uji yang ada didalam tabung reaksi. Es, garam , urea dan NaCl merupakan
bahan yang digunakan pada percobaan mengenai penurunan titik beku melalui penentuan
molalitas. Garam dapur yang digunakan tersebut sebagai campuran es yang dimaksudkan
untuk menghambat proses pencairan es, sehingga dapat membantu kita dalam melakukan
penganalisisan terhadap titik beku larutan yang diuji tersebut. Beaker glass yang berisikan air
ini berfungsi untuk mencegah agar proses pendinginan berjalan terlalu cepat.

Maka dapat dibedakan grafik antara pelarut dan larutan non elektrolit, maupun grafik
antara pelarut dan larutan elektrolit.

TfL dan ΔTf Antara Pelarut Murni &


Larutan Non Elektrolit
16
14
12
10
Suhu dalam oC

8
6
4
2
0
-2
-4
-6
Air Suling Urea (CO(NH2)2) 1 m Urea (CO(NH2)2) 2 m
Tf 10 -2 -4
ΔTf 10 12 14

TfL dan ΔTf Antara Pelarut Murni &


20
Larutan Elektrolit
15
Suhu dalam oC

10

-5

-10
NaCl (Natrium NaCl (Natrium
Air Suling
Klorida) 1 m Klorida) 2 m
Tf 10 -2 -7
∆f 10 12 17
Berdasarkan grafik di atas banyak hal yang dapat dianalisis. Analisis dari grafik-grafik
diatas telah dijabarkan pada analisis sebelumnya, dimana akibat perbedaan jenis larutan,
antara lain larutan non elektrolit (urea) dan larutan elektrolit (NaCl), keduanya memiliki
perbedaan dari Tf (Titik Beku) dan ∆Tf (Penurunan Titik Beku). Antara kedua garis grafik di
atas yang menunjukkan penurunan titik didih yang lebih besar terdapat pada grafik kedua,
dimana hal ini terjadi karena dipengaruhi oleh zat-zat terlarut dari larutan NaCl yang
terionisasi dalam pelarutnya, menyebabkan pada proses pembekuan harus dilakukan
penyusunan zat-zat tersebut, untuk menjadi kristal padat dalam wujud es. Sedangkan pada
grafik pertama, dapat dilihat bahwa penurunan titik didih tidak begitu besar, karena titik beku
larutan urea tersebut lebih tinggi daripada titik beku dari larutan NaCl yang membutuhkan
waktu yang lebih banyak untuk mengalami proses membeku sempurna. Maka dari itu
semakin besar Titik beku maka Penurunan titik beku semakin kecil. Hal ini terjadi pada
larutan urea. Dan titik beku yang lebih kecil atau yang lebih rendah, maka penurunan titik
bekunya semakin besar. Hal ini terjadi pada larutan NaCl, jika dibandingkan dengan larutan
urea. Titik beku ataupun penurunan titik beku yang kecil/besar, tergantung pada jumlah zat
terlarut dan juga derajat ionisasi. Karena penurunan titik beku bergantung pada jumlah zat
terlarut, maka dari itu penurunan titik beku dapat dikatakan sebagai sifat koligatif larutan
I. KESIMPULAN
Dari penelitian yang kami telah lakukan, kami dapat menyimpulkan beberapa hal sebagai
berikut :
1. Proses terjadinya penurunan titik beku dikarenakan perubahan dari tekanan uap yang
diakibatkan oleh masuknya suatu zat terlarut lain.
2. Keadaan titik beku pelarut murni setelah dicampur zat terlarut akan menjadi lebih rendah.
Dan menyebabkan penurunan titik didik semakin besar.
3. Adanya faktor yang mempengaruhi titik beku/penurunan titik beku contohnya, jumlah zat-zat
terlarut dan derajat ionisasi (Larutan elektrolit/non elektrolit)

J. SARAN
1. Sebiknya membersihkan dahulu alat-alat untuk melakukan praktikum, agar saat pengambilan
data untuk laporan lebih akurat dan tepat. Teliti dalam mengambil data, menimbang bahan
serta membaca termometer yang sangat penting.
2. Pengaruh eksternal juga berpengaruh terhadap hasil percobaan,seperti penglihatan mata saat
membaca thermometer,gangguan konsentrasi dari lingkungan sekitar,tingkat ketelitian dari
peneliti,tingkat suhu es yang tidak stabil dan ukuran bahan yang akan dicoba kurang
akurat.Oleh karena itu bagi para pembaca laporan hasil praktikum kimia “penurunan titik
beku” agar lebih meningkatkan ketelitiaanya dalam mencoba praktikum ini.

DAFTAR PUSTAKA:
http://fathur30rahman.blogspot.com/2014/04/laporan-praktikum-kimia-penurunan-titik.html

http://dewimarwati.blogspot.com/2014/09/normal-0-false-false-false-en-us-x-none_12.html

http://notechaca.blogspot.com/2013/09/laporan-praktikum-kimia-penentuan-titik.html

Purba, Michael. 2007. Kimia untuk SMA Kelas XII Semester I. Jakarta: Erlangga.
Artikel

Aplikasi Kenaikan Sifat Koligatif Larutan pada Radiator

Sumber: http://triamalliaseftiana.blogspot.co.id/2013/12/aplikasi-kenaikan-titik-didih-dan.html

Pada saat ini kehidupan sehari-hari manusia sangat sulit dilepaskan dengan kendaraan
bermotor atau mesin, penggunaan mesin langsung atau tidak langsung selalu disertai dengan
penggunaan bahan bakar, dari proses pembakaran selalu saja disertai dengan pembebasan
panas. Tidak semua panas dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan energi yang diperlukan
tetapi terbuang ke lingkungan, karena panas yang berlebihan justru akan mengganggu kinerja
mesin. Agar kerja mesin tidak terganggu, dalam mesin terutama yang penggunaannya cukup
lama atau kendaraan bermotor selalu dipasar radiator. Fungsi Radiator adalah untuk
mentranformasikan panas mesin ke lingkungan agar kerja mesin tidak terganggu atau rusak
karena “over heat” atau kelebihan panas.

Untuk kendaraan berkapasitas kecil (isi silinder kecil) biasanya dibawah 200 cc cukup
menggunakan pendingin sirip atau “van colling” yang terpasang pada sisi luar ruang
pembakaran mesin kendaraan bermotor. Radiator digunakan pada kendaraan yang memiliki
kapasitas silinder yang cukup besar dengan memberikan pipa atau saluran pada badan mesin
sehingga cairan pendingin dapat melewati dengan baik menggunakan bantuan pompa radiator.
Perangkat radiator terdiri dari saluran cairan pendingin masuk dan keluar mesin, kipas
pendingin yang dipasang didepan atau dibelakang sirip pendingin, tangki cadangan cairan
pendingin radiator dan cairan pendingin radiator.

Cairan pendingin pada radiator ini mempunyai peran yang sangat penting dalam
metransformasikan panas mesin kelingkungan, agar mesin dapat tetap bekerja pada suhu yang
optimal yang berdapak pada penghematan bahan bakar. Air sebenarnya dapat digunakan
sebagai cairan pendingin, namun air dengan titik didih 100oC dan titik beku 0oC memerlukan
perhatian dan pemeliharaan yang terlalu sering, yang lebih berbahaya bila kendaraan atau
mesin digunakan didaerah yang beriklim cukup ekstrim baik dingin maupun panas. Pada saat
cuaca sangat dingin air dalam radiator akan membeku dan dapat mengakibatkan pecahnya
pipa saluran radiator serta mesin akan sangat sulit untuk di stater. Demikian pula pada iklim
yang ekstrim panas, air dalam radiator tidak akan dapat bertahan lama karena mendidih dan
tingkat penguapan yang tinggi sehingga akan cepat habis bila tidak terkontrol akan terjadi
kerusakan kendaraan yang sangat fatal.
Untuk mengatasi masalah tersebut dibuatlah cairan pendingin pada radiator yang biasa
dikenal dengan nama “Radiator Coolant”. Radiator Coolant dibuat dengan mencampurkan
cairan etilen glikol atau 1,2-etanadiol dengan aquadestilata dengan perbandingan tertentu
tergantung pada kebutuhan dan situasi/iklim dimana kendaraan bermotor atau mesin tersebut
digunakan. Di daerah yang beriklim dingin, ke dalam air radiator biasanya ditambahkan etilen
glikol.

Etilen glikol (glikol) merupakan senyawa yang dapat digolongkan sebagai polialkohol,
berupa zat cair yang tidak berwarna, kental dan berasa manis. Etilen glikol memiliki titik
didih yang relatif tinggi 198oC dan titik bekunya -11,5oC, mudah larut dalam air.

Reaksi Pembuatan :

Etilen glikol dapat dibuat dengan mengoksidasi etilena menggunakan katalisator


perak, sehingga terbentuk etilen oksida. Etilen oksida yang diperoleh dihidrolisis dalam
lingkungan asam sehingga terbentuk etilen glikol.

Etilen glikol seperti halnya air dapat membentuk ikatan hidrogen, maka etilen glikol
dapat bercampur dengan air pada segala perbandingan, campuran etilen glikol dalam air
banyak digunakan sebagai cairan anti beku pada kendaraan bermotor yang digunakan
didaerah beriklim dingin atau panas. Hart Harold ( 2007 : 238 )

Di daerah yang beriklim dingin, air radiator mudah membeku. Jika keadaan ini dibiarkan,
maka radiator kendaraan akan cepat rusak. Dengan penambahan etilen glikol ke dalam air
radiator diharapkan titik beku air dalam radiator menurun, dengan kata lain air tidak mudah
membeku.

Jadi, Radiator coolant merupakan aplikasi sifat koligatif penurunan titik beku dalam
kehidupan sehari – hari.
Analisis

Penambahan zat terlarut nonvolatil juga dapat menyebabkan penurunan titik beku
larutan. Gejala ini terjadi karena zat terlarut tidak larut dalam fasa padat pelarutnya.

Seperti yang kita ketahui bahwa glikol bukan merupaka senyawa volatile (mudah
menguap), melainkan zat yang tidak mudah menguap. Karena glikol memilki zat dengan
gaya tarik menarik antarpartikel relatif besar, sehingga sukar untuk menguap dan sekaligus
memiliki tekanan uap yanng relatif rendah.

Dengan fungsi untuk mentranformasikan panas mesin ke lingkungan agar kerja mesin
tidak terganggu atau rusak karena “over heat” atau kelebihan panas, radiator membutuhkan
cairan yang digunakan utntuk mengantisipasi semua kemungkinan terburuk yang dapat terjadi
pada kapan pun. Ada sebuah teknologi baru yang dapat membantu masalah ini agar dapat
segera diatasi, yaitu dengan cara penambahan cairan yang memiliki kelebihan dari sifat fisis
maupun kimiawis untuk mengatasi terganggu atau rusaknya kerja mesin.

Dengan sifat fisis, yaitu sebagai polialkohol, berupa zat cair yang tidak berwarna,
kental dan berasa manis. Sedangkan sifat kimiawis yang dimiliki etilen glikol adalah memiliki
titik didih yang relatif tinggi 198oC dan titik bekunya -11,5oC, serta mudah larut dalam air.
Kami menemukan referensi yang mana dituliskan “Produk antibeku yang digunakan pada
kendaraan mengandung propilen glikol sebagai pengganti etilen glikol karena lebih aman,
disebabkan rasanya yang tidak enak.”

Dengan adanya sifat-sifat dari larutan ini, dicari campuran yang tepat agar dapat
memeuhi kebutuhan dari mesin kendaraan di segala kondisi. Campuran etilen glikol ini terdiri
dari cairan etilen glikol atau 1,2-etanadiol dengan aquadestilata dengan perbandingan yang
sesuai.

Kita dapat memisalkan etilen glikol ini dengan garam (NaCl) yang dimasukkan
kedalam air. Dengan adanya sifat sukar menguap dan merupakan larutan elektrolit dimana
pada larutannya pastilah mempunyai jumlah zat terlarut yang lebih banyak, dapat membuat
titik beku larutan menjadi lebih rendah. Sama halnya dengan etilen glikol yang mana jika
dicampurkan dengan air radiator akan membuat larutan tersebut mengalami penurunan titik
beku, yang menyebabkan titik beku larutan tersebut semakin rendah. Jadi, pada kondisi dingin
atau lingkungan dengan suhu mencapai 0oC cairan di radiator tersebut tidak beku. Ini
mengapa etilen glikol memiliki sifat sebagai anti beku.

Banyak tentunya orang yang masih bertanya-tanya tentang seluk beluk, mengapa
etilen glikol dapat digunakan sebagai anti beku pada cairan ardiator kendaraan. Hal ini kami
analisis dan lebih perdalam lagi, sehingga kami menemukan dan dapat menganalis bahwa
monoetilen glikol yang sering disebut etilen glikol merupakan senyawa organik yang dapat
menurunkan titik beku pelarutnya dengan mengganggu pembentukan kristal es pelarut.
Dengan menggangu pembentukan kristal es pelarut dan memiliki titik beku yang lebih rendah
daripada air (yaitu 0oC) atas dasar inilah kami menganalisis bahwa etilen glikol dapat
dikatakan sebagai suatu zat anti beku.
Hal yang penting juga untuk dianalisi adalah, dimana bagaimana jika bukan campuran
etilen glikol yang dicampurkan pada air radiator, melainkan zat atau campuran lainnya, serta
apakah campuran/zat itu? Setelah mendengar pertanyaan tersebut, analisis kami, yaitu dimana
jika bukan etilen glikol yang ditambahkan melainkan zat cair yang lain ditambahkan maka
haruslah kita mengetahui seluk beluk dari zat tersebut, dimana sifat baik fisis atau kimiawis
dapat berpengaruh pada semua aspek. Maka dari itu, carilah zat yang memiliki sifat fisis dan
kimiawis yang sama bahkan mendekati sifat-sifat etilen glikol yang terbukti dapat menjadi zat
anti beku dalam campurannya di mesin kendaraan.

Dengan adanya perubahan dari titik beku larutan tersebut, maka ada penurunan titik
beku yang terjadi. Dengan ditambahkannya etilen glikol menyebabkan air radiator memiliki
jumlah zat terlarut yang lebih banyak, sehingga titik beku menjadi lebih rendah dan
penurunan titik beku menjadi lebih besar. Adanya pengaruh jumlah zat terlarut terhadap titik
beku dan penurunan titik beku, maka dapat disimpulkan bahwa salah satu penerapan sifat
koligatif larutan terdapat pada etilen glikol yang ditambahkan ke radiator kendaraan untuk
menurunkan titik beku dan bersifat sebagai anti beku.

Anda mungkin juga menyukai