Anda di halaman 1dari 5

Nama: HELGA ANDERY

Kelas:3 EGA
MK : PENGENALAN PABRIK

Dari bahan baku air sungai, hal yang diamati adalah tingkat kekeruhan (turbidity) yang bisa
mencapai 250 ntu bahkan lebih dan banyaknya zat padat terlarut (TDS = TotalDissolve
Solvent). Angka TDS menunjukkan air bersifat tawar atau asin. Di musim hujan cenderung
tawar dengan nilai TDS hingga 4500 ppm.
1. Tahap pertama yang dilakukan adalah memompa air sungai ke dalam bak Clarifier. Di
dalam Clarifier, air sungai bercampur dengan zat koagulan (Alum/tawas), kapur (mengatur
pH - alum bekerja baik pada pH netral), zat flokulan (polimer - mengikat koagulan menjadi
menjadi lebih besar), serta sodium untuk membunuh mikroba.
Diharapkan keluar dari bak Clarifier kekeruhan air baku sungai akan turun menjadi 10-20
ntu. Ditampung dalam bak pengendapan air sungai dengan 4 sekat pemisah. Di keluaran
sekat terakhir, air mempunyai angka kekeruhan (turbidity) 5-10 ntu.
2. Air ini siap diolah lebih lanjut, pada industri yang memerlukan air pendingin, air ini masuk
ke Cooling Tower sebagai pendingin kondensor atau lainnya. Sebagian yang lain siap untuk
emergency pada firefighting system. Sedangkan untuk mendapatkan air yang lebih bersih,
air masuk ke dalam sistem pengolahan air lanjutan.
3. Air bersih dari bak penampungan air sungai, dipompa menuju tangki tangki penyaringan,
tangki penyaringan pertama terdiri dari pasir dan antrasit, karenanya dinamakan Dual Media
Filter, berfungsi menurunkan turbidity dan TSS. Dan tangki kedua berisi Karbon Aktif atau
Activated Carbon, yang berfungsi mengadsorbsi bahan organik yang masih terdapat dalam
air. Air hasil penyaringan Dual Media Filter dan Activated Carbon mempunyai angka
kekeruhan 2-3 ntu, di masukkan dalam bak penampungan penyaringan atau filtered water
basin. Air hasil penyaringan inilah yang dipakai untuk keperluan sehari hari, seperti
memasak, mandi,mencuci dll. Yang dalam istilahnya disalurkan untuk air Potable.
4. Kemudian , air sungai mengalami penurunan Turbiditi, dari keruh sampai jernih. Lalu Air
sungai yang tawar akan menghasilkan air jernih yang tawar pula pada potable, jadi jika air
sungai ter intrusi air laut, maka potable juga ikut asin.
Proses untuk menjadikan air asin menjadi air tawar dinamakan Desalinasi. Cara lama adalah
dengan Distilasi, pemanasan air sampai menjadi uap lalu dikondensasi menjadi air bersih.
Dan cara satunya adalah dengan menggunakan membran semipermeabel yang didorong
berlawanan dengan proses osmosis membran, dinamakan Reverse Osmosis.
5. Sebelum masuk sistem RO(Reverse Osmosis) Unit RO secara efektif mampu
menyingkirkan semua jenis bakteri dan virus. Unit RO juga mampu untuk menyingkirkan
sebagian besar bahan kimia non organik seperti garam, metal, dan mineral. air hasil
penyaringan DMF-AC (disebut Treated Water) harus melalu pre RO, yaitu Cartdridge
Filter, serta penambahan anti kerak, menghilangkan klorin yang mungkin tersisa dan
mengatur pH agar memperpanjang umur membran RO.
PEREKAHAN/CRACKING
Kebutuhan akan bahan bakar memiliki peningkatan yang sangat signifikan setiap
tahunnya, sehingga proses pengolahan minyak bumi menggunakan beberapa metode untuk
menghasilkan jenis bahan bakar tertentu agar memenuhi kebutuhan pada konsumen, salah
satunya ialah bensin.
Terdapat beberapa metode yang digunakan untuk menghasilkan fraksi bensin, salah
satunya ialah proses cracking. Cracking adalah proses penguraian molekul senyawa
hidrokarbon yang besar menjadi hidrokarbon yang memiliki struktur molekul yang kecil. Salah
satu contoh proses cracking yaitu pengurain struktur hidrokarbon pada fraksi minyak tanah
menjadi struktur molekul kecil fraksi bensin ataupun pengurain fraksi solar menjadi bensin.
terdapat berbagai macam proses cracking yaitu thermal cracking, catalytic cracking dan
hidrocracking. Proses penguraian dari tiga metode tersebut menggunakan cara-cara yang
berbeda, berikut penjelasannya:

1. Thermal Cracking
Proses penguraian ini menggunakan suhu yang tinggi serta tekanan yang rendah,suhu
yang digunakan dapat mencapai temperature 800°C dan tekanan 700 kpa. Partikel ringan yang
memiliki hidrogen dalam jumlah banyak akan terbentuk pada penguraian molekul berat yang
terkondensasi. Reaksi yang terjadi pada proses ini disebut dengan homolitik fision dan
memproduksi alkena yang menjadi bahan dasar untuk memproduksi polimer secara ekonomis.
Panas yang digunakan dalam proses ini menggunakan steam cracking yaitu uap yang memiliki
suhu yang tinggi. Tujuan dari proses ini adalah untuk mendapatkan fraksi minyak bumi dengan
cara boiling range yang lebih rendah dari umpannya.
Reaksi cracking adalah reaksi endotermis (membutuhkan panas) dengan suhu antara 500-
520°C, sehingga mendapatkan panas dari Regenerator dimana katalis dari Regenerator 650-
676°C akan kontak dengan feed di RiserReactor, sehingga feed akan terengkah menjadi uap.
Katalis setelah digunakan mengandung carbon build up yang tertinggal di pori-pori katalis
disebut spentcatalyst.Spent catalyst diregenerasi di Regenerator. Carbon Built Up adalah
jumlah coke yang diproduksi melebihi kapasitas pembakaran di regenerator, sehingga coke
akan menutupi pori-pori dari katalis tersebut yang akan berakibat menurunnya Yield produk.
Katalis yang sudah diregenerasi disebut RegeneratedCatalyst yang akan diumpan di reaktor.
Regenerasi adalah proses reaksi pembakaran karbon sehingga menurunkan kadar karbon.
Reaksi yang terjadi di Regenerator adalah reaksi eksotermis (menghasilkan panas) dengan suhu
sekitar 650-676°C. Proses regenerasi katalis akan menjadi aktif kembali dan bisa digunakan
lagi untuk proses perengkahan di RiserReactor.

Proses thermal cracking


2. Catalytic
Proses ini menggunakan katalis sebagai media yang dapat mempercepat laju reaksi,
proses penguraian molekul besarmenjadi molekul kecil dilakukan dengan suhu tinggi. Jenis
katalis yang seringdigunakan adalah silica, alumunia, zeloitdan beberapa jenis lainnya seperti
clay,umumnya reaksi dari proses perengkahankatalitik menggunakan mekanisme perengkahan
ion karbonium. Awalnya katalis yang memiliki sifat asam akanmenambahkan proton ke dalam
molekul olevin ataupun menarik ion hidrida darialkana sehingga menyebabkanterbentuknya
ion karbonium.
Pada proses catalytic cracking, sebelum minyak dipisahkan menurut fraksi-faksinya,
terlebih dahulu dikonversikan di Reaktor, dimana dalam proses tersebut dibantu dengan
menggunakan katalis, kemudian minyak hasil reaksi dari Reaktor dialirkan ke kolom
fraksinasi. Mengingat pentingnya menjaga kesetimbangan panas untuk menjamin yield
produk, perlu dijaga kesetimbangan panas di Regenerator dan Reaktor yang merupakan syarat
mutlakuntuk keberhasilan proses cracking. Katalis pada proses ini merupakan sistem
continuous. Pada regenerator katalis dibakar dengan supply panas dari MAB (Main Air
Blower) dan terdapat udara panas yang disebut CAB (Control Air Blower) untuk mengatur laju
sirkulasikatalis dari Reaktor.
3. Hydrocracking
Hydrocracking merupakan unit proses kilang minyak bumi yang termasuk kelompok
secondary processing, yaitu proses downstream kilang minyak bumi yang menggunakan reaksi
kimia untuk menghasilkan produk-produknya. Walaupun menggunakan katalis dan prosesnya
meng-cracking umpan, namun seringkali Hydrocracking tidak
dikelompokkan ke dalam catalytic cracking.
Hydrocracking merupakan proses dua tahap menggabungkan catalytic cracking dan
hidrogenasi, dimana bahan baku yang lebih berat akan terpecahkan dengan adanya hidrogen
untuk menghasilkan produk yang lebih diinginkan atau senyawa jenuh. Proses ini
menggunakan tekanan tinggi, suhu tinggi, katalis, dan hidrogen. produk utama yang dihasilkan
ialah bahan bakar jet, bensin, diesel yang mempuyai bilangan oktan yang tinggi Hydrocracking
digunakan untuk bahan baku yang sulit untuk diproses, baik dengan catalytic cracking atau
reformasi, karena bahan baku ini biasanya ditandai dengan kandungan aromatik polisiklik
tinggi dan / atau konsentrasi tinggi dari dua racun katalis utama, sulfur dan senyawa nitrogen.
Hydrocracking memiliki kelebihan lain, yaitu kandungan sulfur yang terdapat pada fraksi yang
akan diurai, senyawa sulfurnya akan diubah menjadi hidrogen sulfida sehingga proses
pelepasan sulfur akan lebih mudah dilakukan.
Proses hydrocracking sangat tergantung pada sifat dari bahan baku dan tingkat relatif dari
kedua reaksi, hidrogenasi dan cracking. Bahan baku aromatik dengan molekul yang berat
diubah menjadi produk yang lebih ringan dengan berbagai tekanan yang sangat tinggi (1000-
2000 psi) dan temperatur yang cukup tinggi (750 ° -1500 ° F), dengan adanya hidrogen dan
katalis khusus. Ketika bahan baku memiliki kandungan parafin tinggi, fungsi utama dari
hidrogen adalah untuk mencegah pembentukan senyawa aromatik polisiklik. Peran penting
hidrogen dalam proses hydrocracking adalah untuk mengurangi pembentukan tar dan
mencegah penumpukan coke di katalis. Hidrogenasi juga berfungsi untuk mengkonversi
senyawa sulfur dan nitrogen dalam bahan baku untuk hidrogen sulfide dan amonia.

Proses hydrocracking

Anda mungkin juga menyukai