Kelompok :1
I. DASAR TEORI
Pengertian dari larutan ideal diadakan untuk perbandingan dengan larutan-
larutan yang biasa didapat yaitu larutan non ideal. Larutan ideal cairan dalam cairan
merupakan suatu larutan zat cair biner. Larutan ideal adalah larutan yang gaya tarik
antara molekul-molekul sama, artinya gaya tarik antar molekul pelarut dan zat
terlarut, sama dengan gaya tarik molekul pelarutnya atau molekul zat terlarutnya
(Sukardjo, 1989).
Gas ideal tidak memiliki gaya intermolekul dalam gas tersebut. Cairan ideal
berarti semua gaya intermolekul baik gaya intermolekul pada molekul- molekul
sejenis (misal pelarut-pelarut) atau pada molekul yang tidak sejenis (misal pelarut-zat
terlarut) adalah sama. Salah satu sifat larutan yang penting adalah tekanan suatu
komponen yang terdapat dalam larutan tersebut pada permukaan larutan. Mengetahui
besarnya kecenderungan suatu komponen untuk menguap yang berarti keluar dari
larutan dapat diduga gaya-gaya intermolekul apa yang bekerja di dalam larutan.
Mempelajari kecenderungan untuk menguap atau tekanan uap parsial sebagai fungsi
dari suhu dan konsentrasi (Bird, 1993).
Larutan dikatakan ideal jika larutan tersebut mengikuti hukum Roult pada
seluruh kisaran komposisi sistem. Hukum Roult dalam bentuknya hubungan antara
tekanan parsial dan komposisinya dalam larutan merupakan pendekatan dalam hal
larutan yang mempunyai komponen tekanan parsial kecil.
P1 = X1 . P1o
Ptotal
tekanan
uap
II. TUJUAN
Menentuan pengaruh komposisi terhadap titik didih campuran
Menentukan sesuai atau tidaknya dengan hukum Raoult
Menentukan kloroform-aseton larutan ideal atau larutan non ideal
III. ALAT dan BAHAN
Alat :
-Alat Refluks
-Bunsen
-Corong
-Gelas Ukur
-Termometer (0℃-100℃)
-Kaki Tiga
-Kassa
-Pilius
-Pipet Volum
-Statif Klem
-Termometer Digital
-Korek Gas
Bahan :
-Kloroform (CHCl3)
-Aseton (C3H6O)
IV. METODE
1. Dirangkai alat refluks seperti gambar dibawah
V. HASIL PENGAMATAN
1. Titik Didih Aseton : Kloroform
Volume Suhu
10mL : 0mL 45,5℃
10mL : 2mL 47℃
10mL : 4mL 42℃
10mL : 6mL 41,2℃
10mL : 8mL 39,2℃
10mL : 10mL 37,7℃
Volume Suhu
10mL : 0mL 52℃
10mL : 2mL 49,2℃
10mL : 4mL 36,3℃
10mL : 6mL 43,2℃
VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum ini dilakukan pencampuran larutan kloroform dan larutan
aseton dengan perbandingan volume yang berbeda. Apabila larutan zat B dalam A
bersifat ideal maka gaya tarik menarik antara molekul A dan B sama dengan gaya
tarik antara molekul A dan A atau antara B atau B. Kloroform merupakan larutan
nonpolar sedangkan aseton merupakan larutan semipolar. Sifat kepolaran aseton
menyebabkan aseton dapat digunakan sebagai pelarut senyawa polar dan nonpolar.
Kloroform dan aseton adalah senyawa yang mudah menguap dan memiliki titik didih
yang rendah,titik didih kloroform adalah 61,2℃ dan titik didih aseton adalah 56℃.
Pada percobaan pertama, pelarutnya adalah kloroform dan zat terlarutnya
adalah aseton. Pertama-tama dipanaskan 10mL kloroform sebagai pelarut hingga
menetes dan dicatat titik didihnya pada saat kloroform menetes, kemudian
ditambahkan 2mL aseton sebagai zat terlarut. Dijauhkan api pada saat penambahan
aseton, dan saat suhu mulai menurun hal ini dikarenakan aseton memiliki sifat mudah
terbakar. Penambahan aseton terus dilakukan hingga mencapai penambahan 10mL
aseton, ditunggu hingga ada cairan yang menetes dari kondensor dan dicatat titik
didihnya. Berdasarkan teori, kloroform mendidih pada suhu 61,2°C pada tekanan 760
mmHg.
Pada percobaan kedua, pelarutnya adalah aseton dan zat terlarutnya adalah
kloroform. Dilakukan metode yang sama seperti sebelumnya. Berdasarkan teori, titik
didih aseton sebesar 56 oC pada tekanan 760 mmHg. Namun pada hasil percobaan,
titik didih aseton 45,5 oC pada tekanan 722 mmHg. Perbedaan ini disebabkan oleh
perbedaan tekanan yang ada dilaboratorium dengan tekanan diliteratur.
Komposisi suatu zat terlarut dalam suatu larutan dapat mempengaruhi titik
didih larutan tersebut. Pada percobaan ini terjadi reaksi eksoterm yaitu pelepasan
kalor oleh sistem. Pada setiap penambahan aseton maupun kloroform terjadi kenaikan
titik didih campuran. Hal ini disebabkan karena gaya tarik antara molekul-molekul
kloroform dan aseton yang semakin kuat ketika hampir mendekati titik kesetimbangan
volume antara aseton dan kloroform. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan,
semakin besar komposisi pada suatu larutan maka fraksi molnya akan semakin kecil.
Hal ini menunjukkan bahwa hubungan fraksi mol dan komposisi berbanding terbalik
sedangkan suhu meningkat dengan penambahan jumlah zat terlarut. Sehingg dapat
disimpulkan bahwa hubungan antara komposisi aseton ataupun kloroform dengan titik
didih campuran berbanding lurus.
Besarnya perbedaan ini dikarenakan :
Perbedaan tekanan pada laboratorium dan pada literatur. Tekanan pada
laboratorium sebesar 722 mmHg sedangkan pengukuran suhu pada literatur terjadi
pada tekanan standar yaitu 760 mmHg.
Terjadinya penyimpangan hukum raoult, yang terjadi karena kecenderungan
bercampurnya kloroform dan aseton yang lebih besar sehingga jumlah
tekanan uap kedua zat lebih kecil daripada larutan ideal.
m = ρ×v
X=
mol pelarut
mol pelarut +mol zat terlarut
10 ml CHCl3 : 2 ml (CH3)2CO
m CHCl3 = ρ × v
= 1,49 g/cm3 × 10 cm3
= 14,9 g
m (CH3)2CO = 0,79 g/cm3 × 2 cm3
= 1,58 g
Mr CHCl3 = 119,4 g/mol
Mr (CH3)2CO = 58,1 g/mol
14,9
119,4
XKlorofom =
14,9 1,58
+
119,4 58,1
= 0,821
10 ml CHCl3 : 4 ml (CH3)2CO
m CHCl3 = ρ × v
= 1,49 g/cm3 × 10 cm3
= 14,9 g
m (CH3)2CO = 0,79 g/cm3 × 4 cm3
= 3,16 g
Mr CHCl3 = 119,4 g/mol
Mr (CH3)2CO = 58,1 g/mol
14,9
119,4
XKlorofom =
14,9 3,16
+
119,4 58,1
= 0,6968
10 ml CHCl3 : 6 ml (CH3)2CO
m CHCl3 = ρ × v
= 1,49 g/cm3 × 10 cm3
= 14,9 g
m (CH3)2CO = 0,79 g/cm3 × 6 cm3
= 4,74 g
Mr CHCl3 = 119,4 g/mol
Mr (CH3)2CO = 58,1 g/mol
14,9
119,4
XKlorofom =
14,9 4,74
+
119,4 58,1
= 0,6049
10 ml CHCl3 : 8 ml (CH3)2CO
m CHCl3 = ρ × v
= 1,49 g/cm3 × 10 cm3
= 14,9 g
m (CH3)2CO = 0,79 g/cm3 × 8 cm3
= 6,32 g
Mr CHCl3 = 119,4 g/mol
Mr (CH3)2CO = 58,1 g/mol
14,9
119,4
XKlorofom =
14,9 6,32
+
119,4 58,1
= 0,5344
10 ml CHCl3 : 10 ml (CH3)2CO
m CHCl3 = ρ × v
= 1,49 g/cm3 × 10 cm3
= 14,9 g
m (CH3)2CO = 0,79 g/cm3 × 10 cm3
= 7,9g
Mr CHCl3 = 119,4 g/mol
Mr (CH3)2CO = 58,1 g/mol
14,9
119,4
XKlorofom =
14,9 7,9
+
119,4 58,1
= 0,4787
Percobaan 2
Percobaan 2
0 ml CHCl3 : 10 ml (CH3)2CO
Xklorofom = 0
Xkloroform + Xaseton = 1
Xaseton = 1 – Xklorofom
=1– 0
=1
2 ml CHCl3 : 10 ml (CH3)2CO
Xklorofom = 0,1548
Xkloroform + Xaseton = 1
Xaseton = 1 – Xklorofom
= 1 – 0,1548
= 0,8452
4 ml CHCl3 : 10 ml (CH3)2CO
Xklorofom = 0,2686
Xkloroform + Xaseton = 1
Xaseton = 1 – Xklorofom
= 1 – 0,2686
= 0,7314
6 ml CHCl3 : 10 ml (CH3)2CO
Xklorofom = 0,3553
Xkloroform + Xaseton = 1
Xaseton = 1 – Xklorofom
= 1 – 0,3553
= 0,6447
8 ml CHCl3 : 10 ml (CH3)2CO
Xklorofom = 0,4234
Xkloroform + Xaseton = 1
Xaseton = 1 – Xklorofom
= 1 – 0,4234
= 0,5766
10 ml CHCl3 : 10 ml (CH3)2CO
Xklorofom = 0,479
Xkloroform + Xaseton = 1
Xaseton = 1 – Xklorofom
= 1 – 0,479
= 0,521
3. Buatlah grafik dari titik didih sebagai fungsi fraksi mol kloroform dan fraksi
mol aseton (dalam satu grafik seperti gambar pada bagian pendahuluan)!
Chart Title
Kloroform Aseton
60
50
40
Suhu(oC)
30
20
10
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
Fraksi Mol
4. Berdasarkan grafik yang telah dibuat, tariklah kesimpulan apakah kloroform dan
aseton merupakan campuran yang ideal atau tidak ! beri alasan !
Jawab :
=Berdasarkan grafik yang di tunjukan pada nomer 3 dapat dikesimpulan
bahwa kloroform dan aseton merupakan campuran yang tidak ideal, karena
terlihat dari bentuk grafik yang tidak teratur. Seharusnya grafik fraksi mol
kloroform berbentuk linear naik karena penambahan aseton dan fraksi mol
aseton berbentuk linear turun karena penambahan klorofom. Tidak seperti
pada grafik pada no 3, grafik fraksi mol aseton maupun kloroform terjadi nilai
yang naik turun tidak teratur sehingga dapat disimpulkan bahwa campuran
tersebut tidak ideal.
5. Apakah ada penyimpangan yang dapat dilihat dari grafik yang telah dibuat? Jika
ada, penyimpangan seperti apakah itu (termasuk penyimpangan positif atau
negatif)? Jelaskan!
Jawab :
=Dari grafik dapat dilihat bahwa terjadi penyimpangan negative karena bentuk
grafik yang cenderung mirip dengan diagram fase azeotropik (minimum) yang
berarti aseton dan kloroform mengalami penyimpangan negative. Hal ini
terjadi karena gaya tarik campuran aseton dan klorofom lebih besar dari gaya
Tarik antar molekul sejenis yaitu antara aseton dan aseton, maupun klorofom
dengan klorofom maka kecenderungan bercampur lebih besar, akibatnya
jumlah tekanan uap kedua zat lebih kecil daripada larutan ideal. Dari hal-hal
tersebut mengakibatkan titik didihnya turun sehingga menghasilkan entalpi
campuran (ΔHmix) negatif (eksotermik) dan mengakibatkan terjadinya
pengurangan volume campuran (ΔVmix < 0).
6. Apakah ada perbedaan titik didih kloroform murni dan aseton murni yang
diperoleh dari hasil percobaan dengan titik didih yang diperoleh dari literatur?
Jika ada, faktor-faktor apa saja yang dapat menyebabkan adanya perbedaan
tersebut? Jelaskan!
Nilai literatur : titik didih kloroform = 61,2oC
titik didih aseton = 56 oC
Hasil percobaan: titik didih kloroform = 52oC
Titik didih aseton = 45,5oC
Perbedaan ini dikarenakan :
Perbedaan tekanan pada laboratorium dan pada literatur. Tekanan pada
laboratorium sebesar 722 mmHg sedangkan pengukuran suhu pada
literature terjadi pada tekanan standar yaitu 760 mmHg.
Terjadinya penyimpangan hukum raoult, yang terjadi karena kecenderungan
bercampurnya kloroform dan aseton yang lebih besar sehingga jumlah
tekanan uap kedua zat lebih kecil daripada larutan ideal.
VIII. KESIMPULAN
1. Komposisi suatu larutan akan mempengaruhi titik didih zat didalamnya. Semakin
besar zat terlarut dalam larutan maka semakin besar pula titik didih larutan.
2. Pengaruh gaya antarmolekul terhadap tekanan uap campuran adalah apabila gaya
antarmolekul pada larutan campuran lebih besar daripada gaya antarmolekul pada
molekul sejenisnya sehingga menyebabkan tekanan uap campuran lebih rendah
daripada tekanan uap pelarut murni dan begitu juga sebaliknya. Ketika tekanan uap
campuran rendah/kecil maka akan terjadi penyimpangan negatif.
3. Kloroform dan aseton merupakan larutan non ideal.