Anda di halaman 1dari 15

Nama / NIM :

Kelompok :1

Tanggal Praktikum : 25 Juli 2019

Judul : Hukum Raoult

I. DASAR TEORI
Pengertian dari larutan ideal diadakan untuk perbandingan dengan larutan-
larutan yang biasa didapat yaitu larutan non ideal. Larutan ideal cairan dalam cairan
merupakan suatu larutan zat cair biner. Larutan ideal adalah larutan yang gaya tarik
antara molekul-molekul sama, artinya gaya tarik antar molekul pelarut dan zat
terlarut, sama dengan gaya tarik molekul pelarutnya atau molekul zat terlarutnya
(Sukardjo, 1989).
Gas ideal tidak memiliki gaya intermolekul dalam gas tersebut. Cairan ideal
berarti semua gaya intermolekul baik gaya intermolekul pada molekul- molekul
sejenis (misal pelarut-pelarut) atau pada molekul yang tidak sejenis (misal pelarut-zat
terlarut) adalah sama. Salah satu sifat larutan yang penting adalah tekanan suatu
komponen yang terdapat dalam larutan tersebut pada permukaan larutan. Mengetahui
besarnya kecenderungan suatu komponen untuk menguap yang berarti keluar dari
larutan dapat diduga gaya-gaya intermolekul apa yang bekerja di dalam larutan.
Mempelajari kecenderungan untuk menguap atau tekanan uap parsial sebagai fungsi
dari suhu dan konsentrasi (Bird, 1993).

Larutan dikatakan ideal jika larutan tersebut mengikuti hukum Roult pada
seluruh kisaran komposisi sistem. Hukum Roult dalam bentuknya hubungan antara
tekanan parsial dan komposisinya dalam larutan merupakan pendekatan dalam hal
larutan yang mempunyai komponen tekanan parsial kecil.
P1 = X1 . P1o

Dimana : P1 = tekanan uap larutan


P1o = tekanan uap larutan murni
X1 = mol fraksi larutan (Dogra, 1990).
Larutan non ideal dapat menunjukkan penyimpangan positif (dengan tekanan
uap lebih tinggi daripada yang diprediksikan oleh hukum Raoult) atau penyimpangan
negatif (dengan tekanan uap lebih rendah). Pada tingkat molekul penyimpangan
negatif muncul bila zat terlarut menarik molekul pelarut dengan sangat kuat, sehingga
mengurangi kecenderungannya untuk lari ke fase uap. Penyimpangan positif muncul
pada kasus kebalikkannya yaitu bila molekul pelarut dan zat terlarut tidak saling
tertarik satu sama lain. (Oxtoby, 2001)

Ptotal

tekanan

uap

Larutan ideal (Hk. Dalton) (mmhg) Ptotal

Fraksi mol (a) Fraksi mol (b)

Gambar : (a) Penyimpangan positif hukum Raoult

(b) Penyimpangan negatif hukum Raoult


Penyimpangan Hukum Raoult terjadi karena perbedaan interakasi antara
partikel sejenis dengan yang tak sejenis. Misalnya campuran A dan B, jika daya tarik
A- B lebih besar dari A-A atau B-B, maka kecenderungan bercampur lebih besar,
akibatnya jumlah tekanan uap kedua kedua zat lebih kecil daripada larutan ideal
disebut penyimpangan negatif. Penyimpangan positif terjadi bila daya tarik A-B lebih
kecil daripada daya tarik A-A dan B-B, akibatnya tekanan uapnya menjadi lebih besar
dari larutan ideal. Sifat suatu larutan mendekati sifat pelarutnya jika jumlahnya lebih
besar. Akan tetapi larutan dua macam cairan dapat berkomposisi tanpa batas, karena
saling melarutkan. Kedua cairan dapat sebagai pelarut atau sebagai zat terlarut
tergantung pada komposisinya. (Syukri,1999)

II. TUJUAN
 Menentuan pengaruh komposisi terhadap titik didih campuran
 Menentukan sesuai atau tidaknya dengan hukum Raoult
 Menentukan kloroform-aseton larutan ideal atau larutan non ideal
III. ALAT dan BAHAN
Alat :
-Alat Refluks
-Bunsen
-Corong
-Gelas Ukur
-Termometer (0℃-100℃)
-Kaki Tiga
-Kassa
-Pilius
-Pipet Volum
-Statif Klem
-Termometer Digital
-Korek Gas

Bahan :
-Kloroform (CHCl3)
-Aseton (C3H6O)

IV. METODE
1. Dirangkai alat refluks seperti gambar dibawah

2. Dijauhkan api dari alat


3. Dituangkan 10mL Kloroform ke dalam labu refluks dengan corong melalui lubang
pemasukan cairan
4. Dipanaskan sampai mendidih dan dicatat suhunya
5. Dijauhkan api dari alat, lalu dituangkan 2mL Aseton kedalam labu
6. Dipanaskan perlahan-lahan sampai mendidih
7. Dicatat suhu didihnya
8. Diulangi setiap kali dengan penambahan Aseton 2mL sampai jumlah Aseton yang
ditambahkan mencapai 10mL
9. Dipanaskan campuran serta dicatat titik didihnya
10. Dituangkan campuran ini kedalam wadah kosong yang tertutup rapat dan aman
11. Dikeringkan refluks dengan cara diangin-anginkan
12. Dituangkan 10mL Aseton kedalam labu refluks
13. Dipanaskan perlahan-lahan dan dicatat suhu didihnya
14. Dijauhkan api dari alat
15. Ditambahkan 2mL Kloroform
16. Dipanaskan perlahan-lahan dan dicatat suhu didihnya
17. Ditambahkan terus sampai Kloroform mencapai 10mL
18. Dicatat suhu didihnya

V. HASIL PENGAMATAN
1. Titik Didih Aseton : Kloroform

Volume Suhu
10mL : 0mL 45,5℃
10mL : 2mL 47℃
10mL : 4mL 42℃
10mL : 6mL 41,2℃
10mL : 8mL 39,2℃
10mL : 10mL 37,7℃

2. Titik Didih Kloroform : Aseton

Volume Suhu
10mL : 0mL 52℃
10mL : 2mL 49,2℃
10mL : 4mL 36,3℃
10mL : 6mL 43,2℃

VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum ini dilakukan pencampuran larutan kloroform dan larutan
aseton dengan perbandingan volume yang berbeda. Apabila larutan zat B dalam A
bersifat ideal maka gaya tarik menarik antara molekul A dan B sama dengan gaya
tarik antara molekul A dan A atau antara B atau B. Kloroform merupakan larutan
nonpolar sedangkan aseton merupakan larutan semipolar. Sifat kepolaran aseton
menyebabkan aseton dapat digunakan sebagai pelarut senyawa polar dan nonpolar.
Kloroform dan aseton adalah senyawa yang mudah menguap dan memiliki titik didih
yang rendah,titik didih kloroform adalah 61,2℃ dan titik didih aseton adalah 56℃.
Pada percobaan pertama, pelarutnya adalah kloroform dan zat terlarutnya
adalah aseton. Pertama-tama dipanaskan 10mL kloroform sebagai pelarut hingga
menetes dan dicatat titik didihnya pada saat kloroform menetes, kemudian
ditambahkan 2mL aseton sebagai zat terlarut. Dijauhkan api pada saat penambahan
aseton, dan saat suhu mulai menurun hal ini dikarenakan aseton memiliki sifat mudah
terbakar. Penambahan aseton terus dilakukan hingga mencapai penambahan 10mL
aseton, ditunggu hingga ada cairan yang menetes dari kondensor dan dicatat titik
didihnya. Berdasarkan teori, kloroform mendidih pada suhu 61,2°C pada tekanan 760
mmHg.
Pada percobaan kedua, pelarutnya adalah aseton dan zat terlarutnya adalah
kloroform. Dilakukan metode yang sama seperti sebelumnya. Berdasarkan teori, titik
didih aseton sebesar 56 oC pada tekanan 760 mmHg. Namun pada hasil percobaan,
titik didih aseton 45,5 oC pada tekanan 722 mmHg. Perbedaan ini disebabkan oleh
perbedaan tekanan yang ada dilaboratorium dengan tekanan diliteratur.
Komposisi suatu zat terlarut dalam suatu larutan dapat mempengaruhi titik
didih larutan tersebut. Pada percobaan ini terjadi reaksi eksoterm yaitu pelepasan
kalor oleh sistem. Pada setiap penambahan aseton maupun kloroform terjadi kenaikan
titik didih campuran. Hal ini disebabkan karena gaya tarik antara molekul-molekul
kloroform dan aseton yang semakin kuat ketika hampir mendekati titik kesetimbangan
volume antara aseton dan kloroform. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan,
semakin besar komposisi pada suatu larutan maka fraksi molnya akan semakin kecil.
Hal ini menunjukkan bahwa hubungan fraksi mol dan komposisi berbanding terbalik
sedangkan suhu meningkat dengan penambahan jumlah zat terlarut. Sehingg dapat
disimpulkan bahwa hubungan antara komposisi aseton ataupun kloroform dengan titik
didih campuran berbanding lurus.
Besarnya perbedaan ini dikarenakan :
 Perbedaan tekanan pada laboratorium dan pada literatur. Tekanan pada
laboratorium sebesar 722 mmHg sedangkan pengukuran suhu pada literatur terjadi
pada tekanan standar yaitu 760 mmHg.
 Terjadinya penyimpangan hukum raoult, yang terjadi karena kecenderungan
bercampurnya kloroform dan aseton yang lebih besar sehingga jumlah
tekanan uap kedua zat lebih kecil daripada larutan ideal.

VII. JAWAB PERTANYAAN

Senyawa Berat molekul Massa jenis


Kloroform 119,4 g mol-1 1,49 g cm-3
Aseton 58,1 g mol-1 0,79 g cm-3

m = ρ×v

X=
mol pelarut
mol pelarut +mol zat terlarut

1. Hitunglah fraksi mol klorofom dari setiap percobaan yang dilakukan !


Percobaan 1 :

 CHCl3/kloroform (pelarut), (CH3)2CO/aseton (zat terlarut) dengan


perbandingan 10 ml CHCl3 : 0 ml (CH3)2CO
m CHCl3 = ρ × v
= 1,49 g/cm3 × 10 cm3
= 14,9 g
m (CH3)2CO = 0,79 g/cm3 × 0 cm3
=0g
14,9
119,4
XKlorofom =
14,9 0
+
119,4 58,1
=1

 10 ml CHCl3 : 2 ml (CH3)2CO
m CHCl3 = ρ × v
= 1,49 g/cm3 × 10 cm3
= 14,9 g
m (CH3)2CO = 0,79 g/cm3 × 2 cm3
= 1,58 g
Mr CHCl3 = 119,4 g/mol
Mr (CH3)2CO = 58,1 g/mol
14,9
119,4
XKlorofom =
14,9 1,58
+
119,4 58,1
= 0,821

 10 ml CHCl3 : 4 ml (CH3)2CO
m CHCl3 = ρ × v
= 1,49 g/cm3 × 10 cm3
= 14,9 g
m (CH3)2CO = 0,79 g/cm3 × 4 cm3
= 3,16 g
Mr CHCl3 = 119,4 g/mol
Mr (CH3)2CO = 58,1 g/mol
14,9
119,4
XKlorofom =
14,9 3,16
+
119,4 58,1
= 0,6968

 10 ml CHCl3 : 6 ml (CH3)2CO
m CHCl3 = ρ × v
= 1,49 g/cm3 × 10 cm3
= 14,9 g
m (CH3)2CO = 0,79 g/cm3 × 6 cm3
= 4,74 g
Mr CHCl3 = 119,4 g/mol
Mr (CH3)2CO = 58,1 g/mol
14,9
119,4
XKlorofom =
14,9 4,74
+
119,4 58,1
= 0,6049

 10 ml CHCl3 : 8 ml (CH3)2CO
m CHCl3 = ρ × v
= 1,49 g/cm3 × 10 cm3
= 14,9 g
m (CH3)2CO = 0,79 g/cm3 × 8 cm3
= 6,32 g
Mr CHCl3 = 119,4 g/mol
Mr (CH3)2CO = 58,1 g/mol
14,9
119,4
XKlorofom =
14,9 6,32
+
119,4 58,1
= 0,5344

 10 ml CHCl3 : 10 ml (CH3)2CO
m CHCl3 = ρ × v
= 1,49 g/cm3 × 10 cm3
= 14,9 g
m (CH3)2CO = 0,79 g/cm3 × 10 cm3
= 7,9g
Mr CHCl3 = 119,4 g/mol
Mr (CH3)2CO = 58,1 g/mol
14,9
119,4
XKlorofom =
14,9 7,9
+
119,4 58,1
= 0,4787

Percobaan 2

 CHCl3/kloroform ( pelarut), (CH3)2CO/aseton (zat terlarut) dengan


perbandingan 0 ml CHCl3 :10 ml (CH3)2CO
m CHCl3 = ρ × v
= 1,49 g/cm3 × 0 cm3
=0g
m (CH3)2CO = 0,79 g/cm3 × 10 cm3
= 7,9 g
Mr CHCl3 = 119,4 g/mol
Mr (CH3)2CO = 58,1 g/mol
0
XKlorofom = 0 7,9
+
119,4 58,1
=0

 2 ml CHCl3 :10 ml (CH3)2CO


m CHCl3 = ρ × v
= 1,49 g/cm3 × 2 cm3
= 2,98 g
m (CH3)2CO = 0,79 g/cm3 × 10 cm3
= 7,9 g
Mr CHCl3 = 119,4 g/mol
Mr (CH3)2CO = 58,1 g/mol
2,98
119,4
XKlorofom =
2,98 7,9
+
119,4 58,1
= 0,1548

 4 ml CHCl3 :10 ml (CH3)2CO


m CHCl3 = ρ × v
= 1,49 g/cm3 × 4 cm3
= 5,96 g
m (CH3)2CO = 0,79 g/cm3 × 10 cm3
= 7,9 g
Mr CHCl3 = 119,4 g/mol
Mr (CH3)2CO = 58,1 g/mol
5,96
119,4
XKlorofom =
5,96 7,9
+
119,4 58,1
= 0,2686

 6 ml CHCl3 :10 ml (CH3)2CO


m CHCl3 = ρ × v
= 1,49 g/cm3 × 6 cm3
= 8,94g
m (CH3)2CO = 0,79 g/cm3 × 10 cm3
= 7,9 g
Mr CHCl3 = 119,4 g/mol
Mr (CH3)2CO = 58,1 g/mol
8,94
119,4
XKlorofom =
8,94 7,9
+
119,4 58,1
= 0,3553

 8 ml CHCl3 :10 ml (CH3)2CO


m CHCl3 = ρ × v
= 1,49 g/cm3 × 8 cm3
= 11,92g
m (CH3)2CO = 0,79 g/cm3 × 10 cm3
= 7,9 g
Mr CHCl3 = 119,4 g/mol
Mr (CH3)2CO = 58,1 g/mol
11,92
119,4
XKlorofom =
11,92 7,9
+
119,4 58,1
= 0,4234

 10 ml CHCl3 :10 ml (CH3)2CO


m CHCl3 = ρ × v
= 1,49 g/cm3 × 10 cm3
= 14,9 g
m (CH3)2CO = 0,79 g/cm3 × 10 cm3
= 7,9 g
Mr CHCl3 = 119,4 g/mol
Mr (CH3)2CO = 58,1 g/mol
14,9
119,4
XKlorofom =
14,9 7,9
+
119,4 58,1
= 0,479

2. Hitunglah fraksi mol aseton dari setiap peercobaan yang dilakukan!


Percobaan 1 :
 10 ml CHCl3 : 0 ml (CH3)2CO
Xklorofom =1
Xkloroform + Xaseton = 1
Xaseton = 1 – Xklorofom
=1–1
=0
 10 ml CHCl3 : 2 ml (CH3)2CO
Xklorofom = 0,821
Xkloroform + Xaseton = 1
Xaseton = 1 – Xklorofom
= 1 – 0,821
= 0,179
 10 ml CHCl3 : 4 ml (CH3)2CO
Xklorofom = 0,6968
Xkloroform + Xaseton = 1
Xaseton = 1 – Xklorofom
= 1 – 0,6968
= 0,3032
 10 ml CHCl3 : 6 ml (CH3)2CO
Xklorofom = 0,6049
Xkloroform + Xaseton = 1
Xaseton = 1 – Xklorofom
= 1 – 0,6049
= 0,3951
 10 ml CHCl3 : 8 ml (CH3)2CO
Xklorofom = 0,5344
Xkloroform + Xaseton = 1
Xaseton = 1 – Xklorofom
= 1 – 0,5344
= 0,4656
 10 ml CHCl3 : 10 ml (CH3)2CO
Xklorofom = 0,4787
Xkloroform + Xaseton = 1
Xaseton = 1 – Xklorofom
= 1 – 0,4787
= 0,5213

Percobaan 2
 0 ml CHCl3 : 10 ml (CH3)2CO
Xklorofom = 0
Xkloroform + Xaseton = 1
Xaseton = 1 – Xklorofom
=1– 0
=1
 2 ml CHCl3 : 10 ml (CH3)2CO
Xklorofom = 0,1548
Xkloroform + Xaseton = 1
Xaseton = 1 – Xklorofom
= 1 – 0,1548
= 0,8452

 4 ml CHCl3 : 10 ml (CH3)2CO
Xklorofom = 0,2686
Xkloroform + Xaseton = 1
Xaseton = 1 – Xklorofom
= 1 – 0,2686
= 0,7314
 6 ml CHCl3 : 10 ml (CH3)2CO
Xklorofom = 0,3553
Xkloroform + Xaseton = 1
Xaseton = 1 – Xklorofom
= 1 – 0,3553
= 0,6447
 8 ml CHCl3 : 10 ml (CH3)2CO
Xklorofom = 0,4234
Xkloroform + Xaseton = 1
Xaseton = 1 – Xklorofom
= 1 – 0,4234
= 0,5766
 10 ml CHCl3 : 10 ml (CH3)2CO
Xklorofom = 0,479
Xkloroform + Xaseton = 1
Xaseton = 1 – Xklorofom
= 1 – 0,479
= 0,521

3. Buatlah grafik dari titik didih sebagai fungsi fraksi mol kloroform dan fraksi
mol aseton (dalam satu grafik seperti gambar pada bagian pendahuluan)!

Chart Title
Kloroform Aseton
60

50

40
Suhu(oC)

30

20

10

0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
Fraksi Mol
4. Berdasarkan grafik yang telah dibuat, tariklah kesimpulan apakah kloroform dan
aseton merupakan campuran yang ideal atau tidak ! beri alasan !
Jawab :
=Berdasarkan grafik yang di tunjukan pada nomer 3 dapat dikesimpulan
bahwa kloroform dan aseton merupakan campuran yang tidak ideal, karena
terlihat dari bentuk grafik yang tidak teratur. Seharusnya grafik fraksi mol
kloroform berbentuk linear naik karena penambahan aseton dan fraksi mol
aseton berbentuk linear turun karena penambahan klorofom. Tidak seperti
pada grafik pada no 3, grafik fraksi mol aseton maupun kloroform terjadi nilai
yang naik turun tidak teratur sehingga dapat disimpulkan bahwa campuran
tersebut tidak ideal.

5. Apakah ada penyimpangan yang dapat dilihat dari grafik yang telah dibuat? Jika
ada, penyimpangan seperti apakah itu (termasuk penyimpangan positif atau
negatif)? Jelaskan!
Jawab :
=Dari grafik dapat dilihat bahwa terjadi penyimpangan negative karena bentuk
grafik yang cenderung mirip dengan diagram fase azeotropik (minimum) yang
berarti aseton dan kloroform mengalami penyimpangan negative. Hal ini
terjadi karena gaya tarik campuran aseton dan klorofom lebih besar dari gaya
Tarik antar molekul sejenis yaitu antara aseton dan aseton, maupun klorofom
dengan klorofom maka kecenderungan bercampur lebih besar, akibatnya
jumlah tekanan uap kedua zat lebih kecil daripada larutan ideal. Dari hal-hal
tersebut mengakibatkan titik didihnya turun sehingga menghasilkan entalpi
campuran (ΔHmix) negatif (eksotermik) dan mengakibatkan terjadinya
pengurangan volume campuran (ΔVmix < 0).

6. Apakah ada perbedaan titik didih kloroform murni dan aseton murni yang
diperoleh dari hasil percobaan dengan titik didih yang diperoleh dari literatur?
Jika ada, faktor-faktor apa saja yang dapat menyebabkan adanya perbedaan
tersebut? Jelaskan!
Nilai literatur : titik didih kloroform = 61,2oC
titik didih aseton = 56 oC
Hasil percobaan: titik didih kloroform = 52oC
Titik didih aseton = 45,5oC
Perbedaan ini dikarenakan :
 Perbedaan tekanan pada laboratorium dan pada literatur. Tekanan pada
laboratorium sebesar 722 mmHg sedangkan pengukuran suhu pada
literature terjadi pada tekanan standar yaitu 760 mmHg.
 Terjadinya penyimpangan hukum raoult, yang terjadi karena kecenderungan
bercampurnya kloroform dan aseton yang lebih besar sehingga jumlah
tekanan uap kedua zat lebih kecil daripada larutan ideal.

VIII. KESIMPULAN
1. Komposisi suatu larutan akan mempengaruhi titik didih zat didalamnya. Semakin
besar zat terlarut dalam larutan maka semakin besar pula titik didih larutan.
2. Pengaruh gaya antarmolekul terhadap tekanan uap campuran adalah apabila gaya
antarmolekul pada larutan campuran lebih besar daripada gaya antarmolekul pada
molekul sejenisnya sehingga menyebabkan tekanan uap campuran lebih rendah
daripada tekanan uap pelarut murni dan begitu juga sebaliknya. Ketika tekanan uap
campuran rendah/kecil maka akan terjadi penyimpangan negatif.
3. Kloroform dan aseton merupakan larutan non ideal.

IX. DAFTAR PUSTAKA


Bird, T. 1993. Kimia Fisika untuk Universitas. Cetakan ke-2. Jakarta : Penerbit PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Dogra, D. 1990. Kimia Modern. Jakarta: Erlangga.
Oxtoby, D.W. 2001. Kimia Modern. Erlangga. Jakarta.
Sukardjo. 1989. Kimia Fisika. Bina Aksara. Yogyakarta.
Syukri.1999. Kimia Dasar Jilid 2.Bandung: UI Press.

Anda mungkin juga menyukai