Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

Tentang
PENGOBATAN SYAR’I, PELUANG DAN TANTANGANNYA

Dosen Pengampu : H. Mujahidin, Bed SC.,M.Pd

Di Susun oleh :
1. Eny setiani
2. Luluk nofyanis mayany
3. Sevina cahya putri
4. Widya apriani
5. Ziadaturrahmah
6. Erina

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS QAMARUL HUDA BADARUDDIN
2022

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah AWT, yang mana atas limpahan
rahmat aufik hidayat dan kurnia- Nya, sehingga penyusunan makalah yang
berjudul Pengobatan syar’I, peluang dan tantangannya dapat terselesaikan
walaupun dalam bentuk yang sederhana.
Dan tidak lupa kami ucapakan terimakasih kepada teman-teman yang telah
berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini disusun
dengan baik dan rapi.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambahkan pengetahuan para
pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang
membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang baik lagi.
Wasalamua’alaikum wr.wb

Bagu, Desember 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL...................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Macam-Macam Pengobatan Syar’I.................................................3
1. Berobat dengan Al Qur’an...........................................................3
2. Ruqyah dan Doa-Doa Nubuwah..................................................4
3. Air Zam-Zam...............................................................................5
4. Madu............................................................................................6
B. Tantangan dalam pengobatan syar’I................................................7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................................8
B. Pesan................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap penyakit pasti ada obatnya. Rasulullah SAW mengajarkan umatnya
untuk berobat bila sedang sakit. Pada dasarnya, setiap Muslim pasti pernah
sakit baik ringan maupun berat. Semua itu merupakan ketentuan dari Sang
Khalik. Saat ini, berbagai jenis penyakit berkembang di tengah-tengah
masyarakat.
Berbagai cara dilakukan dan ditempuh untuk mengobati penyakit yang
diderita. Ada yang berobat ke dokter, bahkan tak sedikit pula yang melakukan
pengobatan secara tradisional.  Sebagai agama yang sempurna, Islam ternyata
telah mengatur adab berobat (at-tadaawi) bagi seorang Muslim
Syekh Abdul Azis bin Fathi as-Sayyid Nada dalam kitab Mausuu'atul
Aadaab al-Islamiyah, mengungkapkan, ada beberapa perkara yang perlu
diperhatikan umat Islam berkaitan dengan proses pengobatan.  Pertama, saat
akan berobat, seorang Muslim harus meluruskan niatnya.
''Orang yang sakit berniat untuk menjaga kesehatannya agar ia tetap kuat
melaksanakan ketaatan kepada Allah SWT,'' tutur Syekh Abdul Azis.
Sedangkan orang yang mengobati harus berniat untuk membantu saudaranya
sesama Muslim dan menolong semampunya.  Pengobatan yang dilakukannya
semata-mata untuk mendapatkan pahala dari Allah serta memberi manfaat
bagi saudaranya sesuai dengan perintah agama.
Kedua, menurut Syekh Abdul Azis,  dalam beberapa hadis dianjurkan agar
umat Islam menggunakan obat-obatan syar'i untuk mengatasi penyakit
tertentu.  Ada beberapa obat  dan pengibatan yang disebutkan dalam hadis,
seperti habbbatus saudaa (jintan hitam),  madu, bekam, daun inai serta ruqyah.
Keutamaan  habbbatus saudaa, misalnya, diungkapan dalam sebuah hadis
yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim. Rasulullah SAW bersabda,
''Habbbatus saudaa adalah obat semua penyakit kecualias-saam (kematian).'' 
Sedangkan keutamaan dan keistimewaan  madu sebagai dijelaskan dalam
Alquran surat an-Nahl ayat 69. Allah SWT berfirman, ''... Di dalamnya (madu)

1
terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia...'' Selain itu, Nabi SAW
juga biasa menggunakan daun inai.
Untuk terapi pengobatan, Rasulullah SAW menganjurkan bekam dan
ruqyah. Rasulullah SAW bersabda, ''Terapi terbaik untuk kalian adalah bekam
dan al-qusthul bahri ( cendana laut.'' (HR Bukhari (5696) dan Muslim (1577). 
Selain itu, Rasulullan SAW juga bersabda, ''Barang siapa mengeluarkan darah
dengan berbekam, maka tidak akan memadharatkan jika ia tak berobat dengan
menggunakan obat lain.'' (HR Abu Dawud).
Selain itu, terapi lainnya yang diajarkan Rasulullah SAW adalah ruqyah
al-masyuu'ah yakni ruqyah yang sesuai syariat, seperti ruqyah dengan bacaan
Alquran dan lainnya yang tak mengandung kesyirikan. Rasulullah SAW
bersabda, ''Tidak mengapa melakukan ruqyah, selama tidak mengandung
kesyirikan.'' (HR Muslim).

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja jenis pengobatan syar’i
2. Bagaimana tantangan dalam pengobatan syar’i

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Macam-Macam Pengobatan Syar’i


1. Berobat dengan Al Qur’an
Allah Ta’ala berfirman,

َ ‫آن َما ه َُو شِ َفاء َو َرحْ َم ٌة لِّ ْلمُْؤ ِمن‬


‫ِين‬ ِ ْ‫َو ُن َن ِّز ُل م َِن ْالقُر‬
“Dan Kami turunkan dari Al Qur’an suatu yang menjadi obat dan rahmat
bagi orang-orang yang beriman “ ( Al Isra’:82)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengobati dirinya


dengan bacaan Al Qur’an. Demikian pula ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha
pernah memegang kedua tangan Rasululllah, kemudian membacakan (ayat
Al Qur’an) pada keduanya, kemudian mengusap dengan kedua tangan
beliau ke seluruh tubuhnya dalam rangka berharap barokah dari kedua
tangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “ Hal yang sudah diketahui
bahwa sebagian perkataan memiliki kekhususan dan manfaat untuk
memberikan pengaruh kesembuhan. Maka tidak diragukan lagi tentang
keutamaan kalam Rabbul ‘alamin, yang keutamaannya terhadap seluruh
perkataan seperti keutamaan Allah terhadap seluruh makhluk-Nya. Kalam
Allah merupakan obat yang sempurna dan bemanfaat, sekaligus cahaya
dan petunjuk, serta rahmat yang luas. Seandainya diturunkan kepada
gunung, niscaya gunung tersebut hancur karena kebesaran dan
keagungan-Nya “.
Maka hendaknya seorang dokter muslim juga mengajarkan kepada
pasien ruqyah dengan Al mu’awwidzaat (surat Al Ikhlas, Al Falaq, dan An
Naas), Ayat Kursi, serta surat Al Fatihah. Dari sahabat Abu Sa’id Al
Khudri radhiyallahu ‘anhu bahwasanya ada sekelompok sahabat
Rasulullah yang sedang melakukan perjalanan. Kemudian mereka sampai
ke suatu kampung Arab kemudian meminta izin untuk bertamu. Namun
masyarakat tersebut menolak untuk menjamu mereka. Suatu saat pimpinan

3
masyarakat tersebut disengat binatang, kemudian mereka berusaha
mengobatinya dengan segala yang mereka punya namun tidak bermanfaat
sedikitpun. Sebagian di antara mereka berkata, “ Bagaimana jika engkau
menemui sekelompok orang yang datang kepada kita, barangkali mereka
punya sesuatu untuk mengobati”. Maka mereka pun mendatangi para
sahabat dan berkata, “ Wahai kaum pendatang, sesungguhnya pemimpin
kami disengat binatang. Kami telah mencoba berbagai pengobatan namun
tidak bermanfaaat. Apakah kalian punya sesuatu untuk mengobati?” Maka
di antara para sahabat ada yang menjawab, “ Ya. Demi Allah, saya akan
meruqyah. Akan tetapi kami telah meminta izin untuk bertamu kepada
kalian, namun kalian tidak mau menjamu kami. Aku tidak akan meruqyah
sampai kalian memberi kami imbalan”. Kemudian mereka memberikan
hadiah kambing. Sahabat tersebut meruqyah dengan meludah dan
membacakan surat Al Fatihah sehingga pemimpin tersebut sembuh.
Setelah itu sahabat tersebut kembali kepada kelompoknya. Salah seorang
di antara sahabat berkata , “ Bagilah kambing tersebut! “. Namun orang
yang meruqyah berkata, “Jangan kalian lakukan sampai kita bertemu
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menjelaskan kepada beliau.
Akhirnya mereka bertemu Rasulullah dan menjelaskan yang terjadi kepada
beliau. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “ Siapa yang
memberitahu kalian bahwa surat Al Fatihah adalah ruqyah? Ambillah
kambing-kambing tersebut dan aku juga diberi bagian” (Muttafaqun
‘alaih)

2. Ruqyah dan Doa-Doa Nubuwah


Diriwayatkan dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau berkata, “ Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah meminta perlindungan kepada Allah
untuk anggota keluarganya. Beliau mengusap dengan tangan kanannya
dan berdoa :

َ ‫ب ْال َبْأ‬
َ ‫س َوا ْشفِه وَأ ْن‬
َّ‫ت ال َّشافِي الَ شِ َفآ َء ِإال‬ ِ ‫اس َأ ْذ ِه‬
ِ ‫اللَّ ُه َّم َربَّ ال َّن‬
‫ك شِ َفا ًء الَ ي َُغا ِد ُر َس َقمًا‬
َ ‫شِ َفاُؤ‬

4
“ Ya Allah, Rabb manusia, hilangkanlah kesusahan dan berilah dia
kesembuhan, Engkau Zat Yang Maha Menyembuhkan. Tidak ada
kesembuhan kecuali kesembuhan dari-Mu, kesembuhan yang tidak
meninggalkan penyakit lain” (Muttafaqun ‘alaihi)

Diriwayatkan pula dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwa Nabi


shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berdoa kepada orang yang sakit :

‫ ُي ْش َفى َس ِق ْي ُم َنا بِِإ ْذ ِن‬،‫ ِب ِر ْي َق ِة َبعْ ضِ َنا‬،‫هللا ُترْ َب ُة َأرْ ضِ َنا‬


ِ ‫ِبسْ ِم‬

“ Dengan menyebut nama Allah , dengan debu tanah kami, dan ludah
salah satu dari kami, mudah-mudahan yang sakit di antara kami diberi
kesembuhan, dengan izin Rabb kami) ” (Muttafaqun ‘alaihi)

Diriwayatkan dari ‘Utsman bin Abul ‘Aas ats Tsaqafy, beliau pernah
mengadu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang rasa
nyeri yang dia dapatkan pada dirinya sejak dia masuk Islam. Maka
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadanya, “ Taruh
tanganmu pada bagian yang sakit dan ucapkanlah, Bismillah sebanyak tiga
kali. Kemudaian ucapkanlah sebanyak tujuh kali :

‫ُوذ ِباهَّلل ِ َوقُ ْد َر ِت ِه ِمنْ َشرِّ َما َأ ِج ُد َوُأ َحا ِذ ُر‬


<ُ ‫َأع‬

“Aku berlindung kepada Allah dan kekuatan-Nya dari kejahatan yang aku
temui dan aku takuti ” (H.R. Muslim)

3. Air Zam-Zam
Diriwayatkan dari Jabir bin ‘Abdullah radhiyallahu ‘anhuma, beliau
pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

5
‫ب َل ُه‬ ُ ‫مْز َم لِ َما‬
َ ‫ش ِر‬ َ ‫َما ُء َز‬

“ Air Zam sesuai dengan (keinginan) orang yang meminumnya “ (H.R


Ibnu Majah, shahih)

Ibnul ‘Arabi rahimahullah berkata, “ Efek penyembuhan dengan air


zam-zam tetap ada sampai hari kiamat, bagi orang yang benar niatnya dan
tidak mendustakannya, serta tidak minum hanya untuk mencoba-coba.
Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertawakal ”
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “ Saya dan sebagian orang
yang lain telah mencoba minum air zam-zam untuk tujuan menyembuhkan
dari berbagai penyakit. Dengan izin Allah penyakit tersebut dapat hilang”
Beliau juga pernah berkata, “ Saya pernah tinggal di Mekah beberapa
waktu. Saya sakit dan tidak menemukan dokter maupun obat-obatan. Saya
kemudian berobat sendiri dengan surat Al Fatihah dan meminum air zam-
zam. Saya membacakan di atas air zam-zam surat Al Fatihah beberapa kali
kemudian saya meminumnya. Setelah itu penyakit tersebut dapat sembuh.
Semenjak itu, saya berikhtiar dengannya untuk banyak penyakit dan
ternyata dapat bermanfaat ”

4. Madu
Allah Ta’ala menjadikan di dalam madu ada oabat untuk penyakit-
penyakit. Allah Ta’ala berfirman :

ِ ‫ُطو ِن َها َش َرابٌ م ُّْخ َتلِفٌ َأ ْل َوا ُن ُ<ه فِي ِه شِ َفاء لِل َّن‬
‫اس‬ ُ ‫َي ْخ ُر ُج مِن ب‬

“Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam


warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia
“ (An Nahl:69)

6
Diriwayatkan dari sahabat Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

ٍ ‫ َشرْ َب ِة َع َس ٍل َو َشرْ َط ِة ِمحْ َج ٍم َو َك َّي ِة َن‬:ٍ‫ال ِّش َفا ُء ِفيْ َثالَ َثة‬
ْ‫ار َوِإ ِّني‬
ِّ‫َأ ْن َهى ُأ َّم ِتيْ َعنْ ْال َكي‬

“ Kesembuhan ada dalam tiga perkara , minum madu, pada sayatan pisau
bekam, dan pengobatan kay menggunakan api. Namun aku melarang dari
umatku berobat dengan kay “ (H.R. Bukhari)

B. Tantangan dalam Pengobatan Syar’i


Menerapkan metode syar’i kepada pasien bukanlah hal yang mudah, sebab
metode terapi yang dilakukan adalah ajakan untuk kembali kepada Al Quran
dan As Sunnah disertai dengan penyucian jiwa atau yang lebih dikenal dengan
tazkiyah an nafs. Konsekuensinya ialah setiap pasien harus meninggalkan
segala kebiasaan yang tidak sesuai dengan syariah. Apalagi jika kebiasaan itu
di dalamnya ada nilai-nilai kesyirikan, yaitu keyakinan kepada selain Allah
SWT seperti kebiasaan mappassiling, mappano salo, maccera, bocoboco,
mendatangi dukun dan orang pintar dan lain-lain. Demikian juga ritual ibadah
yang tidak dicontohkan Rasulullah SAW seperti dzikir Asma
dan Sifat Allah SWT dibaca beribu ribu kali.

7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setiap penyakit pasti ada obatnya. Rasulullah SAW mengajarkan umatnya
untuk berobat bila sedang sakit. Pada dasarnya, setiap Muslim pasti pernah
sakit baik ringan maupun berat. Semua itu merupakan ketentuan dari Sang
Khalik. Saat ini, berbagai jenis penyakit berkembang di tengah-tengah
masyarakat.
Seorang dokter muslim harus memahami  tentang pengobatan syar’i yang
bersumber dari Al Qur’an dan As Sunnah, serta mengkabarkan kepada pasien
dan mengajarkan kepada mereka.
Macam-macam pengobatan syar’I diantaranya adalah
1. Berobat dengan Al Qur’an
2. Ruqyah dan Doa-Doa Nubuwah
3. Air Zam-Zam
4. Madu

B. Pesan
Demikian di antara beberapa jenis pengobatan yang haram hukumnya
dalam Islam dan harus ditinggalkan oleh setiap muslim. Perbuatan yang
termasuk dosa besar bahkan bisa tergolong perbuatan kesyirikan dan
kekufuran yang membatalkan tauhid seseorang. Seseorang muslim harus
selektif dalam mencari ikhtiar dalam berobat sehingga tidak terjerumus dalam
pengobatan yang terlarang dalam hukum Islam.

8
DAFTAR PUSTAKA

Ash-Shawali, Jamal. Peredam Makar Setan. Cetakan: 1, Jakarta, Darul Haq, 2001.
Rafa’al Haq, Abu Ayyash. Buku Saku Ruqyah Kumpulan Do’a-Do’a Ma’tsur
Untuk Mengobati Guna-Guna dan Sihir.Cetakan: 6, Tsabita Grafika,
Jakarta, 2005.
Yusuf al-Jurani, Muhammad, Ar-Ruqyah asy-Syar’iyyah Min al-Kitaab wa as-
Sunnah an-Nabawiyyah.Cetakan: 4, Amman, Dar an-Nafaa’is, 1434.

Anda mungkin juga menyukai