Anda di halaman 1dari 3

PRAKTIKUM ANALISIS KADAR SERAT KASAR

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


UNIVERSITAS PADJADJARAN

Bayu Rezaharsamto (240210140033)

Departemen Teknologi Industri Pangan Universitas Padjadjaran, Jatinangor


Jalan Raya Bandung-Sumedang Km. 21, Jatinangor, Sumedang 40600 Telp. (022) 7798844, 779570
Fax. (022) 7795780 Email: bayu.rezaharsamto@gmail.com

ABSTRAK

Serat merupakan bagian dari tumbuhan yang dapat dikonsumsi dan tersusun dari karbohidrat yang
memiliki sifat resistan terhadap proses pencernaan dan tidak dapat dihidrolisis oleh enzim-enzim
pencernaan. Serat pangan berguna untuk mengontrol berat badan, penanggulangan penyakit diabetes,
mencegah gangguan gastrintestinal, kanker kolon, dll. Jenis serat yang dianalisis adalah serat kasar
dimana pengujiannya menggunakan metode gravimetri dengan dua tahap yaitu digestion dan filtration.
Tujuan dilakukannya praktikum analisis kadar serat kasar adalah untuk mengetahui kadar serat kasar
sampel daun pepaya, kangkung, bayam, wortel dan pepaya. Hasil analisis menunjukkan bahwa sampel
yang memiliki kadar serat kasar tertinggi adalah sampel daun pepaya (5,9765%), wortel (4,142%), bayam
(3,195%), kangkung (2,9335%), dan yang terendah adalah sampel pepaya (2,7159%).

Kata Kunci: Serat, kasar, analisis, kadar, digestion, filtration,

PENDAHULUAN dari bahan pangan yang tidak dapat


dihidrolisis oleh enzim-enzim pencernaan.
Serat merupakan zat non gizi yang Oleh karena itu, kadar serat kasar nilainya
mempunyai efek positif bagi sistem lebih rendah dibandingkan dengan kadar
metabolisme manusia. Sayur-sayuran dan serat pangan, karena bahan kimia seperti
buah-buahan merupakan sumber serat asam kuat dan basa kuat mernpunyai
pangan yang sangat mudah ditemukan kernampuan yang lebih besar untuk
dalam bahan makanan. Sayuran merupakan menghidrolisis komponen-komponen
menu yang hampir selalu terdapat dalam pangan dibandingkan dengan enzim-enzim
hidangan sehari-hari masyarakat Indonesia, pencernaan (Muchtadi, 2001)
baik dalam keadaan mentah atau setelah Serat sangat bermanfaat bagi tubuh,
diolah menjadi berbagai macam bentuk diantaranya adalah mencegah terjadinya
masakan. Akhir-akhir ini adanya perubahan konstipasi, kanker, memperkecil resiko
pola konsumsi pangan di Indonesia penyakit usus besar, menurunkan kadar
menyebabkan berkurangnya konsumsi kolesterol, membantu mengontrol kadar gula
sayuran dan buah-buahan di Indonesia. dalam darah, mencegah wasir, dan lain-lain.
Serat pangan merupakan kelompok Tujuan dilakukannya praktikum analisis
polisakarida dan polimer lain yang tidak kadar serat kasar adalah untuk mengetahui
dapat dicerna oleh sistem gastrointestinal kadar serat kasar pada sampel yang
bagian atas tubuh manusia. Serat kasar dianalisis.
adalah bagian dari pangan yang tidak dapat
dihidrolisis oleh bahan-bahan kimia yang METODOLOGI
digunakan untuk rnenentukan kadar serat
kasar, sedangkan serat pangan adalah bagian Bahan dan alat
Bahan yang digunakan dalam analisis serat serat kasar kali ini adalah sampel rendah lemak
kasar adalah akuades, alkohol 95%, bayam, daun yaitu sayur-sayuran dan buah-buahan sehingga
pepaya, kangkung, larutan H2SO4 0,255N, tidak perlu dilakukan proses defatting terlebih
K2SO4 10%, NaOH 0,313N, pepaya dan wortel. dahulu karena dianggap tidak akan memberikan
Alat yang digunakan dalam analisis serat pengaruh yang besar terhadap hasil analisis.
kasar adalah alat refluks, bulb pipet, corong, Penambahan asam dan basa sebelum dilakukan
desikator, gelas kimia, kertas lakmus, kertas pemanasan adalah untuk melarutkan dan
saring, labu erlenmeyer 250mL, labu erlenmeyer menghidrolisis komponen selain serat kasar.
asah, neraca analitis, oven, pipet ukur dan Proses tersebut merupakan proses digestion
spatula. yang dilakukan dalam keadaan tertutup pada
suhu tertutup (Sudarmadji et al, 1989). Refluks
Analisis kadar serat kasar dilakukan untuk mempercepat reaksi sekaligus
Bagian sampel yang dikonsumsi diambil dan mengekstraksi sampel dengan pelarut pada
dihaluskan dengan cara digrinder. Sampel yang temperatur didihnya selama waktu tertentu dan
telah dihaluskan ditimbang sebanyak 1,25gram jumlah pelarut yang konstan (Depkes RI, 2000).
menggunakan neraca analitis dan dimasukkan Penyaringan harus dilakukan setelah refluks
dalam labu erlenmeyer asah. Sebanyak 100mL dilakukan karena penundaan penyarngan dapat
larutan H2SO4 dimasukkan dalam erlenmeyer mengakibatkan hasil analisis lebih rendah karena
asah dan direfluks dengan alat refluks selama perusakan serat akan terjadi lebih lanjut oleh
30menit. Hasil refluks disaring dalam keadaan bahan kimia yang digunakan (Sudarmadji et al,
panas. Residu penyaringan dibilas dengan 1989). Residu penyaringan pada kertas saring
akuades hingga netral menggunakan indikator dibilas dengan akuades panas sesuai dengan
kertas lakmus. Sisa residu pada kertas saring prinsip pengenceran, supaya suasana residu
dipindahkan ke labu erlenmeyer asah, berada dalam keadaan netral. Penggunaan
ditambahkan 100mL larutan NaOH 0,313N dan akuades untuk membilas residu juga bertujuan
direfluks kembali selama 30menit. Hasil refluks untuk melarutkan komponen lain selain serat
disaring menggunakan kertas saring yang sudah kasar sisa dari komponen yang tidak terhidrolisis
dikonstankan sebelumnya. Residu penyaringan (Sudarmadji et al, 1989). Akuades yang
pada kertas saring dicuci dengan 7,5mL larutan digunakan harus dalam keadaan panas untuk
K2SO4 10%, 25mL akuades panas dan 7,5mL mencegah penggumpalan residu. Kertas saring
alkohol 95%. Kertas saring tersebut kemudian yang telah diberi akuades panas diberi larutan
dikeringkan dalam oven selama 1-2 jam pada K2SO4 dan alkohol 95% adalah untuk membantu
suhu 105oC, didinginkan dalam desikator dan proses defatting yaitu proses menghilangkan
ditimbang hingga konstan. Kadar serat kasar lemak pada sampel. Larutan K2SO4 pun
pada sampel dapat dihitung dengan rumus: bertujuan untuk meningkatkan titik didih pelarut
W ks +sampel −W ks sehingga dapat meningkatkan daya hidrolisis
%SK = ×100 % serat makanan. Pemberian larutan harus
Wsampel
Dimana: berurutan, yaitu akuades panas, larutan K 2SO4
%SK : kadar serat kasar dan yang terakhir alkohol 95%. Apabila tidak
Wks : berat kertas saring konstan berurutan, maka residu pada kertas saring akan
Wsampel : berat sampel awal menggumpal sehingga hasil yang didapatkan
Wks+sampel : berat sampel dan kertas saring tidak akurat. Hasil serat kasar adalah residu sisa
setelah dioven penyaringan yang dikeringkan. Pengeringan
dengan oven dilakukan untuk menghilangkan
HASIL DAN PEMBAHASAN sisa-sisa komponen selain serat kasar
(contohnya air). Hasil analisis sampel dapat
Pengujian kadar serat kasar suatu bahan dilihat pada tabel 1.
pangan harus menghilangkan lemaknya terlebih
dahulu (defatting) (Sudarmadji et al, 1989).
Sampel yang digunakan dalam analisis kadar
Tabel 1. Hasil Pengamatan Serat Kasar
Kel Sampel W kertas saring (g) Wks+sampel (g) W sampel Serat Kasar (%)
1 Daun Pepaya 0,7109 0,7855 1,2511 5,9628
6 0,7046 0,7795 1,2504 5,9901
2 Kangkung 0,7388 0,7876 1,2503 3,9000
7 0,7125 0,7371 1,2507 1,9669
3 Pepaya 0,7449 0,7709 1,2503 2,0795
8 0,6990 0,7410 1,2529 3,3522
4 Bayam 0,7369 0,7774 1,2502 3,2400
9 0,7459 0,7841 1,2513 3,0500
5 Wortel 0,7263 0,7827 1,2501 4,5000
10 0,7187 0,7660 1,2500 3,7840
Berdasarkan tabel 1, terlihat bahwa sampel
yang memiliki kadar serat tertinggi adalah KESIMPULAN
sampel daun pepaya dan yang memiliki kadar
serat terendah adalah pepaya. Kadar serat rata- Sampel yang memiliki kadar serat kasar
rata sampel kangkung adalah 2,9335% tertinggi adalah sampel daun pepaya (5,9765%),
sedangkan menurut Mahmud, et al (2008), kadar wortel (4,142%), bayam (3,195%), kangkung
serat kasar pada kangkung adalah 2%. (2,9335%), dan yang terendah adalah sampel
Kadar serat rata-rata sampel daun pepaya pepaya (2,7159%).
adalah 5,9765% sedangkan menurut Kusharto
(2006), kadar serat daun pepaya adalah DAFTAR PUSTAKA
2,1/100gram atau setara dengan
0,02825/1,25gram. Kadar serat rata-rata sampel Departemen Kesehatan RI, 1990. Peraturan
bayam adalah 3,1950% sedangkan menurut Menteri Kesehatan RI No
Kusharto (2006), kadar serat bayam adalah 416/Menkes/Per/IX/1990, Jakarta.
0,8/100gram atau setara dengan 0,01/1,25gram. Kusharto, Clara, M. 2006. Serat Makanan
Kadar serat kasar rata-rata sampel pepaya dan Peranannya bagi Kesehatan.
adalah 2,7159% sedangkan menurut Kusharto Fakultas Ekologi Manusia, IPB. Jurnal
(2006), kadar serat kasar pepaya adalah Gizi dan Pangan 1(2):45-54.
0,7/100gram atau setara dengan Mahmud, M., dkk. 2008. Tabel Komposisi
0,00875/1,25gram. Kadar serat kasar rata-rata
Pangan Indonesia (TKPI). Jakarta : PT
sampel wortel adalah 4,142% sedangkan
menurut Kusharto (2006), kadar serat kasar Elex Media Komputindo.
sampel wortel adalah 1,1/100gram atau Muchtadi, D. 2001. Sayuran sebagai sumber
0,01372/1,25gram. serat pangan untuk mencegah timbulnya
Besarnya hasil analisis dibandingkan penyakit degeneratif. Teknologi dan Industri
literatur kemungkinan disebabkan oleh tidak Pangan 12:1-2
terhidrolisisnya sebagian komponen pada Piliang, W. G. 2002. Nutrisi Vitamin Volume 1
sampel yang sulit larut dalam asam, basa dan Edisi ke-5. Institut Pertanian Bogor. Press,
akuades panas selain serat kasar (Piliang, 2002), Bogor. Hal : 50 - 53
akibat penghalusan sampel atau penyaringan Sudarmadji, S., B. Haryono dan Suhardi.
yang tidak sempurna. Kemungkinan lainnya 1989. Analisa Bahan Makanan dan
adalah perbedaan tingkat kematangan sampel, Pertanian. Liberty Yogyakarta dan Pusat
sumber unsur hara, dan cara pemupukan sampel antar Universitas Pangan dan Gizi
sehingga kadar serat kasar yang terkandung pun Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
berbeda-beda.

Anda mungkin juga menyukai