TUJUAN PERCOBAAN
1. Mengetahui sifat fisika pada sediaan setengah padat.
2. Mengetahui mutu fisik formulasi sediaan setengah padat.
3. Mengetahui perbedaan formulasi sediaan setengah padat terhadap evaluasi
fisik
TEORI
Persyaratan sediaan topikal secara estetik menyenangkan, stabil secara kimia
dan fisika, sehingga dibutuhkan berbagai eksipien dan memungkinkan penetrasi obat
secara optimal kedalam kulit (suatu jaringan yang komplek).Profil produk yang perlu
diperhatikan adalah tujuan indikasi terapi, bentuk sediaan yang diinginkan (krim, gel,
salep, spray), kekuatan produk (% Active Pharmaceutical Ingredient/API), profil
pelepasan yang diinginkan dan tujuan penetrasi ke kulit, kosmetik/sifat estetik (feel,
warna, daya sebar, absorbability) dan target shelf life.
Memilih jenis sediaan topikal tergantung padafleksibilitas sediaan
meningkatkan kesempatan suatu sediaan untuk dikembangkan menjadi sediaan
yang stabil dan elegan. Urutan tahapan pengembangan produk:
1. Mengetahui data kelarutan, stabilitas, dan kompatibilitas (menentukan jenis
sediaan)
2. Jika bahan aktif memungkinkan untuk dikembangkan menjadi berbagai jenis
sediaan topikal pemilihan selanjutnya berdasarkan data pelepasan dan
penetrasi bahan aktif ke kulit (stratum korneum, epidermis, dermis) sesuai
tujuan indikasi
3. Jika semua sediaan memungkinkan untuk profil stabilitas dan penetrasinya,
pemilihan selanjutnya didasarkan pada perkembangan penyakit, sifat
kosmetik, tes pada konsumen, dan kehendak pasar)
Jenis formulasi yang baik secara fisika dan kimia stabil (shelf life), melepaskan
bahan aktif dan dapat menghantarkan pada kulit sesuai dengan target indikasi,
PENGOLAHAN DATA
F1 F2 F3 F4 F5
Bentuk
Warna
Bau
Homogenitas
Ph
Uji iritasi
FI
rata-rata
F II
rata-rata
F III
rata-rata
F IV
rata-rata
FV
rata-rata
TUJUAN PERCOBAAN
Mengamati peristiwa kelarutan suatu bahan obat dalam beberapa pelarut
TEORI
Kelarutan diartikan sebagai konsentrasi bahan terlarut dalam suatu larutan
jenuh pada suatu suhu tertentu. Larutan sebagai campuran homogen bahan yang
berlainan. Untuk dibedakan antara larutan dari gas, cairan dan bahan padat dalam
cairan. Disamping itu terdapat larutan dalam keadaan padat (misalnya gelas,
pembentukan kristal campuran)
Kelarutan didefenisikan dalam besaran kuantitatif sebagai konsentrasi zat
terlarut dalam larutan jenuh pada temperatur tertentu, dan secara kualitatif
didefenisikan sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk
dispersi molekuler homogen. Larutan dinyatakan dalam mili liter pelarut yang dapat
melarutkan satu gram zat. Misalnya 1 gram asam salisilat akan larut dalam 500 ml
air. Kelarutan dapat pula dinyatakan dalam satuan molalitas, molaritas dan persen.
Dalam istilah farmasi, larutan didefinisikan sebagai sediaan “cair yang mengandung
satu atau lebih zat kimia yang dapat larut, biasanya dilarutkan dalam air, yang
karena bahan-bahannya, cara peracikan atau penggunaanya, tidak dimasukkan
kedalam golongan produk lainnya”.
Pelepasan zat dari bentuk sediannya sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat
kimia dan fisika zat tersebut serta formulasinya. Pada prinsipnya obat baru dapat
diabsorbsi setelah zat aktifnya terlarut dalam cairan usus, sehingga salah satu usaha
untuk mempertinggi efek farmakologi dari sediaan adalah dengan menaikkan
kelarutan zat aktifnya. Kelarutan suatu bahan dalam suatu pelarut tertentu
menunjukkan konsentrasi maksimum larutan yang dapat dibuat dari bahan dan
pelarut tersebut. Bila suatu pelarut pada suhu tertentu melarutkan semua zat terlarut
sampai batas daya melarutkannya, larutan ini disebut larutan jenuh. Faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat adalah:
1. pH
2. Temperatur
PROSEDUR KERJA
1. Masukkan masing-masing pelarut kedalam buret
2. Timbang masing-masing zat sebanyak 100 mg
3. Masukkan zat ke dalam Erlenmeyer
4. Larutkan masing-masing zat dengan pelarut melalui buret, catat volume
pelarut yang terpakai.
5. Hentikan pentiteran bila volume pelarut telah mencapai 10 ml.
PENGOLAHAN DATA
Rata-rata
Istilah Kelarutan
Kofein
Rata-rata
Istilah Kelarutan
Teofilin
Rata-rata
Istilah Kelarutan
Aminofilin
Rata-rata
Istilah Kelarutan
Ca. Laktat
Rata-rata
Istilah Kelarutan
PERCOBAAN 3
TUJUAN PERCOBAAN
Mengamati peristiwa kelarutan suatu bahan obat dalam beberapa pelarut
TEORI
Kelarutan diartikan sebagai konsentrasi bahan terlarut dalam suatu larutan
jenuh pada suatu suhu tertentu. Larutan sebagai campuran homogen bahan yang
berlainan. Untuk dibedakan antara larutan dari gas, cairan dan bahan padat dalam
cairan. Disamping itu terdapat larutan dalam keadaan padat (misalnya gelas,
pembentukan kristal campuran)
Kelarutan didefenisikan dalam besaran kuantitatif sebagai konsentrasi zat
terlarut dalam larutan jenuh pada temperatur tertentu, dan secara kualitatif
didefenisikan sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk
dispersi molekuler homogen. Larutan dinyatakan dalam mili liter pelarut yang dapat
melarutkan satu gram zat. Misalnya 1 gram asam salisilat akan larut dalam 500 ml
air. Kelarutan dapat pula dinyatakan dalam satuan molalitas, molaritas dan persen.
Dalam istilah farmasi, larutan didefinisikan sebagai sediaan “cair yang mengandung
satu atau lebih zat kimia yang dapat larut, biasanya dilarutkan dalam air, yang
karena bahan-bahannya, cara peracikan atau penggunaanya, tidak dimasukkan
kedalam golongan produk lainnya”.
Pelepasan zat dari bentuk sediannya sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat
kimia dan fisika zat tersebut serta formulasinya. Pada prinsipnya obat baru dapat
diabsorbsi setelah zat aktifnya terlarut dalam cairan usus, sehingga salah satu usaha
untuk mempertinggi efek farmakologi dari sediaan adalah dengan menaikkan
kelarutan zat aktifnya. Kelarutan suatu bahan dalam suatu pelarut tertentu
menunjukkan konsentrasi maksimum larutan yang dapat dibuat dari bahan dan
pelarut tersebut. Bila suatu pelarut pada suhu tertentu melarutkan semua zat terlarut
sampai batas daya melarutkannya, larutan ini disebut larutan jenuh. Faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat adalah:
1. pH
2. Temperatur
3. Jenis pelarut
PENGOLAHAN DATA
Rata-rata
Istilah Kelarutan
Asetosal
Rata-rata
Istilah Kelarutan
Sulfur
Rata-rata
Istilah Kelarutan
ZnO
Rata-rata
Istilah Kelarutan
Glukosa
Rata-rata
Istilah Kelarutan
PERCOBAAN 4
TUJUAN PERCOBAAN
1. Menentukan kelarutan zat secara kuantitas
2. Menjelaskan pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan suatu zat.
TEORI
Dalam bidang farmasi, untuk memilih medium pelarut yang paling baik untuk
obat atau kombinasi obat, akan membantu mengatasi kesulitan-kesulitan tertentu
yang timbul pada waktu pembuatan larutan farmasetik, dan lebih jauh lagi dapat
bertindak sebagai standar atau uji kemurnian. Pengetahuan yang lebih mendetail
mengenai kelarutan dan sifat-sifat yang berhubungan dengan itu juga memberikan
informasi mengenai struktur obat dan gaya antarmolekul obat. Selain itu, pelepasan
zat dari bentuk sediaannya sangat dipengaruhi oleh sifat kimia dan fisika zat tersebut
serta formulasinya. Pada prinsipnya obat baru dapat diabsorbsi setelah zat aktifnya
telarut dalam cairan usus, sehingga salah satu usaha untuk mempertinggi efek
farmakologi dari sediaan adalah dengan menaikkan kelarutan zat aktifnya.
Kelarutan adalah kemampuan suatu zat telarut melarut pada suatu pelarut.
Kelarutan didefinisikan dalam besaran kuantitatif sebagai konsentrasi zat terlarut
dalam larutan jenuh pada temperature tertentu, dan secara kualitatif didefinisikan
sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk disperse
molekular homogen. Kelarutan suatu senyawa bargantung pada sifat fisika, dan
kimia zat terlarut dan pelarut, juga bergantung pada faktor temperatur, tekanan, pH
larutan dan untuk jumlah yang kecil, bergantung pada hal terbaginya zat terlarut.
Secara kuantitatif, kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai konsentrasi zat
terlarut didalam larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan tertentu. Kelarutan
dinyatakan dalam satuan mililiter pelarut yang dapat melarutkan satu gram zat.
Misalnya 1 gram asam salisilat akan larut dalam 500 mL air. Kelarutan juga
dinyatakan dalam satuan molalitas, molaritas dan persen.
Pelepasan zat aktif dari bentuk sediaannya sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat
kimia dan fisika zat tersebut serta formulasinya. Pada prinsinya obat baru dapat di
absorpsi setelah zat aktifnya terlarut dalam cairan usus, sehingga salah satu usaha
PENGOLAHAN DATA
rata-rata
2
rata-rata
3
rata-rata
4
rata-rata
5
rata-rata
TUJUAN PERCOBAAN
1. Menentukan kelarutan zat secara kuantitas
2. Menjelaskan pengaruh surfaktan terhadap kelarutan suatu zat.
TEORI
Dalam bidang farmasi, untuk memilih medium pelarut yang paling baik untuk
obat atau kombinasi obat, akan membantu mengatasi kesulitan-kesulitan tertentu
yang timbul pada waktu pembuatan larutan farmasetik, dan lebih jauh lagi dapat
bertindak sebagai standar atau uji kemurnian. Pengetahuan yang lebih mendetail
mengenai kelarutan dan sifat-sifat yang berhubungan dengan itu juga memberikan
informasi mengenai struktur obat dan gaya antarmolekul obat. Selain itu, pelepasan
zat dari bentuk sediaannya sangat dipengaruhi oleh sifat kimia dan fisika zat tersebut
serta formulasinya. Pada prinsipnya obat baru dapat diabsorbsi setelah zat aktifnya
telarut dalam cairan usus, sehingga salah satu usaha untuk mempertinggi efek
farmakologi dari sediaan adalah dengan menaikkan kelarutan zat aktifnya.
Kelarutan adalah kemampuan suatu zat telarut melarut pada suatu pelarut.
Kelarutan didefinisikan dalam besaran kuantitatif sebagai konsentrasi zat terlarut
dalam larutan jenuh pada temperature tertentu, dan secara kualitatif didefinisikan
sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk disperse
molekular homogen. Kelarutan suatu senyawa bargantung pada sifat fisika, dan
kimia zat terlarut dan pelarut, juga bergantung pada faktor temperatur, tekanan, pH
larutan dan untuk jumlah yang kecil, bergantung pada hal terbaginya zat terlarut.
Secara kuantitatif, kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai konsentrasi zat
terlarut didalam larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan tertentu. Kelarutan
dinyatakan dalam satuan mililiter pelarut yang dapat melarutkan satu gram zat.
Misalnya 1 gram asam salisilat akan larut dalam 500 mL air. Kelarutan juga
dinyatakan dalam satuan molalitas, molaritas dan persen.
Pelepasan zat aktif dari bentuk sediaannya sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat
kimia dan fisika zat tersebut serta formulasinya. Pada prinsinya obat baru dapat di
absorpsi setelah zat aktifnya terlarut dalam cairan usus, sehingga salah satu usaha
rata-rata
2
rata-rata
3
rata-rata
4
rata-rata
5
rata-rata
TUJUAN PERCOBAAN
1. Menentukan kelarutan zat secara kuantitas
2. Menjelaskan pengaruh suhu terhadap kelarutan suatu zat.
TEORI
Kelarutan gas umumnya berkurang pada temperatur yang lebih tinggi. Misalnya
jika air dipanaskan, maka timbul gelembung-gelembung gas yang keluar dari dalam
air, sehingga gas yang terlarut dalam air tersebut menjadi berkurang. Kebanyakan
zat padat kelarutannya lebih besar pada temperatur yang lebih tinggi. Ada beberapa
zat padat yang kelarutannya berkurang pada temperatur yang lebih tinggi, misalnya
natrium sulfat dan serium sulfat. Pada larutan jenuh terdapat kesetimbangan antara
proses pelarutan dan proses pengkristalan kembali. Jika salah satu proses bersifat
endoterm, maka proses sebaliknya bersifat eksoterm. Jika temperatur dinaikkan,
maka sesuai dengan azas Le Chatelier (Henri Louis Le Chatelier: 1850-1936)
kesetimbangan itu bergeser ke arah proses endoterm. Jadi jika proses pelarutan
bersifat endoterm, maka kelarutannya bertambah pada temperatur yang lebih tinggi.
Sebaliknya jika proses pelarutan bersifat eksoterm, maka kelarutannya berkurang
pada suhu yang lebih tinggi.
Suhu mempengaruhi kelarutan suatu zat. Bayangkan dalam gedung bioskop
yang banyak penonton sedang asyik menonton film dan tiba-tiba gedung tersebut
terbakar. Pasti keadaan orang-orang tersebut akan berbeda, dari keadaan tenang
menjadi saling berdesakan dan menyebar. Demikian pula pada suhu tinggi partikel-
partikel akan bergerak lebih cepat dibandingkan pada suhu rendah. Akibatnya kontak
antara zat terlarut dengan pelarut menjadi lebih sering dan efektif. Hal ini
menyebabkan zat terlarut menjadi lebih mudah larut pada suhu tinggi.
Kelarutan KNO3 sangat berpengaruh oleh kenaikan suhu, sedangkan KBr kecil
sekali. Jika campuran ini dimasukkan air panas, maka kelarutan KNO 3 lebih besar
daripada KBr sehingga KBr lebih banyak mengkristal pada suhu tinggi, dan KBr
dapat dipisahkan dengan menyaring dalam keadaan panas.
rata-rata
40oC
rata-rata
50oC
rata-rata
60oC
rata-rata
70oC
rata-rata
PERCOBAAN 7
BOBOT JENIS DAN KEKENTALAN CAIRAN
PRAKTIKUM FARMASI FISIKA AKFAR IMAM BONJOL BUKITTINGGI 27
TUJUAN PERCOBAAN
1. Menentukan kerapatan dan berat jenis suatu zat serta dapat memahami
aplikasinya.
2. Menentukan kekentalan cairan dari obat dan sediaan obat
3. Mempelajari kegunaan dari alat viskometer Ostwald dan piknometer
TEORI
Kerapatan (ρ) adalah massa persatuan volume pada temperatur dan tekanan
tertentu, dan dinyatakan dalam sistem cgs dalam gram per sentimeter kubik ( g/cm³
= g/ml) dan dalam satuan SI kilogram per meter kubik (kg/m³).
M
ρ=
V
Berat jenis adalah perbandingan kerapatan dari suatu zat terhadap kerapatan
air yang ditentukan pada temperature yang sama. Berat jenis merupakan bilangan
murni tanpa dimensi yang dapat diubah menjadi kerapatan dengan menggunakan
rumus yang cocok.
ρ zat
d=
ρair
Berat jenis untuk penggunaan praktis lebih sering di definisikan sebagai
perbandingan massa dari suatu zat terhadap massa sejumlah volume air yang sama
pada suhu 4°. Notasi yang sering dilakukan dalam pembacaan berat jenis 25°/25°,
25°/4°, dan 4°/4°. Angka yang pertama menunjukkan temperatur udara dimana zat
ditimbang dan angka dibawah garis miring menunjukan temperature air yang dipakai.
Berat jenis merupakan suatu karakteristik bahan yang penting dan sering digunakan
dalam pengujian identitas dan kemurnian bahan obat .
Kekentalan adalah sifat dari suatu zat cair (fluida) disebabkan adanya
gesekan antara molekul-molekul zat cair dengan gaya kohesi pada zat cair tersebut.
Gesekan-gesekan inilah yang menghambat aliran zat cair. Besarnya kekentalan zat
cair (viskositas) dinyatakan dengan suatu bilangan yang menentukan kekentalan
suatu zat cair. Hukum viskositas Newton menyatakan bahwa untuk laju perubahan
bentuk sudut fluida yang tertentu maka tegangan geser berbanding lurus dengan
viskositas.
PENGOLAHAN DATA
Data Pengukuran Kerapatan dan Berat Jenis
Zat Uji Wo We We – Wo Kerapatan Berat jenis
(g) (g) (g) (ρ) g/mL (d)
Aquadest
Etanol 70%
Gliserin
Propilenglikol
Parafin cair
Pengukuran Viskositas
Zat Uji T1 T2 T3 Waktu rata- Viskositas
(dt) (dt) (dt) rata (dt)
Aquadest
Etanol 70%
Gliserin
Propilenglikol
Parafin cair
PERCOBAAN 8
BOBOT JENIS DAN KEKENTALAN CAIRAN
TUJUAN PERCOBAAN
TEORI
Kerapatan (ρ) adalah massa persatuan volume pada temperatur dan tekanan
tertentu, dan dinyatakan dalam sistem cgs dalam gram per sentimeter kubik ( g/cm³
= g/ml) dan dalam satuan SI kilogram per meter kubik (kg/m³).
M
ρ=
V
Berat jenis adalah perbandingan kerapatan dari suatu zat terhadap kerapatan
air yang ditentukan pada temperature yang sama. Berat jenis merupakan bilangan
murni tanpa dimensi yang dapat diubah menjadi kerapatan dengan menggunakan
rumus yang cocok.
ρ zat
d=
ρair
Berat jenis untuk penggunaan praktis lebih sering di definisikan sebagai
perbandingan massa dari suatu zat terhadap massa sejumlah volume air yang sama
pada suhu 4°. Notasi yang sering dilakukan dalam pembacaan berat jenis 25°/25°,
25°/4°, dan 4°/4°. Angka yang pertama menunjukkan temperatur udara dimana zat
ditimbang dan angka dibawah garis miring menunjukan temperature air yang dipakai.
Berat jenis merupakan suatu karakteristik bahan yang penting dan sering digunakan
dalam pengujian identitas dan kemurnian bahan obat .
Kekentalan adalah sifat dari suatu zat cair (fluida) disebabkan adanya
gesekan antara molekul-molekul zat cair dengan gaya kohesi pada zat cair tersebut.
Gesekan-gesekan inilah yang menghambat aliran zat cair. Besarnya kekentalan zat
cair (viskositas) dinyatakan dengan suatu bilangan yang menentukan kekentalan
suatu zat cair. Hukum viskositas Newton menyatakan bahwa untuk laju perubahan
bentuk sudut fluida yang tertentu maka tegangan geser berbanding lurus dengan
viskositas.
Suatu zat memiliki kemampuan tertentu sehingga suatu padatan yang
dimasukkan kedalamnya mendapat gaya tekanan yang diakibatkan peristiwa
gesekan antara permukaan padatan tersebut dengan zat cair. Sebagai contoh,
PENGOLAHAN DATA
Data Pengukuran Kerapatan dan Berat Jenis
Zat Uji Wo We We – Wo Kerapatan Berat jenis
(g) (g) (g) (ρ) g/mL (d)
Asam laktat
Parasetamol sirup
Multivitamin sirup
Oleum olive
Oleum ricini
Pengukuran Viskositas
Zat Uji T1 T2 T3 Waktu rata- Viskositas
(dt) (dt) (dt) rata (dt)
Asam laktat
Parasetamol sirup
Multivitamin sirup
Oleum olive
Oleum ricini
PERCOBAAN 9
PENGARUH KONSENTRASI DAN SUHU PADA LAJU
REAKSI
TUJUAN PERCOBAAN
1. Mempelajari pengaruh perubahan konsentrasi pada laju reaksi.
TEORI
Percobaan ini bersifat semi kualitatif yang dapat digunakan untuk
menentukanpengaruh perubahan konsentrasi dan pengaruh suhu pada laju reaksi.
Reaksi yangdiamati adalah reaksi pengendapan koloid belerang yang terbentuk
apabila tiosulfatdireaksikan dengan asam. Yang diukur dalam percobaan ini adalah
waktu yangdiperlukan agar koloid belerang mencapai suatu intensitas tertentu.
Reaksipengendapan belerang dapat ditulis sebagai berikut :
PROSEDUR KERJA
1. Tempatkan 25 ml natrium tiosulfat 0,25 M dalam gelas ukur yang
mempunyaialas rata.Tempatkan gelas ukur tadi diatas sehelai kertas putih
tepat diatas tanda silanghitam yang dibuat pada kertas putih tersebut,
sehingga ketika dilihat dari atas melaluilarutan tiosulfat, ta nda silang itu jelas
terlihat.
PENGOLAHAN DATA
Na2S2O3 Aquadest HCl T1 T2 T3 Rata-rata
0,25 M 1M (dt) (dt) (dt) (dt)
25 mL - 1 mL
20 mL 5 mL 1 mL
15 mL 10 mL 1 mL
10 mL 15 mL 1 mL
5 mL 20 mL 1 mL
TUJUAN PERCOBAAN
1. Mempelajari reaksi kinetika dan menentukan waktu kadaluarsa obat
2. Mempelajari pengaruh suhu terhadap stabilitas obat
TEORI
Untuk suatu sediaan obat yang dibuat utamanya dalam skala besar, yang
melalui waktu penyimpanan yang panjang, diharapkan suatu ruang waktu daya
tahan selama kurang lebih 5 tahun. Sedian obat sebaiknya berjumlah 3 tahun dalam
kasus yang kurang baik. Obat yang dibuat secara reseptur, sebaiknya menunjukkan
suatu stabilitas untuk sekurang-kurangnya beberapa bulan. Akan tetapi untuk
preparat yang terakhir disusun dengan suatu pembatasan dari waktu penyimpanan.
Sifat khas kualitas yang penting adalah kandungan bahan aktif, keadaan
galeniknya, termasuk sifat yang dapat terlihat secara sensorik, sifat mikrobiologis
dan toksikologisnya dan aktivitasnya secara terapeutik. Skala perubahan yang
diizinkan ditetapkan untuk obat yang terdaftar dalam farmakope. Untuk barang jadi
obat dan obat yang tidak terdaftar berlaku keterangan yang telah dibuat dalam
PENGOLAHAN DATA
Pembakuan larutan
Rata-rata
Normalitas
V1 x N 1 = V 2 x N 2
Pembakuan larutan
Normalitas
PERCOBAAN 11
PENGARUH SUSPENDING AGENT TERHADAP VOLUME
SEDIMENTASI
TUJUAN PERCOBAAN
1. Mengetahui cara membuat sediaan suspensi yang baik.
2. Mengetahui sifat fisika pada sediaan suspensi.
TEORI
Suspensi merupakan salah satu contoh dari bentuk sediaan cair, yang secara
umum dapat diartikan sebagai suatu siatem dispersi kasar yang terdiri atas bahan
padat tidak larut tetapi terdispersi merata ke dalam pembawanya. bentuk suspensi
yang dipasarkan ada 2 macam, yaitu suspensi siap pakai atau suspensi cair yang
l;angsung bisa diminum, dan suspensi yang dilarutkan terlebih dahulu ke dalam
cairan pembawanya.Suspensi bentuk ini digunakan untuk zat aktif yang
kestabilannya dalam air kurang baik. Dan sebagai pembawa dari suspensi yaitu
berupa air dan minyak. Alasan bahan obat diformulasikan dalam bentuk sediaan
suspensi yaitu bahan obat mempunyai kelarutan yang kecil atau tidak larut dalam air,
tetapi diperlukan dalam bentuk sediaan cair, mudah diberikan kepada pasien yang
mengalami kesulitan untuk menelan, diberikan pada anak-anak, untuk menutupi rasa
pahit atau aroma yang tidak enak pada bahan obat.
Dalam pembuatan sediaan suspensi diperlukan suspending agent yang
digunakan untuk mendispersikan bahan aktif yang tidak larut dalam pembawanya,
meningkatkan viskositas dan mempengaruhi stabilitas fisik suspensi. Suspensi yang
mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam
cairan pembawa. Zat yang terdispersi harus halus, tidak boleh cepat mengendap,
dan bila digojog perlahan– lahan, endapan harus terdispersi kembali. Dapat di
tambahkan zat tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi tetapi kekentalan
suspensi harus menjamin sediaan mudah di gojog dan di tuang .
Dalam pembuatan suspensi harus diperhatikan beberapa faktor anatara lain
sifat partikel terdispersi (derajat pembasahan partikel), zat pembasah, medium
pendispersi serta komponen – komponen formulasi seperti pewarna, pengaroma,
pemberi rasa dan pengawet yang digunakan. Suspensi harus dikemas dalam wadah
yang memadai di atas cairan sehigga dapat dikocok dan mudah dituang. Pada etiket
harus tertera “Kocok dahulu dan di simpan dalam wadah tertutup baik dan disimpan
di tempat yang sejuk “.
PROSEDUR KERJA
1. Buat formula suspensi menurut tabel dibawah ini:
Nama Bahan FI F II F III F IV FV
ZnO 10 gram 10 gram 10 gram 10 gram 10 gram
Gliserin 1 mL - - - -
Amylum manihot 1 gram - - -
Gom Arab - 1 gram - -
Tragakan - - 1 gram -
Na CMC - - - 1 gram
Aquadest ad 100 mL 100 mL 100 mL 100 mL 100 mL
TUJUAN PERCOBAAN
1. Mengetahui sifat fisika pada sediaan emulsi.
2. Mengetahui mutu fisik formulasi emulsi menggunakan emulgator.
3. Mengetahui perbedaan penggunaan emulgator terhadap stabilitas fisik emulsi.
TEORI
Emulsi merupakan suatu sistem yang tidak stabil, sehingga dibutuhkanzat
pengemulsi atau emulgator untuk menstabilkanantara zat yang terdispersi dengan
pendispersin, sehingga tidak akan pecah atau keduanya tidak akan terpisah.Ditinjau
dari segi kepolaran, emulsi merupakan campuran cairan polar dan cairan non
polar.Salah satu emulsi yang kita kenal sehari-hari adalah susu, di mana lemak
terdispersi dalam air. Dalam susu terkandung kasein suatu protein yang berfungsi
sebagai zat pengemulsi. Beberapa contoh emulsi yang lain adalah pembuatan es
krim, sabun, deterjen, yang menggunakan pengemulsi gelatin.
Dari hal tersebut diatas maka sangatlah penting untuk mempelajari sistem
emulsi karena dengan tahu banyak tentang sistem emulsi ini maka akan lebih mudah
juga untuk mengetahui zat–zat pengemulsi apa saja yang cocok untuk menstabilkan
emulsi, selain itu juga dapat diketahui faktor–faktor yang menentukan stabilnya
emulsi tersebut karena selain faktor zat pengemulsi tersebut juga dipengaruhi gaya
sebagai penstabil emulsi.
Emulsi merupakan suatu sistem yang tidak stabil,sehingga dibutuhkan zat
pengemulsi atau emulgator untuk menstabilkan.Tujuan dari penstabilan adalah untuk
mencegah pecahnya atau terpisahnya antara fase terdispersi dengan
pendispersinnya.Dengan penambahan emulgator berarti telah menurunkan tegangan
permukaan secara bertahap sehingga akan menurunkan energi bebas
pembentukan emulsi, artinya dengan semakin rendah energi bebas pembentukan
emulsi akan semakin mudah.