Anda di halaman 1dari 23

PENGANTAR ILMU FARMASI DAN ETIKA

RIWAYAT PENGGUNAAN OBAT DAN PERKEMBANGAN PENGGUNAAN OBAT

Nama : FERA ANJANI


Nim : F202201011
Kelas : M1

Dosen Pengampu: Apt. Mus Ifaya, S.Farm., M.Si

PROGRAM STUDI S1-FARMASI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS MANDALA WALUYA KENDARI
RIWAYAT PENGGUNAAN OBAT

Penggunaan obat adalah satu cara yang paling sering digunakan


dalam praktik klinis sebagai pendekatan terapeutik yang
digunakan oleh dokter, meskipun ada beberapa pilihan lain dalam
pendekatan terapeutik misalnya, pembedahan, terapi kejiwaan,
radiasi, terapi fisik, pendidikan kesehatan, konseling, dan tidak
memberikan terapi apapun. Pada sebagian besar kasus,
penggunaan obat memerlukan penulisan resep yang ditulis oleh
dokter.
LANJUTAN…

1.Penggunaan obat dikatakan rasional bila; (1) pasien menerima obat yang sesuai
dengan kebutuhannya, (2) penggunaan obat dengan periode waktu yang adekuat, dan (3)
harga obat yang diberikan terjangkau (WHO, 1985). Penggunaan obat yang rasional
adalah penggunaan obat yang sesuai dengan kebutuhan klinis pasien dalam jumlah dan
untuk masa yang memadai, dan dengan biaya yang terendah (WHO, 2002).Menurut
Modul obat rasional yang diterbitkan oleh Kementrian Kesehatan (2011) kriteria
penggunaan obat yang rasional antara lain: (1) tepat diagnosis (2) tepat indikasi
penyakit, (3) tepat memilih obat, (4) tepat dosis, (5) tepat penilaian kondisi pasien, (6)
waspada terhadap efek samping, (7) efektif, aman, mutu terjamin, harga terjangkau,
tersedia setiap saat, (8) tepat tindak lanjut, (9) tepat dispensing (penyerahan obat)
(KEMENKES, 2011).
2.
PENGERTIAN RIWAYAT PENGGUNAAN OBAT

Riwayat penggunaan obat adalah hal yang penting dalam


mencegah kesalahan peresepan serta pengurangan risiko
untuk pasien. Di samping itu, riwayat penggunaan obat yang
akurat juga berguna untuk mendeteksi hubungan terapi obat
atau perubahan tanda-tanda klinis yang mungkin akibat dari
penggunaan obat. Riwayat penggunaan obat yang baik harus
mencakup semua obat yang sedang dan telah diresepkan pada
pasien, reaksi obat sebelumnya termasuk kemungkinan reaksi
hipersensitif, dan obat-obat yang tak menggunakan resep,
termasuk pengobatan herbal atau alternatif, serta kepatuhan
terhadap terapi.
LANJUTAN…

Bagian penting dari riwayat penggunaan obat sering tidak


lengkap dan tidak akurat. Penelitian menunjukan hal ini
merupakan salah satu kebiasaan yang terjadi di dunia.
Apoteker bisa memainkan peran penting pada pencegahan
kesalahan ini dengan terlibat dalam memperoleh riwayat
penggunaan obat setelah adanya perpindahan pasien
(FitzGerald, 2009).
PENELUSURAN RIWAYAT PENGGUNAAN OBAT

Penelusuran riwayat penggunaan obat merupakan proses untuk mendapatkan


informasi mengenai seluruh obat/sediaan farmasi lain yang pernah dan sedang
digunakan, riwayat pengobatan dapat diperoleh dari wawancara atau data
rekam medik/pencatatan penggunaan obat pasien (Permenkes, No.72 tahun
2016).
● Adapun tahapan penelusuran riwayat penggunaan obat sebagai berikut:
1. Membandingkan riwayat penggunaan obat dengan data rekam medik/pencatatan
penggunaan obat untuk mengetahui perbedaan informasi penggunaan obat;
2. Melakukan verifikasi riwayat penggunaan obat yang diberikan oleh tenaga Kesehatan
lain dan memberikan informasi tambahan jika diperlukan;
3. Mendokumentasikan adanya alergi dan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki
(ROTD);
LANJUTAN…

1. Mengidentifikasi potensi terjadinya interaksi obat;


2. Melakukan penilaian terhadap kepatuhan pasien dalam menggunakan obat;
3. Melakukan penilaian rasionalitas obat yang diresepkan;
4. Melakukan penilaian terhadap pemahaman pasien terhadap obat yang digunakan;
5. Melakukan penilaian adanya bukti penyalahgunaan obat;
6. Melakukan penilaian terhadap teknik penggunaan obat;
7. Memeriksa adanya kebutuhan pasien terhadap obat dan alat bantu kepatuhan
minum obat;
8. Mendokumentasikan obat yang digunakan pasien sendiri tanpasepengetahuan
dokter; dan
9. Mengidentifikasi terapi lain, misalnya suplemen dan pengobatan (Permenkes,
No.72 tahun 2016).
PERKEMBANGAN PENGGUNAAN OBAT

Pada mulanya penggunaan obat dilakukan secara empirik dari tumbuhan,


hanyaberdasarkan pengalaman dan selanjutnya Paracelsus (1541-1493 SM)
berpendapat bahwa untuk membuat sediaan obat perlu pengetahuan kandungan zat
aktifnya dan dia membuat obat dari bahan yang sudah diketahui zat aktifnya.
Hippocrates (459-370 SM) yang dikenal dengan “bapak kedokteran” dalam
praktek pengobatannya telah menggunakan lebih dari 200 jenis tumbuhan.
Claudius Galen (200-129 SM) menghubungkan penyembuhan penyakit dengan
teori kerja obat yang merupakan bidang ilmu farmakologi. Selanjutnya Ibnu Sina
(980-1037) telah menulis beberapa buku tentang metode pengumpulan dan
penyimpanan tumbuhan obat serta cara pembuatan sediaan obat seperti pil,
supositoria, sirup dan menggabungkan pengetahuan pengobatan dari berbagai
negara yaitu Yunani, India, Persia, dan Arab untuk menghasilkan pengobatan yang
l e b i h b a i k .
LANJUTAN…

Johann Jakob Wepfer (1620-1695) berhasil melakukan verifikasi efek


farmakologi dan toksikologi obat pada hewan percobaan, ia
mengatakan :”I pondered at length, finally I resolved to clarify the matter
by experiment”. Ia adalah orang pertama yang melakukan penelitian
farmakologi dan toksikologi pada hewan percobaan. Percobaan pada
hewan merupakan uji praklinik yang sampai sekarang merupakan
persyaratan sebelum obat diuji–coba secara klinik pada manusia. Institut
Farmakologi pertama didirikan pada th 1847 oleh Rudolf Buchheim
(1820-1879) di Universitas Dorpat (Estonia).
LANJUTAN…

Selanjutnya Oswald Schiedeberg (1838- 1921) bersama dengan


pakar disiplin ilmu lain menghasilkan konsep fundamental dalam
kerja obat meliputi reseptor obat, hubungan struktur dengan aktivitas
dan toksisitas selektif. Konsep tersebut juga diperkuat oleh T. Frazer
(1852-1921) di Scotlandia, J. Langley (1852-1925) di Inggris dan P.
Ehrlich (18541915) di Jerman. Sumber obat Sampai akhir abad 19,
obat merupakan produk organik atau anorganik dari tumbuhan yang
dikeringkan atau segar, bahan hewan atau mineral yang aktif dalam
penyembuhan penyakit tetapi dapat juga menimbulkan efek toksik
bila dosisnya terlalu tinggi atau pada kondisi tertentu penderita.
LANJUTAN…

Untuk menjamin tersedianya obat agar tidak tergantung kepada musim maka
tumbuhan obat diawetkan dengan pengeringan. Contoh tumbuhan yang
dikeringkan pada saat ituadalah getah Papaver somniferum (opium mentah) yang
sering dikaitkan dengan obat penyebab ketergantungan dan ketagihan. Dengan
mengekstraksi getah tanaman tersebut dihasilkan berbagai senyawa yaitu morfin,
kodein, narkotin (noskapin), papaverin dll. yang ternyata memiliki efek yang
berbeda satu sama lain walaupun dari sumber yang sama Dosis tumbuhan kering
dalam pengobatan ternyata sangat bervariasi tergantung pada tempat asal
tumbuhan, waktu panen, kondisi dan lama penyimpanan. Maka untuk
menghindari variasi dosis, F.W.Sertuerner (1783- 1841) pada th 1804
mempelopori isolasi zat aktif dan memurnikannya dan secara terpisah dilakukan
sintesis secara kimia. Sejak itu berkembang obat sintetik untuk berbagai jenis
penyakit.
LANJUTAN…

Obat merupakan segala bentuk zat baik kimiawi, hewani, maupun


nabati yang dalam dosis layak dapat menyembuhkan,
meringankan, atau mencegah penyakit berikut gejalanya. Di masa
lalu (sampai sekarang ), kebanyakan obat berasal dari tanaman.
Orang purba mengobati penyakit dari cara coba-mencoba. Istilah
kerennya sih “empiris”. Empiris berarti berdasarkan pengalaman
dan disimpan serta dikembangkan secara turuntemurun hingga
muncul apa yang disebut Ilmu Pengobatan Rakyat atau yang
lazimnya disebut Pengobatan Tradisional Jamu.
LANJUTAN…

Akan tetapi, tidak semua obat “memulai” sejarahnya sebagai obat anti penyakit.
Ada obat yang pada awalnya digunakan sebagai racun sepertistrychnine & kurare
yang digunakan sebagai racun-panah oleh penduduk pedalaman Afrika. Contoh
yang paling up to date adalahnitrogen-mustard(awalnya digunakan sebagai gas
beracun saat perang dunia pertama) sebagai obat kanker. Jenis obat nabati ini
biasanya digunakan dengan jalan direbus. Efek yang dihasilkan pun berbeda-
beda, tergantung dari asal tanaman dan cara pembuatannya. Nah, kondisi seperti
inilah yang melatarbelakangi para ahli kimia untuk mengisolasi zat-zat aktif yang
terdapat dalam tumbuhan berkhasiat obat. Sudah banyak zat-zat kimia yang
berhasil diisolasi, seperti efedrin (dari tanaman Ma Huang – Ephedra vulgaris),
digoksin (digitalis lanata), genistein(dari kacang kedelai) dan lainnya.
LANJUTAN…

Baru sekitar pada permulaan abad ke-20, obat-obat kimia sintetis mulai
“menampakkan diri”.Aspirin salah satu indikator kemajuan obat kimia sintetis
saat itu. Pada tahun 1935 terjadi gebrakan dalam penemuan dan penggunaan
kemoterapeutika sulfanilamid yang disusulpenisilin pada tahun 1940. Seperti
diketahui bersama, secara tradisional, sebenarnya luka bernanah dapat
disembuhkan dengan menutupinya dengan kapangkapang dari jenis tertentu,
tetapi baru sekitar tahun 1928 khasiat ini baru diselidiki secara ilmiah oleh Dr.
Alexander Fleming. Dari hasil penelitian Dr. Alexander Fleming,
ditemukanlahpenisilin. Sejak saat itu, beribu-ribu zat sintetis diketemukan
(diperkirakan sekitar 500 zat per tahun -nya). Hal ini membuat perkembangan di
bidang Farmakoterapi meningkat pesat.
LANJUTAN…

Pengembangan bahan obat diawali dengan sintesis atau isolasi dari berbagai sumber
yaitu dari tanaman (glikosida jantung untuk mengobati lemah jantung), jaringan hewan
(heparin untuk mencegah pembekuan darah), kultur mikroba (penisilin G sebagai
antibiotik pertama), urin manusia (choriogonadotropin) dan dengan teknik
bioteknologi dihasilkan human insulin untuk menangani penyakit diabetes. Dengan
mempelajari hubungan struktur obat dan aktivitasnya maka pencarian zat baru lebih
terarah dan memunculkan ilmu baru yaitu kimia medisinal dan farmakologi molekular.
Setelah diperoleh bahan calon obat, maka selanjutnya calon obat tersebut akan melalui
serangkaian uji yang memakan waktu yang panjang dan biaya yang tidak sedikit
sebelum diresmikan sebagai obat oleh Badan pemberi izin. Biaya yang diperlukan dari
mulai isolasi atau sintesis senyawa kimia sampai diperoleh obat baru lebih kurang US$
500 juta per obat. Uji yang harus ditempuh oleh calon obat adalah uji praklinik dan uji
klinik.
SEJARAH PENGGUNAAN OBAT GENERIK

Obat Generik Berlogo (OGB) diluncurkan pada


tahun 1991 oleh pemerintah yang ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat kelas menengah ke
bawah akan obat. Jenis obat ini mengacu pada Daftar
Obat Esensial Nasional (DOEN) yang merupakan
obat esensial untuk penyakit tertentu.
LANJUTAN…

Harga obat generik dikendalikan oleh pemerintah untuk menjamin akses


masyarakat terhadap obat. Oleh karena itu, sejak tahun 1985 pemerintah
menetapkan penggunaan obat generik pada fasilitas pelayanan kesehatan
pemerintah. Harga obat generik bisa ditekan karena obat generik hanya berisi
zat yang dikandungnya dan dijual dalam kemasan dengan jumlah besar,
sehingga tidak diperlukan biaya kemasan dan biaya iklan dalam pemasarannya.
Proporsi biaya iklan obat dapat mencapai 20-30%, sehingga biaya iklan obat
akan mempengaruhi harga obat secara signifikan. Mengingat obat merupakan
komponen terbesar dalam pelayanan kesehatan, peningkatan pemanfaatan obat
generik akan memperluas akses terhadap pelayanan kesehatan terutama bagi
masyarakat yang berpenghasilan rendah.
SEJARAH PENGGUNAAN HERBAL

Perkembangan pengobatan dengan memanfaatkan tumbuhan


berkhasiat obat telah dicapai seiring dengan perkembangan
kedokteran barat yang telah diakui dunia internasional.
Penggunaan herbal atau tanaman obat sebagai obat dikatakan
sama tuanya dengan umur manusia itu sendiri. Sejak jaman
dahulu makanan dan obat-obatan tidak dapat dipisahkan dan
banyak tumbuh-tumbuhan dimakan karena khasiatnya yang
menyehatkan.
LANJUTAN…

Di Inggris, penggunaan tanaman obat di kembangkan bersamaan


dengan didirikannya biara-biara di seluruh negeri, dan memiliki
tamanan obat masing-masing yang digunakan untuk merawat para
pendeta maupun para penduduk setempat. Pada beberapa daerah,
khususnya Wales dan Skotlandia, orang-orang Druid dan para
penyembuh Celtik memiliki tradisi lain tentang herbalisme,
dimana obat-obat dicampur adukkan dengan agama dan ritual.
Semakin berkembangnya pengetahuan herbal dan seiring dengan
terciptanya mesin cetak pada abad ke 15 telah ada pendistribusian
yang pertama tentang penulisan ” tanaman-tanaman Obat”.
LANJUTAN…

Tahun 1864 National Association of Medical Herbalists didirikan, untuk


mengorganisir pelatihan para praktisi pengobatan herbal serta
mempertahankan standart-standar praktek pengobatan. Hingga awal abad
ini banyak institute telah berdiri untuk mempelajari pengobatan herbal.
Berkembangnya penampilan obat-obatan herbal yang lebih alami telah
menyebabkan tumbuhnya dukungan dan popularitasnya. Obat-obatan
herbal dapat dipandang sebagai pendahuluan farmakologi modern, tetapi
sekarang obatobatan herbal ini terus sebagai metode yang efektif dan lebih
alami untuk menyembuhkan dan mencegah penyakit.
LANJUTAN…

Secara global, obat-obatan herbal lebih umum


dipraktekkan daripada obat-obatan konvensional. Di
berbagai daerah pedesaan pengobatan herbal terus tumbuh
subur dalam berbagai cerita rakyat, tradisi, dan praktek local.
Kemajuan yang sangat pesat sampai saat ini dimana banyak
sekali para herbalis mengandalkan pengetahuan mereka
tentang obat-obatan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan
untuk merawat dan mengobati penyakit.
LANJUTAN…

Sejarah tanaman obat atau herbal di Indonesia berdasarkan fakta


sejarah adalah obat asli Indonesia. Catatan sejarah menunjukkan
bahwa di wilayah nusantara dari abad ke 5 sampai dengan abab ke 19,
tanaman obat merupakan sarana paling utama bagi masyarakat
tradisional kita untuk pengobatan penyakit dan pemeliharan kesehatan.
Kerajaan di wilayah nusantara seperti Sriwijaya, Mojopahit dan
Mataram mencapai beberapa puncak kejayaan dan menyisakan banyak
peninggalan yang dikagumi dunia, adalah produk masyarakat
tradisional yang mengandalkan pemeliharaan kesehatannya dari
tanaman obat.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai