Kelompok V :
Serbuk
Topik I :
Fakultas Farmasi
Universitass Andalas
2012
I. Topik
Penemuan obat baru dan desain bentuk sediaan obat
III. Referensi
1. http://farmasikendari.blogspot.com/2010/11/bentuk-sediaan-obat.html
2. http://olivekedokteran.blogspot.com/2011/05/bentuk-sediaan-obat.html
3. Lili,dkk, 2011, Discovery and development of drugs
4. http://en.wikipedia.org/wiki/Medicine_(history)
IV. Resume
1. Penemuan Obat 3,4
Obat merupakan semua zat baik kimiawi, hewani, maupun
nabati yang dalam dosis layak dapat menyembuhkan, meringankan
atau mencegah penyakit berikut gejalanya. Kebanyakan obat yang
digunakan di masa lalu adalah obat yang berasal dari tanaman.
Dengan cara mencoba-coba, secara empiris, orang purba
mendapatkan pengalaman dengan berbagai macam daun atau akar
tumbuhan untuk mengobati penyakit. Pengetahuan ini secara turun-
menurun disimpan dan dikembangkan, sehingga muncul ilmu
pengobatan rakyat, seperti pengobatan tradisional jamu di Indonesia.
Namun tidak semua obat memulai riwayatnya sebagai obat anti
penyakit, ada pula yang pada awalnya digunakan sebagai alat ilmu
sihir, kosmetika, atau racun untuk membunuh musuh. Misalnya
strychnin dan kurare mulanya digunakan sebagai racun panah
penduduk pribumi Afrika dan Amerika Selatan. Contoh yang lebih baru
ialah obat kanker nitrogen-mustard yang semula digunakan sebagai
gas-racun (mustard gas) pada perang dunia pertama.
Obat nabati ini digunakan sebagai rebusan atau ekstrak dengan
aktivitas dan efek yang sering kali berbeda-beda tergantung dari a.l.,
asal tanaman dan cara pembuatannya. Kondisi ini dianggap kurang
memuaskan, sehingga lambat laun para ahli kimia mulai mencoba
mengisolasi zat-zat aktif yang terkandung didalamnya. Hasil
percobaan mereka adalah serangkaian zat kimia: yang terkenal
diantaranya adalah efedrin dari tanaman Ma Huang (Ephedra
vulgaris), kinin dari kulit pohon kina, atropin dari Atropa belladona,
morfin dari candu (Papaver somniferum) dan digoksin dari Digitalis
lanata. Dari hasil penelitian setelah tahun 1950 dapat disebutkan
reserpin dan resinamin dari pule pandak (Rauwolfia serpentina),
sedangkan obat kanker vinblaastin dan vinkristin berasal dari Vinca
rosea, sejenis kembang serdadu. Penemuan tahun 1980 adalah obat
malaria artemisinin yang berasal dari tanaman China, qinghaosu
(Artemisia annua). Penemuan terbaru adalah onkolitika paclitaxel
(taxol) dari jarum-jarum sejenis cemara (konifer) Taxus
brevifolia/baccata (1993) dan genistein dari kacang kedele.
d. Salap
Sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan
digunakan sebagai obat luar
V. Mapping
Penemuan obat
macam bentuk
cair
sediaan obat
setengah padat
VI. Kesimpulan
Obat merupakan semua zat baik kimiawi, hewani, maupun nabati
yang dalam dosis layak dapat menyembuhkan, meringankan atau
mencegah penyakit berikut gejalanya
Macam bentuk sediaan obat terdiri atas 3, yaitu : padat, cair, dan
setengah padat (2). Macam bentuk sediaan obat padat terdiri dari kapsul,
tablet, dan serbuk. Macam bentuk sediaan obat cair terdiri dari obat luar, obat
suntik, obat minum, dan obat tetes. Sedangkan macam bentuk sediaan obat
setengah padat terdiri krim, gel, pasta, dan salap
VII. Lampiran
1. Bentuk Sediaan Obat
- KAPSUL
Kapsul adalah sediaan obat yangg terbungkus cangkang kapsul yang
umumnya terbuat dari gelatine.
Kapsul dibagi menjadi 2 macam yaitu:
1. Kapsul keras : umumnya berisikan bahan obat yang kering.
2. Kapsul lunak : umumnya bahan obat berupa minyak atau larutan. Obat
dalam minyak.
Keuntungan :
a. Kapsul dapat menutupi rasa obat yg tidak enak, pahit, atau amis.
b. Bahan obat tunggal ataupun campuran dapat diberikan dalam kapsul,
besarnya kapsul dipilih yg sesuai (nomor 000,00,0,1,2,3, 4 dan 5 )
c. Kapsul dapat pula dilapisi dengan bhn tertentu sehingga tidak pecah/
larut dalam lambung
- TABLET SALUT
TUJUAN PENYALUTAN:
1. Meningkatkan stbilitas obat
2. Menutupi rasa obat yang tidak enak
3.Menghindari penguapan zat atau bahan dalam tablet.
4. Memperbaiki penampilan tablet.
5. Merupakan identifikasi dari produk pabrik obat tertentu
MACAM-MACAM TABLET
1. Tablet Lozenges (tablet dihisap seperti permen, sebagai antiseptik pada
mukosa mulut atau tenggorokan
contoh :Dequalinium HCl
2. Tablet sublingual, diletakkan di bwh lidah, melarut lebih cepat dan
bahan obat.diabsorpsi melalui mukosa.
contoh :Nitroglicerin.
3. Tablet Intrabuccal,dimasukkan di pipi bagian dalam, tablet melarut dan
bahan diabsorbsi melalui mukosa.
contoh :Progesteron
4. Tablet Sustained release bahan obat dilepas perlahan-lahan
contoh :Isoptin SR,
5. Tablet yang dimasukkan ke dalam rongga-tubuh.
contoh :Nystatin tablet Vagina
6. Tablet implantasi : implant, diimplantasikan di bwh kulit
Contoh : Norplant
BENTUK TABLET
1. Tablet berbentuk pipih
2. Tablet Berbentuk bulat
3. Tablet berbentuk persegi .
4. Tablet yang pakai tanda belahan (scoret tablet , memudahkan untuk
membagi tablet)
Dibedakan :
1. Obat luar : Contoh : Tantum verde obat kumur mengandung
Benzamidin HCl
2. Obat suntik :
a. obat suntik iv : larutan dalam air
b. Obat suntik sc: berupa larutan dalam air
c. Obat suntik im:larutan dalam air ataupun dalam minyak , juga dapat
berupa suspensi
3. Obat minum :solutio, mixtura dan elixer, suspensi, emulsi, saturasi dan
sirupus.
4. Obat tetes :dapat diberikan untuk obat minum atau obat luar,
pemakaiannya dengan alat penetes Obat tetes untuk pemakaian obat luar
berupa : Guttae ophtalmicae (tetes mata), Guttae nasales (tetes hidung ),
Guttae auriculares (tetes telinga)
LINIMENTUM
Adalah bentuk sediaan kental atau cair yang dioleskan pada kulit
Liniment dapat berupa emulsi atau larutan zat berkhasiat dalam
minyak/lemak.
Sediaan liniment umumnya tidak diberikan pada kulit yang luka atau kulit
terbuka.
Keuntungan liniment dibandingkan dengan ungt: lebih mudah dicuci dari
kulit dan penetrasi dari bahan obat lebih baik dari sediaan ungt.
R/ Methyl.Salicyl 60
Ol.Cayuputi 20
Inf. Hyoscyami oleos 20
Chloroform 20
UNGUENTUM / SALEP
Salep menurut FI IV adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk
pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir.Contoh Salep 2-4,
Garamicyn salep mata
PASTAE/PASTA
CREAM/KRIM
GEL/JELLY
Gel kadang kadang disebut jeli menurut FI IV, merupakan sistem
semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang
kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan.Jika
massa gel terdiri dari jaringan partikel kecil yang terpisah, gel
digolongkan sebagai sistem dua fase. Gel fase tunggal terdiri dari
makromolekul organik yang tersebar serba sama dalam cairan sedemikian
hingga tidak terlihat adanya ikatan antara molekul makro yang terdispersi
dan cairan.
Contoh :Bioplacenton gel, Thrombophob gel
Pengertian :
Campuran kering bahan obat yang dihaluskan, untuk
pemakaianoral/pemakaian luar.
Pengertian:
Sediaan bentuk padat, berupa partikel serbuk dengan diameter 2-4 m
denganatautanpa vehikulum.
Macam-macam granul:
a) Bulk granules
b) Divided granules
Cara penggunaan:
Sebelum diminum, dilarutkan/disuspensikan dulu dalam air /pelarut yang
sesuai dengan volume tertentu, menurut petunjuk dalam brosur yang
disediakan.
3. Tablet (compressi)
Pengertian:
Sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi.
Macam-macam tablet:
2) Berdasarkan penggunaan:
a) Bolus
b) Tablet triturate
c) Tablet hipodermik
d) Tablet bukal
e) Tablet sublingual
f) Tablet efervesen (tablet buih)
g) Tablet kunyah (chewable tablet)
h) Tablet Hisap (Lozenges)
1. Lokal
2. Sistemik
4. kapsul(capsulae)
pengertian:
Sediaan padat terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang
dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin; tetapi dapat juga
terbuat dari pati atau bahan lain yang sesuai.
Macam-macam:
a) Kapsul cangkang keras(Hard capsule)
b) Kapsul cangkang lunak(Soft capsule)
1. solutiones(larutan)
2. suspensiones(suspensi)
3. emulsa(emulsi).
CREMORES (KRIM)
- Mengandung satu/ > bahan obat berbentuk
- emulsi minyak dalam air atau dispersimikro Kristal asam-asam lemak
atau alcohol berantai panjang dalam air.
- Mudahdibersihkan
JELLY (GEL)
- Jernih & tembus cahaya yang mengandung zat-zat aktif dalam keadaan
terlarut lebih encer dari salep, mengandung sedikit/tidak lilin,
- Digunakan pada membrane mukosa dan untuk tujuan pelican atau
sebagai basis bahan obat,dan umumnya adalah campuran sederhana dari
minyak dan lemak dengan titik leleh rendah.
- Dapat dicuci karena mengandung mucilago,
- gum atau bahan pensuspensi sebagai basis.
PASTAE (PASTA)
- Mengandung satu atau lebih bahan obat yang ditujukan untuk
pemakaian topikal.
- Konsistensi lebih kenyal dari unguentum.
- Tidak memberikan rasa berminyak seperti unguentum.
- Mengandung bahan serbuk(padat) antara 40 % -50 %
Beberapakeuntunganbentuksediaanpasta:
a. Mengikat cairan secret lebih baik dari unguentum
b. lebih melekat pada kulit
UNGUENTA (SALEP)
- Untuk pemakaian topical pada kulit atau selaput lendir.
- Bahan obat larut/terdispersi homogeny dalam dasar salep yang cocok.
Keuntungan sediaan setengah padat dibandingkan sediaan cair:
i. Dapat diatur daya penetrasi dengan memodifikasi basisnya.
ii. Kontak sediaan dengan kulit lebih lama.
iii. Lebih sedikit mengandung air sehingga sulit tumbuh bakteri.
iv. Lebih mudah digunakan tanpa alat bantu.
2. Lokasi/bagiantubuhdimanaobatharusbekerja
a. Efek lokal: bentuk sediaan yang dipilih adalah solutio, mixtura,
unguentum, krim, pasta. Harus dibeda, mixtura, unguentum, krim,
pasta.Harus dibedakan apakah obat digunakan untuk kulit biasa atau kulit
yang berambut.
b. Penyerapan atau penetrasi obat melalui kulit: bentuk sediaan injeksi,
linimentum, unguentum, krim dengan vehikulum tertentu
c. Efek sistemik: bentuk sediaan injeksi,bentuk sediaan cair atau padat
yang diberikan per oral atau rektal. Penggunaan oral lebih mudah
digunakan bagi penderita Daripada cara rektal
DISUSUN OLEH:
L I LY
MARTINA HUTAHAEAN
NINGRUM WAHYUNI
SUKAISI
YENI VERA
Penyaringan Obat
Tanpa memandang sumber atau gagasan utama yang mengarah pada suatu
molekul kandidat obat, uji obat melibatkan serangkaian eksperimen dan
penelitian pada makhluk hidup yang dilaksanakan secara konsisten. Proses ini
dinamakan skrining obat. Beragam uji (assay) biologik pada hewan percobaan
baik pada tingkat molekular, selular, organ, maupun holistik digunakan untuk
menentukan aktivitas dan selektivitas obat. Jenis dan jumlah uji skrining awal
bergantung pada tujuan farmakologi dan terapeutik. Berbagai obat anti-infeksi
akan diuji terhadap berbagai organisme penyebab infeksi, beberapa diantaranya
menunjukkan resitensi terhadap obat standar, dan berbagai obat hipoglikemik
akan diuji kemampuannya untuk menurunkan gula darah, dan sebagainya. Selain
itu, kumpulan berbagai kerja lainnya dari satu molekul juga akan diteliti untuk
menentukan mekanisme kerja dan selektivitas obat. Hal ini mempunyai
keuntungan karena dapat memperlihatkan berbagai efek toksik baik yang diduga
maupun yang tidak diduga. Terkadang, seorang pengamat yang cukup teliti dapat
menemukan suatu efek terapeutik yang tidak diduga sebelumnya. Pemilihan
molekul-molekul yang akan diteliti lebih lanjut paling efisien dilakukan melalui
model penyakit manusia pada hewan percobaan. Pada umumnya, manusia
memiliki obat-obatan yang adekuat untuk berbagai keadaan dengan model
perkiraan pra klinis yang baik (contohnya obat antibakterial, penyakit hipertensi
atau trombotik). Untuk penyakit yang memiliki model pra klinis yang buruk atau
yang sama sekali belum memiliki model pra klinis, seperti pada penyakit
Alzheimer, obat-obatan yang adekuat umumnya belum tersedia dan jarang
terdapat terobosan baru dalam peningkatan terapi. 7
Selama skrining obat berlangsung, berbagai penelitian dilakukan untuk
mendapatkan profil farmakologis obat tersebut pada tingkat molekular, selular,
sistem, organ, dan orgnisme. Sebagai contoh, serangkaian uji akan dilakukan
terhadap suatu obat yang dirancang sebagai antagonis adrenoseptor- pembuluh
darah untuk pengobatan hipertensi. 7
Pada tingkat molekuler, skrining akan dilakukan terhadap senyawa
tersebut untuk menentukan afinitas ikatan dengan reseptor pada membran sel
yang mengandung berbagai reseptor (jika memungkinkan, pada reseptor yang
terdapat pada manusia), pada berbagai reseptor lainnya, dan pada tempat
pengikatan enzim. Jika struktur kristal obat beserta targetnya tersedia, analisis
struktur biologi atau skrining virtual dengan menggunakan komputer (computer-
assisted virtual screening) dapat dilakukan untuk lebih memahami interaksi obat
dengan reseptor. Berbagai penelitian awal dapat dilakukan untuk memperkirakan
efek-efek yang mungkin akan menyebabkan metabolisme obat yang tidak
diinginkan atau komplikasi toksikologik. Sebagai contoh, penelitian terhadap
enzim sitokrom P450 hati dilakukan untuk menentukan apakah obat tersebut
berfungsi sebagai substrat atau inhibitor enzim tersebut atau akan mempengaruhi
metabolisme obat lain. Pengaruhnya terhadap kanal ion jantung seperti kanal
kalium hERG, yang diperkirakan dapat menyebabkan aritmia yang mengancam
jiwa, dapat dipertimbangkan. 7
Pengaruhnya terhadap fungsi sel akan diteliti untuk menentukan apakah
obat tersebut bersifat agonis, agonis parsial, atau antagonis reseptor . Suatu
jaringan terpisah (isolated tissue), terutama jaringan otot polos pembuluh darah,
digunakan untuk melihat aktivitas farmakologis dan selektivitas senyawa baru
dibandingkan dengan senyawa referensi. Pembandingan dengan obat-obatan lain
juga dilakukan pada preparat in vitro lain seperti otot polos saluran cerna dan
bronkus. Pada tiap tahapan proses ini, senyawa harus memenuhi persyaratan
spesifik untuk dapat maju ke tahapan selanjutnya. 7
Penelitian pada hewan secara holistik umumnya diperlukan untuk
menentukan efek obat pada sistem organ dan model penyakit. Penelitian
pengaruh semua obat baru terhadap kardiovaskular dan ginjal umumnya pertama
kali dilakukan pada hewan normal. Jika memenuhi standar kelayakan, penelitian
juga dapat dilakukan pada model penyakit. Suatu kandidat obat antihipertensi
akan diujikan pada hewan percobaan dengan hipertensi untuk melihat apakah
terjadi penurunan tekanan darah sesuai dosis (dose-related manner) dan untuk
mengetahui efek lain senyawa tersebut. Berbagai bukti mengenai lama kerja dan
efektivitas senyawa tersebut baik pada pemberian oral maupun parenteral
kemudian akan dikumpulkan. Jika terbukti berpotensi, zat ini akan diteliti lebih
lanjut mengenai kemungkinan adanya efek samping terhadap berbagai sistem
organ utama, termasuk pernapasan, gastrointestinal, endokrin, dan sistem saraf
pusat (SSP).7
Berbagai penelitian ini dapat memberikan anjuran mengenai perlu
tidaknya dilakukan modifikasi kimiawi lebih lanjut untuk memperoleh sifat-sifat
farmakokinetik dan farmakodinamik yang lebih diinginkan. Sebagai contoh,
penelitian pada pemberian obat secara oral dapat memperlihatkan bahwa obat ini
sukar diabsorpsi atau cepat dimetabolisme dalam hati; modifikasi untuk
meningkatkan bioavailabilitas mungkin diindikasikan. Jika obat direncanakan
untuk digunakan secara menahun, perlu dilakukan kajian mengenai
perkembangan toleransi. Untuk berbagai obat yang berhubungan dengan atau
memiliki mekanisme kerja yang serupa dengan berbagai obat yang diketahui
menyebabkan ketergantungan fisik, potensi penyalahgunaannya juga perlu
diteliti. Mekanisme farmakologik untuk tiap kerja utama obat juga akan dicari.7
Hasil yang diinginkan dari prosedur skrining ini (yang mungkin perlu
diulang beberapa kali dengan analog atau kongener molekul aslinya) disebut
sebagai senyawa utama (lead compound), yaitu kandidat utama untuk obat baru
yang diperkirakan akan berhasil. Senyawa tersebut umumnya akan didaftarkan
dan dipatenkan baik sebagai senyawa baru (paten mengenai komposisi suatu
materi) yang bermanfaat maupun sebagai pengobatan yang baru dan berbeda
dengan zat kimiawi yang telah dikenal sebelumnya untuk suatu penyakit (paten
mengenai penggunaan). 7
Setelah diperoleh bahan calon obat, maka selanjutnya calon obat tersebut
akan melalui serangkaian uji yang memakan waktu yang panjang dan biaya yang
tidak sedikit sebelum diresmikan sebagai obat oleh badan pemberi izin. Biaya
yang diperlukan dari mulai isolasi atau sintesis senyawa kimia sampai diperoleh
obat baru lebih kurang US$ 500 juta per obat. Uji yang harus ditempuh oleh
calon obat adalah uji praklinik dan uji klinik. 4
Uji praklinik merupakan persyaratan uji untuk calon obat, dari uji ini
diperoleh informasi tentang efikasi (efek farmakologi), profil farmakokinetik dan
toksisitas calon obat. Pada mulanya yang dilakukan pada uji praklinik adalah
pengujian ikatan obat pada reseptor dengan kultur sel terisolasi atau organ
terisolasi, selanjutnya dipandang perlu menguji pada hewan utuh. Hewan yang
baku digunakan adalah galur tertentu dari mencit, tikus, kelinci, marmot, hamster,
anjing atau beberapa uji menggunakan primata, hewan-hewan ini sangat berjasa
bagi pengembangan obat. Hanya dengan menggunakan hewan utuh dapat
diketahui apakah obat menimbulkan efek toksik pada dosis pengobatan atau
aman. 4
Penelitian toksisitas merupakan cara potensial untuk mengevaluasi :
Toksisitas yang berhubungan dengan pemberian obat akut atau kronis
Kerusakan genetik (genotoksisitas, mutagenisitas)
Pertumbuhan tumor (onkogenisitas atau karsinogenisitas)
Kejadian cacat waktu lahir (teratogenisitas)
Selain toksisitasnya, uji pada hewan dapat mempelajari sifat farmakokinetik
obat meliputi absorpsi, distribusi, metabolisme dan eliminasi obat. Semua hasil
pengamatan pada hewan menentukan apakah dapat diteruskan dengan uji pada
manusia. Ahli farmakologi bekerja sama dengan ahli teknologi farmasi dalam
pembuatan formula obat, menghasilkan bentuk-bentuk sediaan obat yang akan
diuji pada manusia. 4
Di samping uji pada hewan, untuk mengurangi penggunaan hewan percobaan
telah dikembangkan pula berbagai uji in vitro untuk menentukan khasiat obat
contohnya uji aktivitas enzim, uji antikanker menggunakan cell line, uji anti
mikroba pada perbenihan mikroba, uji antioksidan, uji antiinflamasi dan lain-lain
untuk menggantikan uji khasiat pada hewan tetapi belum semua uji dapat
dilakukan secara in vitro. Uji toksisitas sampai saat ini masih tetap dilakukan
pada hewan percobaan, belum ada metode lain yang menjamin hasil yang
menggambarkan toksisitas pada manusia, untuk masa yang akan datang perlu
dikembangkan uji toksisitas secara in vitro. 4
Setelah calon obat dinyatakan mempunyai kemanfaatan dan aman pada
hewan percobaan maka selanjutnya diuji pada manusia (uji klinik). Uji pada
manusia harus diteliti dulu kelayakannya oleh komite etik mengikuti Deklarasi
Helsinki. 4
All human societies have medical beliefs that provide explanations for birth,
death, and disease. Throughout history, illness has been attributed to witchcraft,
demons, astral influence, or the will of the gods. These ideas still retain some
power, with faith healing and shrines still used in some places, although the rise
of scientific medicine over the past millennium has altered or replaced mysticism
in most cases.
The ancient Egyptians had a system of medicine that was very advanced for its
time and influenced later medical traditions. The Egyptians and Babylonians both
introduced the concepts of diagnosis, prognosis, and medical examination. The
Hippocratic Oath, still taken by doctors today, was written in Greece in the 5th
century BCE. In the medieval era, surgical practices inherited from the ancient
masters were improved and then systematized in Rogerius'sThe Practice of
Surgery. During the Renaissance, understanding of anatomy improved, and the
invention of the microscope would later lead to the germ theory of disease. These
advancements, along with developments in chemistry, genetics, and lab
technology (such as the x-ray) led to modern medicine.