Anda di halaman 1dari 40

Bahan Diskusi

Kelompok V :

Serbuk

1. Fitria Lativa Agresa 1211013001

2. Rizky Ananda 1211013012

3. Dianty Novitri 1211013023

4. Ulfa Syafli Nosa 1211013029

Topik I :

Penemuan Obat Baru dan Desain Bentuk Sediaan Obat

Fakultas Farmasi

Universitass Andalas

2012
I. Topik
Penemuan obat baru dan desain bentuk sediaan obat

II. Sub Topik


1. Penemuan obat (3)
2. Sejarah obat dan praktek pengobatan (3)
3. Pengembangan obat (3)
4. Macam bentuk sediaan obat (1,2)

III. Referensi
1. http://farmasikendari.blogspot.com/2010/11/bentuk-sediaan-obat.html
2. http://olivekedokteran.blogspot.com/2011/05/bentuk-sediaan-obat.html
3. Lili,dkk, 2011, Discovery and development of drugs
4. http://en.wikipedia.org/wiki/Medicine_(history)

IV. Resume
1. Penemuan Obat 3,4
Obat merupakan semua zat baik kimiawi, hewani, maupun
nabati yang dalam dosis layak dapat menyembuhkan, meringankan
atau mencegah penyakit berikut gejalanya. Kebanyakan obat yang
digunakan di masa lalu adalah obat yang berasal dari tanaman.
Dengan cara mencoba-coba, secara empiris, orang purba
mendapatkan pengalaman dengan berbagai macam daun atau akar
tumbuhan untuk mengobati penyakit. Pengetahuan ini secara turun-
menurun disimpan dan dikembangkan, sehingga muncul ilmu
pengobatan rakyat, seperti pengobatan tradisional jamu di Indonesia.
Namun tidak semua obat memulai riwayatnya sebagai obat anti
penyakit, ada pula yang pada awalnya digunakan sebagai alat ilmu
sihir, kosmetika, atau racun untuk membunuh musuh. Misalnya
strychnin dan kurare mulanya digunakan sebagai racun panah
penduduk pribumi Afrika dan Amerika Selatan. Contoh yang lebih baru
ialah obat kanker nitrogen-mustard yang semula digunakan sebagai
gas-racun (mustard gas) pada perang dunia pertama.
Obat nabati ini digunakan sebagai rebusan atau ekstrak dengan
aktivitas dan efek yang sering kali berbeda-beda tergantung dari a.l.,
asal tanaman dan cara pembuatannya. Kondisi ini dianggap kurang
memuaskan, sehingga lambat laun para ahli kimia mulai mencoba
mengisolasi zat-zat aktif yang terkandung didalamnya. Hasil
percobaan mereka adalah serangkaian zat kimia: yang terkenal
diantaranya adalah efedrin dari tanaman Ma Huang (Ephedra
vulgaris), kinin dari kulit pohon kina, atropin dari Atropa belladona,
morfin dari candu (Papaver somniferum) dan digoksin dari Digitalis
lanata. Dari hasil penelitian setelah tahun 1950 dapat disebutkan
reserpin dan resinamin dari pule pandak (Rauwolfia serpentina),
sedangkan obat kanker vinblaastin dan vinkristin berasal dari Vinca
rosea, sejenis kembang serdadu. Penemuan tahun 1980 adalah obat
malaria artemisinin yang berasal dari tanaman China, qinghaosu
(Artemisia annua). Penemuan terbaru adalah onkolitika paclitaxel
(taxol) dari jarum-jarum sejenis cemara (konifer) Taxus
brevifolia/baccata (1993) dan genistein dari kacang kedele.

2. Sejarah obat dan praktek pengobatan3


Sejak zaman dahulu, obat-obatan telah digunakan untuk
mengobati penyakit pada manusia dan hewan. Tanaman obat kuno
menggambarkan kekuatan terapi tanaman dan mineral
tertentu.Kepercayaan terhadap kekuatan penyembuhan dari tanaman
dan sejumlah substansi tersimpan secara eksklusif pada pengetahuan
tradisional, yang informasi empirisnya tidak dikenakan dengan
pemeriksaan kritis.
Praktek praktek pengobatan dicatat dimulai di daratan
Mesopotamia sekitar 2600 sebelum masehi. Naskah pengobatan
ditulis di atas cetakan tanah liat, dalam catatan tercantum simtom
penyakit, resep dari campuran obat yang digunakan, dan juga doa-doa
yang digunakan dalam penyembuhan. Di daratan Mesir, praktek
pengobatan telah dimulai sejak sekitar 2900 tahun sebelum masehi
(SM). Dalam mitologi mesir kuno dikenal dewa matahari (Iris/Ra/Holy
Eye) dipercara sebagai dewa pengobatan. Dalam praktek
pengembuhan dewa matahari disimbulkan dengan R/. Simbul ini saat
ini digunakan oleh dokter sebagai simbul resep dalam menuliskan
resep obat yang ditujukan kepada apoteker.
Ilmu pengobatan Cina, menurut legenda berasal dari akar kata
Shen Nung (sekitar 2000 SM), seorang kaisar cina, yang mencari dan
meneliti sekitar ribuan tanaman yang berpotensial sebagai obat.
Kaisar telah mencoba sendiri kasiat obat dan pengalamannya tertuang
dalam buku Pen T-Sao, yang memuat sekitar 365 tanaman sebagai
obat. Shen Nung telah mencoba setiap bagian dari tanaman, seperti
akar, kulit batang, daun, bunga untuk mengobatan, dan beberapa
tanaman obat masih digunakan sampai sekarang, seperti tanaman
gingseng, huang ma (efedra).
Naskah pengobatan dikenal dengan Papyrus Ebers (1500 SM.)
didalamnya tercatat sekitar 800 resep dan tertulis dalam 700 jenis
obat. Praktek pengobatan di jaman ini dilakukan oleh dua atau lebih
kelompok, yaitu sekelompok yang mengiapkan obat-obatan dan
pimpinan produsen obat atau ketua farmasis. Penyiapan obat
dilakukan dilingkungan rumah tangga, resep dibacakan oleh ketua ahli
obat. Pimpinan juga bertingak sebagai penentu senyawa aktif yang
digunakan dalam campuran resep.
Hippocrates (459-370 SM) yang dikenal dengan bapak
kedokteran dalam praktek pengobatannya telah menggunakan lebih
dari 200 jenis tumbuhan. Pengobatan moderen diawali di Yunani
sekitar 2500 tahun yang lalu oleh seorang pria Hippocrates. Terlahir di
Pulau Cos, Yunani sekitar tahun 460 SM, praktek Hippocrates dalam
lingkungan medis terselubung dalam ketidaktahuan, tahayul dan
mitologi. Pengobatan Yunani pada awalnya terpusat pada
supranatural. Hippocrates mengubah seni diagnosa kedokteran
dengan mengganti persepsi supranatural dengan metodologi
berlandaskan-observasi.
Terpisah dari pengetahuan kedokteran, Hippocrates
menekankan perawatan pasien secara keseluruhan bertentangan
dengan sekolah kedokteran pada zamannya Cnidian school yang
hanya berfokus pada penyakit saja.
Claudius Galen (131-201) pertama kali mencoba untuk
mempertimbangkan teori latar belakang farmakologi. Teori dan
pengalaman praktis, keduanya memberikan kontribusi yang
sama untuk penggunaan rasional obat-obatan melalui interpretasi
hasil pengamatan dan pengalaman. "Para empirisis mengatakan
bahwa semua telah ditemukan oleh pengalaman. Kami,
bagaimanapun, berpendapat bahwa hal itu ditemukan sebagian
oleh pengalaman, sebagian lagi oleh teori. Bukanlah teori maupun
pengalaman masing-masing yang dapat menemukan semuanya"
Selanjutnya Ibnu Sina (980-1037) telah menulis beberapa buku
tentang metode pengumpulan dan penyimpanan tumbuhan obat
serta cara pembuatan sediaan obat seperti pil, suppositoria, sirup dan
menggabungkan pengetahuan pengobatan dari berbagai negara yaitu
Yunani, India, Persia, dan Arab untuk menghasilkan pengobatan yang
lebih baik.
Paracelsus (1493-1541) berpendapat bahwa untuk membuat
sediaan obat perlu pengetahuan kandungan zat aktifnya dan dia
membuat obat dari bahan yang sudah diketahui zat aktifnya.
Paracelsus lahir sebagai Philippus Aureolus Theoprastus Bombastus
von Hohenheim, pada tahun 1493 di Einsiedeln, sebuah kota kecil
dekat Zurich, Switzerland. Dia merupakan anak dari seorang ahli fisika.
Berdasarkan pada semua ajaran Paracelsus sangat diyakini bahwa
pengetahuan adalah hasil dari pengamatan seseorang terhadap alam
dan pengalaman seseorang dalam hidupnya. Jika terdapat sesuatu
yang tidak jelas, maka manusia harus merencanakan eksperimen
untuk membuktikan atau menolak sebuah hipotesis. Dia meyakini
bahwa, pengobatan hanya dapat dipelajari dari apa yang telah
terlihat oleh mata dan disentuh oleh jari... latihan tidak seharusnya
berlandaskan pada teori spekulatif; teori harus diperoleh dari latihan.
Paracelsus mendalami kimia dan meyakini bahwa tubuh manusia
laksana laboratorium kimia.
Johann Jakob Wepfer (1620-1695) berhasil melakukan verifikasi
efek farmakologi dan toksikologi obat pada hewan percobaan, ia
mengatakan :I pondered at length, finally I resolved to clarify the
matter by experiment. Ia adalah orang pertama yang melakukan
penelitian farmakologi dan toksikologi pada hewan percobaan.
Institut Farmakologi pertama didirikan pada tahun 1847 oleh
Rudolf Buchheim (1820-1879) di Universitas Dorpat (Estonia).Dengan
demikian mengantarkan farmakologi sebagai disiplin ilmu
pengetahuan independen. Selain itu, untuk keterangan efek, ia
berusaha menjelaskan sifat kimia obat.
Selanjutnya Oswald Schiedeberg (1838- 1921) bersama dengan
pakar disiplin ilmu lain menghasilkan konsep fundamental dalam kerja
obat meliputi reseptor obat, hubungan struktur dengan aktivitas dan
toksisitas selektif. Konsep tersebut juga diperkuat oleh T. Frazer
(1852-1921) di Scotlandia, J. Langley (1852-1925) di Inggris dan P.
Ehrlich (1854-1915) di Jerman.
Sumber obat sampai akhir abad 19, obat merupakan produk
organik atau anorganik dari tumbuhan yang dikeringkan atau segar,
bahan hewan atau mineral yang aktif dalam penyembuhan penyakit
tetapi dapat juga menimbulkan efek toksik bila dosisnya terlalu tinggi
atau pada kondisi tertentu penderita. Untuk menjamin tersedianya
obat agar tidak tergantung kepada musim maka tumbuhan obat
diawetkan dengan pengeringan.Contoh tumbuhan yang dikeringkan
pada saat itu adalah getah Papaver somniferum (opium mentah) yang
sering dikaitkan dengan obat penyebab ketergantungan dan
ketagihan. Dengan mengekstraksi getah tanaman tersebut dihasilkan
berbagai senyawa yaitu morfin, kodein, narkotin (noskapin), papaverin
dll; yang ternyata memiliki efek yang berbeda satu sama lain
walaupun dari sumber yang sama Dosis tumbuhan kering dalam
pengobatan ternyata sangat bervariasi tergantung pada tempat asal
tumbuhan, waktu panen, kondisi dan lama penyimpanan. Maka untuk
menghindari variasi dosis, F.W.Sertuerner (1783- 1841) pada tahun
1804 mempelopori isolasi zat aktif dan memurnikannya, dan secara
terpisah dilakukan sintesis secara kimia.Sejak itu berkembang obat
sintetik untuk berbagai jenis penyakit.
Pada permulaan abad ke-20, obat-obat kimia sintetis mulai
tampak kemajuannya, dengan ditemukannya obat-obat termasyhur,
yaitu Salvarsan dan Aspirin sebagai pelopor, yang kemudian disusul
oleh sejumlah obat lain. Pendobrakan sejati baru tercapai dengan
penemuan dan penggunaan kemoterapeutik sulfanilamid (1935) dan
penisilin (1940). Sebetulnya sudah lebih dari dua ribu tahun diketahui
bahwa borok bernanah dapat disembuhkan dengan menutupi luka
mengguanakan kapang-kapang tertentu, tetapi baru pada tahun 1928
khasiat ini diselidiki secara ilmiah oleh penemu penisilin Dr. Alexander
Fleming.
Sejak tahun 1945 ilmu kimia, fisika dan kedokteran berkembang
pesat (mis. sintesa kimia, fermentasi, teknologi rekombinan DNA) dan
hal ini menguntungkan sekali bagi penelitian sistematis obat-obat
baru.Beribu-ribu zat sintetik telah ditemukan, rata-rata 500 zat setiap
tahunnya, yang mengakibatkan perkembangan revolusioner di bidang
farmakoterapi.Kebanyakan obat kuno ditinggalkan dan diganti dengan
obat-obat mutakhir.Akan tetapi, begitu banyak diantaranya tidak lama
masa hidupnya, karena segera terdesak oleh obat yang lebih baru
dan lebih baik khasiatnya. Namun menurut taksiran lebih kurang 80%
dari semua obat yang kini digunakan secara klinis merupakan
penemuan dari tiga dasawarsa terakhir

3. Pengembangan obat (Development of drug)3


Pengembangan bahan obat diawali dengan sintesis atau isolasi
dari berbagai sumber yaitu dari tanaman (glikosida jantung untuk
mengobati lemah jantung), jaringan hewan (heparin untuk mencegah
pembekuan darah), kultur mikroba (penisilin G sebagai antibiotik
pertama), urin manusia (choriogonadotropin) dan dengan teknik
bioteknologi dihasilkan human insulin untuk menangani penyakit
diabetes. Dengan mempelajari hubungan struktur obat dan
aktivitasnya maka pencarian zat baru lebih terarah dan memunculkan
ilmu baru yaitu kimia medisinal dan farmakologi molekular.
Sebagian besar obat baru atau produk obat ditemukan atau
dikembangkan melalui satu atau lebih dari enam pendekatan berikut:
1. Identifikasi atau elusidasi target obat baru
2. Desain obat baru yang rasional berdasarkan pemahaman akan
mekanisme biologik, struktur reseptor, dan struktur obat.
3. Modifikasi molekul terkait secara kimiawi.
4. Skrining terhadap aktivitas biologik produk-produk alamiah,
kumpulan berbagai unsur kimiawi yang telah ditemukan
sebelumnya, dan kumpulan berbagai peptida, asam nukleat, dan
molekul organik lainnya.
5. Bioteknologi dan kloning menggunakan gen untuk menghasilkan
berbagai peptida dan protein. Upaya untuk menemukan target
dan pendekatan dalam pengembangan dan penemuan obat baru
terus dilakukan melalui berbagai penelitian dalam bidang
genomik, proteomik, asam nukleat dan farmakologi molekuler
untuk terapi medikamentosa. Peningkatan jumlah target obat
pada penyakit secara signifikan hendaknya memotivasi
pembaruan dan peningkatan obat.
6. Kombinasi berbagai obat yang telah dikenal untuk mendapatkan
efek aditif atau sinergistik atau reposisi obat tersebut untuk
keperluan pengobatan yang baru.

4. Macam bentuk sediaan obat1,2


Macam Bentuk persediaan obat, yaitu :
1. Padat
a. Kapsul
Kapsul adalah sediaan obat yangg terbungkus cangkang
kapsul yang umumnya terbuat dari gelatin
Keuntungan dari penggunaan kapsul adalah menutupi
rasa obat yang tidak enak atau pahit dan juga kapsul di lapisi
oleh bahan tertentu sehingga tidak pecah dalam lambung
b. Tablet
Tablet adalah sediaan padat mengandung satu jenis obat
atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Berat tablet 300-
600 mg. Keuntungan tablet yaitu praktis dan mudah ditelan
c. Serbuk
Serbuk adalah campuran kering bahan obat yang
dihaluskan untuk pemakaianoral / pemakaian luar.
Serbuk terdiri dari 2 macam, yaitu yang terbagi
(pulveres/puyer) dan yang tidak terbagi (pulvis)
2. Cair
a. Obat luar
Contohnya tantum verde obat kumur mengandung
Benzamidin HCl
b. Obat suntik
c. Obat minum
Contohnya solutio, mixtura dan elixer, suspensi, emulsi,
saturasi dan sirupus.
d. Obat tetes
Dapat diberikan untuk obat minum atau obat luar,
pemakaiannya dengan alat penetes Obat tetes untuk
pemakaian obat luar
3. Setengah padat
a. Krim
Sediaan setengah padat berupa emulsi mengandung air,
dimaksudkan untuk pemakaian luar. Digunakan pada daerah
yang peka dan mudah dicuci. Krim cocok untuk kondisi
inflamasi kronis dan kurang merusak jaringan yang baru
terbentuk.
b. Gel
c. Pasta
Sediaan setengah padat berupa massa lembek (lebih
kenyal dari salep) yang dimaksudkan untuk pemakaian luar
(dermatologi). Mengandung serbuk dalam jumlah besar (40-
50%) dengan vaselin/paraffin cair/bahan dasar yang tidak
berlemak dengan perbandingan 1:1.

d. Salap
Sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan
digunakan sebagai obat luar
V. Mapping

Penemuan obat

Sejarah obat dan


praktek pengobatan
Penemuan obat baru
dan desain bentuk
sediaan obat
Pengembangan obat padat

macam bentuk
cair
sediaan obat

setengah padat

VI. Kesimpulan
Obat merupakan semua zat baik kimiawi, hewani, maupun nabati
yang dalam dosis layak dapat menyembuhkan, meringankan atau
mencegah penyakit berikut gejalanya
Macam bentuk sediaan obat terdiri atas 3, yaitu : padat, cair, dan
setengah padat (2). Macam bentuk sediaan obat padat terdiri dari kapsul,
tablet, dan serbuk. Macam bentuk sediaan obat cair terdiri dari obat luar, obat
suntik, obat minum, dan obat tetes. Sedangkan macam bentuk sediaan obat
setengah padat terdiri krim, gel, pasta, dan salap
VII. Lampiran
1. Bentuk Sediaan Obat

Apa itu obat ?


Obat : suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang digunakan dalam
menetapkan diagnosa,mencegah, mengurangi, menghilangkan,
menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka, atau kelainan
badaniah dan rokhaniah pada manusia atau hewan, memperelok badan
atau bagian badan manusia. Bentuk sediaan obat

A. Obat bentuk sediaan padat

- KAPSUL
Kapsul adalah sediaan obat yangg terbungkus cangkang kapsul yang
umumnya terbuat dari gelatine.
Kapsul dibagi menjadi 2 macam yaitu:
1. Kapsul keras : umumnya berisikan bahan obat yang kering.
2. Kapsul lunak : umumnya bahan obat berupa minyak atau larutan. Obat
dalam minyak.

Keuntungan :
a. Kapsul dapat menutupi rasa obat yg tidak enak, pahit, atau amis.
b. Bahan obat tunggal ataupun campuran dapat diberikan dalam kapsul,
besarnya kapsul dipilih yg sesuai (nomor 000,00,0,1,2,3, 4 dan 5 )
c. Kapsul dapat pula dilapisi dengan bhn tertentu sehingga tidak pecah/
larut dalam lambung

- TABLET SALUT
TUJUAN PENYALUTAN:
1. Meningkatkan stbilitas obat
2. Menutupi rasa obat yang tidak enak
3.Menghindari penguapan zat atau bahan dalam tablet.
4. Memperbaiki penampilan tablet.
5. Merupakan identifikasi dari produk pabrik obat tertentu

MACAM-MACAM TABLET SALUT


1. Tablet salut selaput / film, contoh: Ponstan FCT 500 mg
2. Tablet Bersalut enterik, contih : Voltaren 50 mg
3. Tablet Salut gula (dragee) contoh : Vit . A

MACAM-MACAM TABLET
1. Tablet Lozenges (tablet dihisap seperti permen, sebagai antiseptik pada
mukosa mulut atau tenggorokan
contoh :Dequalinium HCl
2. Tablet sublingual, diletakkan di bwh lidah, melarut lebih cepat dan
bahan obat.diabsorpsi melalui mukosa.
contoh :Nitroglicerin.
3. Tablet Intrabuccal,dimasukkan di pipi bagian dalam, tablet melarut dan
bahan diabsorbsi melalui mukosa.
contoh :Progesteron
4. Tablet Sustained release bahan obat dilepas perlahan-lahan
contoh :Isoptin SR,
5. Tablet yang dimasukkan ke dalam rongga-tubuh.
contoh :Nystatin tablet Vagina
6. Tablet implantasi : implant, diimplantasikan di bwh kulit
Contoh : Norplant

BENTUK TABLET
1. Tablet berbentuk pipih
2. Tablet Berbentuk bulat
3. Tablet berbentuk persegi .
4. Tablet yang pakai tanda belahan (scoret tablet , memudahkan untuk
membagi tablet)

B. Obat bentuk sediaan cair

Dibedakan :
1. Obat luar : Contoh : Tantum verde obat kumur mengandung
Benzamidin HCl
2. Obat suntik :
a. obat suntik iv : larutan dalam air
b. Obat suntik sc: berupa larutan dalam air
c. Obat suntik im:larutan dalam air ataupun dalam minyak , juga dapat
berupa suspensi
3. Obat minum :solutio, mixtura dan elixer, suspensi, emulsi, saturasi dan
sirupus.
4. Obat tetes :dapat diberikan untuk obat minum atau obat luar,
pemakaiannya dengan alat penetes Obat tetes untuk pemakaian obat luar
berupa : Guttae ophtalmicae (tetes mata), Guttae nasales (tetes hidung ),
Guttae auriculares (tetes telinga)

C. Obat bentuk sediaan setengah padat


Menurut karakteristik fisik konsistensinya , obat yg digunakan pada kulit
dapat dibagi tiga kelompok, yaitu:
a. Cairan kental atau encer : liniment
b. Setengah padat: cream, pasta
c. Lebih padat : sapo medicatus, emplastrum

LINIMENTUM

Adalah bentuk sediaan kental atau cair yang dioleskan pada kulit
Liniment dapat berupa emulsi atau larutan zat berkhasiat dalam
minyak/lemak.
Sediaan liniment umumnya tidak diberikan pada kulit yang luka atau kulit
terbuka.
Keuntungan liniment dibandingkan dengan ungt: lebih mudah dicuci dari
kulit dan penetrasi dari bahan obat lebih baik dari sediaan ungt.
R/ Methyl.Salicyl 60
Ol.Cayuputi 20
Inf. Hyoscyami oleos 20
Chloroform 20

UNGUENTUM / SALEP
Salep menurut FI IV adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk
pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir.Contoh Salep 2-4,
Garamicyn salep mata

PASTAE/PASTA

Pastae menurut FI IV adalah sediaan semipadat yang mengandung satu


atau lebih bahan obat yang ditujukan untuk pemakaian topikal. contoh:
Solcoseryl Pasta

CREAM/KRIM

Krim menurut FI IV adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung


satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang
sesuai.
Contoh: Kalcinol-N cream,Topsy cream
Tipe krim ada 2 : krim o/w atau krim w/o

GEL/JELLY
Gel kadang kadang disebut jeli menurut FI IV, merupakan sistem
semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang
kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan.Jika
massa gel terdiri dari jaringan partikel kecil yang terpisah, gel
digolongkan sebagai sistem dua fase. Gel fase tunggal terdiri dari
makromolekul organik yang tersebar serba sama dalam cairan sedemikian
hingga tidak terlihat adanya ikatan antara molekul makro yang terdispersi
dan cairan.
Contoh :Bioplacenton gel, Thrombophob gel

2. BENTUK SEDIAAN OBAT

A. MACAM BSO PADAT:

1. Serbuk atau powder (Pulvis& pulveres)

Pengertian :
Campuran kering bahan obat yang dihaluskan, untuk
pemakaianoral/pemakaian luar.

Macam macam serbuk:


a) Serbuk terbagi
b) Serbuk tak terbagi
i. Serbuk oral tidak terbagi
ii. Pulveres adspersorium(serbuk tabur)
iii. Powder for injection (serbuk injeksi)
Cara penggunaan
i. Dilarutkan/disuspensikan dalam aquadest
ii. Pulvisad spersorius ditaburkan
iii.Serbuk injeksi, dilarutkan atau disuspensikan dalam aqua pro injeksi
pelarut yang sesuai/tersedia

2.Granul(Granualatau Dry granule)

Pengertian:
Sediaan bentuk padat, berupa partikel serbuk dengan diameter 2-4 m
denganatautanpa vehikulum.

Macam-macam granul:
a) Bulk granules
b) Divided granules
Cara penggunaan:
Sebelum diminum, dilarutkan/disuspensikan dulu dalam air /pelarut yang
sesuai dengan volume tertentu, menurut petunjuk dalam brosur yang
disediakan.
3. Tablet (compressi)
Pengertian:
Sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi.
Macam-macam tablet:

1) Berdasar teknik pembuatan:


a) Tablet cetak
b) Tablet kempa

2) Berdasarkan penggunaan:
a) Bolus
b) Tablet triturate
c) Tablet hipodermik
d) Tablet bukal
e) Tablet sublingual
f) Tablet efervesen (tablet buih)
g) Tablet kunyah (chewable tablet)
h) Tablet Hisap (Lozenges)
1. Lokal
2. Sistemik

3) Tablet berdasarkan formulasi


a) release, delayed release, sustained release, sustained action, prolonged
action, prolonged release, timeTablet Salut Gula (Tsg) (Dragee, Sugar
Coated Tablet)
b) Tablet SalutFilm (Tsf) (Film Coated Tablet, Fct)
c) Tablet Salut Enterik(Enteric Coated Tablet)
d) SediaanRetard (Sustained Released, Form Prolonged Action, Form
Timesapan, Spanful)
Macam-macamsediaanretard, yaitu controlled release, extended release,
slow release, extended action
4) Tablet berdasarkan bentuknya
a) Bulat pipih
b) Silindris
Cara penggunaan
Secara umum ditelan utuh kecuali tablet dengan penggunaan khusus
seperti tablet hisap

4. kapsul(capsulae)
pengertian:
Sediaan padat terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang
dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin; tetapi dapat juga
terbuat dari pati atau bahan lain yang sesuai.
Macam-macam:
a) Kapsul cangkang keras(Hard capsule)
b) Kapsul cangkang lunak(Soft capsule)

B. MACAM BSO CAIR

1. solutiones(larutan)
2. suspensiones(suspensi)
3. emulsa(emulsi).

BSO cair oral:


a) Potiones(obatminum)
b) Elixir
c) Sirup
d) Guttae(drop)

BSO cair topikal:


a) Collyrium(kolirium)
b) Guttaeophthalmicae(tetes mata)
c) Gargarisma(Gargle)
d) Mouthwash
e) Guttaenasales(tetes hidung)
f) Guttaeauricularis(tetes telinga)
g) Irigationes(Irigasi)
h) Inhalatoines
i) Epithema
j) Lotion
k) Linimentum(Liniment)
Keuntungan liniment dibandingkan dengan salep adalah:
1. Lebih mudah dicuci dari kulit
2. Penetrasi lebih baik dari sediaan salep.

BSO cair rectal/vaginal:


a) Lavament/Clysma/Enema
Selain untuk membersihkan,enema juga berfungsi sebagai karminativa,
emollient, diagnostik, sedatif, antelmintik, dan lain-lain.
b) Douche

BSO cair injeksi


Pengertian:Sediaan steril berupa larutan,emulsi atau suspense atau
serbuk yang harus dilarutkan atau dilarutkan terlebih dahulu sebelum
digunakan secara parenteral, disuntikkan dengan cara menembus atau
merobek jaringan ke dalam atau melalui kulit atau selaput lendir.
Syarat utama :
Obat harus steril dan disimpan dalam wadah yang menjamin sterilitas.
Keuntungan injeksi:
i. Onset cepat.
ii. Efek dapat diramalkan dengan pasti.
iii. Bioavailabilitas sempurna atau hamper sempurna.
iv. Kerusakan obat dalam GE dihindarkan.
v. Dapat diberikan pada penderita sakit keras atau koma.
Kerugian injeksi:
i. Nyeri saat pemberian, bila sering diberikan.
ii. Efek psikologis bagi yang takut disuntik.
iii. Kekeliruan obat atau dosis tidak dapat diperbaiki.
iv. Obat hanya diberikan oleh tenaga ahli tertentu.

Keuntungan BSO cair


a) Cocok untuk penderita yang sukar menelan
b) Absorpsi lebih cepat dibandingkan sediaan oral lain.
c) Homogenitas lebih terjamin.
d) Dosis/takaran dapat disesuaikan
e) Dosis lebih seragam
f) Cocok untuk obat yang mengiritasi mukosa lambung atau dirusak
cairan lambung

Kerugian BSO cair


a) Tidak untuk obat yang tidak stabil dalam air obat pahit/baunya tidak
enak sukar ditutupi.
b) Sediaan tidak praktis dibawa
c) Takaran obat tidak dalam dosis terbagi kesediaan dosis tunggal, dan
harus menggunakan alat khusus.
d) Air merupakanmedia pertumbuhan bakteri dan merupakan katalis
reaksi.
e) Pemberian obat menggunakan alat khusus/orang khusus(sediaan
parenteral).

C. MACAM BSO SETENGAH PADAT

CREMORES (KRIM)
- Mengandung satu/ > bahan obat berbentuk
- emulsi minyak dalam air atau dispersimikro Kristal asam-asam lemak
atau alcohol berantai panjang dalam air.
- Mudahdibersihkan

JELLY (GEL)
- Jernih & tembus cahaya yang mengandung zat-zat aktif dalam keadaan
terlarut lebih encer dari salep, mengandung sedikit/tidak lilin,
- Digunakan pada membrane mukosa dan untuk tujuan pelican atau
sebagai basis bahan obat,dan umumnya adalah campuran sederhana dari
minyak dan lemak dengan titik leleh rendah.
- Dapat dicuci karena mengandung mucilago,
- gum atau bahan pensuspensi sebagai basis.
PASTAE (PASTA)
- Mengandung satu atau lebih bahan obat yang ditujukan untuk
pemakaian topikal.
- Konsistensi lebih kenyal dari unguentum.
- Tidak memberikan rasa berminyak seperti unguentum.
- Mengandung bahan serbuk(padat) antara 40 % -50 %
Beberapakeuntunganbentuksediaanpasta:
a. Mengikat cairan secret lebih baik dari unguentum
b. lebih melekat pada kulit

UNGUENTA (SALEP)
- Untuk pemakaian topical pada kulit atau selaput lendir.
- Bahan obat larut/terdispersi homogeny dalam dasar salep yang cocok.
Keuntungan sediaan setengah padat dibandingkan sediaan cair:
i. Dapat diatur daya penetrasi dengan memodifikasi basisnya.
ii. Kontak sediaan dengan kulit lebih lama.
iii. Lebih sedikit mengandung air sehingga sulit tumbuh bakteri.
iv. Lebih mudah digunakan tanpa alat bantu.

Factor pemilihan BSO:


I. FAKTOR BAHAN OBAT
Sifat fisiko-kimia bahan obat:
1. Bahan obat higroskopis Natrii Bromidum dalam bentuk solutio
2. Bahan obat tidak larut air diberikan dalam bentuk padat tidak dalam
sediaan cair kecuali yang digunakan bentuk lainnya misalnya bentuk ester
pada klomfenikol yang sifat larut air.
3. Bahan obat dirusak oleh getah lambung maka diberikan dalam bentuk
injeksi Contoh: Penicillin G
4. Bahan obat yang tidak diabsorbsi bila diberikan melalui oral maka obat
akan diberikan melalui injeksi atau topical Contoh: Gentamisin

Hubungan aktivitas/struktur kimiaobat(SAR)


Contoh:
1. Derivat barbiturate Thiopental (ultra-short-acting) diberikan bentuk
injeksi
2. Derivat barbiturate Fenobarbital(long acting)diberikan melalui oral
dalam bentuk tablet, kapsul dan puyer

Sifat farmakokinetik bahan obat


Obat yang mengalamifirst pass effectpada hati kurang efektif bila
diberikan melalui oral misalnya nitrogliserin dan isosorbiddinitrat maka
diberikan tablet sublingual

Bentuksediaanyang paling stabil


Contoh vitamin C tidak stabil dalam bentuk cairan maka pilihannya
adalah bentuk padat yang sifatnya lebih stabil
Hubungan aktivitas/struktur kimiaobat(SAR)
Contoh:
1. Derivat barbiturate Thiopental (ultra-short-
acting)diberikanbentukinjeksi
2. Derivat barbiturate Fenobarbital(long acting) diberikan melalui oral
dalam bentuk tablet, kapsul dan puyer

Sifat farmakokinetik bahan obat


- Obat yang mengalamifirst pass effectpada hatikurang efektif bila
diberikan melalui oral misalnya nitrogliserin dan isosorbiddinitrat maka
diberikan tablet sublingual

Bentuk sediaan yang paling stabil


- Contoh vitamin C tidak stabil dalam bentuk cairan maka pilihannya
adalah bentuk padat yang sifatnya lebih stabil.

II. FAKTOR PENDERITA:


1. Umurpenderita
a. Anak-anak
b. Dewasa
c. Geriatrik

2. Lokasi/bagiantubuhdimanaobatharusbekerja
a. Efek lokal: bentuk sediaan yang dipilih adalah solutio, mixtura,
unguentum, krim, pasta. Harus dibeda, mixtura, unguentum, krim,
pasta.Harus dibedakan apakah obat digunakan untuk kulit biasa atau kulit
yang berambut.
b. Penyerapan atau penetrasi obat melalui kulit: bentuk sediaan injeksi,
linimentum, unguentum, krim dengan vehikulum tertentu
c. Efek sistemik: bentuk sediaan injeksi,bentuk sediaan cair atau padat
yang diberikan per oral atau rektal. Penggunaan oral lebih mudah
digunakan bagi penderita Daripada cara rektal

3. Kecepatan atau lama kerja obat yang dikehendaki:


- Obat bentuk injeksi lebih cepat diabsorpsi daripada bentuk sediaan per
oral atau per rectal. Contoh: kecepatan penyerapan aminofillin dari
berbagai bentuk sediaan injeksi> solutio> pulveres> kapsul
- Obat sustained release (kapsul atau tablet) bekerja lebih lama daripada
tablet atau kapsul biasa; pemberian obat cukup satu atau dua kali dalam
sehari.
DISCOVERY AND
DEVELOPMENT
OF DRUG

DISUSUN OLEH:
L I LY
MARTINA HUTAHAEAN
NINGRUM WAHYUNI
SUKAISI
YENI VERA

PROGRAM MAGISTER ILMU BIOMEDIK


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2011
1. PENEMUAN OBAT
Obat merupakan semua zat baik kimiawi, hewani, maupun nabati yang
dalam dosis layak dapat menyembuhkan, meringankan atau mencegah penyakit
berikut gejalanya. Kebanyakan obat yang digunakan di masa lalu adalah obat
yang berasal dari tanaman. Dengan cara mencoba-coba, secara empiris, orang
purba mendapatkan pengalaman dengan berbagai macam daun atau akar
tumbuhan untuk mengobati penyakit. Pengetahuan ini secara turun-menurun
disimpan dan dikembangkan, sehingga muncul ilmu pengobatan rakyat, seperti
pengobatan tradisional jamu di Indonesia. 1
Namun tidak semua obat memulai riwayatnya sebagai obat anti penyakit,
ada pula yang pada awalnya digunakan sebagai alat ilmu sihir, kosmetika, atau
racun untuk membunuh musuh. Misalnya strychnin dan kurare mulanya
digunakan sebagai racun panah penduduk pribumi Afrika dan Amerika Selatan.
Contoh yang lebih baru ialah obat kanker nitrogen-mustard yang semula
digunakan sebagai gas-racun (mustard gas) pada perang dunia pertama.1
Obat nabati ini digunakan sebagai rebusan atau ekstrak dengan aktivitas
dan efek yang sering kali berbeda-beda tergantung dari a.l., asal tanaman dan cara
pembuatannya. Kondisi ini dianggap kurang memuaskan, sehingga lambat laun
para ahli kimia mulai mencoba mengisolasi zat-zat aktif yang terkandung
didalamnya. Hasil percobaan mereka adalah serangkaian zat kimia: yang terkenal
diantaranya adalah efedrin dari tanaman Ma Huang (Ephedra vulgaris), kinin
dari kulit pohon kina, atropin dari Atropa belladona, morfin dari candu (Papaver
somniferum) dan digoksin dari Digitalis lanata. Dari hasil penelitian setelah
tahun 1950 dapat disebutkan reserpin dan resinamin dari pule pandak
(Rauwolfia serpentina), sedangkan obat kanker vinblaastin dan vinkristin berasal
dari Vinca rosea, sejenis kembang serdadu. Penemuan tahun 1980 adalah obat
malaria artemisinin yang berasal dari tanaman China, qinghaosu (Artemisia
annua). Penemuan terbaru adalah onkolitika paclitaxel (taxol) dari jarum-jarum
sejenis cemara (konifer) Taxus brevifolia/baccata (1993) dan genistein dari
kacang kedele.1
Sejarah obat dan praktek pengobatan
Sejak zaman dahulu, obat-obatan telah digunakan untuk
mengobati penyakit pada manusia dan hewan. Tanaman obat kuno
menggambarkan kekuatan terapi tanaman dan mineral tertentu.Kepercayaan
terhadap kekuatan penyembuhan dari tanaman dan sejumlah substansi
tersimpan secara eksklusif pada pengetahuan tradisional, yang informasi
empirisnya tidak dikenakan dengan pemeriksaan kritis.2
Praktek praktek pengobatan dicatat dimulai di daratan Mesopotamia
sekitar 2600 sebelum masehi. Naskah pengobatan ditulis di atas cetakan tanah
liat, dalam catatan tercantum simtom penyakit, resep dari campuran obat yang
digunakan, dan juga doa-doa yang digunakan dalam penyembuhan. Di daratan
Mesir, praktek pengobatan telah dimulai sejak sekitar 2900 tahun sebelum masehi
(SM). Dalam mitologi mesir kuno dikenal dewa matahari (Iris/Ra/Holy Eye)
dipercara sebagai dewa pengobatan. Dalam praktek pengembuhan dewa matahari
disimbulkan dengan R/. Simbul ini saat ini digunakan oleh dokter sebagai simbul
resep dalam menuliskan resep obat yang ditujukan kepada apoteker. 3
Ilmu pengobatan Cina, menurut legenda berasal dari akar kata Shen Nung
(sekitar 2000 SM), seorang kaisar cina, yang mencari dan meneliti sekitar ribuan
tanaman yang berpotensial sebagai obat. Kaisar telah mencoba sendiri kasiat obat
dan pengalamannya tertuang dalam buku Pen T-Sao, yang memuat sekitar 365
tanaman sebagai obat. Shen Nung telah mencoba setiap bagian dari tanaman,
seperti akar, kulit batang, daun, bunga untuk mengobatan, dan beberapa tanaman
obat masih digunakan sampai sekarang, seperti tanaman gingseng, huang ma
(efedra). 3
Naskah pengobatan dikenal dengan Papyrus Ebers (1500 SM.)
didalamnya tercatat sekitar 800 resep dan tertulis dalam 700 jenis obat. Praktek
pengobatan di jaman ini dilakukan oleh dua atau lebih kelompok, yaitu
sekelompok yang mengiapkan obat-obatan dan pimpinan produsen obat atau
ketua farmasis. Penyiapan obat dilakukan dilingkungan rumah tangga, resep
dibacakan oleh ketua ahli obat. Pimpinan juga bertingak sebagai penentu
senyawa aktif yang digunakan dalam campuran resep. 3
Hippocrates (459-370 SM) yang dikenal dengan bapak kedokteran
dalam praktek pengobatannya telah menggunakan lebih dari 200 jenis tumbuhan.
4
Pengobatan moderen diawali di Yunani sekitar 2500 tahun yang lalu oleh
seorang pria Hippocrates. Terlahir di Pulau Cos, Yunani sekitar tahun 460 SM,
praktek Hippocrates dalam lingkungan medis terselubung dalam ketidaktahuan,
tahayul dan mitologi. Pengobatan Yunani pada awalnya terpusat pada
supranatural. Hippocrates mengubah seni diagnosa kedokteran dengan mengganti
persepsi supranatural dengan metodologi berlandaskan-observasi.
Terpisah dari pengetahuan kedokteran, Hippocrates menekankan
perawatan pasien secara keseluruhan bertentangan dengan sekolah kedokteran
pada zamannya Cnidian school yang hanya berfokus pada penyakit saja. 5
Claudius Galen (131-201) pertama kali mencoba untuk
mempertimbangkan teori latar belakang farmakologi. Teori dan pengalaman
praktis, keduanya memberikan kontribusi yang sama untuk penggunaan rasional
obat-obatan melalui interpretasi hasil pengamatan dan pengalaman.
"Para empirisis mengatakan bahwa semua telah ditemukan oleh
pengalaman. Kami, bagaimanapun, berpendapat bahwa hal itu ditemukan
sebagian oleh pengalaman, sebagian lagi oleh teori. Bukanlah teori maupun
pengalaman masing-masing yang dapat menemukan semuanya" 2
Selanjutnya Ibnu Sina (980-1037) telah menulis beberapa buku tentang
metode pengumpulan dan penyimpanan tumbuhan obat serta cara pembuatan
sediaan obat seperti pil, suppositoria, sirup dan menggabungkan pengetahuan
pengobatan dari berbagai negara yaitu Yunani, India, Persia, dan Arab untuk
menghasilkan pengobatan yang lebih baik. 4
Paracelsus (1493-1541) berpendapat bahwa untuk membuat sediaan obat
perlu pengetahuan kandungan zat aktifnya dan dia membuat obat dari bahan yang
4
sudah diketahui zat aktifnya. Paracelsus lahir sebagai Philippus Aureolus
Theoprastus Bombastus von Hohenheim, pada tahun 1493 di Einsiedeln, sebuah
kota kecil dekat Zurich, Switzerland. Dia merupakan anak dari seorang ahli
fisika. Berdasarkan pada semua ajaran Paracelsus sangat diyakini bahwa
pengetahuan adalah hasil dari pengamatan seseorang terhadap alam dan
pengalaman seseorang dalam hidupnya. Jika terdapat sesuatu yang tidak jelas,
maka manusia harus merencanakan eksperimen untuk membuktikan atau
menolak sebuah hipotesis. Dia meyakini bahwa, pengobatan hanya dapat
dipelajari dari apa yang telah terlihat oleh mata dan disentuh oleh jari... latihan
tidak seharusnya berlandaskan pada teori spekulatif; teori harus diperoleh dari
latihan. Paracelsus mendalami kimia dan meyakini bahwa tubuh manusia
laksana laboratorium kimia. 6
Johann Jakob Wepfer (1620-1695) berhasil melakukan verifikasi efek
farmakologi dan toksikologi obat pada hewan percobaan, ia mengatakan :I
pondered at length, finally I resolved to clarify the matter by experiment. Ia
adalah orang pertama yang melakukan penelitian farmakologi dan toksikologi
pada hewan percobaan. 4
Institut Farmakologi pertama didirikan pada tahun 1847 oleh Rudolf
Buchheim (1820-1879) di Universitas Dorpat (Estonia).4 Dengan demikian
mengantarkan farmakologi sebagai disiplin ilmu pengetahuan independen. Selain
itu, untuk keterangan efek, ia berusaha menjelaskan sifat kimia obat. 2
Selanjutnya Oswald Schiedeberg (1838- 1921) bersama dengan pakar
disiplin ilmu lain menghasilkan konsep fundamental dalam kerja obat meliputi
reseptor obat, hubungan struktur dengan aktivitas dan toksisitas selektif. Konsep
tersebut juga diperkuat oleh T. Frazer (1852-1921) di Scotlandia, J. Langley
(1852-1925) di Inggris dan P. Ehrlich (1854-1915) di Jerman.4
Sumber obat sampai akhir abad 19, obat merupakan produk organik atau
anorganik dari tumbuhan yang dikeringkan atau segar, bahan hewan atau mineral
yang aktif dalam penyembuhan penyakit tetapi dapat juga menimbulkan efek
toksik bila dosisnya terlalu tinggi atau pada kondisi tertentu penderita. Untuk
menjamin tersedianya obat agar tidak tergantung kepada musim maka tumbuhan
obat diawetkan dengan pengeringan.Contoh tumbuhan yang dikeringkan pada
saat itu adalah getah Papaver somniferum (opium mentah) yang sering dikaitkan
dengan obat penyebab ketergantungan dan ketagihan. Dengan mengekstraksi
getah tanaman tersebut dihasilkan berbagai senyawa yaitu morfin, kodein,
narkotin (noskapin), papaverin dll; yang ternyata memiliki efek yang berbeda
satu sama lain walaupun dari sumber yang sama Dosis tumbuhan kering dalam
pengobatan ternyata sangat bervariasi tergantung pada tempat asal tumbuhan,
waktu panen, kondisi dan lama penyimpanan. Maka untuk menghindari variasi
dosis, F.W.Sertuerner (1783- 1841) pada tahun 1804 mempelopori isolasi zat
aktif dan memurnikannya, dan secara terpisah dilakukan sintesis secara
kimia.Sejak itu berkembang obat sintetik untuk berbagai jenis penyakit.4
Pada permulaan abad ke-20, obat-obat kimia sintetis mulai tampak
kemajuannya, dengan ditemukannya obat-obat termasyhur, yaitu Salvarsan dan
Aspirin sebagai pelopor, yang kemudian disusul oleh sejumlah obat lain.
Pendobrakan sejati baru tercapai dengan penemuan dan penggunaan
kemoterapeutik sulfanilamid (1935) dan penisilin (1940). Sebetulnya sudah lebih
dari dua ribu tahun diketahui bahwa borok bernanah dapat disembuhkan dengan
menutupi luka mengguanakan kapang-kapang tertentu, tetapi baru pada tahun
1928 khasiat ini diselidiki secara ilmiah oleh penemu penisilin Dr. Alexander
Fleming. 1
Sejak tahun 1945 ilmu kimia, fisika dan kedokteran berkembang pesat
(mis. sintesa kimia, fermentasi, teknologi rekombinan DNA) dan hal ini
menguntungkan sekali bagi penelitian sistematis obat-obat baru.Beribu-ribu zat
sintetik telah ditemukan, rata-rata 500 zat setiap tahunnya, yang mengakibatkan
perkembangan revolusioner di bidang farmakoterapi.Kebanyakan obat kuno
ditinggalkan dan diganti dengan obat-obat mutakhir.Akan tetapi, begitu banyak
diantaranya tidak lama masa hidupnya, karena segera terdesak oleh obat yang
lebih baru dan lebih baik khasiatnya.Namun menurut taksiran lebih kurang 80%
dari semua obat yang kini digunakan secara klinis merupakan penemuan dari tiga
dasawarsa terakhir.1

2. PENGEMBANGAN OBAT (DEVELOPMENT OF DRUG)


Pengembangan bahan obat diawali dengan sintesis atau isolasi dari
berbagai sumber yaitu dari tanaman (glikosida jantung untuk mengobati lemah
jantung), jaringan hewan (heparin untuk mencegah pembekuan darah), kultur
mikroba (penisilin G sebagai antibiotik pertama), urin manusia
(choriogonadotropin) dan dengan teknik bioteknologi dihasilkan human insulin
untuk menangani penyakit diabetes. Dengan mempelajari hubungan struktur obat
dan aktivitasnya maka pencarian zat baru lebih terarah dan memunculkan ilmu
baru yaitu kimia medisinal dan farmakologi molekular.7
Sebagian besar obat baru atau produk obat ditemukan atau dikembangkan
melalui satu atau lebih dari enam pendekatan berikut: 7
7. Identifikasi atau elusidasi target obat baru
8. Desain obat baru yang rasional berdasarkan pemahaman akan mekanisme
biologik, struktur reseptor, dan struktur obat.
9. Modifikasi molekul terkait secara kimiawi.
10. Skrining terhadap aktivitas biologik produk-produk alamiah, kumpulan
berbagai unsur kimiawi yang telah ditemukan sebelumnya, dan kumpulan
berbagai peptida, asam nukleat, dan molekul organik lainnya.
11. Bioteknologi dan kloning menggunakan gen untuk menghasilkan berbagai
peptida dan protein. Upaya untuk menemukan target dan pendekatan
dalam pengembangan dan penemuan obat baru terus dilakukan melalui
berbagai penelitian dalam bidang genomik, proteomik, asam nukleat dan
farmakologi molekuler untuk terapi medikamentosa. Peningkatan jumlah
target obat pada penyakit secara signifikan hendaknya memotivasi
pembaruan dan peningkatan obat.
12. Kombinasi berbagai obat yang telah dikenal untuk mendapatkan efek
aditif atau sinergistik atau reposisi obat tersebut untuk keperluan
pengobatan yang baru.

Penyaringan Obat
Tanpa memandang sumber atau gagasan utama yang mengarah pada suatu
molekul kandidat obat, uji obat melibatkan serangkaian eksperimen dan
penelitian pada makhluk hidup yang dilaksanakan secara konsisten. Proses ini
dinamakan skrining obat. Beragam uji (assay) biologik pada hewan percobaan
baik pada tingkat molekular, selular, organ, maupun holistik digunakan untuk
menentukan aktivitas dan selektivitas obat. Jenis dan jumlah uji skrining awal
bergantung pada tujuan farmakologi dan terapeutik. Berbagai obat anti-infeksi
akan diuji terhadap berbagai organisme penyebab infeksi, beberapa diantaranya
menunjukkan resitensi terhadap obat standar, dan berbagai obat hipoglikemik
akan diuji kemampuannya untuk menurunkan gula darah, dan sebagainya. Selain
itu, kumpulan berbagai kerja lainnya dari satu molekul juga akan diteliti untuk
menentukan mekanisme kerja dan selektivitas obat. Hal ini mempunyai
keuntungan karena dapat memperlihatkan berbagai efek toksik baik yang diduga
maupun yang tidak diduga. Terkadang, seorang pengamat yang cukup teliti dapat
menemukan suatu efek terapeutik yang tidak diduga sebelumnya. Pemilihan
molekul-molekul yang akan diteliti lebih lanjut paling efisien dilakukan melalui
model penyakit manusia pada hewan percobaan. Pada umumnya, manusia
memiliki obat-obatan yang adekuat untuk berbagai keadaan dengan model
perkiraan pra klinis yang baik (contohnya obat antibakterial, penyakit hipertensi
atau trombotik). Untuk penyakit yang memiliki model pra klinis yang buruk atau
yang sama sekali belum memiliki model pra klinis, seperti pada penyakit
Alzheimer, obat-obatan yang adekuat umumnya belum tersedia dan jarang
terdapat terobosan baru dalam peningkatan terapi. 7
Selama skrining obat berlangsung, berbagai penelitian dilakukan untuk
mendapatkan profil farmakologis obat tersebut pada tingkat molekular, selular,
sistem, organ, dan orgnisme. Sebagai contoh, serangkaian uji akan dilakukan
terhadap suatu obat yang dirancang sebagai antagonis adrenoseptor- pembuluh
darah untuk pengobatan hipertensi. 7
Pada tingkat molekuler, skrining akan dilakukan terhadap senyawa
tersebut untuk menentukan afinitas ikatan dengan reseptor pada membran sel
yang mengandung berbagai reseptor (jika memungkinkan, pada reseptor yang
terdapat pada manusia), pada berbagai reseptor lainnya, dan pada tempat
pengikatan enzim. Jika struktur kristal obat beserta targetnya tersedia, analisis
struktur biologi atau skrining virtual dengan menggunakan komputer (computer-
assisted virtual screening) dapat dilakukan untuk lebih memahami interaksi obat
dengan reseptor. Berbagai penelitian awal dapat dilakukan untuk memperkirakan
efek-efek yang mungkin akan menyebabkan metabolisme obat yang tidak
diinginkan atau komplikasi toksikologik. Sebagai contoh, penelitian terhadap
enzim sitokrom P450 hati dilakukan untuk menentukan apakah obat tersebut
berfungsi sebagai substrat atau inhibitor enzim tersebut atau akan mempengaruhi
metabolisme obat lain. Pengaruhnya terhadap kanal ion jantung seperti kanal
kalium hERG, yang diperkirakan dapat menyebabkan aritmia yang mengancam
jiwa, dapat dipertimbangkan. 7
Pengaruhnya terhadap fungsi sel akan diteliti untuk menentukan apakah
obat tersebut bersifat agonis, agonis parsial, atau antagonis reseptor . Suatu
jaringan terpisah (isolated tissue), terutama jaringan otot polos pembuluh darah,
digunakan untuk melihat aktivitas farmakologis dan selektivitas senyawa baru
dibandingkan dengan senyawa referensi. Pembandingan dengan obat-obatan lain
juga dilakukan pada preparat in vitro lain seperti otot polos saluran cerna dan
bronkus. Pada tiap tahapan proses ini, senyawa harus memenuhi persyaratan
spesifik untuk dapat maju ke tahapan selanjutnya. 7
Penelitian pada hewan secara holistik umumnya diperlukan untuk
menentukan efek obat pada sistem organ dan model penyakit. Penelitian
pengaruh semua obat baru terhadap kardiovaskular dan ginjal umumnya pertama
kali dilakukan pada hewan normal. Jika memenuhi standar kelayakan, penelitian
juga dapat dilakukan pada model penyakit. Suatu kandidat obat antihipertensi
akan diujikan pada hewan percobaan dengan hipertensi untuk melihat apakah
terjadi penurunan tekanan darah sesuai dosis (dose-related manner) dan untuk
mengetahui efek lain senyawa tersebut. Berbagai bukti mengenai lama kerja dan
efektivitas senyawa tersebut baik pada pemberian oral maupun parenteral
kemudian akan dikumpulkan. Jika terbukti berpotensi, zat ini akan diteliti lebih
lanjut mengenai kemungkinan adanya efek samping terhadap berbagai sistem
organ utama, termasuk pernapasan, gastrointestinal, endokrin, dan sistem saraf
pusat (SSP).7
Berbagai penelitian ini dapat memberikan anjuran mengenai perlu
tidaknya dilakukan modifikasi kimiawi lebih lanjut untuk memperoleh sifat-sifat
farmakokinetik dan farmakodinamik yang lebih diinginkan. Sebagai contoh,
penelitian pada pemberian obat secara oral dapat memperlihatkan bahwa obat ini
sukar diabsorpsi atau cepat dimetabolisme dalam hati; modifikasi untuk
meningkatkan bioavailabilitas mungkin diindikasikan. Jika obat direncanakan
untuk digunakan secara menahun, perlu dilakukan kajian mengenai
perkembangan toleransi. Untuk berbagai obat yang berhubungan dengan atau
memiliki mekanisme kerja yang serupa dengan berbagai obat yang diketahui
menyebabkan ketergantungan fisik, potensi penyalahgunaannya juga perlu
diteliti. Mekanisme farmakologik untuk tiap kerja utama obat juga akan dicari.7
Hasil yang diinginkan dari prosedur skrining ini (yang mungkin perlu
diulang beberapa kali dengan analog atau kongener molekul aslinya) disebut
sebagai senyawa utama (lead compound), yaitu kandidat utama untuk obat baru
yang diperkirakan akan berhasil. Senyawa tersebut umumnya akan didaftarkan
dan dipatenkan baik sebagai senyawa baru (paten mengenai komposisi suatu
materi) yang bermanfaat maupun sebagai pengobatan yang baru dan berbeda
dengan zat kimiawi yang telah dikenal sebelumnya untuk suatu penyakit (paten
mengenai penggunaan). 7

UJI KEAMANAN DAN TOKSISITAS PRAKLINIK


Semua obat bersifat toksik pada dosis tertentu. Menetapkan batas
toksisitas dan indeks terapeutik antara manfaat dan risiko (risk and benefit) suatu
obat secara tepat mungkin merupakan bagian terpenting dari proses
pengembangan suatu obat baru. Sebagian besar kandidat obat gagal dipasarkan,
tetapi seni pengembangan dan penemuan obat terletak pada kajian dan
manajemen resiko yang efektif, bukan pada penghindaran risiko secara total.7
Berbagai obat kandidat yang telah melewati prosedur skrining dan
penetapan profil awal harus dievaluasi secara hati-hati akan adanya berbagai
risiko potensial sebelum dan selama dilakukannya uji klinis. Bergantung pada
tujuan penggunaan obat, uji toksisitas pra klinik mencakup sebagian besar atau
seluruh prosedur yang tercantum dalam tabel I. Walaupun tidak ada zat kimiawi
yang dapat dikatakan sepenuhnya aman (bebas dari risiko), tujuan uji ini adalah
untuk memperkirakan risiko yang berhubungan dengan keterpajanan terhadap
kandidat obat dan untuk mempertimbangkan hal ini dalam hubungannya dengan
penggunaan terapeutik dan lama penggunaan suatu obat. 7
Berbagai tujuan penelitian terhadap toksisitas pra klinik antara lain adalah
untuk mengidentifikasi potensi terjadinya toksisitas pada manusia; merancang
berbagai uji untuk menetapkan mekanisme toksis lebih jauh; dan memperkirakan
toksisitas yang spesifik dan paling relevan untuk dipantau dalam uji-uji klinis.
Sebagai tambahan berbagai penelitian yang tercantum dalam tabel I, diperlukan
pula beberapa perkiraan kuantitatif seperti no effect dose dosis maksimum
tidak terlihatnya suatu efek toksik tertentu; dosis letal minimum dosis terkecil
yang dapat mematikan hewan percobaan; dan, bila perlu, dosis letal median
(LD50) dosis yang mematikan sekitar 50% hewan. Saat ini nilai
LD50,diperkirakan dengan menggunakan hewan percobaan dalam jumlah yang
sekecil mungkin. Berbagai dosis ini digunakan dalam perhitungan dosis awal
yang akan diujikan pada manusia, biasanya diambil seperseratus atau
sepersepuluh dari nilai no-effect dose pada hewan. 7
Terdapat berbagai keterbatasan dalam uji praklinis yang penting untuk
diketahui antara lain sebagai berikut:
1. Uji toksisitas merupakan uji yang menyita waktu dan mahal. Diperlukan
waktu sekitar 2 sampai 6 tahun untuk mengumpulkan dan menganalisa
data serta memperkirakan indeks terapeutik (suatu perbandingan antara
jumlah senyawa yang memberikan efek terapeutik dan yang
menyebabkan efek toksik) obat sebelum dianggap layak uji pada manusia.
2. Diperlukan sejumlah besar hewan percobaan untuk mendapatkan data
praklinis yang sahih (valid). Para ilmuwan menaruh perhatian besar akan
hal ini, dan berbagai kemajuan telah dicapai untuk menurunkan jumlah
hewan yang digunakan dengan tetap mempertahankan kesahihan data.
Kultur sel dan jaringan dengan berbagai metode in vitro makin banyak
digunakan, namun nilai perkiraan yang dihasilkan masih sangat terbatas.
Walaupun demikian, beberapa golongan masyarakat berusaha untuk
menghentikan semua uji menggunakan hewan percobaan dengan alasan
yang tidak berdasar bahwa hal ini tidak diperlukan lagi.
3. Ekstrapolasi indeks terapeutik dan data toksisitas dari hewan ke manusia
dapat memberikan perkiraan untuk sebagian besar toksisitas tetapi tidak
seluruhnya. Untuk menemukan suatu proses yang lebih maju, dibentuklah
Predictive Safety Testing Consortium, yakni suatu badan yang merupakan
gabungan lima perusahaan farmasi terbesar di Amerika Serikat dengan
Food and Drug Administration (FDA) sebagai badan penasehat, untuk
memperkirakan keamanan suatu pengobatan sebelum diujikan pada
manusia. Hal ini dicapai dengan cara menggabungkan berbagai metode
laboratorium yang dikembangkan secara internal dalam tiap perusahaan
farmasi.
4. untuk kepentingan statistik, berbagai efek samping yang jarang ditemui
tidak mungkin dideteksi.

Tabel I. Berbagai uji keamanan


Tipe Uji Pendekatan
Toksisitas akut Dosis akut yang mematikan sekitar 50%
hewan percobaan dan dosis maksimum yang
dapat ditoleransi. Biasanya dua spesies, dua
rute pemberian, dosis tunggal
Toksisitas subakut Tiga dosis, dua spesies. Mungkin diperlukan
sekitar 4 minggu sampai 3 bulan sebelum uji
klinis. Makin lama durasi perencanaan
penggunaan klinis, makin lama pula waktu uji
subakut
Toksisitas kronik Spesies hewan pengerat dan bukan pengerat.
6 bulan atau lebih. Diperlukan jika obat
dimaksudkan untuk digunakan pada manusia
dalam jangka waktu yang lama. Biasanya
berjalan bersamaan dengan uji klinis.
Efek terhadap perilaku Efek terhadap perilaku kawin, reproduksi,
reproduksi persalinan, keturunan, cacat saat lahir, dan
perkembangan pascanatal pada hewan.
Potensi karsinogenik Dua tahun, dua spesies. Diperlukan jika obat
dimaksudkan untuk digunakan pada manusia
dalam jangka waktu yang lama.
Potensi mutagenik Efek terhadap stabilitas dan mutasi genetik
bakteri (Tes Ames) atau sel-sel mamalia
dalam kultur; tes letal dominan dan
klastogenisitas pada mencit.
Penelitian toksikologi Menentukan rangkaian dan mekanisme efek-
(Investigative toxicology) efek toksik. Menemukan berbagai gen,
protein, dan jalur yang terlibat.
Mengembangkan metode baru untuk
mengkaji toksisitas.

Setelah diperoleh bahan calon obat, maka selanjutnya calon obat tersebut
akan melalui serangkaian uji yang memakan waktu yang panjang dan biaya yang
tidak sedikit sebelum diresmikan sebagai obat oleh badan pemberi izin. Biaya
yang diperlukan dari mulai isolasi atau sintesis senyawa kimia sampai diperoleh
obat baru lebih kurang US$ 500 juta per obat. Uji yang harus ditempuh oleh
calon obat adalah uji praklinik dan uji klinik. 4
Uji praklinik merupakan persyaratan uji untuk calon obat, dari uji ini
diperoleh informasi tentang efikasi (efek farmakologi), profil farmakokinetik dan
toksisitas calon obat. Pada mulanya yang dilakukan pada uji praklinik adalah
pengujian ikatan obat pada reseptor dengan kultur sel terisolasi atau organ
terisolasi, selanjutnya dipandang perlu menguji pada hewan utuh. Hewan yang
baku digunakan adalah galur tertentu dari mencit, tikus, kelinci, marmot, hamster,
anjing atau beberapa uji menggunakan primata, hewan-hewan ini sangat berjasa
bagi pengembangan obat. Hanya dengan menggunakan hewan utuh dapat
diketahui apakah obat menimbulkan efek toksik pada dosis pengobatan atau
aman. 4
Penelitian toksisitas merupakan cara potensial untuk mengevaluasi :
Toksisitas yang berhubungan dengan pemberian obat akut atau kronis
Kerusakan genetik (genotoksisitas, mutagenisitas)
Pertumbuhan tumor (onkogenisitas atau karsinogenisitas)
Kejadian cacat waktu lahir (teratogenisitas)
Selain toksisitasnya, uji pada hewan dapat mempelajari sifat farmakokinetik
obat meliputi absorpsi, distribusi, metabolisme dan eliminasi obat. Semua hasil
pengamatan pada hewan menentukan apakah dapat diteruskan dengan uji pada
manusia. Ahli farmakologi bekerja sama dengan ahli teknologi farmasi dalam
pembuatan formula obat, menghasilkan bentuk-bentuk sediaan obat yang akan
diuji pada manusia. 4
Di samping uji pada hewan, untuk mengurangi penggunaan hewan percobaan
telah dikembangkan pula berbagai uji in vitro untuk menentukan khasiat obat
contohnya uji aktivitas enzim, uji antikanker menggunakan cell line, uji anti
mikroba pada perbenihan mikroba, uji antioksidan, uji antiinflamasi dan lain-lain
untuk menggantikan uji khasiat pada hewan tetapi belum semua uji dapat
dilakukan secara in vitro. Uji toksisitas sampai saat ini masih tetap dilakukan
pada hewan percobaan, belum ada metode lain yang menjamin hasil yang
menggambarkan toksisitas pada manusia, untuk masa yang akan datang perlu
dikembangkan uji toksisitas secara in vitro. 4
Setelah calon obat dinyatakan mempunyai kemanfaatan dan aman pada
hewan percobaan maka selanjutnya diuji pada manusia (uji klinik). Uji pada
manusia harus diteliti dulu kelayakannya oleh komite etik mengikuti Deklarasi
Helsinki. 4

Uji klinik terdiri dari 4 fase yaitu :


1. Fase I , calon obat diuji pada sukarelawan sehat (25-50) untuk mengetahui
apakah sifat yang diamati pada hewan percobaan juga terlihat pada manusia. Pada
fase ini ditentukan hubungan dosis dengan efek yang ditimbulkannya dan profil
farmakokinetik obat pada manusia. Meskipun tujuan dari fase I ini adalah untuk
mendapatkan dosis maksimum yang dapat ditoleransi, namun studi fase I ini
diatur untuk mencegah keracunan berat. Jika obat yang hendak diuji memiliki
toksisitas yang signifikan, seperti pada kasus terapi kanker dan AIDS, pasien
sukarelawan dengan penyakit yang berkaitanlah yang digunakan pada fase I
dibanding menggunakan sukarelawan normal. Percobaan fase I dilakukan untuk
menentukan apakah manusia dan hewan memperlihatkan respon yang berbeda
secara signifikan terhadap obat dan untuk menentukan batas rentang dosis klinis
aman yang memungkinkan. Percobaan ini terbuka; dimana penguji dan subyek
mengetahui apa yang diberikan selama percobaan. Banyak dugaan keracunan
terdeteksi pada fase ini. Pengukuran farmakokinetik penyerapan, waktu paruh,
dan metabolisme biasanya dilakukan pada fase I. Studi fase I biasanya dilakukan
pada pusat-pusat penelitian dengan ahli farmakologi klinis yang telah dilatih
khusus. 4,7
2. Fase II, calon obat diuji pada pasien tertentu (100-200), diamati efikasi pada
penyakit yang diobati. Yang diharapkan dari obat adalah mempunyai efek yang
potensial dengan efek samping rendah atau tidak toksik. Pada fase ini mulai
dilakukan pengembangan dan uji stabilitas bentuk sediaan obat. Rentang
toksisitas yang lebih luas mungkin saja terdeteksi pada fase ini, dimana uji fase II
biasanya dilakukan pada pusat-pusat klinis khusus (misal rumah sakit
universitas). 4,7
3. Fase III melibatkan kelompok besar pasien (mencapai ribuan), di sini obat
baru dibandingkan efek dan keamanannya terhadap obat pembanding yang sudah
diketahui. Selama uji klinik banyak senyawa calon obat dinyatakan tidak dapat
digunakan. Akhirnya obat baru hanya lolos 1 dari lebih kurang 10.000 senyawa
yang disintesis karena risikonya lebih besar dari manfaatnya atau
kemanfaatannya lebih kecil dari obat yang sudah ada. Sejumlah efek toksik,
khususnya yang disebabkan oleh proses imunologis, pertama kali terlihat nyata
pada fase III. 4,7
Keputusan untuk mengakui obat baru dilakukan oleh badan pengatur nasional, di
Indonesia oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan, di Amerika Serikat oleh
FDA (Food and Drug Administration), di Kanada oleh Health Canada, di Inggris
oleh MHRA (Medicine and Healthcare Product Regulatory Agency), di negara
Eropa lain oleh EMEA ( European Agency for the Evaluation of Medicinal
Product) dan di Australia oleh TGA (Therapeutics Good Administration). 7
Untuk dapat dinilai oleh badan tersebut, industri pengusul harus
menyerahkan data dokumen uji praklinik dan klinik yang sesuai dengan indikasi
yang diajukan, efikasi dan keamanannya harus sudah ditentukan dari bentuk
produknya (tablet, kapsul dll.) yang telah memenuhi persyaratan produk melalui
kontrol kualitas. 7
Pengembangan obat tidak terbatas pada pembuatan produk dengan zat
baru, tetapi dapat juga dengan memodifikasi bentuk sediaan obat yang sudah ada
atau meneliti indikasi baru sebagai tambahan dari indikasi yang sudah ada. Baik
bentuk sediaan baru maupun tambahan indikasi atau perubahan dosis dalam
sediaan harus didaftarkan ke Badan POM dan dinilai oleh Komisi Nasional
Penilai Obat Jadi. Pengembangan ilmu teknologi farmasi dan biofarmasi
melahirkan new drug delivery system terutama bentuk sediaan seperti tablet lepas
lambat, sediaan liposom, tablet salut enterik, mikroenkapsulasi dll. Kemajuan
dalam teknik rekombinasi DNA, kultur sel dan kultur jaringan telah memicu
kemajuan dalam produksi bahan baku obat seperti produksi insulin dll. 7
Setelah calon obat dapat dibuktikan berkhasiat sekurang-kurangnya sama
dengan obat yang sudah ada dan menunjukkan keamanan bagi si pemakai maka
obat baru diizinkan untuk diproduksi oleh industri sebagai legal drug dan
dipasarkan dengan nama dagang tertentu serta dapat diresepkan oleh dokter. 7
4. Fase IV, setelah obat dipasarkan masih dilakukan studi pasca pemasaran (post
marketing surveillance) yang diamati pada pasien dengan berbagai kondisi,
berbagai usia dan ras, studi ini dilakukan dalam jangka waktu lama untuk melihat
nilai terapeutik dan pengalaman jangka panjang dalam menggunakan obat.
Setelah hasil studi fase IV dievaluasi masih memungkinkan obat ditarik dari
perdagangan jika membahayakan, sebagai contoh Cerivastatin suatu obat
antihiperkolesterolemia yang dapat merusak ginjal, Entero-vioform (kliokuinol)
suatu obat antidisentri amuba yang pada orang Jepang menyebabkan kelumpuhan
pada otot mata (SMON disease), fenilpropanolamin yang sering terdapat pada
obat flu harus diturunkan dosisnya dari 25 mg menjadi tidak lebih dari 15 mg
karena dapat meningkatkan tekanan darah dan kontraksi jantung yang
membahayakan pada pasien yang sebelumnya sudah mengidap penyakit jantung
atau tekanan darah tinggi, talidomid dinyatakan tidak aman untuk wanita hamil
karena dapat menyebabkan kecacatan pada janin, troglitazon suatu obat
antidiabetes di Amerika Serikat ditarik karena merusak hati. 4,7

Efek Obat yang Merugikan


Reaksi merugikan dari sebuah obat adalah respon membahayakan dan
tidak diinginkan. Sejumlah reaksi merugikan seperti overdosis, efek berlebihan,
dan interaksi obat, bisa terjadi pada siapa saja. Reaksi merugikan biasanya terjadi
hanya pada pasien yang rentan termasuk intoleransi, idiosinkrasi, dan alergi.
Selama masa uji pra klinis dan uji klinis, semua kejadian merugikan harus
dilaporkan.7
DAFTAR PUSTAKA

1. Tjay, T.H. dan Rahardja, K. Obat-Obat Penting: khasiat, penggunaan dan


efek sampingnya. Farmakologi Umum. PT Elex Media Komputindo.
Jakarta, 2007. hal: 3 4
2. Lullman, H et al. Color Atlas of Pharmacology 2nd edition. General
Pharmacology. Thieme, 2000. hal: 2 3
3. Wirasuta, I.M.A.G., Tren Perkembangan Dunia Farmasi, 18 Desember
2009, Artikel tersedia dari: http://gelgel-
wirasuta.blogspot.com/2009/12/tren-perkembangan-dunia-farmasi-
tempat.html. Diakses 20 Januari 2012
4. Sukandar, E. Y., Tren Dan Paradigma Dunia Farmasi: Industri-Klinik-
Teknologi Kesehatan, Pidato ilmiah pada acara dies natalis ITB yang ke
45, Departemen Farmasi, FMIPA, Institut Teknologi Bandung. Artikel
tersedia dari: http://www.itb.ac.id/focus/focus_file/orasi-ilmiah-dies-
45.pdf
5. Tan, S.Y., Medicine in Stamps; Hippocrates: Father of Medicine,
Singapore Med Journals, 2002 Vol 43(1) : 005 006, Available from :
http://www.sma.org.sg/smj/4301/4301ms1.pdf. diakses pada 20 Januari
2012
6. Tan, S.Y., Yeow, M.E., Medicine in Stamps; Paracelsus (1493-1541): The
Man Who Dared, Singapore Med Journals, 2003 Vol 44(1) : 005 007,
Available from: http://www.sma.org.sg/smj/4401/4401ms1.pdf. diakses
pada 20 Januari 2012
7. Katzung, B.G., Basic and Clinical Pharmacology 10th edition,
Development and Regulation of Drugs, LANGE McGraw Hill, September
2006
== HISTORY OF MEDICINE ==

All human societies have medical beliefs that provide explanations for birth,
death, and disease. Throughout history, illness has been attributed to witchcraft,
demons, astral influence, or the will of the gods. These ideas still retain some
power, with faith healing and shrines still used in some places, although the rise
of scientific medicine over the past millennium has altered or replaced mysticism
in most cases.

The ancient Egyptians had a system of medicine that was very advanced for its
time and influenced later medical traditions. The Egyptians and Babylonians both
introduced the concepts of diagnosis, prognosis, and medical examination. The
Hippocratic Oath, still taken by doctors today, was written in Greece in the 5th
century BCE. In the medieval era, surgical practices inherited from the ancient
masters were improved and then systematized in Rogerius'sThe Practice of
Surgery. During the Renaissance, understanding of anatomy improved, and the
invention of the microscope would later lead to the germ theory of disease. These
advancements, along with developments in chemistry, genetics, and lab
technology (such as the x-ray) led to modern medicine.

Anda mungkin juga menyukai