Anda di halaman 1dari 18

SEJARAH PERKEMBANGAN OBAT

Pada mulanya penggunaan obat dilakukan secara empirik dari tumbuhan, hanya
pengalaman dan selanjutnya;

berdasarkan

1. Paracelsus (1541-1493 SM) berpendapat bahwa untuk membuat sediaan obat perlu
pengetahuan kandungan zat aktifnya dan dia membuat obat dari bahan yang sudah diketahui
zat aktifnya.
2. Hippocrates (459-370 SM) yang dikenal dengan bapak kedokteran dalam praktek
pengobatannya telah menggunakan lebih dari 200 jenis tumbuhan.
3. Claudius Galen (200-129 SM) menghubungkan penyembuhan penyakit dengan teori kerja
obat yang merupakan bidang ilmu farmakologi.
4. Ibnu Sina (980-1037) telah menulis beberapa buku tentang metode pengumpulan dan
penyimpanan tumbuhan obat serta cara pembuatan sediaan obat seperti pil, supositoria, sirup
dan menggabungkan pengetahuan pengobatan dari berbagai negara yaitu Yunani, India,
Persia, dan Arab untuk menghasilkan pengobatan yang lebih baik.
5. Johann Jakob Wepfer (1620-1695) berhasil melakukan verifikasi efek farmakologi dan
toksikologi obat pada hewan percobaan, ia mengatakan :I pondered at length, finallyI
resolved to clarify the matter by experiment. Ia adalah orang pertama yang melakukan
penelitian farmakologi dan toksikologi pada hewan percobaan.

Awal Mula Pengolahan Obat


Percobaan pada hewan merupakan uji praklinik yang sampai sekarang merupakan persyaratan
sebelum obat diujicoba secara klinik pada manusia. Sampai akhir abad 19, obat merupakan produk
organik atau anorganik dari tumbuhan yang dikeringkan atau segar, bahan hewan atau mineral yang
aktif dalam penyembuhan penyakit tetapi dapat juga menimbulkan efek toksik bila dosisnya terlalu
tinggi atau pada kondisi tertentu penderita
Untuk menjamin tersedianya obat agar tidak tergantung kepada musim maka tumbuhan obat
diawetkan dengan pengeringan. Contoh 2 tumbuhan yang dikeringkan pada saat itu adalah getah
Papaver somniferum (opium mentah) yang sering dikaitkan dengan obat penyebab ketergantungan
dan ketagihan. Dengan mengekstraksi getah tanaman tersebut dihasilkan berbagai senyawa yaitu
morfin, kodein, narkotin (noskapin), papaverin dll. Yang ternyata memiliki efek yang berbeda satu
sama lain walaupun dari sumber yang sama.
Dosis tumbuhan kering dalam pengobatan ternyata sangat bervariasi tergantung pada tempat asal
tumbuhan, waktu panen, kondisi dan lama penyimpanan. Maka untuk menghindari variasi dosis,
F.W.Sertuerner (1783-1841) pada th 1804 mempelopori isolasi zat aktif dan memurnikannya dan
secara terpisah dilakukan sintesis secara kimia. Sejak itu berkembang obat sintetik untuk berbagai
jenis penyakit.
Pengembangan bahan obat diawali dengan sintesis atau isolasi dari berbagai sumber yaitu dari
tanaman (glikosida jantung untuk mengobati lemah jantung), jaringan hewan (heparin untuk
Page
1

mencegah pembekuan darah), kultur mikroba (penisilin G sebagai antibiotik pertama), urin manusia
(choriogonadotropin) dan dengan teknik bioteknologi dihasilkan human insulin untuk menangani
penyakit diabetes. Dengan mempelajari hubungan struktur obat dan aktivitasnya maka pencarian zat
baru lebih terarah dan memunculkan ilmu baru yaitu kimia medisinal dan farmakologi molekular.

Penemuan Obat Baru


Setelah diperoleh bahan calon obat, maka selanjutnya calon obat tersebut akan melalui serangkaian
uji yang memakan waktu yang panjang dan biaya yang tidak sedikit sebelum diresmikan sebagai obat
oleh Badan pemberi izin. Uji yang harus ditempuh oleh calon obat adalah uji praklinik dan uji klinik.

Page
2

Uji praklinik
Merupakan persyaratan uji untuk calon obat, dari uji ini diperoleh informasi tentang efikasi (efek
farmakologi),profil farmakokinetik dan toksisitas calon obat. Pada mulanya yang dilakukan pada uji
praklinik adalah pengujian ikatan obat pada reseptor dengan kultur sel terisolasi atau organ
terisolasi,selanjutnya dipandang perlu menguji pada hewan utuh. Hewan yang baku digunakan adalah
galur tertentu dari mencit, tikus, kelinci, marmot, hamster, anjing atau beberapa uji menggunakan
primata, hewan-hewan ini sangat berjasa bagi pengembangan obat.
Uji klinik terdiri dari 4 fase yaitu :
1. Fase I , calon obat diuji pada sukarelawan sehat untuk mengetahui apakah sifat yang diamati pada
hewan percobaan juga terlihat pada manusia. Pada fase ini ditentukan hubungan dosis dengan
efek yang ditimbulkannya dan profil farmakokinetik obat pada manusia.
2. Fase II, calon obat diuji pada pasien tertentu, diamati efikasi pada penyakit yang diobati. Yang
diharapkan dari obat adalah mempunyai efek yang potensial dengan efek samping rendah atau
tidak toksik. Pada fase ini mulai dilakukan pengembangan dan uji stabilitas bentuk sediaan obat.
3. Fase III melibatkan kelompok besar pasien, di sini obat baru dibandingkan efek dan keamanannya
terhadap obat pembanding yang sudah diketahui. Selama uji klinik banyak senyawa calon obat
dinyatakan tidak dapat digunakan. Akhirnya obat baru hanya lolos 1 dari lebih kurang 10.000
senyawa yang disintesis karena risikonya lebih besar dari manfaatnya atau kemanfaatannya lebih
kecil dariobat yang sudah ada.
Keputusan untuk mengakui obat baru dilakukan oleh badan pengatur nasional,

Di Indonesia oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan,


Di Amerika Serikat oleh FDA (Food and Drug Administration),
Di Kanada oleh Health Canada,
DiInggris oleh MHRA (Medicine and Healthcare Product Regulatory Agency),
Di negara Eropa lain oleh EMEA ( European Agency for the Evaluation of Medicinal Product)
dan
Di Australia oleh TGA (Therapeutics Good Administration).

Untuk dapat dinilai oleh badan tersebut, industri pengusul harus menyerahkan data dokumen uji
praklinik dan klinik yang sesuai dengan indikasi yang diajukan, efikasi dan keamanannya harus sudah
ditentukan dari bentuk produknya (tablet, kapsul dll) yang telah memenuhi persyaratan produk melalui
kontrol kualitas.
Setelah calon obat dapat dibuktikan berkhasiat sekurang-kurangnya sama dengan obat yang sudah
ada dan menunjukkan keamanan bagi si pemakai maka obat baru diizinkan untuk diproduksi oleh
industri sebagai legal drug dan dipasarkan dengan nama dagang tertentu serta dapat diresepkan oleh
dokter.

Page
3

4.

Fase IV, setelah obat dipasarkan masih dilakukan studi pasca pemasaran (post marketing
surveillance) yang diamati pada pasien dengan berbagai kondisi, berbagai usia dan ras, studi ini
dilakukan dalam jangka waktu lama untuk melihat nilai terapeutik dan pengalaman jangka
panjang dalam menggunakan obat.

Setelah hasil studi fase IV dievaluasi masih memungkinkan obat ditarik dari perdagangan jika
membahayakan sebagai contoh cerivastatin suatu obat antihiperkolesterolemia yang dapat merusak
ginjal, fenil propanol amin yang sering terdapat pada obat flu harus diturunkan dosisnya dari 25 mg
menjadi tidak lebih dari 15 mg karena dapat meningkatkan tekanan darah dan kontraksi jantung yang
membahayakan pada pasien yang sebelumnya sudah mengidap penyakit jantung atau tekanan darah
tinggi, talidomid dinyatakan tidak aman untuk wanita hamil karena dapat menyebabkan kecacatan
pada janin, troglitazon suatu obat antidiabetesdi Amerika Serikat ditarik karena merusak hati .

OBAT
Pengertian Obat
Obat adalah setiap zat kimia (alami maupun sintetik) selain makanan yang mempunyai pengaruh
terhadap atau dapat menimbulkan efek pada organisme hidup, baik efek psikologis, fisiologis, maupun
biokimiawi.
Obat pada dasarnya adalah benda asing yang dianggap racun oleh tubuh, karena dapat
mempengaruhi sistem kerja tubuh. Perbedaan tipis antara obat dan racun adalah dosis, dimana jika
dosis yang diberikan berada dalam dosis terapi maka akan menimbulkan efek terapi, sedangkan
apabila dosis yang diberikan berada dalam dosis toksik maka akan menimbulkan efek toksik yang
menimbulkan kekacuan homeostasis tubuh dengan resiko terberat adalah kematian.
Sifat alami obat
Ada yang padat (aspirin, atropin),
Cair (nikotin, etanol),
Gas (NO2) menentukan cara pemberian obat terbaik
Ada yang bersifat asam lemah atau basa akan mempengaruhi nasib mereka dalam tubuh, karena
perbedaan pH di berbagai kompartemen tubuh akan mempengaruhi derajat ionisasinya
Ukuran obat
Bervariasi, dari sangat kecil (Li, BM: 7) sampai sangat besar (alteplase, protein dengan BM 59.050)
rata-rata BM 100-1000 akan mempengaruhi kemampuannya berikatan dengan reseptor atau
mencapai tempat aksinya
Bentuk obat
Harus fit dengan reseptornya seperti kunci dan gembok

Tujuan Pengobatan
Page
4

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Penetapan diagnosa,
Pencegahan (preventif),
Penyembuhan (kuratif),
Simtomatik
Pemulihan kembali (rehabilitatif)
Peningkatan kesehatan (promotif)
Kontrasepsi

Page
5

PENGGOLONGAN OBAT
Berdasarkan Sumber Obat
Bahan baku obat diperoleh dari berbagai macam sumber, yaitu :
a. Tumbuhan
Sejumlah tumbuhan memiliki khasiat obat dan telah dipergunakan selama berabad-abad
sebagai obat alami untuk sakit dan luka, Contoh obat yang berasal dari tumbuhan adalah
digitalis. Digitalis dibuat dari daun tanaman foxglove dan digunakan untuk mengobati gagal
jantung kongestif dan aritmia jantung. Digitalis juga digunakan untuk menguatkan kontraksi
otot jantung.
b. Hewan
Produk sampingan dari hewan merupakan salah satu sumber obat karena produk-produk
tersebut mengandung hormon yang diperlukan oleh manusia dalam rangka mempertahankan
homeostasis tubuhnya. Salah satu contoh hormon yang berasal dari hewan adalah premarin
yang berisi esterogen berasal dari urin kuda betina digunakan untuk mengatasi gejala-gejala
menopause. Selain itu, insulin adalah salah satu contoh obat yang digunakan untuk mengatur
kadar gula darah pada pasien penderita diabetes mellitus.
c. Mineral
Tubuh membutuhkan mineral untuk mempertahankan homeostasis tubuh. Mineral merupakan
substansi kristal anorganik yang ditemukan secara alami dibumi. Sebagai contoh, suplemen
besi (Fe) diberikan pada pasien yang mengalami kekurangan zat besi dengan kondisi yang
mengarah pada kelelahan. Zat besi adalah logam alam yang merupakan bagian tak
terpisahkan dari protein tubuh (hemoglobin) yang mengangkut oksigen keseluruh tubuh.
d. Mikroorganisme
Beberapa jenis mikroorganisme dimanfaatkan manusia sebagai penghasil obat-obatan. Obatobatan yang dihasilkan tersebut digunakan untuk menyembuhkan berbagai penyakit terutama
penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme. Hal ini dikarenakan beberapa jenis
mikroorganisme mampu menghasilkan antibiotik. Contoh obat yang berasal dari
mikroorganisme adalah senyawa penisillin yang isolasi dari jamur Penicillin sp dan
Streptomycin yang diisolasi dari bakteri Streptomyces griseus yang kemudian digunakan
untuk pengobatan penyakit tuberculosis.
e. Sintesis Kimiawi
Obat sintesis dibuat dengan menggunakan sintesis kimia, dimana senyawa turunan kimia
disusun kembali untuk membentuk senyawa baru. Contoh obat yang dihasilkan dari sintesis
kimia adalah asam mefenamat dan parastemol yang digolongkan dalam obat analgesik
berguna sebagai obat penghilang rasa sakit.
f.

Biotehnologi
Page
6

Tubuh manusia dan hewan terus-menerus menghadapi serangan virus, bakteri, jamur, dan
senyawa kimia yang terdapat dalam lingkungan. Untuk mengatasi serangan tersebut, tubuh
membutuhkan golongan protein yang disebut antibodi. Suatu teknik pembentukan antibodi
telah dikembangkan berkat kemajuan bioteknologi. Para pakar bioteknologi telah dapat
mengembangkan produksi antibodi secara besar-besaran. Sebuah antibodi yang
disebut antibody monoklonal telah mampu mengatasi berbagai penyakit pada manusia, mulai
dari penyakit kanker dan kegagalan ginjal sampai dengan penyakit infeksi oleh virus atau
bakteri. Antibodi monoklonal juga meningkatkan keberhasilan pencangkokan organ.
Selain antibodi monoklonal, Interferon juga merupakan obat hasil dari rekayasa biotehnologi.
Sejarah interferon dimulai pada tahun 1957, ketika Alick Isaacs dan Jean Lindenmann meneliti
tanggapan tubuh terhadap infeksi virus. Mereka menemukan bahwa suatu substansi yang
disekresikan oleh sel yang terserang dapat membantu sel lain untuk menentang virus
penyerang. Senyawa tersebut dinamakan interferon. Interferon digunakan untuk mengobati
penyakit oleh virus dan beberapa penyakit kanker. Pada tahun 1980 Charles Weissman
berhasil mengklonkan gen pengendali pembuatan satu tipe interferon manusia dengan
menyisipkannya ke dalam bakteri, lalu sel bakteri tersebut segera membuat interferon. Kini
interferon telah dapat diproduksi secara besar-besaran dan digunakan untuk mengobati
berbagai infeksi virus (herpes, hepatitis, rabies) dan kanker.

Berdasarkan Penamaan Obat


Penamaan obat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
a. Nama Kimia
Merupakan nama yang menunjukan unsur atau senyawa yang terkandung dalam obat. Nama
kimia sangat penting bagi ahli kimia, farmasis, dan peneliti yang bekerja dengan obat pada
tingkat kimiwai.
Contoh : N-asetil-p-aminofenol.
b. Nama Generik
Obat dengan nama resmi yang telah ditetapkan dalam Farmakope Indonesia dan INN
(Internasional Non-proprietary Name) WHO untuk zat berkhasiat yang dikandungnya. Nama
generik tertulis di semua label obat dan merupakan nama resmi yang tercantum dalam
sumber-sumber resmi.
Contoh: Asetaminofen atau Parasetamol
c. Nama Dagang/Brand
Obat generik yang dibuat oleh suatu perusahaan dan diberi nama oleh perusahaan tersebut
dengan mengedepankan ciri dari perusahaan tersebut.
Contoh: Sanmol berisi parasetamol yang diproduksi oleh perusahaan Sanbe Farma
Panadol berisi parasetamol yang diproduksi oleh perusahaan gsk.
Selain penamaan obat tersebut, dikenal pula istilah obat paten dan obat essensial.
Obat Paten
Page
7

Obat tersebut relatif baru dan masih dalam masa paten, sehingga belum ada dalam bentuk
generiknya dan yang beredar adalah merek dagang dari pemegang paten. Obat generik adalah obat
yang apabila nama patennya habis masa berlakunya, maka perusahaan farmasi lain dapat
memasarkan obat tersebut. Dalam hal ini obat tidak diberi nama paten lagi, melainkan dipasarkan
dengan nama generiknya, yaitu nama umum yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia.
Obat Essensial
Obat terpilih yang paling dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan, mencakup upaya diagnosis,
profilaksis, terapi dan rehabilitasi, yang diupayakan tersedia di fasilitas kesehatan sesuai dengan
fungsi dan tingkatnya.

Page
8

Berdasarkan Undang-Undang
Penggolongan obat menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 917/Menkes/Per/X /1993 yang
kini telah diperbaiki dengan Permenkes RI Nomor 949/Menkes/Per/ VI/2000 penggolongan obat
dimaksudkan untuk peningkatan keamanan dan ketepatan penggunaan serta pengamanan distribusi.
Golongan obat tersebut meliputi :
Obat bebas (obat OTC : Over The Counter)
Merupakan obat yang ditandai dengan lingkaran berwarna hijau dengan tepi lingkaran berwarna
hitam. Obat bebas umumnya berupa suplemen vitamin dan mineral, obat gosok, beberapa analgetikantipiretik, dan beberapa antasida. Obat golongan ini dapat dibeli bebas di Apotek, toko obat dan
warung.
Obat bebas terbatas,
Merupakan obat yang ditandai dengan lingkaran berwarna biru dengan tepi lingkaran berwarna hitam.
Obat ini juga dapat diperoleh tanpa resep dokter diapotek dan toko obat. Obat-obat yang umumnya
masuk dalam golongan ini antara lain obat batuk, obat influenza, obat-obat antiseptik dan tetes mata
untuk iritasi ringan. Pada kemasan obat seperti ini biasanya tertera peringatan yang bertanda kotak
kecil berdasar warna gelap atau kotak putih bergaris tepi hitam, dengan tulisan sebagai berikut :
Obat keras (dulu disebut obat daftar G = gevaarlijk = berbahaya)
Disebut obat keras karena jika pemakai tidak memperhatikan dosis, aturan pakai, dan peringatan
yang diberikan, dapat menimbulkan efek berbahaya. Obat keras merupakan obat yang hanya bisa
didapatkan dengan resep dokter dan hanya bisa diperoleh di Apotek. Dalam kemasannya ditandai
dengan lingkaran merah dengan huruf K ditengahnya. Contoh obat ini adalah amoksilin, asam
mefenamat dan semua obat dalam bentuk injeksi.
Obat Narkotika,
Merupakan zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintesis maupun semi
sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi
sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. (UU RI no. 22 th 1997
tentang Narkotika).
Obat ini pada kemasannya dengan lingkaran yang didalamnya terdapat palang (+) berwarna
merah.Obat narkotika penggunaannya diawasi dengan ketat sehingga obat golongan narkotika hanya
dapat diperoleh di apotek dengan resep dokter asli (tidak dapat menggunakan copy resep).
Dalam bidang kesehatan, obat-obat narkotika biasa digunakan sebagai anestesi/obat bius dan
analgetik/obat penghilang rasa sakit. Contoh obat narkotika adalah : codipront (obat batuk), MST
(analgetik) dan fentanil (obat bius).
Obat-obat psikotropika,

Page
9

Merupakan Zat atau obat baik ilmiah atau sintesis, bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui
pengaruh selekti pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental
dan prilaku.
Contoh : alprazolam, diazepam. Mengenai obat-obat psikotropika ini diatur dalam UU RI Nomor 5
tahun 1997. Psikotropika dibagi menjadi :
a. Golongan I : sampai sekarang kegunaannya hanya ditujukan untuk ilmu pengetahuan, dilarang
diproduksi, dan digunakan untuk pengobatan contohnya metilen dioksi metamfetamin, Lisergid acid
diathylamine (LSD) dan metamfetamin
b. Golongan II,III dan IV dapat digunakan untuk pengobatan asalkan sudah didaftarkan, contohnya
diazepam, fenobarbital, lorazepam dan klordiazepoksid.

Penggolongan Obat Tradisional


Pengelompokan obat bahan alam Indonesia menjadi jamu sebagai kelompok yang paling sederhana,
obat herbal terstandar sebagai yang lebih tinggi, dan fitofarmaka sebagai yang paling tinggi
tingkatannya. Pokok - pokok pengelompokan tersebut sesuai SK Kepala Badan POM No.
HK.00.05.2411 tanggal 17 Mei 2004.
Jamu (Empirical based herbal medicine)
Jamu adalah obat tradisional yang disediakan secara tradisional, misalnya dalam bentuk serbuk
seduhan, pil, dan cairan yang berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut
serta digunakan secara tradisional. Pada umumnya, jenis ini dibuat dengan mengacu pada resep
peninggalan leluhur yang disusun dari berbagai tanaman obat yang jumlahnya cukup banyak, berkisar
antara 5 10 macam bahkan lebih. Bentuk jamu tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai dengan
klinis, tetapi cukup dengan bukti empiris. Jamu yang telah digunakan secara turun-menurun selama
berpuluh-puluh tahun bahkan mungkin ratusan tahun, telah membuktikan keamanan dan manfaat
secara langsung untuk tujuan kesehatan tertentu.
Obat Herbal Terstandar (Scientific based herbal medicine)
Adalah obat tradisional yang disajikan dari ekstrak atau penyarian bahan alam yang dapat berupa
tanaman obat, binatang, maupun mineral. Untuk melaksanakan proses ini membutuhkan peralatan
yang lebih kompleks dan berharga mahal, ditambah dengan tenaga kerja yang mendukung dengan
pengetahuan maupun ketrampilan pembuatan ekstrak. Selain proses produksi dengan tehnologi maju,
jenis ini pada umumnya telah ditunjang dengan pembuktian ilmiah berupa penelitian-penelitian preklinik seperti standart kandungan bahan berkhasiat, standart pembuatan ekstrak tanaman obat,
standart pembuatan obat tradisional yang higienis, dan uji toksisitas akut maupun kronis.
Fitofarmaka (Clinical based herbal medicine)
Merupakan bentuk obat tradisional dari bahan alam yang dapat disejajarkan dengan obat modern
karena proses pembuatannya yang telah terstandar, ditunjang dengan bukti ilmiah sampai dengan uji
klinik pada manusia.. Dengan uji klinik akan lebih meyakinkan para profesi medis untuk menggunakan
Page
10

obat herbal di sarana pelayanan kesehatan. Masyarakat juga bisa didorong untuk menggunakan obat
herbal karena manfaatnya jelas dengan pembuktian secara ilimia

Page
11

Berdasarkan Bentuk Sediaan Obat


Bentuk sediaan obat (BSO) diperlukan agar penggunaan senyawa obat/zat berkhasiat dalam
farmakoterapi dapat digunakan secara aman, efisien dan atau memberikan efek yang optimal.
Umumnya BSO mengandung satu atau lebih senyawa obat zat berkhasiat dan bahan tambahan yang
diperlukan untuk formulasi tertentu
MANFAAT BENTUK SEDIAAN OBAT
Bentuk sediaan obat dipilih agar :
1. Dapat melindungi dari kerusakan baik dari luar maupun dalam tubuh
2. Dapat menutupi rasa pahit dan tidak enak dari bahan obat
3. Dapat melengkapi kerja obat yang optimum (topikal, inhalasi)
4. Sediaan yang cocok untuk : - obat yang tidak stabil, tidak larut - penyakit pada berbagai tubuh 5.
Dapat dikemas/dibentuk lebih menarik dan menyenangkan.
Dalam memilih BSO, perlu diperhatikan :
sifat bahan obat
sifat sediaan obat
kondisi penderita
kondisi penyakit
harga
MACAM BENTUK SEDIAAN OBAT
1. Bentuk Sediaan Padat : pulvis, pulveres, tablet, kapsul
2. Bentuk Sediaan Cair : solusio/mikstura, suspensi, emulsi, linimentum. losio
3. Bentuk Sediaan Setengah Padat : unguentum, him, jeli,
4. Bentuk sediaan khusus : injeksi , supositoria, ovula, spray, inhalasi,

BENTUK SEDIAAN PADAT


A. PULVIS dan PULVERES (Serbuk)
Bahan atau campuran obat yang homogen dengan atau tanpa bahan tambahan berbentuk serbuk
dan relatif satbil serta kering. Serbuk dapat digunakan untuk obat luar dan obat dalam. Serbuk
untuk obat dalam disebut pulveres (serbuk yang terbagi berupa bungkus-bungkus kecil dalam
kertas dengan berat umumnya 300mg sampai 500mg dengan zat tambahan umumya Saccharum
lactis dan untuk obat luar disebut Pulvis adspersorius (Serbuk tabur).
B. TABLET
Tablet adalah sediaan padat yang kompak, yang dibuat secara kempa cetak, berbentuk pipih
dengan kedua permukaan rata atau cembung, dan mengandung satu atau beberapa bahan obat,
dengan atau tanpa zat tambahan. ( Berat tablet normal antara 300- 600 mg ).
Jenis Tablet :
1. Tablet Hisap ( Lozenges )
Page
12

2.

3.

4.

5.

6.

Sediaan padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat, umumnya dengan bahan
dasar beraroma dan manis, yang dapat membuat tablet melarut atau hancur perlahan
dalam mulut.
Trochici
Tablet hisap yang dibuat dengan cara kempa, Bentuk sediaan seperti donat untuk
mencegah tersedak. - Rasanya manis sehingga mudah diberikan pada anak-anak.
Contoh : FG Trochees
Tablet Sublingual.
Tablet yang digunakan dengan cara meletakkan tablet dibawah lidah, sehingga zat aktif
diserap secara langsung melalui mukosa mulut.
Contoh : Tablet Cedocard
Tablet Kunyah ( Chewable Tablet )
Tablet yang penggunaanya dengan dikunyah, memberikan residu dengan rasa enak dalam
rongga mulut, mudah ditelan dan tidak meninggalkan rasa pahit, tablet ini umumnya
menggunakan manitol, sorbitol atau sukrosa sebagai pengikat dan pengisi yang
mengandung bahan pewarna dan bahan pengaroma untuk meningkatkan penampilan dan
rasa. Contoh obat Antasida
Tablet Effervescent
Tablet selain mengandung zat aktif, juga mengandung campuran asam ( asam sitrat, asam
tartar) dan Natrium bikarbonat , apabila dilarutkan dalam air akan menghasilkan
karbondioksida yang akan memberikan rasa segar.
Contoh : Tablet Ca-D- Rhedoxon
Tablet Salut
Tujuan penyalutan tablet :
1. Melindungi zat aktif dari udara, kelembaban, atau cahaya
2. Menutupi rasa dan bau tidak enak
3. Membuat penampilan lebih baik dan mengatur tempat pelepasan obat dalam saluran
cema.
Jenis tablet salut :
a. Tablet Salut Gula (Tsg)
Untuk obat yang rasa dan bau tidak menyenangkan. Contoh : Supra livron
b. Tablet Salut Film (Tsf)
Untuk bahan obat yang rasa dan bau tidak menyenangkan. Contoh : Ferro gradumet
c. Tablet Salut Enterik (Tse)
Sediaan ini disalut dengan tujuan untuk menunda pelepasan obat sampai tablet telah
melewati lambung, dilakukan untuk obat yang rusak atau inaktif karena cairan lambung
atau dapat mengiritasi lambung. Contoh : Dulcolax 5 mg, Voltaren
d. Tablet Multilayer
Obat yang dicetak menjadi tablet kemudian ditambah granulasi diatas tablet yang
dilakukan berulang-ulang sehingga terbentuk tablet multiplayer. Contoh : Bodrex
e. Tablet Forte
Tablet yang mempunyai komposisi sama dengan komponen tablet biasa tapi
mempunyai kekuatan yang berbeda ( Biasanya 2 kali tablet biasa ) Contoh : Bactrim
Forte
Page
13

f.

Tablet Pelepasan Terkendali


Tablet ini dibuat sedemikian rupa sehingga zat aktif akan tersedia selama jangka waktu
tertentu setelah obat diberikan. Fungsinya mempertahankan efek terapi untuk batas
waktu yang lama, sehingga efek obat lebih seragam, hal tersebut akan mengurangi
frekuensi pemberian sehingga ketaatan pasien bertambah. Istilah efek diperpanjang
( prolong action ) ; efek pengulangan ( repeat action) dan pelepasan lambat (sustained
action) telah digunakan untuk menyatakan sediaan tersebut. Istilah lain yang sering
digunakan antara lain retard, time release, sustained release, oros.

C. KAPSUL
Sediaan obat yang bahan aktifnya dapat berbentuk padat atau setengah padat dengan atau
tanpa bahan tambahan dan terbungkus cangkang yang umumnya terbuat dari gelatin.
Cangkang dapat larut dan dipisahkan dari isinya.
1. Kapsul Lunak ( Soft Capsule ): berisi bahan obat berupa minyak/larutan obat dalam
minyak.
2. Kapsul keras ( Hard Capsule ): berisi bahan obat yang kering

BENTUK SEDIAAN CAIR


A. SOLUTIO
Sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut.
Solute : Zat yang terlarut. Solven : Cairan pelarut umumnya adalah air.
Contoh : Enkasari 120 ml solution, Betadin gargle
B. SIRUP
Penggunaan istilah untuk Bentuk sediaan Cair yang mengandung Saccharosa atau gula ( 6466% ). Lebih kental dan lebih manis dibandingkan dengan Solutio. - Cocok untuk anak-anak
maupun Dewasa.
1. Sirup Kering : Suatu sediaan padat yang berupa serbuk atau granula yang terdiri dari
bahan obat, pemanis, perasa, stabilisator dan bahan lainnya, kecuali pelarut. Apabila akan
digunakan ditambah pelarut (air) dan akan menjadi bentuk sediaan suspensi.
Pada umumnya bahan obat adalah antimikroba atau bahan kimia lain yang tidak larut dan
tidak stabil dalam bentuk cairan dalam penyimpanan lama. Apabila sudah ditambahkan
aquadest, hanya bertahan + 7 hari pada suhu kamar, sedang pada almari pendingin + 14
hari.
Contoh Sirup kering : Cefspan sirup (untuk dibuat Suspensi ) Amcillin DS sirup (untuk
dibuat Suspensi ) Contoh sirup : Biogesic sirup, Dumin sirup
C. SUSPENSI
Sediaan cair yang mengandung bahan padat dalam bentuk halus yang tidak larut tetapi
terdispersi dalam cairan/vehiculum, umumnya mengandung stabilisator untuk menjamin
stabilitasnya, penggunaannya dikocok dulu sebelum dipakai.
Contoh : Sanmag suspensi, Bactricid suspensi
D. ELIXIR
Page
14

Larutan oral yang mengandung etanol sebagai pelarut, untuk mengurangi jumlah etanol bisa
ditambah pelarut lain seperti gliserin dan propilenglikol, Kegunaan alcohol selain sebagai
pelarut, juga sebagai pengawet atau korigen saporis. Sifat : Cocok untuk penderita yang sukar
menelan
Contoh : Batugin 300 ml, Mucopect 60 ml ( Pediatrik )
E. TINGTURA
Larutan mengandung etanol atau hidroalkohol dibuat dari bahan tumbuhan atau senyawa
kimia. Secara tradisional tingtura tumbuhan berkhasiat obat mengandung 10% bahan
tumbuhan, sebagian besar tingtura tumbuhan lain mengandung 20% bahan tumbuhan. Contoh
: Halog 8 ml
F. GARGARISMA
Obat yang dikumur sampai tenggorokan, dan tidak boleh ditelan Contoh : Betadine 190 ml
G. GUTTAE
Sediaan cair yang pemakaiannya dengan cara meneteskan.
1. Tetes Oral
Volume pemberian kecil sehingga cocok untuk bayi dan anak-anak
Contoh : Multivitaplek 15 ml, Triamic 10 ml, Termagon
2. Tetes Mata
Harus steril dan jernih, Isotonis dan isohidris sehingga mempunyai aktivitas optimal.
Catarlent 5 ml, Albucid
3. Tetes Telinga
Bahan pembawanya sebaiknya minyak lemak atau sejenisnya yang mempunyai
kekentalan yang cocok ( misal gliserol, minyak nabati, propilen glikol ) sehingga dapat
menempel pada gendang telinga. - pH sebaiknya asam ( 5-6 )
Contoh : Otolin 10 ml, Otopain 8 ml Universitas Gadjah Mada
4. Tetes Hidung
Contoh : Iliadin 10 ml, Vibrosil, Otrivin
5. Lotion
Sediaan cair yang digunakan untuk pemakaian luar pada kulit. Contoh : Tolmicen

Page
15

BENTUK SEDIAAN SEMI PADAT


A. UNGUENTA (SALEP)
Sediaan 1 /2 padat untuk digunakan sebagai obat luar, mudah dioleskan pada kulit dan tanpa
perlu pemanasan terlebih dahulu , dengan bahan obat yang terkandung hares terbagi rata
atau terdispersi homogen dalam vehikulum
1. Salep Berlemak ( Fatty Ointment )
Suatu sediaan obat berbentuk setengah padat yang mudah dioleskan, bahan obat hares
terdispersi homogen dalam dasar salep yang bebas air ( berlemak ). Contoh : Nerisona
fatty oint
2. Salep Mata.
Steril dan obat dapat kontak lama dengan mata sehingga lebih efektif dibandingkan
dengan tetes mata. hari. Contoh : Cendocycline 1%, 3,5 gram, Cendomycos 3,5 g,
Kemicitine 5g
B. JELLY (GEL )
Sediaan semi padat yang sedikit cair, kental dan lengket yang mencair waktu kontak dengan
kulit, mengering sebagai suatu lapisan tipis, tidak berminyak.
Contoh : Bioplasenton Jelly 15 mg, Voltaren Emulgel 100 g
C. CREAM
Sediaan semi padat yang banyak mengandung air, sehingga memberikan perasaan sejuk bila
dioleskan pada kulit, sebagai vehikulum dapat berupa emulsi 0/W atau emulsi W/O. Dapat
berfungsi sebagai pelarut dan pendingin - Sediaan ini cocok untuk dermatosa akut. Contoh :
Chloramfecort 10 g, Hydrokortison 5g, Scabicid 1 Og.
D. PASTA
Masa lembek dibuat dengan mencampurkan bahan obat yang berbentu serbuk dalam jumlah
besar ( 40-60% )
Contoh : Pasta Lassari

BENTUK SEDIAAN GAS


A. AEROSOL
Sediaan yang mengandung satu atau lebih zat berkhasiat dalam wadah yang diberi tekanan,
berisi propelan yang cukup untuk memancarkan isinya hingga habis, sedangkan cara
penggunaanya dengan ditekan pada tutup botol sehingga memancarkan cairan dan atau
bahan padat dalam media gas.
B. INHALASI
Obat atau larutan obat yang diberikan lewat nasal atau mulut dengan cara dihirup dimasudkan
untuk kerja setempat pada cabang-cabang bronchus atau untuk efek sistemik lewat paru-paru
C. SPRAY
Larutan air atau minyak dalam tetesan kasar atau sebagai zat padat yang terbagi halus untuk
digunakan secara topical, saluran hidung, faring atau kulit
Page
16

BENTUK SEDIAAN LAIN


A. Produk obat non oral dan non parenteral yang didesain untuk bekerja sistemik misalnya : sediaan transdermal (nitrat organik, hormon) - supositoria

Page
17

Berdasarkan cara kerjanya dalam tubuh

Sistemik: obat yang didistribusikan ke seluruh tubuh; contohnya obat analgetik.


Lokal: obat yang bekerja pada jaringan setempat, seperti pemakaian topikal.

Berdasarkan cara penggunaannya

Medicamentum ad usum externum (pemakaian luar) melalui implantasi, injeksi, membran


mukosa, rektal, vaginal, nasal, opthalmic, aurical, collutio/gargarisma/gargle, diberi tiket biru.
Medicamentum ad usum internum (pemakaian dalam) melalui oral, diberi tiket putih.

Berdasarkan kegunaan dalam tubuh

Untuk diagnosis (diagnostic).


Untuk mencegah (prophylactic).
Untuk menyembuhkan (terapeutic).

Page
18

Anda mungkin juga menyukai