Anda di halaman 1dari 4

Nama : Nur Muhammadiah STUDI KASUS

NIM : 21340078
Kelas : B Reguler

STUDI KASUS ETIKA, DISIPLIN DAN HUKUM PROFESI APOTEKER

1. Apoteker Penanggung Jawab Produksi Industri manufaktur obat yang memiliki


Sertifikat CPOB untuk sediaan kapsul antibiotik, kemudian memproduksi sediaan
dengan bahan aktif yang sama dalam bentuk injeksi
 Melakukan pekerjaan Kefarmasian Dengan Kompeten
2. Apoteker di Industri manufaktur obat yang telah memiliki sertifikat CPOB untuk
sediaan krim non antbiotik, juga membuat kosmetika krim pelembut
 Melanggar PMK 1175 2010 pasal 3 Pembuatan kosmetika hanya dapat
dilakukan oleh industri kosmetika.
 Sanksi : peringatan tertulis, pencabutan izin praktek.
3. Apoteker Pananggung Jawab Apotik X membeli obat dari suatu PBF dengan
penanggung jawab Apoteker Y, ternyata merupakan obat palsu.
 Melanggar Hukum, etika dan disiplin UU Kesehatan No 36 Tahun 2009 Pasal
197 serta UU Perlindungan Konsumen No 8 Tahun 1999
 Sanksi : Pencabutan izin praktek, Hukum pidana ancaman hukuman paling lama
15 tahun penjara dan/atau denda paling banyak 1,5 miliar rupiah.
4. Apoteker di Pabrik kosmetika yang memiliki sertifikat CPKB memproduksi dan
mengedarkan Krim pemutih mengandung Hidrokuinon
 Melanggar Hukum Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor 23
Tahun 2019, Bahwa Hidroquinon Dilarang Pengunannya Dalam Kosmetik
 Sanksi: peringatan tertulis, larangan edar kosmetik, penarikankosmetik,
pemusanahan kosmetik.
5. Apoteker yang bekerja di UKOT memproduksi jamu pegal linu dalam bentuk sediaan
effervescen
 Melanggar PMK 006 tahun 2016 pasal 40 UKOT yang melakukan kegiatan
sebagaimana IOT wajib mengajukan permohonan izin IOT.
 Sanksi : surat peringatan tertulis, peringatan keras, perintah penarikan produk dari
peredaran, penghentian sementara kegiatan, pencabutan izin industri atau izin
usaha.
6. Apoteker penanggung jawab Industri Kosmetika Golongan B membuat dan
mengedarkan krim tabir surya dan pencerah kulit
 Melanggar pedoman disiplin Melakukan praktik kefarmasian dengan tidak
kompeten
 Sanksi : surat peringatan, Pencabutan izin praktek
7. Apoteker di IOT memproduksi Jamu dengan bahan kurkumin murni
 Melanngar Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor 32 Tahun
2019 Tentang Persyaratan Keamanan Dan Mutu Obat Tradisional Pasal 4 Ayat
2 Dalam Hal Persyaratan Keamanan Dan Mutu Bahan Baku Belum Diatur
Dalam Farmakope Herbal Indonesia Atau Materi Medika Indonesia
Sebagaimana Dimaksud Pada Ayat (1), Persyaratan Keamanan Dan Mutu Yang
Digunakan Dapat Mengacu Standar Persyaratan Farmakope Negara Lain,
Referensi Ilmiah Yang Diakui, Dan/Atau Data Ilmiah Yang Sahih.
 Sanksi : peringatan tertulis; penarikan Obat Tradisional dari peredaran;
penghentian sementara kegiatan produksi dan/atau distribusi; dan/atau
pembatalan izin edar
8. Apoteker yang telah memiliki STRA dan SIP utk RS bekerja di Industri manufaktur
obat
 Melanggar PMK 31 2016 pasal 18 ayat 1 SIPA bagi Apoteker di fasilitas
kefarmasian hanya diberikan untuk 1 (satu) tempat fasilitas kefarmasian.
 Sanksi surat peringatan, pencabutan izin praktek.
9. Apoteker Penanggung Jawab Penilaian Keamanan Kosmetik (Safety Assessor) diam –
diam menjadi Apoteker Pengelola Apotek
 Melanggar PMK 31 2016 pasal 18 ayat 1 SIPA bagi Apoteker di fasilitas
kefarmasian hanya diberikan untuk 1 (satu) tempat fasilitas kefarmasian.
 Sanksi surat peringatan, pencabutan izin praktek
10. Apoteker yang memiliki Surat Izin Praktik di Klinik menjadi penanggung jawab PBF
Bahan Baku
 Melanggar PMK 31 2016 pasal 18 ayat 1 SIPA bagi Apoteker di fasilitas
kefarmasian hanya diberikan untuk 1 (satu) tempat fasilitas kefarmasian.
 Sanksi surat peringatan, pencabutan izin praktek
11. Apoteker di PBF tidak mau melayani pesanan obat bebas terbatas dari Apotik, karena
Surat Pesanan tidak ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotik
Melakukan pekerjaan Kefarmasian Dengan Kompeten
12. Apoteker Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit memproduksi sediaan farmasi tidak
memiliki izin edar, tetapi hanya digunakan untuk lingkungan rumah sakitnya saja
Tidak melanggar karena tertuang dalam PMK 72 tahun 2016 lampiran bab II
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, Dan Bahan Medis Habis Pakai
13. Apoteker pegawai negeri sipil sebagai Penanggjung jawab terkait Kefarmasian di
Dinas Kesehatan Kab/Kota juga berperan sebagai Apoteker Pengelola Apotek Swasta
Tidak melanggar PMK 31 2016 pasal 18 ayat 2 SIPA bagi Apoteker di fasilitas
pelayanan kefarmasian dapat diberikan untuk paling banyak 3 (tiga) tempat fasilitas
pelayanan kefarmasian.
14. Apoteker pegawai negeri sipil di Balai POM juga berperan sebagai Apoteker
Pengelola Apotek Swasta
Tidak melanggar PMK 31 2016 pasal 18 ayat 2 SIPA bagi Apoteker di fasilitas
pelayanan kefarmasian dapat diberikan untuk paling banyak 3 (tiga) tempat fasilitas
pelayanan kefarmasian.
15. Apoteker mengganti obat paten/nama dagang yang tertulis dalam resep dokter dan
menyerahkan obat generik dengan kandungan yang sama kepada pasien
 Tidak melanggar tertuang dalam PP 51 tahun 2009 pasal 24 b.
16. Petugas Apotik bukan Apoteker, mengganti allopurinol 100 mg yang tertulis dalam
resep dokter dengan Zyloric 300 mg dan menyerahkannya kepada pasien
 Melanggar pedoman disiplin yaitu Tidak menghitung dengan benar dosis obat
yang menimbulkan kerusakan atau kerugian pada pasien
 Sanksi surat peringatan tertulis
17. Apoteker mengajukan izin dan membuka Apotek baru persis disebelah Apotek yang
sudah ada, tanpa berkonsultasi dengan / sepengetahuan Apoteker Pengelola Apotek
yang sudah ada tersebut
 Melanggar ektika profesi tentang Memperlakukan teman sejawat sebagaimana ia
diperlakukan
 Sanksi :surat peringatan – pencabutan izin praktek kefarnasian
18. Apoteker menjual obat keras Ranitidin 150 mg sebanyak 20 tablet tanpa resep dokter
 Melanggar PMK 1176 tahun 1999 tentang OWA 3, ranitidine 150 mg dapat
diberikan maksimal 10 tablet
 Sanksi surat peringatan tertulis
19. Apoteker melayani pembelian diazepam injeksi oleh bidan praktik mandiri
 Melanggar, diazepam termasuk golongan obat psikotropika harus dengan resep
dokter.
 Sanksi pencabutan surat izin praktik, pidana
20. Apoteker melayani penjualan triheksipenidil kepada seorang pasien tetangganya
 Melanggar, triheksipenidil termasuk golongan obat obat tertentu harus dengan
resep dokter
 Sanksi surat peringatan tertulis, pencabutan surat izin
21. Apoteker menyarankan dan menjual tablet Levonorgestrel-etinil estradiol kepada
seorang pasien yang telah dikenalnya dan mengalami oedem / pembengkakan pada
pergelangan kaki karena gangguan ginjal
 Melanggar pedoman disiplin Melakukan yang seharusnya tidak dilakukan atau
tidak melakukan yang seharusnya dilakukan, harunya menyarankan kedokter
 Sanksi Teguran , surat peringatan, pencabutan surat izin praktek
22. Apoteker pengelola apotek melakukan peracikan kosmetik yang mengandung
Hidrokuinon dan arbutin untuk pasien dalam rangka pelayanan swamedikasi
 Melanggar disipilin Memberikan sediaan farmasi yang tidak terjamin mutu,
keamanan, dan khasiat obat dan hokum Peraturan Badan Pengawas Obat Dan
Makanan Nomor 23 Tahun 2019, Bahwa Hidroquinon Dilarang Pengunannya
Dalam Kosmetik.
 Sanksi surat peringatan, pencabutan surat izin praktek
23. Apoteker berada di apotek, pelayanan resep obat keras dilayani oleh tenaga teknis
kefarmasian.
 Melanggar pp 51 thn 2009 tentang pekerjaan kefarmasian pasal 21 (2) Penyerahan
dan pelayanan obat berdasarkan resep dokter dilaksanakan oleh Apoteker.
Pasal 24 menyerahkan obat keras, narkotika dan psikotropika kepada masyarakat
atas resep dari dokter sesuai dengan ketentuan peraturan Perundang-undangan.
 sanksi pemberian peringatan tertulis
24. Apoteker yang sedang menderita flu berat datang ke Apotek, namun mendelegasikan
tugas kepada Tenaga Teknis Kefarmasian untuk melayani resep obat keras.
 Melanggar pedoman disiplin no 11 Menjalankan praktik kefarmasian dalam
kondisi tingkat kesehatan yang sedang terganggu. Karena apoteker sedang
menderita flu (kondisi kesehatannya sedang terganggu)
 sanksi pemberian peringatan tertulis
25. Apoteker yang telah memiliki SIP sebagai Apoteker Pengelola Apotek dan SIA utk satu
Apotek di Kab X, mengajukan kembali menjadi APA di Kab. tetangganya.
 Tidak melanggar PMK 31 2016 pasal 18 ayat 2 SIPA bagi Apoteker di fasilitas
pelayanan kefarmasian dapat diberikan untuk paling banyak 3 (tiga) tempat
fasilitas pelayanan kefarmasian.
26. Apoteker memberikan informasi obat yang banyak dijual di apotiknya kepada Medical
Representative
 Melanggar pedoman disiplin Membuka rahasia kefarmasian kepada yang tidak
berhak
 sanksi pemberian peringatan tertulis
27. Seorang Dokter datang ke Apotik, bermaksud membeli Amlodipin sebanyak 10 tablet
untuk dirinya sendiri. Setelah bertanya tentang identitas dokter tersebut, Apoteker
menyerahkan obat tersebut.
 Tidak melanggar karena amlodipine termasuk obat OWA
28. Apoteker memiliki resep dokter berisi krim hidrokuinon yang obatnya sudah
diserahkan kepada pasien, kemudian melanjutkan membuat dan mnyerahkan krim
terseut kepada pasien lain.
 Melanggar pedoman disiplin no 1. Melakukan praktik kefarmasian dengan tidak
kompeten.
 sanksi pemberian peringatan tertulis
29. Apoteker yang berpraktik di UGD sebuah rumah sakit, merangkap sebagai penanggung
jawab Klinik Estetika
 Tidak melanggat PMK 31 2016 pasal 18 ayat 2 SIPA bagi Apoteker di fasilitas
pelayanan kefarmasian dapat diberikan untuk paling banyak 3 (tiga) tempat
fasilitas pelayanan kefarmasian

Anda mungkin juga menyukai