Anda di halaman 1dari 17

Adverse Drug

Reaction & Clinical


Trials of New Drug
(Reaksi obat yang merugikan dan percobaan klinis obat
baru)

KELOMPOK 7

SUMBER:

“PRINCIPLES OF CLINICAL PHARMACOLOGY AND THEURAPEUTICS”

OXFORD TEXTBOOK OF MEDICINE, 2ND ED VOL I, P7.1-7.15, EDITED BY D.J.


W E AT H E R A L L E T A L . , E B B S O X F O R D U N I V E R S I T Y P R E S S
Anggota
21344037 Monalisa
21344038 Ilyas Surya Drajat
21344040 N Aprilia Triani Taufida
21344043 Muhammad Fadly Ibrahim
21344046 Ita Mariani
21344048 Syifa Mirza Utami
21344050 Katarina Turnip
Reaksi Obat Yang Merugikan
(Pendahuluan)
Tabel 14. Obat yang paling
Insiden reaksi merugikan yang dilaporkan bervariasi tergantung pada metode
sering terlibat sebagai
pengumpulan data yang digunakan.
penyebab reaksi obat yang
Prevalensi reaksi obat yang merugikan terjadi dikisaran 1 – 30% (diperkirakan merugikan
antara 1 - 3 persen pasie rawat inap di Rumah sakit disebabkan oleh reaksi obat
yang merugikan). • Antibiotik
Prevalensi reaksi obat yang menyebabkan kematian belum dapat ditentukan (reaksi • Aspirin
obat yang menyebabkan kematian fatal sering kali sulit untuk ditentukan) • Digoksin
• Diuretik
Meskipun jumlah obat yang diresepkan sangat banyak, jumlah kemunculan reaksi • Heparin
obat yang merugikan sangatlah kecil. Dalam beberapa pengumpulan data, sekitar 6- • Insulin
10 obat paling sering terlibat dengan reaksi obat yang merugikan, diantaranya seperti • Prednison
pada (tabel 14). • Warfarin
Epidemiologi
Reaksi Obat dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti:

Usia dan Jenis Riwayat alergi Efek dari


Kehamilan
Kelamin sebelumnya penyakit

Terapi
Dosis Obat Waktu Reaksi
Beberapa Obat
Usia dan Jenis Kelamin
Usia Jenis Kelamin
Efek samping yang tidak diinginkan Wanita cenderung lebih mudah terkena efek samping
kemungkinan besar terjadi pada orang dengan dibandingkan pria (rasio 2:1). Kecenderungan akan
usia yang sangat muda dan orang tua. Karena lebih besar pada pasien pengguna Kontrasepsi Steroid
ketidakmampuan relatifnya untuk mengeliminasi
obat.

Menurut Yu et al, 2015 Obat-obatan yang bekerja pada sistem


pernapasan dan obat anti-infeksi lebih sering terlibat dalam ADR pada
populasi anak-anak dibandingkan kelompok lain. Obat untuk sistem
saraf, sistem kardiovaskular, sistem genitourinari dan hormon seks,
dan darah dan organ pembentuk darah dilaporkan lebih sering sebagai
obat penyebab ADR pada orang tua

Source :
Yu, Y. M., Shin, W. G., Lee, J.-Y., Choi, S. A., Jo, Y. H., Youn, S. J., … Choi, K. H. (2015). Patterns of Adverse Drug Reactions in Different Age Groups: Analysis of Spontaneous Reports by Community Pharmacists. PLOS ONE, 10(7),
e0132916. doi:10.1371/journal.pone.0132916
Riwayat alergi sebelumnya
Pasien yang memiliki riwayat alergi sebelumnya, 25% memiliki kecenderungan untuk mengalami reaksi obat
yan gmerugikan

Efek dari penyakit


Penyakit yang ditimbulkan (efek samping) karena obat dapat berpengaruh pada kondisi pasien.

Pertimbangan pengunaan obat yang memiliki efek toksik (seperti contohnya: Kloramfenikol pada
pengobatan demam typhoid dengan Infeksi saluran kemih) boleh digunakan untuk kondisi yang sangat
genting. (Pertimbangkan antara efek klinik yang diberikan terhadap efek toksik yagn ditimbulkan oleh
obat.
Kehamilan
Kehamilan mengubah respons sang ibu terhadap obat-obatan tertentu dan dapat membuat janin terpapar pada zat-zat yang
berpotensi membahayakan. Misalnya, Tetracycline dalam dosis besar dapat menyebabkan kerusakan hepatik, tulang dan gigi
pada janin. Untuk itu, pemberian obat pada kondisi kehamilan harus dijaga pada kondisi minimum.

Kondisi pengosongan lambung: proses kehamilan membuat proses absorbsi & metabolisme obat berkurang

Kondisi persalinan: obat-obat penenang & analgesic dapat diteruskan ke janin dan mempengaruhi pernafasan janin pasca
melahirkan

Kondisi Pasca melahirkan:

Obat-obat yang BERBAHAYA saat proses menyusui: dalam konsentrasi tertentu dapat menimbulkan efek toksik pada bayi.
Misalnya: carbimazole, phenobarbitone, diazepam, dan beberapa pencahar.

Obat-obat yang AMAN terhadap proses menyusui: obat oral anti-koagulan & warfarin
Dosis Obat
Dosis obat juga termasuk sebab dari penggunaan obat yang merugikan karena dalam penangan pemberian
dosis harus di sesuaikan dengan THERAPEUTIC DRUGS MONITORING (TDM)

Reaksi obat iodiosyncratic tidak berhubungan dengan dosis obat, namun lebih kepada respon tubuh
terhadap obat.

Waktu Reaksi
Reaksi yang merugikan terhadap terapi obat dapat terjadi pada setiap tahap selama pengobatan atau setelah
selesai pengobatan.

Reaksi Anafilaksis secara karakteristik terjadi pada pemberian obat pertama ketika pasien terlebih dahulu
mengonsumsi obat tersebut. Contohnya: peritonitis dan practolol
Terapi Beberapa Obat
Semakin besar jumlah obat yang diberikan, maka semakin tinggi efek samping karena jumlah interaksi obat
akan semakin besar.
Jenis reaksi obat yang merugikan
Reaksi merugikan terhadap obat dapat dibagi menjadi dua jenis utama :

2. Efek samping tipe B


1. Efek samping tipe A
Disebabkan oleh: efek obat benar-benar menyimpang, baru dan
Disebabkan oleh: efek farmakologis obat pada tidka dapat diprediksi

tubuh yang timbul secara berlebihan mekipun Efek samping tipe B memiiki prevalensi yang rendah, namun
mortalitasnya tinggi.
obat yang diberikan normal (tidak bermasalah)
Contoh:
Efek samping tipe A memiliki prevalensi yang Reaksi agranulositosis karena Kloramfenikol & fenilbutazon
tinggi, namun mortalitasnya rendah. Hipertermia maligna dari agen anestesi
Penyebab:
Contoh:
•Tetrasiklin yang kedaluwarsa yang dapat menyebabkan sindrom
Perdarahan pada terapi antikoagulan fanconi
•Paraldehida lama (lebih dari 6 bulan) dapat mengandung
Hipotensi postural pada terapi antihipertensi asetaldehida, dan asam asetat yang kemudian terbentuk, menjadi
sangat beracun saat diinjeksikan
Mengantuk pada obat penenang
Pada kebanyakan penelitian, 80% reaksi obat yang merugikan berasal dari efek samping tipe A, yang artinya efek samping ini dapat diprediksi dan bergantung pada pemberian dosis yang
muncul karna adanya tindakan farmakologis.
PERBEDAAN Tipe A Tipe B
KARAKTERISTIK
 Dapat diramalkan (dari  Tidak dapat diramalkan (dari
ANTARA: ADR Tipe pengetahuan pengetahuan farmakologisnya)
A (Augmented) Farmakologisnya)

dengan ADR Tipe B  Tergantung dosis  Jarang tergantung dosis


(Bizzare / Aberant)  Morbiditas tinggi  Morbiditas rendah

 Mortalitas Rendah  Mortalitas tinggi

 Dapat ditangani dengan  Dapat ditangani hanya dengan


penguragan dosis penghentian pengobatan

 Angka kejadian tinggi  Angka kejadian rendah


Reaksi anafilaksis

Adalah suatu reaksi alergi berat yang terjadi secara tiba-tiba dan dapat
menyebabkan kematian dan bersifat akut. Anafilaksis biasanya
ditunjukkan dengan beberapa gejala termasuk di antaranya ruam gatal,

Jenis-Jenis pembengkakan tenggorokan, dispnea, muntah, kepala terasa ringan, dan


tekanan darah rendah. Gejala-gejala ini akan timbul dalam hitungan
Reaksi Obat menit hingga jam.

yang Penyakit serum

Merugikan adalah reaksi yang bersifat kurang akut, mirip dengan alergi dan
merupakan tipe III reaksi hipersensitivitas yang dihasilkan dari injeksi
protein heterolog atau serum. Gejala penyakit serum merupakan
gangguan immunologis sistemik khas yang menyertai pemberian bahan
antigenik asing.
Reaksi tipe III hipersensitivitas adalah interaksi antara antibodi

IgG dan/IgM dengan antigen dalam sirkulasi, kemudian kompleks

yang terbentuk melekat pada jaringan dan menyebabkan

kerusakan endotelium kapiler. Istilah lain untuk tipe III ini, ialah

hipersensitivitas kompleks-imun (immune-complex hypersensitivity ). Hal ini

disebabkan adanya pengendapan kompleks antigen-antibodi yang kecil dan

terlarut di dalam jaringan yang ditandai dengan timbulnya inflamasiatau

peradangan. Pada reaksi ini terjadi suatu kompleks terdiri dari kumpulan

antigen dengan zat antinya yang timbul akibat masuknya antigen asing ke

dalam tubuh untuk ke dua kalinya dan bereaksi dengan zat anti spesifiknya.
Percobaan
Klinis Pada
Obat Baru
Tujuan dari uji klinis ini adalah untuk melihat apakah efek
yang terlihat pada hewan juga dapat terlihat pada manusia, dan
apakah cara penanganan obat oleh manusia sesuai dengan
yang terjadi pada hewan.
Percobaan Klinis Pada Obat Baru
Studi buta ganda
Pertimbangan statistik dan etika
Pada studi buta ganda akan dilakukan pemilihan pasien
untuk diberikan informasi dasar, lalu pasien tersebut Pertimbangan statistik akan membantu dalam penilaian
dijadikan control atau kelompok perlakuan aktif uji klinis, terutama untuk mengetahui berapa banyak
secara acak pasien yang akan disertakan. Semakin kecil perbedaan
yang diharapkan antara dua perlakuan, semakin banyak
Penilaian klinis obat pasien yang dibutuhkan untuk menunjukkan hasil
yang signifikan.
Ketika uji klinis obat dilakukan, sangat penting untuk
mendapatkan hasil yang akurat dari efek terapi. Namun
beberapa obat memiliki efek yang hanya dapat
dinilai dengan pengukuran subjektif dibandingkan Untuk etika uji klinis, setiap peserta dalam penelitian
dengan uji klinis Skala analog visual bisa sangat harus menjelaskan rincian uji coba dan harus ada
berguna untuk pengukuran subjektif seperti nyeri dan persetujuan tertulis dari badan peninjau. Persetujuan ini
kantuk. Metode penilaian ini sangat akurat, berulang harus disaksikan oleh pihak ketiga.
dan relatif bebas dari kesalahan pengamat.
Fase I
•Jumlah relawan: 25-50 orang

•Tujuan: untuk mengetahui apakah sifat yang diamati pada hewan percobaan juga terlihat pada manusia atau tidak.

•Pada fase ini ditentukan hubungan dosis dengan efek yang ditimbulkannya dan profil farmakokinetik obat pada
manusia.

Fase II
•Jumlah relawan: 100-200 orang

•Tujuan: untuk mengetahui efikasi pada penyakit yang diobati (mengenai apakah obat memiliki efek yang potensial

Percobaan dengan efek samping rendah atau tidak toksik)


•Pada fase ini mulai dilakukan pengembangan dan uji stabilitas bentuk sediaan obat.

Klinis Pada Fase III


•Jumlah relawan: ribuan orang

Obat Baru •Tujuan: membandingkan efek & keamanan antara obat yang dikembangkan dengan obat yang pembanding yang
sudah diketahui.

Indonesia Keputusan hasil pengujian dikeluarkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan, dengam melampirkan
data dokumen uji praklinik dan klinik yang sesuai dengan indikasi yang diajukan, efikasi dan keamanannya harus
sudah ditentukan dari bentuk produknya (tablet, kapsul dll.) yang telah memenuhi persyaratan produk melalui
kontrol kualitas

Fase IV
•Merupakan studi pasca pemasaran ( post marketing surveillance) yang diamati pada pasien dengan berbagai kondisi
(usia dan ras)
•studi ini dilakukan dalam jangka waktu lama untuk melihat nilai terapeutik dan pengalaman jangka panjang dalam
menggunakan obat. Setelah hasil studi fase IV dievaluasi masih memungkinkan obat ditarik dari perdagangan jika
membahayakan.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai