Anda di halaman 1dari 26

Below The Line ( Media Lini Bawah)

Below The Line ( BTL) adalah segala aktifitas marketing atau promosi yang
dilakukan di tingkat retail/konsumen dengan salah satu tujuannya adalah merangkul
konsumen supaya aware dengan produk kita, contohnya : program bonus/hadiah,
event, pembinaan konsumen dll.
Semua aktifitas ini biasanya dilakukan oleh kantor perwakilan di daerah yang
menjadi area pemasarannya. Pada intinya definisi below the line adalah bentuk
iklan yang tidak disampaikan atau disiarkan melalui media massa, dan biro iklan
tidak memungut komisi atas penyiarannya/pemasangannya. Kegiatan
promosi below the line suatubrand paling banyak dilakukan melalui beragam event.
Dengan event ini, konsumen akan berhubungan langsung dengan brand, sehingga
bisa terjadi komunikasi antara brand dengan konsumen. Beragam pendekatan
dalam melakukan brand activation ini sudah banyak dilakukan.
JENIS-JENIS MEDIA LINI BAWAH
1. LITERATUR PENJUALAN
Banyak barang dan jasa yang bisa dijual dengan lebih mudah kalau konsumen
diberi tulisan/literatur yang secara lebih rinci menjelaskan kegunaan, karakteristik
dan berbagai aspek lainnya dari produk yang bersangkutan. Tulisan yang membuat
aneka informasi mengenai produk itulah yang disebut sebagai literatur penjualan.
Cara penawaran literature ini bisa lewat iklan, dikirim lewat pos dengan disertai
produknya sendiri (misalnya pada bungkusannya atau kemasannya. Atau bisa juga
disediakan di point of salenya). Bentuk-bentuk literature penjualan itu sendiri cukup
bervariasi, antara lain:

Leaflet, berwujud sehelai kertas dari bagan yang agak kaku (agar tidak
mudah robek,ditekuk, atau dilipat)

Folder, seperti tersirat dari namanya, folder adalah selembar bahan cetakan
yang bisa jadi ukurannya cukup besar yang penampilannya diperingkas
dengan cara melipat folder menjadi dua seperti map atau buku agar mudah
dibawa-bawa. Atau bisa juga dilipat dengan gaya corcentina sehingga
membentuk beberapa halaman terpisah tanpa perlu dipotong.

Brosur atau booklet. Bila literature berjumlah kelipatan empat halaman, maka
literature penjualan tersebut bisa dijilid dengan semacam penjepit yang
sederhana, sementara halaman-halaman tunggal dapat dijilid dengan cara
penjilidan seperti biasa, dimana sisi kiri dilem dan kemudian diberi cover agar
lebih kuat dan indah.

Broadsheet, bentuk literature ini sebenarnya sekedar merupakan jenis lain


dari folder yang tidak dilipat dan berukuran sama dengan sehalaman surat
kabar. Peta, atlas dan poster-poster kecil biasa dicetak dengan ukuran ini.
Istilah ini juga dipakai untuk menyebut halaman surat kabar yang berukuran
besar (normal), guna membedakannya dengan ukuran halaman tabloid.

Catalog. Adalah sejenis brosur yang menerangkan dan kadang-kadang


ditambah dengan ilustrasi tentang berbagai produk yang ditawarkan
perusahaan dengan harganya. Ukurannya bermacam-macam mulai dari
ukuran saku sampai yang sebesar buku telepon, tergantung keperluan
bisnisnya.

Jadwal perjalanan. Literature penjualan ini juga tergolong brosur, dan


ukurannya bisa menyerupai sebuah buku saku yang cukup tebal sepertiu
jadwal penerbangan atau bisa juga berupa folder-folder kecil seperti jadwal
untuk bis dan kereta api. Pada umumnya jadwal yang berisi catatan
keberangkatan dan kedatangan kereta api atau penerbangan seukuran buku
tulis.

Kartu pos berwarna. Publisitas yang bermanfaat bisa didapat dengan


menghadiahkan kepada para pelanggan kartu pos yang menarik. Hal ini
sudah lazim dilakukan oleh menejemen hotel-hotel, maskapai penerbangan
dan lain-lain.

Peralatan tulis menulis. Amplop-amplop dan kop surat yang ditempatkan di


kamar-kamar hotel tidak saja berguna sebagai salah satu layanan hotel,
namun benda-benda tersebut juga dapat dimanfaatkan sebagai wahana
iklan. Disitu dapat dituliskan nama produk-produk atau jasa yang tersedia,
atau sekedar daftar alamat dan nomor telepon pihak perusahaan. Cara
sederhana ini sering berhasil mengundan datangnya pesanan.

Sisipan/stuffer. Ini adalah leaflet-leaflet yang ditempatkan atau disisipkan


dalam kotak atau kemasan produk yang bersangkutan. Isinya adalah
petunjuk-petunjuk tentang bagaimana cara menggunakan suatu produk atau
kegunaan-kegunaan mengiklankan produk-produk lain dari suatu perusahaan.

Agenda/ catatan harian kecil, baik buku catatn harian atau diary meja
maupun yang berukuran saku memiliki iklan yang lama, karena diary dipakai
sepanjang tahun dan diary baru atau diary yang diisi kembali bisa diberikan
setiap tahun seperti untuk hadiah tahun baru. Selain sebagai hadiah kenengkenangan, ini merupakan wahanaiklan yang sederhana akan tetapi cukup
efektif.

Catatan nomer telepon, bisa berupa kertu-kartu gantung atau buku


pencatatseukuran saku yang tampak serasi jika ditempatkan disamping
telepon.

Kartu jaminan. Kartu ini lazim dipasang menyertai berbagai produk, berisikan
petunjuk-petunjuk yang bersangkutan termasuk cara penggunaannya atau
perawatannya.

Kartu-kartu garansi. Selain untuk memberi nomor register penjualan yang


dibutuhkan sebagai garansi, kartu-kartu ini juga bisa digunakan sebagai
wahana untuk mengumpulkan detil-detil pembelian at5au aneka informasi
lainnya dari konsumen dalam rangka suatu riset.

Daftar harga dan formulir pemesanan. Kedua jenis literature penjualan ini
bisa disatuikan atau dibuat terpisah. Formulir-formulir pemesanan harus
dirancang sedemikian ruapasehingga mudah diisi, dan informasi lainnya
seperti jumlah pemesanan/order atau jumlah pembayaran, serta alamat
lengkap si pemesan harus tertera jelas.

1. BENDA-BENDA PAJANGAN DI TEMPAT PENJUALAN (POINT OF SALES DISPLAY


MATERIAL)
Yang dimaksud dengan benda pajangan adalah benda-benda yang sengaja
dirancang untuk menarik perhatian pengunjung, serta mempertinggi kemungkinan
terjadinya penjualan. Pajangan tersebut bisa juga menjadi semacam pertanda
bahwa suatu tempat atau pihak perusahaan tertentu merupakan pemasok produk
tersebut.
Benda-benda pajangan cukup bervariasi, di antaranya:

Mobil atau alat peraga bergerak. Mobil ini biasanya dipasangi dengan
potongan-potongan pajangan yang diikat pada semacam kawat yang
merentang dari atap took sehingga bila tertiup angina ia berkibar-kibar.
Mobil-mobil semacam ini banyak dipakai oleh supermarket-supermarket yang
ruang pajangnya terbatas.

Poster. Poster berukuran crown atau double crown biasanya selalu ada di
ruang-ruang pajang, di dinding dekorasi, pintu-pintu serta jendela-jendela
toko. Selain poster-poster bergambar dan berwarna ada pula poster yang
dibuat dari kain sutra yang mengkilap warnanya, yang sering dipakai
barbagai took untuk mengumumkan adanya suatu penawaran khusus.

Stiker. Merupakan salah satu bentuk pajangan tertua, yang masa


bertahannya sangat lama. Bentuknya adalah potongan-potonganh kertas
yang bisa ditempel di sudut-sudut jendela.

Contoh-contoh kemasan. Kotak, bungkusan atau botol kosong yang serupa


dengan produk aslinya juga berguna untuk pajangan di jendela, terutama
untuk aneka produk yang mudah rusak jika dibiarkan terlalu lama dipajang,
atau produk yang terlalu banyak memakan tempat jika dipajang secara utuh.

Produk sisa. Banyak supermareket mempunyai tong-tong yang dihiasi dengan


nama-nama produk dan diisi dengan produk sisa yang bermerek yang
ditempatkan di dekat kasir untuk menarik minat pembeli.

Stand kasa. Stand semacam ini, baik yang berdiri sendiri atau dipasang di
atas meja counter, atau digantung di meja kasir, berisi suatu produk tertentu
yang dijual secara swalayan. Stand tersebut harus dipasangi papan nama
pabrik pembuatnya agar para pengecer tidak mengisinya dengan produk lain
yang justru merupakan saingan mereka.

Kartu pajangan. Kartu-kartu semacam ini baik yang diikat maupun yang
digantung, terbuat dari kertas atau logam, gampang dibawa jika si pengecer
memiliki ntoko yang berpindah-pindah atau temporer. Krtu tersebut bertahan

lama terutama yang bahannya kuat ada yang dipajang secara permanent,
ketakanlah di meja resepsionis hotel, misalnya kertu-kartu kredit pajangan.

Kotak-kotak dispenser. Mirip dengan kartu pajangan, kotak dispenser sifatnya


portable dan bisa dipasang secara permanent kalau leaflet-leaflet yang ada
di dalamnya selalu dibutuhkan orang. Kotak dispenser seperti ini sering
dipakai untuk memajang prospectus-prospectus asuransi, leaflet atau brosur
wisata, dan formulir resmi.

Jam dinding. Inipun merupakan pajangan yang popular permanent karena


setiap kali orang melihat jam, maka pada waktu yang bersamaan akan
terbaca pula nama si pemasang iklan

Tokoh-tokoh iklan. Johnie walker, Ronald McDonald, Michelin Maa, Kelinci


Enigizer merupakan tokoh-tokoh yang dasawarsa ini digunakan menjadi
pajangan. Ada yang berupa patung atau potongan karton. Tokoh pajangan
milik Michelin bahkan muncul dalam berbagai bentuk patung karet. Ada statis
ada pula yang bergerak.

Model. Kerena bentuknya tiga dimensi dan berskala tertentu, maka model
sifatnya anat realistis dan cocok untuk digunakan sebagai pajangan terutama
barang-barang yang aslinya terlalu besar ataui yang mustahil dipajang di
etalase. Misalnya model pesawat terbang.

Model bergerak. Model yang aktif biasany6a menarik perhatian sehingga ada
saja orang yang berhenti dan mengamatinya.

Pajangan berlampu. Seperti halnya lampu hiasan yang berkedap-kedip atau


berganti-ganti warna, symbol atau pajangan berlampu yang dipasang pada
sebuah jendela akan menarik perhatian, khususnya bagi orang yang berlalulalang di depan toko atau di jalan raya setelah hari gelap. Perhatian akan
tetap tercurah sekalipun tokonya tutup.

Kartu/ kotak dispenser. Ada dispenser yang ditempel secara utuh di dinding
seperti kartu-kartu yang dipakai untuk mengambil kacang goreng, dan ada
yang dipajang, di gantungan, dan berbentuk balon, kantong atau sachet
untuk barang-barang sep[erti mainan, pisau cukur, kaset musik, barangbarang pandai besi, atau bolpen. Gantungan bisa dipasang di dinding atau
took atau stand khusus atau fitting yang disediakan oleh pabrik. Dengan
demikian dispenser merupakan salah satu bahan pajangan yang permanent
dan bersifat swalayan.

The End of the Line: Mengakhiri Istilah ATL vs BTL


oleh : Amalia E. Maulana
dimuat di Bisnis Indonesia Minggu, April 2008

Ada yang menggelitik pada saat saya membaca salah satu tugas MarComm Manager dalam
sebuah iklan lowongan kerja belum lama ini :Responsible for strategy on ATL, TTL and BTL
campaigns.. Istilah komunikasi ATL (Above the Line) dan BTL (Below the Line), keduanya
sudah umum digunakan di dunia pemasaran dan periklanan. Tetapi TTL (Through the Line)? Ini
jelas istilah baru.

Sebenarnya istilah LINE (yang berarti garis) dalam ATL dan BTL itu berawal dari kategorisasi
dalam neraca keuangan. Kategori pertama berlaku bagi kegiatan pemasaran yang kena komisi
biro iklan. Ini dimasukkan dalam cost of sales dan dikurangi sebelum ditentukan gross profit.
Kategori kedua untuk kegiatan pemasaran non iklan yang tidak kena komisi. Biayanya
dimasukkan dalam biaya operasional dan dikurangi sebelum ditentukan net profit.

Kedua jenis budget tersebut dipisahkan dengan sebuah garis (LINE). Yang mengandung unsur
komisi, ditulis di bagian atas neraca, disebut sebagai Above the line (ATL). Sisanya, dijadikan
satu di bawah garis tadi, disebut kelompok Below the line (BTL). Sudah banyak yang
melupakan definisi awal komunikasi ATL vs BTL tersebut.

Dalam banyak tulisan, ATL dan BTL dijelaskan perbedaannya sebagi berikut:
Above the line (ATL)
Target audiens luas

Below the line (BTL)


Target audiens terbatas

Media atau kegiatannya memberikan


Lebih untuk menjelaskan sebuah konsep
audiens kesempatan untuk merasakan,
atau ide. Tidak ada interaksi langsung
menyentuh atau berinteraksi, bahkan
dengan audiens.
langsung action membeli.
TV, Radio, Majalah, koran, billboard

Event, Sponsorship, Sampling, Point-of-Sale


(POS) materials, Consumer promotion,
Trade promotion, dll

Saat ini, dimana landscape media sudah bergeser secara dramatis dengan munculnya mediamedia baru, terutama yang berbasis teknologi tinggi (Internet dan mobile phone), beda ATL vs
BTL semakin kabur. Persoalannya, karakteristik media baru tidak eksklusif lagi. Internet media,
karena fiturnya yang sangat kaya (disebut dengan rich media), bisa mencakup target audiens
yang luas sekaligus spesifik; mempunyai fasilitas interaksi secara langsung.

Situasi dalam pemasaran modern ini yang mengharuskan Strategic Brand Planner berfikir
integrasi dalam disain pesan dan alokasi medianya. Integrasi kegiatan komunikasi secara
simultan ini dikenal dengan sebutan Integrated Marketing Communication (IMC).
Istilah TTL (Through the Line)
Jika kita perhatikan di sekitar kita, memang banyak kegiatan yang tidak bisa dikatakan eksklusif
lagi. Ada kegiatan ATL yang mengandung unsur BTL. Atau sebaliknya, BTL yang mengandung
unsur ATL. Contoh ATL dengan BTL adalah iklan sebuah brand di majalah yang sekaligus
ditempeli sample produknya. Sedangkan contoh BTL dengan ATL: kegiatan event di outlet
tertentu yang disebarluaskan lewat iklan radio dan sms.
Wilayah abu-abu atau grey area itulah yang mendorong timbulnya istilah baru, yaitu Through
the Line atau TTL. Istilah ini secara harafiah berarti cakupan dari ujung satu ke ujung
lainnya. Istilah TTL diperkenalkan untuk menjembatani pihak perusahaan jasa komunikasi
periklanan yang ingin membuat gambaran kongkrit terhadap segmen jasa kreatif komunikasi
yang ditawarkannya.
Awareness + Image building vs Brand Activation
Kerancuan dalam penggunaan istilah ATL dan BTL perlu dijadikan bahan pemikiran ulang.
Apakah masih relevan cara kita mendefinisikan kegiatan komunikasi pemasaran dengan
pembagian ATL/BTL? Jika kita mengacu pada situasi historis pada saat istilah ATL dan BTL
muncul, itu adalah sebuah usaha klasifikasi yang relevan pada saat tersebut. Biro iklan pada
saat itu terfokus pada kegiatan-kegiatan ATL, sehingga dalam klasifikasi budget unsur komisi
jelas masuk dalam ATL saja. Saat ini, sudah terjadi pergeseran yang cukup signifikan dalam
percaturan di dunia jasa periklanan/komunikasi. Muncul banyak agensi baru yang
memposisikan diri sebagai IMC Agency.
Dalam konteks ini, seringkali tidak berlaku lagi komisi. Mereka bahkan menawarkan jasa
sebagai strategic partner perusahaan yang komitmennya direalisasikan dalam bentuk fixed
retainer cost (biaya jasa tetap tiap bulannya).
Dengan situasi baru seperti sekarang ini, dimana jasa yang ditawarkan oleh biro iklan dan biro
pendukung kegiatan komunikasi non-iklan sudah sangat terfragmentasi, penggunaan istilah
komunikasi ATL vs BTL menjadi tidak relevan lagi, dan sudah waktunya ditinggalkan. Adapun
istilah baru, TTL, menurut saya tidak akan menjadi solusi untuk memperjelas perbedaan konsep
dan prinsip dalam kegiatan komunikasi pemasaran. Mungkin ada baiknya mulai sekarang
kita lupakan saja istilah LINE. Forget the line! It is the end of the line.
Sebagai gantinya, sebaiknya kegiatan komunikasi pemasaran dibagi dari segi tujuan
komunikasi itu sendiri.

Dalam proses brand building, ada dua tahap penting yang cukup signifikan bedanya yaitu (1)
tahap Awareness+ Image building dan (2) tahap Interest, Trial dan Loyalty building (yang
popular dengan istilah Brand Activation).
Perspektif Strategic Brand Planner dalam menyusun Integrated Marketing Communications
(IMC), sebaiknya lebih didasari oleh tujuan komunikasi brand.
Maka, akan lebih bermakna bila kita mulai menyiapkan sebuah format baru dalam template
budgeting pemasaran. Tidak lagi membagi budget komunikasi dengan kategori budget ATL dan
BTL, tetapi membagi budget dengan kategori baru yaitu (1) Budget untukAwareness+Image
building, dan (2) Budget untuk Brand Activation.
Sekali lagi, Forget about the LINE!.

Suka liat SPG rokok yang bening-bening turun ke jalan? Produk rokok yang dijual
biasanya bukan keluaran perusahaan ecek-ecek lho, melainkan perusahaan rokok kelas
kakap. Kenapa perusahaan tersebut menerjunkan SPG-SPG yang pating blewer tersebut
untuk turun langsung ke jalan? Itu merupakan salah satu aktivitas marketing, untuk
lebih dekat dengan konsumen sekaligus menggali informasi yang dibutuhkan
perusahaan dari pelanggan langsung.
Above The Line (ATL) adalah aktifitas marketing/promosi yang biasanya dilakukan oleh
manajemen pusat dengan menggunakan media lini atas sebagai upaya membentuk

brand image yang diinginkan, contohnya : iklan di Televisi dengan berbagai versi. Sifat
ATL merupakan media tak langsung yang mengenai audience, karena sifatnya yang
terbatas pada penerimaan audience.
Below The Line (Media Lini Bawah) adalah segala aktifitas marketing atau promosi
yang dilakukan di tingkat retail/konsumen dengan salah satu tujuannya adalah
merangkul konsumen supaya aware dengan produk kita, contohnya : program
bonus/hadiah, event, pembinaan konsumen dll.
Semua aktifitas ini biasanya dilakukan oleh kantor perwakilan di daerah yang menjadi
area pemasarannya. Pada intinya aktifitas BTL selalu bertujuan untuk mendukung dan
memfollow up aktifitas ATL.
Sifat BTL merupakan media yang langsung mengena pada audience karena sifatnya
yang memudahkan audience langsung menyerap satu produk/pesan saja.
Below The Line ( BTL) adalah segala aktifitas marketing atau promosi yang dilakukan di
tingkat retail/konsumen dengan salah satu tujuannya adalah merangkul konsumen
supaya aware dengan produk kita, contohnya : program bonus/hadiah, event,
pembinaan konsumen dll. Semua aktifitas ini biasanya dilakukan oleh kantor
perwakilan di daerah yang menjadi area pemasarannya. Pada intinya definisi below the
line adalah bentuk iklan yang tidak disampaikan atau disiarkan melalui media massa,
dan biro iklan tidak memungut komisi atas penyiarannya/pemasangannya. Kegiatan
promosi below the line suatu brand paling banyak dilakukan melalui beragam event.
Dengan event ini, konsumen akan berhubungan langsung dengan brand, sehingga bisa
terjadi komunikasi antara brand dengan konsumen. Beragam pendekatan dalam
melakukan brand activation ini sudah banyak dilakukan.
Selain Below the Line dan Above the Line, belakangan dikenal juga istilah Through
the Line. Istilah The Line pada awalnya digunakan akuntan untuk membedakan biaya
promosi yang besar dan kecil. Namun seiring dengan perkembangan jalan dan
Horizontalisasi marketing, maka dikenal istilah Through the Line yang merupakan
aktivitas kreatif yang berdampak luar biasa.

Contoh Media Periklanan Lini Bawah (Below the Line)


1. Leaflet adalah lembaran kertas berukuran kecil yang dilipat dua halaman atau lebih dan mengandung pesan
untuk disebarkan kepada umum sebagai informasi mengenai suatu barang/jasa.
2. Poster adalah plakat berupa pengumuman atau iklan yang dipasang ditempat umum ( W.J.S. Poerwadarminta,
1986 : 783 ).
3. Brosur adalah bahan cetakan yang terdiri dari beberapa halaman dan dijilid menyerupai buku, berisi penjelasan
tentang suatu produk, layanan, fasilitas umum, profil perusahaan, sekolah, atau dimaksudkan sebagai sarana
beriklan, yang di dalamnya terdapat informasi dalam kalimat yang singkat dan jelas.

4. Kalender adalah media yang sering dipakai dalam mengiklankan suatu barang/jasa karena sifatnya yang
fleksibel dan memiliki kegunaan bagi konsumen yang dibagikan, biasanya kalender yang dibagikan bisa
seukuran pembatas buku, kalender duduk, ataupun kalender gantung.
5. Hanging mobile adalah sebuah alat pajangan yang bergerak apabila terkena angin, penempatannya , dengan
cara digantung, yang biasanya berupa gambar dari produk tersebut atau identitas lain tentang produk tersebut
dalam dua atau tiga dimensi.
6. Katalog adalah daftar berbagai jenis koleksi perpustakaan yang disusun menurut sistem tertentu.(Fathmi,
2004,p.6 )
7. Reklame papan adalah media yang digunakan untuk mengiklankan suatu barang/jasa kepada masyarakat yang
terbuat dari papan kayu, seng, atau bahan lain yang sejenis dan dipasang atau dibuat pada bangunan, tembok,
dinding pagar, pohon, tiang, dan sebagainya dengan disinari cahaya ataupun tidak.
8. Reklame kain adalah media yang digunakan untuk mengiklankan suatu barang/jasa kepada masyarakat yang
terbuat dari bahan kain, termasuk kertas, plastik, karet, atau bahan lain yang sejenis dengan itu.
9. Reklame merekat (sticker) adalah media yang digunakan untuk mengiklankan suatu barang/jasa kepada
masyarakat yang berbentuk lembaran lepas, diselenggarakan dengan cara disebarkan, diberikan, atau dapat
diminta untuk ditempelkan, dilekatkan, dipasang, dan digantung pada suatu benda dengan ketentuan luasnya
tidak lebih dari 200 cm2 per lembar.
10. Reklame berjalan/kendaraan adalah media yang digunakan untuk mengiklankan suatu barang/jasa kepada
masyarakat yang ditempatkan atau ditempelkan pada kendaraan yang diselenggarakan dengan
mempergunakan kendaraan atau dengan cara dibawa oleh orang.

Below The Line, Marketing Jangka Pendek yang Efektif pada


Grup Terbatas
Selain above the line, ada juga bentuk promosi lainnya yaitu belom the line. Promosi below the line dapat
berbentuk insentif saat membeli, dapat dinyatakan dalam bentuk tunai atau barang, dan dalam jangka
waktu yang pendek. Promosi ini efektif dan hemat jika dilakukan untuk target kelompok yang spesifik dan
terbatas. Below the line adalah bentuk promosi yang paling lazim digunakan pada promosi produk yang
mengandalkan sentuhan dan perasaan. Produk dimana pembeli lebih mengandalkan intuisi jangka
pendek dibanding mencari atau mendengar promosi di sekitarnya sebelum membeli.
Teknik below the line lainnya adalah mendorong tim penjualan untuk menawarkan barang di sekitar gerai
ritel yang sesuai target pembeli produk. Teknik ini digunakan agar mendorong banyak orang yang
mencoba, sangat efektif bagi promosi produk yang baru diluncurkan. Cara ini akan membantu penjual
merasakan hubungan langsung secara personal dibanding melakukan promosi lewat media massa atau
media yang melibatkan banyak orang. Bentuk dari teknik ini dapat berupa tele-marketing, road shows,
promosi langsung, promosi di depan dan di dekat toko, dan membuat tampilan barang yang menarik
orang untuk membeli.

Dibanding above the line, below the line memang kurang efektif saat dilakukan pada target pengguna
yang sangat besar dan sulit untuk dijelaskan. Tapi below the line sangat disarankan jika target pembeli
berasal dari grup yang terbatas dan spesifik. Metode ini juga efisien dan hemat biaya. Misalnya, pembuat
pakaian dapat melakukan model pemasaran above the line, tapi untuk perusahaan seperti majalah
remaja di Jakarta mungkin akan lebih tepat memasarkan lewat below the line karena lebih spesifik.

Metode yang Dapat Dipakai untuk Below The Line


Ada banyak sekali metode pemasaran, tetapi below the line intinya adalah mengajak orang untuk
membeli dengan menawarkan insentif setelah membeli. Misalnya dengan memberi kupon, atau bonus
pembelian. Dari web yang saya dapat di the advertising club ditambah info yang saya punya, berikut
adalah beberapa contoh metode yang biasa digunakan pada pemasaran below the line:
1.

Promosi atau diskon

2.

Kupon

3.

Hadiah saat membeli

4.

Lomba dan kuis

5.

Cashback

6.

Beli sekian dapat sekian

7.

Tampilan gerai/toko yang menarik

8.

Direct mail

9.

Tele marketing

10.

Social media marketing

Mengapa Below The Line


Saya sudah jelas beberapa keunggulan below the line dari artikel di atas. Kelebihan inilah yang membuat
para pemasar membedakan dengan above the line. Namun selain kelebihan di atas, ada beberapa
keunggulan yang justru sering dilihat kelemahan dari below the line. Tentu saja ini akan terjadi jika

dilakukan secara inovatif dengan sasaran yang tepat. Berikut potensi below the line yang sering
dipandang kelemahan.
1.
Menjadi lebih luas dengan promosi yang tidak terkait produk anda.
Jangkauan pemasaran yang sempit dari below the line dapat diatasi dengan melakukan promosi yang
dapat mengundang peserta lebih banyak. Misalnya SOHO, perusahaan obat ini turut mensponsori ajang
perjalanan wisata bermotor mengelilingi pulau kalimantan. Promosi dengan below the line tak harus
melulu jualan, bisa juga dalam bentuk edukasi pasar. Di ajang wisata itu, SOHO mengadakan
pengecekan tekanan darah dan gula darah bagi para peserta kegiatan. Jadi tidak harus diakhiri dengan
jualan, bisa juga dalam bentuk lain untuk edukasi pasar.
2.
Menjadi lebih generik dengan menggandeng pihak lain
Below the line tak harus dilakukan sendiri. Anda bisa menggandeng pihak lain, atau bahkan merek lain.
Misalnya SOHO yang mengadakan wisata bermotor. Selain itu, ada juga Amanda yang sering terlibat
konser musik. Apa yang dilakukan Amanda membuat produk ini tidak hanya selalu terkait dengan
makanan, tetap juga musik. Mengapa musik? Mungkin amanda ingin menyampaikan pesan bahwa
amanda sebagai makanan yang tepat saat menikmati musik. Dengan begitu, jangkauan pasar dapat
menjadi lebih luas dan amanda tidak harus terkait dengan toko kue.
3.
Tetap personal, namun menjangkau lebih banyak orang
Tumbuhnya jejaring sosial mestinya menjadi peluang bagi para pemasar untuk menjalin hubungan
dengan target pembeli mereka. Inilah yang dilakukan fatigon. Tak hanya mengandalkan iklan saja,
mereka juga mengelola akun jejaring sosial mereka dengan baik agar mampu terhubung secara personal
dengan pengikut mereka. Fatigon sempat meluncurkan "Fatigon Aksi Semangat Produktif" dan
menciptakan keramaian di twitter dan facebook lewat kata "produktif" yang jadi 30-40% kata teraktif.
Below the line kini tak berarti pemasaran yang lebih spesifik, namun dapat menjadi lebih luas. Dengan
kreativitas, kita dapat berinovasi memasarkan barang dengan menjangkau orang yang lebih banyak. Jika
anda hanya punya bujet terbatas namun ingin memasarkan ke banyak orang, lakukan below the line.
Bikin se-kreatif dan se-baru mungkin hingga dapat menarik minat banyak. Tapi harus diingat, semakin
cepat anda naik, semakin cepat pula anda harus berubah, semakin berat juga upaya anda untuk
menyesuaikan diri menjaga kepercayaan konsumen anda. Jika tidak, ujung-ujungnya ya jadi artis
karbitan atau one hit wonder.

Media merupakan sarana komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan dan


menyebarluaskan pesan-pesan iklan. Sementara itu, pesan iklan yang dimaksud
adalah pesan penjualan dari produsen selaku komunikator yang ditujukan kepada
konsumen selaku komunikan.

Media dapat menentukan sampai tidaknya suatu pesan yang disampaikan kepada
target audience. Media merupakan bagian terpenting dalam periklanan. Media
berhubungan langsung dengan konusmen dari berbagai dimensi psikografi dan
demografi. Sebuah promosi periklanan bisa berjalan dengan efektif dan efisien
apabila media yang dipilih sesuai dengan target audience-nya.

Tiga hal dalam melakukan penentuan media :

1. Kebiasaan atau perilaku khalayak sasaran terhadap media tertentu.


2. Efektivitas media untuk penyajian produk.
3. Biaya relatif.

Tujuan media dalam perancangan komunikasi visual :


1. Jangkauan (Reach)
Media yang dipilih diharapkan dapat menjangkau minimal 50% dari target audience
yang ditentukan.
2. Frekuensi (Frequency)
Media yang dipilih merupakan media yang mampu memberikan pesan berulangulang.
3. Kesinambungan (Continuity)
Kegiatan promosi yang dilakukan bersifat kontinyu dan intensif dengan media
terpilih.

Dalam perencanaan dan perancangan iklan, media memiliki peranan yang sangat
penting dimana media merupakan jembatan informasi maupun perkembangan bagi
masyarakat luas. Maka diperlukan suatu strategi untuk membangun jangkauan
yang saling melengkapi dan dapat menciptakan efisiensi serta efektivitas media.
Strategi tersebut meliputi :
1. Media Lini Atas (Above The Line Media)
Media utama dalam langkah berpromosi. Hal ini dilakukan untuk menjangkau target
audience secara menyeluruh. Media lini atas terdiri dari media yang berkaitan
dengan media cetak dan media elektronik.
2. Media Lini Bawah (Below The Line Media)
Media penunjang dalam berpromosi yang bertujuan sebagai alternatif dalam
melakukan promosi yang bersifat kontinyu.

KLASIFIKASI MEDIA DAN KARAKTERISTIKNYA


WEBSITE
Media yang memiliki jangkauan luas (regional-internasional). Website memiliki
karakteristik:
1. Mengandung muatan informasi yang besar, paling atraktif, menghibur dan
edukatif dalam sistem komunikasi massa.

2. Dapat menerobos batasan tempat dan waktu dalam memberikan informasinya.


3. Kaya akan tampilan grafis sehingga sangat terjangkau sebagai sarana
berpromosi.
4. Media interaktif yang dapat menggabungkan seluruh media informasi, meliputi:
audio visual, animasi, image, dan teks.

MAJALAH
Media ini menawarkan kesempatan untuk mengulang kembali iklannya yang telah
disampaikan dalam media lainnya. Ikaln lewat majalah akan menawarkan nilai
prestise menyangkut kualitas produk yang baik. Karakteristiknya :
1. Mempunyai masa edar yang panjang
2. Mampu menjangkau segmen pasar dan audience tertentu yang lebih spesifik.
3. Pada umumnya majalah akan disimpan sebagai referensi.
4. Bahasa dan cara ungkap bisa menyesuaikan dengan karakter media.

SURAT KABAR
Media yang bersifat umum dan mudah didapat dengan daya baca lama serta harga
terjangkau. Surat kabar merupakan komunikasi massa paling populer setelah
televisi di Indonesia. Ciri-ciri surat kabar :
1. Publisitas : Penyebaran kepada publik
2. Periodesitas : Keteraturan/rutinitas
3. Universalitas : Keragaman isi menyangkut kepentingan umum
4. Aktualitas : Kini dan keadaan

Karakteristiknya :
1. Market Coverage
Dapat menjangkau daerah-daerah dengan cakupan sasaran yang luas.
2. Positive Consumer Attitudes
Konsumen umumnya memandang surat kabar memuat hal-hal yang aktual.
3. Flexibility
Pengiklan dapat bebas memilih pasar dalam cakupan geografis yang akan
diprioritaskan. Ukuran, frekuensi pemuatan maupun penggunaan warna dapat
leluasa sesuai dengan budget.

4. Comparison Shopping (Catalog Value)


Hal ini menyangkut kebiasaan konsumen menjadikan surat kabar sebagai referensi
berbelanja.

POSTER
Media yang berfungsi sebagai saluran komunikasi atau sebagai media penyampaian
pesan yang umumnya berbentuk gambar disertai dengan kata-kata.
Karakteristiknya :
1. Dapat mencapai target audience secara heterogen.
2. Memiliki frekuensi untuk dilihat secara berulang-ulang atau berkali-kali.
3. Memiliki sifat selektif dan mempunyai dampak yang besar.
4. Hasil prima dengan teknik cetak yang baik.
5. Sebagai reminder.
6. Dapat menimbulkan good will.

BILLBOARD
Media luar ruang yang dirancang untuk dapat menyita perhatian khalayak sasaran.
Sifat media ini permanen dan dapat menyentuh perasaan atau emosi.
Karakteristiknya :
1. Jangkauan : Kemampuan media menjangkau target audience.
2. Frekuensi : Kemampuan media untuk mengulang pesan iklan yang sama
terhadap khlayak sasaran saat mulai dilupakan.
3. Kontinuitas : Kesinambungan media menyampaikan pesan iklan sesuai dengan
tuntutan.
4. Memiliki jangkauan lokal, audience beragam, frekuensi tinggi dan waktu baca
singkat.
5. Memberi peluang dan memungkinkan penggarapan grafis yang memikat.
6. Sangat efektif digunakan sebagai reminder untuk menjaga dan memelihara
image serta reputasi yang baik di mata konsumen.

BALIHO
Bentuk media untuk menggambarkan propaganda atau iklan yang berisi pesan
yang menggebu-gebu. Fungsinya hampir sama dengan billboard, begitu pula

dengan karakteristiknya. Baliho bersifat tidak tetap karena disesuaikan dengan


kebutuhan.

BROSUR
Media yang bersifat umum disediakan untuk konsumen yang didalamnya terdapat
keterangan dan uraian informasi mengenai produk tertentu. Karakteristiknya :
1. Media informasi berupa lembaran kecil dengan banyak lipatan sehingga mudah
dibawa dan efisien.
2. Menerangkan produk yang ditawarkan secara detail.
3. Dapat mengungkapkan hasil produk dengan kata-kata yang menarik serta
menampilkan contoh produknya.
4. Penyebaran lebih terarah dan biaya terjangkau.
5. Mempunyai tampilan menarik.
6. Memiliki otoritas penuh untuk menyampaikan informasi.

KALENDER
Kalender sangat efektif sebagai media berpromosi karena memiliki fungsi yang
sangat besar. Karakteristiknya :
1. Sebagai reminder
2. Dapat menampilkan banyak ilustrasi
3. Mempunyai frekuensi tinggi
4. Biaya relatif terjangkau
5. Bentuk bervariasi

STICKER
Media yang mempunyai beberapa fungsi dan fleksibel, diantaranya sebagai hiasan,
identitas, dan wahana informasi. Karakteristiknya :
1. Sebagai reminder
2. Kemampuan untuk tampil menyolok dan mengesankan
3. Ukuran bervariasi
4. Harga relatif murah

TRANSIT AD
Media yang memiliki jangkaun, frekuensi, kontinuitas yang luas bergerak secara
frontal ke arah khalayak atau konsumen. Transit Ad dikategorikan sebagai Moving
Billboard. Karakteristiknya :
1. Ruang iklan memadai
2. Memiliki mobilitas yang tinggi
3. Biaya terjangkau
4. Mampu menjangkau sasaran tertentu secara fragmentatis (menjangkau target
audience secara langsung)

KARTU POS
Media yang cukup efektif sebagai alat promosi. Di samping harga yang murah,
banyak orang menjadikan media ini sebagai barang koleksi. Karakteristiknya :
1. Tampilan dua sisi
2. Hasil bagus dengan teknik cetak diatas kertas berkualitas
3. Relatif awet
4. Dapat memuat informasi secara singkat

KAOS DAN TOPI


Media pendukung yang cukup efektif dengan sifat cenderung ke personal.
Karekteristiknya :
1. Harga terjangkau
2. Pesan visual dan informasi yang disampaikan jelas
3. Jangka pemakaian lama
4. Sebagai reminder
5. Dapat tampil secara menyolok
6. Langsung dipakai

STATIONERY KIT
Merupakan alat atau media kelengkapan administrasi. Sifat media ini merupakan
alat promosi tidak langsung yang dapat menanamkan citra perusahaan.

GIFT / SOUVENIR
Merupakan jenis media pendukung yang dapat menimbulkan good will dan sebagai
reminder. Bentuk media ini bermacam-macam, seperti: boneka, gantungan kunci,
mug, sapu tangan, dan lain-lain.

Dalam perancangan sebuah media, tentunya pemilihan media menjadi hal yang
penting karena berkaitan dengan efektivitas dan efisiensi dalam mencapai target
audience. Tentunya hal tersebut tidak terlepas dari tujuan dan strategi media agar
pesan yang disampaikan terhadap konsumen dapat tercapai sesuai dengan
sasaran.

Kelebihan dan kekurangan media cetak :

Advertising
Koran

Kelebihan

Kekurangan

Cocok untuk
pengumuman berita, liputan
pasar, perbandingan belanja

Rentang usia pendek

Bertumpuk

Sikap konsumen positif

Dapat menjangkau
konsumen yang terdidik dan
makmur

Advertising
Majalah

Fleksibel

Nilai produksi tinggi

Membidik konsumen
dengan minat tertentu

Audiens reseptif

Rentang usia yang lebih


lama

Terbatas jangkauannya
untuk kelompok tertentu

Nilai produksi rendah

Waktu jeda lama;


fleksibilitas terbatas

Biaya tinggi

Terkadang distribusinya
terbatas

Format dapat lebih


kreatif

Cocok untuk pesan brand


dan pesan yang kompleks dan
mendalam
Advertising
Directory

Direksional

Kurang fleksibel

Murah

Banyak iklan yang mirip


Ukuran, warna, dan
format fleksibel

Rentang usianya cukup


panjang
Advertising
Luar Ruang,
Termasuk
Transit

Kualitas produksi
rendah

Media situasional yang


bagus

Lalu lintas bergerak


cepat

Direksional

Berdampak besar

Tak dapat menangani


pesan yang kompleks; desain
harus sederhana

Tak terlalu mahal

Rentang usianya cukup


panjang

Kemasan

satu sama lain

Menstimulasi
pengambilan keputusan beli

Iklan terakhir yang dilihat


konsumen

Efek billboarding dapat


mendominasi rak penjualan

Pengingat brand di
rumah

Mudah diabaikan
(tergantung lokasi)

Sebagian orang
menganggapnya
mencemari pemandangan

Lingkungan sempit

Ruang rak terbatas

Dapat tidak terlihat;


misalnya berada di rak
terbawah

Ruang terbatas
mengharuskan pesannya
sederhana

Memperkuat advertising
brand

Menyampaikan informasi
produk

Kelebihan dan kelemahan media siaran :

Advertising
Radio

Kelebihan

Kelemahan

Ada dimana-mana; hampir


di setiap rumah dan mobil

Pendengar tidak
perhatian; mungkin hanya
dijadikan selingan atau latar
belakang aktivitas

Menjangkau audiens
sasaran khusus.

Mudah diperoleh

Tidak ada unsur visual

Fleksibel; mudah berubah

Clutter

Cocok untuk promo

Kesulitan dalam
penjadwalan dan pembelian
di tingkat lokal

Imaji mental dapat


meningkatkan imajinasi

Level penerimaan yang


tinggi; tidak dianggap
mengganggu.

Kurangnya control;
konten talk show tidak dapat
diprediksi dan mungkin
bersifat kritis

Kemungkinannya kecil bagi


audiens berganti saluran saat
iklan muncul
Advertising
Televisi

Ada dimana-mana; hampir


di setiap rumah

Clutter; TV kabel
menawarkan banyak saluran

Biara produksi tinggi

Jangkauan sia-sia

Tidak fleksibel

Level penonton yang tinggi

Menjangkau audiens
nasional massal meskipun
dapat juga ditargetkan ke
audiens tertentu

Berdampak besar: memiliki


audio, video, gerak, musik,
warna, dan drama

Advertising
Film

Penempatan
Produk

Efisiensi dari segi biaya

Captive audience

Tidak perlu intrusif karena


audiens tidak melakukan
banyak aktivitas

Berdampak besar

Tidak intrusif

Jika produknya selaras


dengan cerita, ia dapat menjadi
demonstrasi alamiah atau
testimoni yang natural

Asosiasi dengan selebritis

Asosiasi dengan film yang


gebyar dan diharapkan sukses

Intrusif; beberapa
audiens menolak iklan dengan
cara berganti saluran

Resistensi audiens tinggi

Biaya produksi tinggi


sehingga mahal

MEDIA LINI BAWAH (BELOW THE LINE)


12.17 | Posted by siswanto junior |
Membuka perusahaan advertising begitu menggiurkan. Ini disebabkan semakin
banyak usaha yang muncul, maka semakin banyak pula kebutuhan akan media
periklanan. Karena media iklan sangat membantu dalam keberhasilan perusahaan
sebagai media komunikasi.
Tapi sangat disayangkan ketika Perusahaan Advertising kurang bisa meng-edukasi
konsumennya dalam hal istilah periklanan. hasilnya banyak istilah yang di salah
kaprahkan. Berikut akan saya jelaskan masing-masing perbedaannya:
Pamphlet.
Pamphlet (pamplet) adalah semacam booklet (buku kecil) yang tak berjilid. Mungkin
hanya terdiri dari satu lembar yang dicetak di kedua permukaannya. Tapi bisa juga
dilipat di bagian tengahnya sehingga menjadi empat halaman. Atau bisa juga dilipat
tiga sampai empat kali hingga menjadi beberapa halaman. Jika dilipat menjadi
empat, pamphlet itu memiliki nama tersendiri yaitu leaflet. Penggunaan pamphlet
atau leaflet umumnya dilakukan untuk pemasaran aneka produk dan juga untuk
penyebaran informasi politik.
Pamphlet pertama kali diperkenalkan pada tahun 1387 sebagai pamphilet atau
panffet yang mengikuti kepopuleran komik satir saat itu berjudul Phamphilus, Seu
de Amore. Phampilus artinya dicintai semua orang.
Flyer
Ada yang mengatakan bahwa istilah flyer diambil dari cara distribusinya pada era
Perang Dunia 1, yaitu dengan menebarkannya dari atas pesawat! Pada masa itu
flyer menjadi alat propaganda yang sangat efektif. Iyalah gimana gak efektif..!?
Distribusinyanya aja oleh angin, yang bisa menjamah seluruh kawasan. Kebayang
kan gimana ramenya hujan kertas tersebut.
Lalu apa isi dari flyer? Yang pasti berbeda-beda, tergantung pada kepentingan dari
penggunaan flyer tersebut. Namun satu unsur utama yang dominan adalah
informasi. Baik itu dalam bentuk teks maupun visual. Flyer pada dasarnya memang
dibuat untuk memberitahu dan sekaligus sebagai alat pendekatan yang persuasif,
untuk mengajak atau bahkan membentuk opini bagi orang banyak. Fomatnya juga
beraneka ragam, mungkin kalau jaman dulu bentuknya paling-paling hanya segi
empat dan ukurannya kurang lebih seukuran kartu pos standar tapi kalau
sekarang.. hmmm.. jangan heran, macem-macem!! Aneh-aneh malah! Yang segi
empat aja, berukuran mulai dari ukuran cetak A5 (14,8 cm x 24 cm) hingga sekecil
kartu nama, bahkan ada yang bentuknya asimetris. Tapi bagaimana pun formatnya
satu hal yang khas dari flyer adalah masa berlakunya. Flyer biasa dibagikan
beberapa saat sebelum sebuah kejadian/event berlangsung dan lewat dari masa
itu, informasi yang disampaikan sudah tidak up to date lagi alias basi!
.kelemahan? belum tentu! Justru hal inilah yang memungkinkan para desainer
untuk bereksperimen. Pada ruang dan media yang instan ini, mereka dimungkinkan
untuk bereksperimen dan menciptakan inovasi-inovasi visual yang menarik. Seperti

halnya teori desain packaging, flyer pun memilki kesempatan hanya 1/5 detik untuk
menangkap mata si target audience. Para desainer pun berlomba-lomba untuk
membuat desain yang paling eye catching dan memorable.
Poster
Titik awal kemunculan poster adalah ditemukannya teknik litografi
(cetak) dan kromatografi (pewarnaan) pada akhir tahun 1780-an. Pada
pertengahan abad 19 (tahun 1800-an) poster mulai banyak dibuat di Eropa. Pada
tahun 1866 Julius Cheret membuat 1000-an poster untuk promosi pameran,
pertunjukan theater, dan produk-produk lain di Paris.
Perbedaan mendasar poster dengan media promosi lainnya adalah poster biasanya
dibaca orang yang sedang bergerak; mungkin sedang berkendara atau berjalan
kaki. Sedangkan brosur, booklet, flyer dirancang untuk dibaca secara khusus,
mungkin duduk atau sesaat sambil berdiri. Karena itu poster harus dapat menarik
perhatian pembacanya seketika, dan dalam hitungan detik, pesannya harus
dimengerti.
Poster digunakan untuk berbagai macam keperluan, tapi biasanya hanya
menyangkut satu dari empat tujuan berikut ini:
1. Mengumumkan / memperkenalkan suatu acara
2. Mempromosikan layanan / jasa
3. Menjual suatu produk
4. Membentuk sikap atau pandangan (propaganda)
Karena biasanya sasarannya adalah orang yang bergerak, maka selain berukuran
besar, poster yang baik semetinya:
1. Berhasil menyampaikan informasi secara cepat
2. Ide dan isi yang menarik perhatian
3. Mempengaruhi, membentuk opini / pandangan
4. Menggunakan warna-warna mencolok
5. Menerapkan prinsip simplicity
Katalog
Media ini biasanya memuat informasi yang lebih lengkap dibanding flyer
ataupun brosur, sangat tepat untuk mempromosikan produk dengan jumlah
banyak. Katalog memuat informasi yang lebih lengkap, dari informasi seputar
spesifikasi produk, gambar produk, kelebihan dan keunggulan, bahkan acapkali
diinformasikan juga harga produk tersebut. Katalog akan memudahkan konsumen
untuk bisa memilih sendiri produk mana yang sesuai dengan
keinginan dan anggaran biayanya. Terkadang produk-produk yang didisplay pada
katalog disertai juga dengan info diskon. Contoh penggunaan katalog antara lain
digunakan oleh Giant, Alfamart, Hero, Carrefour, Matahari, Olimpic, Colombia, dll
Billboard.
Billboard adalah bentuk promosi iklan luar ruang dengan ukuran besar. Bisa disebut
juga billboard adalah bentuk poster dengan ukuran yang lebih besar yang
diletakkan tinggi di tempat tertentu yang ramai dilalui orang.

Billboard termasuk model iklan luar ruang yang paling banyak digunakan.
Perkembangannya pun cukup pesat. Sekarang di jaman digital, billboard pun
menggunakan teknologi baru sehingga muncullah digital billboard. Ada juga mobile
billboard yaitu billboard yang berjalan ke sana ke mari karena di-pasang di mobil
(iklan berjalan). Mobile billboard sendiri sekarang sudah ada yang digital mobile
billboard.
Di Indonesia, billboard punya definisi sendiri. Yaitu
reklame yang berbentuk bidang dengan bahan terbuat dari kayu, logam, fiberglas,
kain, kaca, plastik, dandan reklame tersebut bersifat permanen. Jadi papan iklan di
atas toko pun masuk kategori billboard. sebagainya yang pemasangannya berdiri
sendiri, menempel bangunan dengan konstruksi tetap,
Megatron.
Jika billboard tersebut sudah menggunakan tampilan elektronik dengan gambar
yang bergerak maka namanya menjadi Megatron. Tapi jika gambar tersebut
sumbernya video namanya videotron.
Baliho.
Selain billboard di Indonesia juga dikenal baliho. Perbedaannya terletak pada
permanen atau tidaknya tempat billboard itu berdiri. Jika tempatnya (konstruksinya)
sementara atau semi permanen maka billboard tersebut disebut baliho. Baliho
bahannya bisa berupa kayu, logam, kain, fiberglas dan sebagainya. Isinya
merupakan informasi jangka pendek mengenai acara (event) tertentu atau kegiatan
yang bersifat insidentil.
Banner.
Dengan makin berkembangnya teknologi cetak format besar, berkembang pula
produk poster yang ukurannya lebih besar. Muncullah format-format poster yang
disebut banner yang ukurannya dua hingga empat kali lipat poster atau bahkan
lebih besar lagi. Banner ini tak ditempel di dinding melainkan dipasang pada
dudukannya sehingga mudah dipindah-pindah. Banner umumnya di pasang di
ruang pelayanan umum.
Perbedaan mendasar:
Flyer: umumnya memiliki ukuran tak lebih dari A5 (14,8 cm x 24 cm). karena
Karena selembar flyer mudah disebar di jalanan sambil lalu sehingga melayanglayang sebelum jatuh ke jalan.
Brosur: ukurannya mulai dari satu halaman kertas Folio/A4 yang dilipat/dijilid.
Pamflet: ukuran mulai dari satu halaman kertas folio/A4 dengan dan tanpa
lipatan tanpa jilid. dengan cetak bolak balik.
Leaflet: ukuran kertas kecil (sama dengan pamflet, tapi ukuran lebih kecil).
Poster : selembar publikasi (baik gambar atau teks atau gabungan keduanya)
dengan maksud untuk ditempelkan di dinding atau di permukaan yang vertikal.
Umumnya ukurannya besar. Yang konvensional ukuran poster adalah 24 x 36 inchi.

Katalog: memuat informasi yang lebih lengkap dibanding flyer ataupun brosur,
sangat tepat untuk mempromosikan produk dengan jumlah banyak. dengan disertai
harga produk, promosi produk dan info diskon.
Semoga bermanfaat. (berbagai sumber)
Membuka perusahaan advertising begitu menggiurkan. Ini disebabkan semakin
banyak usaha yang muncul, maka semakin banyak pula kebutuhan akan media
periklanan. Karena media iklan sangat membantu dalam keberhasilan perusahaan
sebagai media komunikasi.
Tapi sangat disayangkan ketika Perusahaan Advertising kurang bisa meng-edukasi
konsumennya dalam hal istilah periklanan. hasilnya banyak istilah yang di salah
kaprahkan. Berikut akan saya jelaskan masing-masing perbedaannya:
Pamphlet.
Pamphlet (pamplet) adalah semacam booklet (buku kecil) yang tak berjilid. Mungkin
hanya terdiri dari satu lembar yang dicetak di kedua permukaannya. Tapi bisa juga
dilipat di bagian tengahnya sehingga menjadi empat halaman. Atau bisa juga dilipat
tiga sampai empat kali hingga menjadi beberapa halaman. Jika dilipat menjadi
empat, pamphlet itu memiliki nama tersendiri yaitu leaflet. Penggunaan pamphlet
atau leaflet umumnya dilakukan untuk pemasaran aneka produk dan juga untuk
penyebaran informasi politik.
Pamphlet pertama kali diperkenalkan pada tahun 1387 sebagai pamphilet atau
panffet yang mengikuti kepopuleran komik satir saat itu berjudul Phamphilus, Seu
de Amore. Phampilus artinya dicintai semua orang.
Flyer
Ada yang mengatakan bahwa istilah flyer diambil dari cara distribusinya pada era
Perang Dunia 1, yaitu dengan menebarkannya dari atas pesawat! Pada masa itu
flyer menjadi alat propaganda yang sangat efektif. Iyalah gimana gak efektif..!?
Distribusinyanya aja oleh angin, yang bisa menjamah seluruh kawasan. Kebayang
kan gimana ramenya hujan kertas tersebut.
Lalu apa isi dari flyer? Yang pasti berbeda-beda, tergantung pada kepentingan dari
penggunaan flyer tersebut. Namun satu unsur utama yang dominan adalah
informasi. Baik itu dalam bentuk teks maupun visual. Flyer pada dasarnya memang
dibuat untuk memberitahu dan sekaligus sebagai alat pendekatan yang persuasif,
untuk mengajak atau bahkan membentuk opini bagi orang banyak. Fomatnya juga
beraneka ragam, mungkin kalau jaman dulu bentuknya paling-paling hanya segi
empat dan ukurannya kurang lebih seukuran kartu pos standar tapi kalau
sekarang.. hmmm.. jangan heran, macem-macem!! Aneh-aneh malah! Yang segi
empat aja, berukuran mulai dari ukuran cetak A5 (14,8 cm x 24 cm) hingga sekecil
kartu nama, bahkan ada yang bentuknya asimetris. Tapi bagaimana pun formatnya
satu hal yang khas dari flyer adalah masa berlakunya. Flyer biasa dibagikan
beberapa saat sebelum sebuah kejadian/event berlangsung dan lewat dari masa
itu, informasi yang disampaikan sudah tidak up to date lagi alias basi!
.kelemahan? belum tentu! Justru hal inilah yang memungkinkan para desainer

untuk bereksperimen. Pada ruang dan media yang instan ini, mereka dimungkinkan
untuk bereksperimen dan menciptakan inovasi-inovasi visual yang menarik. Seperti
halnya teori desain packaging, flyer pun memilki kesempatan hanya 1/5 detik untuk
menangkap mata si target audience. Para desainer pun berlomba-lomba untuk
membuat desain yang paling eye catching dan memorable.
Poster
Titik awal kemunculan poster adalah ditemukannya teknik litografi
(cetak) dan kromatografi (pewarnaan) pada akhir tahun 1780-an. Pada
pertengahan abad 19 (tahun 1800-an) poster mulai banyak dibuat di Eropa. Pada
tahun 1866 Julius Cheret membuat 1000-an poster untuk promosi pameran,
pertunjukan theater, dan produk-produk lain di Paris.
Perbedaan mendasar poster dengan media promosi lainnya adalah poster biasanya
dibaca orang yang sedang bergerak; mungkin sedang berkendara atau berjalan
kaki. Sedangkan brosur, booklet, flyer dirancang untuk dibaca secara khusus,
mungkin duduk atau sesaat sambil berdiri. Karena itu poster harus dapat menarik
perhatian pembacanya seketika, dan dalam hitungan detik, pesannya harus
dimengerti.
Poster digunakan untuk berbagai macam keperluan, tapi biasanya hanya
menyangkut satu dari empat tujuan berikut ini:
1. Mengumumkan / memperkenalkan suatu acara
2. Mempromosikan layanan / jasa
3. Menjual suatu produk
4. Membentuk sikap atau pandangan (propaganda)
Karena biasanya sasarannya adalah orang yang bergerak, maka selain berukuran
besar, poster yang baik semetinya:
1. Berhasil menyampaikan informasi secara cepat
2. Ide dan isi yang menarik perhatian
3. Mempengaruhi, membentuk opini / pandangan
4. Menggunakan warna-warna mencolok
5. Menerapkan prinsip simplicity
Katalog
Media ini biasanya memuat informasi yang lebih lengkap dibanding flyer
ataupun brosur, sangat tepat untuk mempromosikan produk dengan jumlah
banyak. Katalog memuat informasi yang lebih lengkap, dari informasi seputar
spesifikasi produk, gambar produk, kelebihan dan keunggulan, bahkan acapkali
diinformasikan juga harga produk tersebut. Katalog akan memudahkan konsumen
untuk bisa memilih sendiri produk mana yang sesuai dengan
keinginan dan anggaran biayanya. Terkadang produk-produk yang didisplay pada
katalog disertai juga dengan info diskon. Contoh penggunaan katalog antara lain
digunakan oleh Giant, Alfamart, Hero, Carrefour, Matahari, Olimpic, Colombia, dll
Billboard.
Billboard adalah bentuk promosi iklan luar ruang dengan ukuran besar. Bisa disebut

juga billboard adalah bentuk poster dengan ukuran yang lebih besar yang
diletakkan tinggi di tempat tertentu yang ramai dilalui orang.
Billboard termasuk model iklan luar ruang yang paling banyak digunakan.
Perkembangannya pun cukup pesat. Sekarang di jaman digital, billboard pun
menggunakan teknologi baru sehingga muncullah digital billboard. Ada juga mobile
billboard yaitu billboard yang berjalan ke sana ke mari karena di-pasang di mobil
(iklan berjalan). Mobile billboard sendiri sekarang sudah ada yang digital mobile
billboard.
Di Indonesia, billboard punya definisi sendiri. Yaitu
reklame yang berbentuk bidang dengan bahan terbuat dari kayu, logam, fiberglas,
kain, kaca, plastik, dandan reklame tersebut bersifat permanen. Jadi papan iklan di
atas toko pun masuk kategori billboard. sebagainya yang pemasangannya berdiri
sendiri, menempel bangunan dengan konstruksi tetap,
Megatron.
Jika billboard tersebut sudah menggunakan tampilan elektronik dengan gambar
yang bergerak maka namanya menjadi Megatron. Tapi jika gambar tersebut
sumbernya video namanya videotron.
Baliho.
Selain billboard di Indonesia juga dikenal baliho. Perbedaannya terletak pada
permanen atau tidaknya tempat billboard itu berdiri. Jika tempatnya (konstruksinya)
sementara atau semi permanen maka billboard tersebut disebut baliho. Baliho
bahannya bisa berupa kayu, logam, kain, fiberglas dan sebagainya. Isinya
merupakan informasi jangka pendek mengenai acara (event) tertentu atau kegiatan
yang bersifat insidentil.
Banner.
Dengan makin berkembangnya teknologi cetak format besar, berkembang pula
produk poster yang ukurannya lebih besar. Muncullah format-format poster yang
disebut banner yang ukurannya dua hingga empat kali lipat poster atau bahkan
lebih besar lagi. Banner ini tak ditempel di dinding melainkan dipasang pada
dudukannya sehingga mudah dipindah-pindah. Banner umumnya di pasang di
ruang pelayanan umum.
Perbedaan mendasar:
Flyer: umumnya memiliki ukuran tak lebih dari A5 (14,8 cm x 24 cm). karena
Karena selembar flyer mudah disebar di jalanan sambil lalu sehingga melayanglayang sebelum jatuh ke jalan.
Brosur: ukurannya mulai dari satu halaman kertas Folio/A4 yang dilipat/dijilid.
Pamflet: ukuran mulai dari satu halaman kertas folio/A4 dengan dan tanpa
lipatan tanpa jilid. dengan cetak bolak balik.
Leaflet: ukuran kertas kecil (sama dengan pamflet, tapi ukuran lebih kecil).

Poster : selembar publikasi (baik gambar atau teks atau gabungan keduanya)
dengan maksud untuk ditempelkan di dinding atau di permukaan yang vertikal.
Umumnya ukurannya besar. Yang konvensional ukuran poster adalah 24 x 36 inchi.
Katalog: memuat informasi yang lebih lengkap dibanding flyer ataupun brosur,
sangat tepat untuk mempromosikan produk dengan jumlah banyak. dengan disertai
harga produk, promosi produk dan info diskon.
Semoga bermanfaat. (berbagai sumber)

Anda mungkin juga menyukai