Anda di halaman 1dari 15

BAGIAN IKM & KK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

REFERAT Juli 2013

Aspek Kesehatan dan Keselamatan Kerja Pada Tukang Becak

Disusun Oleh : Isbul Willis Kwandou C11108261 C11108287

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK PADA BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT & ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013

I.

PENDAHULUAN Dalam undang-undang Dasar 1945 pasal 27 ayat 2 ditetapkan bahwa Setiap

warga negara berhak atas pekerjaan atau

penghidupan yang layak bagi

kemanusiaan. Pekerjaan dan penghidupan yang layak mengandung pengertian bahwa pekerjaan sesungguhnya merupakan suatu hak manusia yang mendasar dan memungkinkan sesorang untuk melakukan aktivitas atau bekerja dalam kondisi yang sehat. Sedang penghidupan yang layak merupakaan dambaan setiap tenaga kerja untuk hidup secara manusiawi yang berpenghasilan guna memenuhi kebutuhan hidup melalui tingkat kesejahteraan yang sesuai dengan harkat dan martabat sebagai manusia. Perlindungan terhadap tenaga kerja meliputi aspek yang cukup luas, yaitu perlindungan keselamatan, kesehatan, pemeliharaan moral kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral agama. Tenaga harus memperoleh perlindungan dari berbagai soal di sekitarnya dan pada dirinya yang dapat menimpa dan mengganggu dirinya serta pelaksanaan pekerjaannya.1,2 Sejalan dengan hal tersebut pembangunan kesehatan bertujuan untuk

meningkatkan kemampuan hidup sehat setiap penduduk untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Untuk mendukung keberhasilan program pembangunan

nasional, ditetapkan sepuluh program kesehatan unggulan, salah satu diantaranya adalah program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Masyarakat pekerja sebagai salah satu sasaran pembangunan berhak memperoleh derajat kesehatan setinggitingginya.1,2 Becak merupakan salah satu dari angkutan umum tak bermotor. Dan keberadaan angkutan becak ini sebagai sarana angkutan penumpang juga barang tergolong dalam kategori tradisional, karena sumber tenaga dari angkutan ini mengandalkan tenaga manusia berupa kayuhan kaki seperti layaknya mengoperasikan sepeda. 3 Kondisi fisik yang baik sangat dibutuhkan oleh setiap pekerja, dengan begitu pekerjaan dapat dilakukan secara maksimal. Salah satu pekerjaan yang membutuhkan kondisi yang baik adalah tukang becak. Becak merupakan alat transportasi tradisional

yang menggunakan tenaga manusia sebagai penggerak. Jenis pekerjaan tersebut memiliki resiko tinggi terhadap terjadinya cedera pada anggota tubuh ataupun cedera pada otot rangka, selain itu aktivitas ini memerlukan energi yang cukup besar. Disain becak yang kurang baik membuat kondisi dan posisi kerja yang tidak ergonomis, sehingga akan memberikan beban kerja statis pada anggota tubuh.3,4

II. TINJAUAN UMUM TUKANG BECAK Ternyata asal-usul becak dari Jepang. Munculnya kendaraan yang ditarik dengan tenaga manusia itu, untuk pertama kalinya hanya kebetulan saja. Tahun 1869, seorang pria Amerika yang menjabat pembantu di Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jepang, berjalan-jalan menikmati pemandangan Kota Yokohama. Suatu saat ia berpikir, bagaimana cara istrinya yang kakinya cacat bisa ikut berjalan-jalan?. Tentu diperlukan sebuah kendaraan. Kendaraan itu, pikirnya, tidak usah ditarik kuda karena hanya untuk satu penumpang saja. Kemudian ia mulai menggambar kereta kecil tanpa atap di atas secarik kertas.3 Orang-orang Jepang yang melihat kendaraan pribadi yang ditarik manusia itu, menamakannya "Jinrikisha". Penarik jinrikisha biasanya diberi upah tiap minggu. Lama-lama, jinrikisha menarik perhatian masyarakat Jepang, khususnya para bangsawan. Pada tahun 1800-an, jinrikisha akhirnya sampai ke telinga masyarakat di Cina. Hingga dalam waktu singkat, jinrikisha dikenal sebagai kendaraan pribadi kaum bangsawan dan kendaraan umum. Kendaraan ini diberi nama rickshaw. Sementara penghelanya disebut hiki. Tapi, lama-lama para pemerhati kemanusiaan di Cina iba melihat para hiki yang kerja bagaikan kuda itu. Jadi mulai 1870, rickshaw dilarang beroperasi di seluruh jalan-jalan di negeri Cina.3

Sementara jinrikisha di Jepang, sebelumnya sudah lama dilarang.Diilhami jinrikisha dan rickshaw, tiba-tiba saja sekira tahun 1941 untuk pertama kalinya di kota-kota besar di Indonesia muncul becak. Berbeda dengan jinrikisha dan rickshaw yang beroda dua dengan ban mati, becak sudah lebih modern. Rodanya tiga dan menggunakan ban angin, mengemudikannya dikayuh dengan kedua kaki.3 Becak (dari bahasa Hokkien: be chia kereta kuda) adalah suatu moda transportasi beroda tiga yang umum ditemukan di Indonesia dan juga di sebagian Asia. Kapasitas normal becak adalah dua orang penumpang dan seorang pengemudi.3 Di Indonesia ada dua jenis becak yang lazim digunakan: Becak dengan pengemudi di belakang. Jenis ini biasanya ada di Jawa. Becak dengan pengemudi di samping. Jenis ini biasanya ditemukan di Sumatra. Untuk becak Jenis ini dapat dibagi lagi ke dalam dua sub-jenis, yaitu: 1. 2. Becak kayuh Becak yang menggunakan sepeda sebagai Becak bermotor/Becak mesin Becak yang menggunakan sepeda motor

sebagai penggerak. Satu-satunya kota di Indonesia yang secara resmi melarang keberadaan becak adalah Jakarta. Becak dilarang di Jakarta sekitar akhir dasawarsa 1980-an. Alasan resminya antara lain kala itu ialah bahwa becak adalah eksploitasi manusia atas manusia. Penggantinya adalah, ojek, bajaj dan taksi.3 Selain di Indonesia, becak juga masih dapat ditemukan di negara lainnya seperti Malaysia, Singapura, Vietnam dan Kuba. Di Singapura, becak kini hanyalah sebuah alat transportasi wisata saja.3

Untuk meningkatkan kemampuan becak dan mendorong penggunaan kendaraan tidak bermotor dibeberapa negara maju dikembangkan becak yang menggunaan gigi percepatan/transmisi seperti yang digunakan dalam sepeda modern sehingga bisa melewati tanjakan dengan lebih mudah, desain dibuat aerodinamis serta pengemudinya berada didepan ruang penumpang.3,5 III. KESEHATAN KERJA Menurut Sumamur (1976) kesehatan kerja merupakan spesialisasi ilmu kesehatan atau kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja atau masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun sosial dengan usaha preventif dan kuratif terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit umum. Konsep kesehatan kerja dewasa ini semakin banyak berubah, bukan sekedar kesehatan pada sector industry saja melainkan juga mengarah kepada upaya kesehatan untuk semua orang dalam melakukan pekerjaanya (total health of all at work). 1,2 Sebagai bagian spesifik keilmuan dalam ilmu kesehatan, kesehatan kerja lebih memfokuskan lingkup kegiatannya pada peningkatan kualitas hidup tenaga kerja melalui penerapan upaya kesehatan yang bertujuan untuk :1 Meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan pekerja Melindungi dan mencegah pekerja dari semua gangguan kesehatan akibat lingkungan kerja atau pekerjaanya. Menempatkan pekerja sesuai dengan kemampuan fisik, mental dan pendidikan atau ketrampilannya Meningkatkan efesiensi dan produktivitas kerja.

IV. KESELAMATAN & KECELAKAAN KERJA Keselamatan kerja secara filosofi diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah

tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya serta hasil karya dan budayanya. Dari segi keilmuan diartikan sebagai suatu pengetahuan dan penerapannya dala usaha mencegah kemungkinan terjaadinya kecdelakaan dan penyakit akibat kerja.1,6 Adapun tujuan keselamatan kerja menurut Sumamur (1987) adalah sebagai berikut :1,6 1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan untuk meningkatkan produksi serta produktivitas nasional. 2. Menjamin setiap keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja. 3. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien. Kecelakaan adalah kejadian yang tak terduga dan tak diharapkan yang dapat menyebabkan kerugian material ataupun penderitaan dari yang paling ringan sampai yang paling berat. Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang ada hubungannya dengan kerja, di mana kecelakaan terjadi karena pekerjaan atau pada waktu melakukan pekerjaan. Secara umum ada dua penyebab terjadinya kecelakaan kerja yaitu :6 a. Penyebab langsung Penyebab langsung adalah suatu keadaan yang biasanya bisa dilihat dan dirasakan langsung, yang dibagi dalam 2 kelompok : - Tindakan-tindakan tidak aman yaitu tingkah laku, tindak-tanduk atau perbuatan yang akan menyebabkan kecelakaan - Kondisi-kondisi yang tidak aman yaitu keadaan yang akan menyebabkan kecelakaan b. Penyebab dasar. Terdiri dari 2 faktor yaitu faktor manusia/pribadi dan fator kerja/lingkungan kerja Faktor manusia/pribadi, anatara lain karena : - Kurangnya kemampuan fisik, mental dan psikologi

- Kurangnya/lemahnya kemampuan dan ketrampilan/keahlian - Stress - Motivasi yang tidak culup/salah Faktor kerja/lingkungan, antara lain karena : - Tidak cukup kepemimpinan dan atau pengawasan - Tidak cukup rekayasa - Tidak cukup pembelian - Tidak cukup perawatan - Tidak cukup alat-alat, perlengkapan dan barang-barang/bahan-bahan - Penyalahgunaan Berdasarkan sebab dan proses terjadinya kecelakaan maka peningkatan usaha keselamatan dan kesehatan kerja dapat ditujukan pada : a. Lingkungan mikro, yang merupakan tugas masing-masing perusahaan beserta system manejemenya. Pada tingkat ini, usaha pertama dapat diarahkan pada lingkungan fisik, antara lain yaitu: Melalui perencanaan mesin/peralatan dengan memperhatikan segi-segi

keselamtan dan kesehatan kerja Merancang peralatan/lingkungan merja yang sesuai dengan batas kemampuan pekerja Pada tingkat pembelian harus diperhatikan mutu dan syarat keselamatan dan kesehatan kerja dari barang yang dibeli Pengelolaan (misalnya : penyusunan) bahan-bahan produksi harus secara benar Cara pembuangan bahan buangan memperhitungkan kemungkinan bahayanya, baik bagi masyarakat maupun lingkungan. Usaha kedua diarahakan pada manusia, dimana dlakukan pengamatan tehadap pemilihan, penempatan, pembinaan pegawai, yang benar.

Usaha kedua diarahkan pada sistem manajemen dari perusahaan atau unit kerja yang bersangkutan, antara lain : Penyebaran, yang diikuti dengan pelaksanaan dan pengawasan Penentuan struktur, pelimpahan wewenang dan tanggung jawab dalam segi keselamatan dan kesehatan kerja yang jelas dan tegas b. Lingkungan makro, yang merupakan tugas pemerintah beserta parat pelaksanya. Perbaikan yang perlu dilakukan anatara lain : memasukan materi menajemen keselamatan dan kesehatan kerja sebagai salah satu mata pelajaran di perguruan tinggi dan lembaga pembinaan menajemen lainnya, mengawasi pelaksanaan Undang-Undang Keselamatan Kerja beserta peraturan pelaksanaanya dan menindak tegas setiap pelanggarannya, memasukkan segi keselamatan dan kesehatan kerja kedalam program Litbang Teknologi Tinggi dan usaha lain yang ada kaitannya dengan unsure lingkungan makro. c. Penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) Dalam hirarki hazard kontrol atau pengendalian bahaya, penggunaan alat pelindung diri merupakan metode pengendali bahaya paling akhir. Artinya, sebelum memutuskan untuk menggunakan APD, metode-metode lain harus dilalui terlebih dahulu, dengan melakukan upaya optimal agar bahaya atau hazard bisa dihilangkan atau paling tidak dikurangi. Alat pelindung diri yang telah dipilih hendaknya memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut : Dapat memberikan perlindungan terhadap bahaya Berbobot ringan Dapat dipakai secara fleksibel (tidak membedakan jenis kelamin) Tidak menimbulkan bahaya tambahan Tidak mudah rusak Memenuhi ketentuan dari standar yang ada Pemeliharaan mudah Penggantian suku cadang mudah

Tidak membatasi gerak Rasa tidak nyaman tidak berlebihan Bentuknya cukup menarik APD yang dapat digunakan antara lain : - Alat pelindung kepala, dapat berupa topi (helm) berguna untuk melindungi kepala dari benda-benda keras, pukulan, benturan kepala, hats/cap, berguna untuk melindungi kepala (rambut) dari kotoran debu - Alat pelindung tangan, berguna untuk melindungi tangan dan bagian-bagian dari benda-benda tajam/goresan, bahan-bahan kimia (padat/larutan), bendabenda panas/dingin atau kontak arus listrik. Sarung tangan dapat terbuat dari karet (melindungi tangan dari bahan kimia/arus listrik). - Alat pelindung kaki - Berguna untuk melindungi kaki dan bagian-bagiannya dari benda-benda terjatuh. Benda-benda tajam/potongan kaca, laruta kimia, benda panas dan kontak listrik. Pada industry ringan/tempat kerja biasa, cukup memakai sepatu yang baik. Untuk mencegah tergelincir sebaiknya mengggunakan sol anti slip dari karet alam atau sistetik dengan motif timbul. - Pakaian pelindung - Berguna untuk menutupi seluruh atau sebagian dari percikan api, panas, suhu dingin, cairan kimia dan minyak.

V. PENYAKIT AKIBAT KERJA PADA TUKANG BECAK Kondisi fisik yang baik sangat dibutuhkan oleh setiap pekerja, dengan begitu pekerjaan dapat dilakukan secara maksimal. Salah satu pekerjaan yang membutuhkan kondisi yang baik adalah tukang becak. Becak merupakan alat transportasi tradisional yang menggunakan tenaga manusia sebagai penggerak. Jenis pekerjaan tersebut memiliki resiko tinggi terhadap terjadinya cedera pada anggota tubuh ataupun cedera pada otot rangka, selain itu aktivitas ini memerlukan energi yang cukup besar. Disain

becak yang kurang baik membuat kondisi dan posisi kerja yang tidak ergonomis, sehingga akan memberikan beban kerja statis pada anggota tubuh.4.6 Menurut Kusumo (2008), desain becak yang digunakan menyebabkan posisi bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah, sehingga pengayuh becak pada umumnya mengeluhkan sakit pada leher bagian atas, leher bagian bawah, punggung, lengan atas kanan, pinggang, bokong, pantat, lengan bawah kiri, lengan bawah kanan, tangan kiri, tangan kanan, paha kiri, paha kanan, lutut kanan, betis kiri, betis kanan, kaki kiri dan kaki kanan.5,7 Kelelahan Kerja Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Kelelahan diatur secara sentral oleh otak. Istilah kelelahan biasanya menunjukkan kondisi yang berbeda dari setiap individu, tetapi semuanya bermuara kepada kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh. Kelelahan diklasifikasikan dalam dua jenis, yaitu kelelahan otot dan kelelahan umum. Kelelahan otot merupakan tremor pada otot atau perasaan nyeri pada otot. Sedang kelelahan umum biasanya ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja yang disebabkan oleh monotoni, intensitas, lamanya kerja fisik, keadaan lingkungan, mental, status kesehatan dan keadaan gizi (Grandjean, 1993).3,6 Faktor Penyebab Terjadinya Kelelahan Akibat Kerja Grandjean (1991) dalam Tarwaka (2004) menjelaskan, bahwa faktor penyebab terjadinya kelelahan sangat bervariasi. Hal ini dapat diantisipasi dengan melakukan proses penyegaran di luar tekanan untuk memelihara atau

mempertahankan kesehatan. Penyegaran terjadi terutama selama waktu tidur malam, tetapi periode istirahat dan waktu berhenti kerja juga dapat memberikan penyegaran. Kelelahan yang disebabkan oleh kerja statis berbeda dengan kerja dinamis. Pada kerja otot statis, dengan pengerahan tenaga 50% dari kekuatan maksimum otot hanya dapat bekerja selama 1 menit, sedangkan pada pengerahan tenaga,

20% kerja fisik dapat berlangsung cukup lama. Tetapi pengerahan tenaga otot statis sebesar 15-20% akan menyebabkan kelelahan dan nyeri, jika pembebanan berlangsung setiap hari.3,5 Menurut Sutalaksana (2006), faktor yang menyebabkan kelelahan ada dua hal, yaitu kelelahan fisiologis (fisik atau kimia) adalah kelelahan yang timbul karena adanya perubahan fisiologis (fisik atau kimia) dalam tubuh, dan kelelahan psikologis (kejiwaan) adalah kelelahan palsu yang timbul dalam perasaan orang yang bersangkutan dan terlihat dengan tingkah lakunya atau pendapatnya yang tidak konsekwen lagi serta jiwanya yang labil. Dari segi fisiologis (fisik atau kimia), tubuh manusia dianggap sebagai mesin yang mengkonsumsi bahan bakar, dan memberikan output berupa tenaga yang berguna untuk melaksanakan aktivitas. Pada prinsipnya, ada lima macam mekanisme yang dilakukan tubuh, yaitu sistem peredaran, sistem pencernaan, sistem otot, sistem syaraf dan sistem pernafasan. Kerja fisik yang terus menerus berpengaruh terhadap mekanisme di atas, baik secara terpisah maupun sekaligus. Kelelahan psikologis (kejiwaan) menyangkut perubahan yang

bersangkutan dengan moril seseorang. Kelelahan ini bisa disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya kurang minat pada pekerjaan, pekerjaan yang monoton, keadaan lingkungan, adanya hukum moral yang mengikat dan merasa tidak cocok. Sebab mental seperti tanggung jawab, kekhawatiran dan konflik. Pengaruh ini berkumpul dalam benak dan menimbulkan rasa lelah (Sutalaksana, 2006).4,7 Waters dan Bhattacharya (1996) dalam Tarwaka (2004) berpendapat agak lain, bahwa kontraksi otot baik statis maupun dinamis dapat menyebabkan kelelahan otot setempat. Kelelahan tersebut terjadi pada waktu ketahanan otot terlampaui. Waktu ketahanan otot tergantung pada jumlah tenaga yang dikembangkan oleh otot sebagai suatu prosentase tenaga maksimum yang dapat dicapai oleh otot. Kemudian pada saat kebutuhan metabolisme dinamis dan aktivitas melampaui kapasitas energi yang dihasilkan oleh tenaga kerja, maka kontraksi otot akan terpengaruh sehingga kelelahan seluruh badan terjadi.4,7

Untuk mengurangi tingkat kelelahan maka harus dihindarkan sikap kerja yang bersifat statis dan diupayakan sikap kerja yang lebih dinamis. Hal ini dapat diakukan dengan merubah sikap kerja yang statis menjadi sikap kerja yang lebih bervariasi atau dinamis, sehingga sirkulasi darah dan oksigen dapat berjalan normal ke seluruh anggota tubuh (Tarwaka, 2004).5,7 Menurut Sutalaksana (2006) kelelahan dapat dikurangi dengan berbagai cara, yaitu dengan menyediakan kalori secukupnya sebagai input untuk tubuh, bekerja dengan menggunakan metoda kerja yang baik, misalnya bekerja dengan dengan memakai prinsip ekonomi gerakan., memperhatikan kemampuan tubuh, artinya pengeluaran tenaga tidak melebihi pemasukannya dengan memperhatikan batasannya,

memperhatikan waktu kerja yang teratur dengan melakukan pengaturan terhadap jam kerja, waktu istirahat dan sarananya, masa libur dan rekreasi dan lainnya, serta berusaha mengurangi monotoni dan ketegangan akibat kerja.5,7 Keluhan Otot Rangka Menurut (Grandjean, 1993) dalam Tarwaka (2004), keluhan otot rangka adalah keluhan pada bagian otot rangka yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Secara garis besar keluhan otot dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu keluhan sementara, yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot menerima. beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan segera hilang apabila pembebanan dihentikan, dan keluhan menetap, yaitu keluhan otot yang bersifat menetap. Walaupun pembebanan telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot terus berlanjut. Bagian otot yang sering dikeluhkan adalah otot rangka yang meliputi otot leher, bahu, lengan, tangan, jari, punggung, pinggang dan otot-otot bagian bawah. Diantara keluhan otot rangka tersebut, yang banyak dialami oleh pekerja adalah otot bagian pinggang. Keluhan otot rangka pada umumnya terjadi karena konstraksi otot yang berlebihan akibat pemberian beban kerja yang terlalu berat dengan durasi pembebanan yang panjang.3,6

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya keluhan otot rangka menurut Peter Vi (2000) dalam Tarwaka (2004), yaitu peregangan otot yang berlebihan, aktivitas berulang, sikap kerja tidak alamiah, penyebab sekunder, dan faktor penyebab kombinasi. Peregangan otot yang berlebihan, terjadi karena pengerahan tenaga yang diperlukan melampaui kekuatan optimum otot, seperti aktivitas mengangkat, mendorong, menarik dan menahan beban yang berat. Apabila sering dilakukan maka dapat mempertinggi resiko terjadinya keluhan otot, bahkan dapat menyebabkan terjadinya cedera otot rangka. Aktivitas berulang yaitu pekerjaan yang dilakukan secara terus menerus seperti pekerjaan mencangkul, menyapu, membelah kayu besar, angkat-angkut, dan sebagainya. Keluhan terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban kerja secara terus menerus tanpa memperoleh kesempatan untuk relaksasi. Sikap kerja tidak alamiah, pada umumnya terjadi karena karakteristik tuntutan tugas, alat kerja dan stasiun kerja tidak sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja. Sikap kerja yang menyebabkan posisi bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah, seperti pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala terangkat ataupun terlalu menunduk, dan sebagainya. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka semakin tinggi pula resiko terjadinya keluhan otot rangka. Di Indonesia, sikap kerja tidak alamiah lebih banyak disebabkan oleh adanya ketidaksesuaian antara dimensi alat dan stasiun kerja dengan ukuran tubuh pekerja. Apabila hal ini terjadi dalam kurun waktu yang lama, maka akan terjadi akumulasi keluhan yang pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya cedera otot. Penyebab sekunder berupa tekanan, getaran dan mikroklimat. Terjadinya tekanan langsung pada jaringan otot yang lunak, seperti saat tangan harus memegang alat, maka jaringan otot tangan yang lunak akan menerima tekanan langsung dari pegangan alat, yang bila sering terjadi, dapat menyebabkan rasa nyeri otot yang menetap. Getaran dengan frekuensi tinggi akan menyebabkan kontraksi otot bertambah yang mengakibatkan peredaran darah tidak lancar dan nyeri otot. Paparan suhu dingin yang berlebihan juga dapat menurunkan kelincahan, kepekaan dan kekuatan pekerja yang disertai dengan menurunnya

kekuatan otot. Faktor penyebab kombinasi, faktor individu seperti umur, jenis kelamin, kebiasaan merokok, aktivitas fisik, kekuatan fisik dan ukuran tubuh juga dapat menjadi penyebab terjadinya keluhan otot rangka.3,6 Kelainan Tulang Karena Kebiasaan Sikap Duduk Yang Salah Banyak manusia karena ketidaknyamanan dalam duduk menderita penyakit pada tulang belakang terutama pada area punggung bagian bawah dan area leher, hal ini menjadi perhatian para ahli psiologi dan orthopedi. Cedera tulang belakang disebabkan karena tekanan pada tulang belakang yang sangat besar. Tekanan seperti ini menyebabkan adanya cedera, baik itu sementara atau tetap. Kerusakan yang terjadi lama kelamaan akan semakin menyebar, khususnya pada saraf tulang belakang (Kroemer, 2001).3,5 Menurut Prawirohartono (2003), Kebiasaan sikap duduk yang salah dapat menimbulkan gangguan pada bentuk lengkung tulang belakang. Kelainan pada lengkung tulang belakang dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu lengkung tulang pinggang yang berlebihan, lengkung tulang punggung yang berlebihan atau terlalu bengkok ke belakang sehingga bongkok. Bongkok diakibatkan karena kurang luasnya dada, sering bersamaan dengan penyakit dada, kepala yang terlalu menunduk ke depan dan dada yang ceper, dan tulang punggung yang bengkok ke samping kiri atau kanan.3,5

DAFTAR PUSTAKA

1. K3.Dir.Sarana Prasarana ITB. Kesehatan Dan Keselamatan Kerja. Cited ( 01 Juli 2013 ) Online 01 Juli 2013. Available at : file:///D:/ikm/ kesehatan dan keselamatankerja.com 2. Mastreropk. Pengertian dan Ruang Lingkup Kesehatan dan Keselamatan

Kerja. Cited ( 01 Juli 2013 ) Online 01 Juli 2013. Available at : file:// masteropik.com201012pengertian-dan-ruang-lingkup.htm 3. Kusumo, Ratno Tri. Analisis Keluhan Pengayuh Becak Menggunakan Kuesioner Nordic. Universitas Gunadarma. Tangerang, 2008 4. Nurmianto, Eko. Ergonomi, Konsep Dasar dan Aplikasinya. PT. Guna Widya. Surabaya. 1996. 5. Pearce, Evelyn. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 2002. 6. Saputro, Tri Hadi. Analisis Perbaikan Bentuk Fisik Becak. Universitas Gunadarma. Depok, 2008. 7. Tarwaka, Solichul H. A dan Lilik S.Bakri.Ergonomi untuk keselamatan, kesehatan kerja dan produktivitas. Uniba Pres, Universitas Islam Batik. Solo. 2004.

Anda mungkin juga menyukai