Anda di halaman 1dari 27

PONDOK PESANTREN TRADISIONAL DALAM adanya akal dan budi menyebabkan manusia memiliki

PERSEPKTIF PENDIDIKAN ISLAM cara dan pola hidup yang multidimensi, yakni
kehidupan yang bersifat material dan bersifat spritual
(2001: 8).
LATAR BELAKANG Begitu pentingnya pendidikan bagi setiap
MASALAH manusia, karena tanpa adanya pendidikan sangat
Pendidikan merupakan mustahil suatu komunitas manusia dapat hidup
suatu proses di dalam berkembang sejalan dengan cita-citanya untuk maju,
menemukan transformasi baik mengalami perubahan, sejahtera dan bahagia
dalam diri, maupun sebagaimana pandangan hidup mereka. Semakin tinggi
komunitas. Oleh sebab itu, cita-cita manusia semakin menuntut peningkatan mutu
proses pendidikan yang benar pendidikan sebagai sarana pencapaiannya. Hal ini telah
adalah membebaskan termaktub dalam al-Qur’an surat al-Mujadalah ayat 11:
seseorang dari berbagai kungkungan, intimidasi, dan ‫ﻳﺮﻓﻊ ﷲ ﺍﻟﺪﻳﻦ ﺍﻣﻨﻮﺍ ﻣﻨﻜﻢ ﻭﺍﻟﺪﻳﻦ ﺍﻭﺗﻮﺍﺍﻟﻌﻠﻢ ﺩﺭﺟﺖ‬
ekploitasi. Disinilah letak afinitas dari paidagogik, yaitu Artinya :
membebaskan manusia secara konfrehensif dari “Allah SWT akan mengangkat orang-orang yang
ikatan-ikatan yang terdapat diluar dirinya atau dikatakan beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi
sebagai sesuatu yang mengikat kebebasan seseorang. ilmu pengetahuan beberapa derajat” (Depag RI, 1974:
Hal ini terjadi jika pendidikan dijadikan instrumen 911).
oleh sistem penguasa yang ada hanya untuk Relevan dengan hal tersebut, maka
mengungkung kebebasan individu. Secara memis penyelenggaraan pendidikan tidak dapat dilepaskan
pendidikan yang ada di Indonesia adalah sebagian kecil dari tujuan yang hendak dicapai. Buktinya dengan
yang terdesain dan terorganisir oleh bingkai sistem. penyelenggaraan pendidikan yang kita alami di
Gambaran sistem semacam itu merupakan bentuk Indonesia. Tujuan pendidikan mengalami perubahan
pemaksaan kehendak dan merampas kebebasan yang terus menerus dari setiap pergantian roda
individu, kesadaran potensi, beserta kreativitas kepemimpinan. Maka dalam hal ini sistem pendidikan
bifurkasi. Maka pendidikan telah berubah menjadi nasional masih belum mampu secara maksimal untuk
instrumen oppressive bagi perkembangan individu atau membentuk masyarakat yang benar-benar sadar akan
komunitas masyarakat (Tilaar, 2004: 58). pendidikan.
Maka dari pada itu, pendidikan adalah Melihat fenomena yang terjadi pada saat
merupakan elemen yang sangat signifikan dalam sekarang ini banyak kalangan yang mulai melihat
menjalani kehidupan. Karena dari sepanjang perjalanan sistem pendidikan pesantren sebagai salah satu solusi
manusia pendidikan merupakan barometer untuk untuk terwujudnya produk pendidikan yang tidak saja
mencapai maturasi nilai-nilai kehidupan. Ketika melihat cerdik, pandai, lihai, tetapi juga berhati mulia dan
dari salah satu aspek tujuan pendidikan nasional berakhlakul karimah. Hal tersebut dapat dimengerti
sebagai mana yang tercantum dalam UU RI karena pesantren memiliki karakteristik yang
SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003, tentang membentuk memungkinkan tercapainya tujuan yang dimaksud.
manusia yang berbudi pekerti luhur melalui proses Karena itu, sejak lima dasawarsa terakhir
pembentukan kepribadian, kemandirian dan norma- diskursus diseputar pesantren menunjukkan
norma tentang baik dan buruk. Sedangkan menurut perkembangkan yang cukup pesat. Hal ini tercermin
Widagdho, manusia sebagai makhluk pengemban etika dari berbagai focus wacana, kajian dan penelitian para
yang telah dikaruniai akal dan budi. Dengan demikian, ahli, terutama setelah kian diakuinya kontribusi dan
peran pesantren yang bukan saja sebagai “sub kultur” Indonesia tidak mengalami penjajahan, maka
(untuk menunjuk kepada lembaga yang bertipologi unik pertumbuhan sistem pendidikan Indonesia akan
dan menyimpang dari dari pola kehidupan umum di mengikuti jalur pesantren sebagaimana terjadi di Barat
negeri ini) sebagaimana disinyalir Abdurrahman Wahid yang hampir semua universitas terkenal cikal bakalnya
(1984 : 32) Tetapi juga sebagai “institusi kultural” (untuk adalah perguruan perguruan yang semula berorientasi
menggambarkan sebuah pendidikan yang punya keagamaan semisal univ. Harvard. Sehingga yang ada
karakter tersendiri sekaligus membuka diri terhadap bukan UI, ITB, UGM, UNAIR dan lain sebagainya,
hegemoni eksternal). sebagaimana ditegaskan oleh tetapi mungkin Univ. Tremas, Univ. Krapyak, Tebuireng,
Hadi Mulyo (1985 : 71). Bangkalan dan seterusnya.( 1997 : 22)
Dikatakan unik, karena pesantren memiliki Yang menarik untuk ditelaah adalah mengapa
karakteristik tersendiri yang khas yang hingga saat ini Pesantren --baik sebagai lembaga pendidikan maupun
menunjukkan kemampuannya yang cemerlang lembaga sosial-- masih tetap survive hingga saat ini ?
melewati berbagai episode zaman dengan Padahal sebelumnya banyak pihak yang
kemajemukan masalah yang dihadapinya. Bahkan memperkirakan pesantren tidak akan bertahan lama
dalam perjalanan sejarahnya, Ia telah memberikan ditengah perubahan dan tuntutan masyarakat yang kian
andil yang sangat besar dalam ikut serta mencerdaskan plural dan kompetitif, bahkan ada yang memastikan
kehidupan Bangsa dan memberikan pencerahan pesantren akan tergusur oleh ekspansi sistem
terhadap masyarakat. pendidikan umum dan modern.
Menurut Rahim (2001 : 28), pesantren Tak kurang dari Sutan Ali Syahbana yang
merupakan sebuah lembaga pendidikan tertua yang mengatakan bahwa sistem pendidikan pesantren harus
melekat dalam perjalanan kehidupan Indonesia sejak ditinggalkan, menurutnya mempertahankan sistem
ratusan tahun yang silam, ia adalah lembaga pendidikan pesantren sama artinya dengan
pendidikan yang dapat dikategorikan sebagai lembaga mempertahankan keterbelakangan dan kejumuan kaum
unik dan punya karakteristik tersendiri yang khas, muslimin (1997 : 11). Ada juga yang dengan sinis
sehingga saat ini menunjukkan kapabilitasnya yang menyebutkan sistem pendidikan pesantren hanyalah
cemerlang melewati berbagai episode zaman dengan fosil masa lampau yang sangat jauh untuk memainkan
pluralitas polemik yang dihadapinya. Bahkan dalam peran di tengah kehidupan global.
perjalanan sejarahnya, pesantren telah banyak Penilaian psimis ini bila dilacak muncul dari
memberikan andil dan kontribusi yang sangat besar ketidak akuratan melihat profil Pesantren secara utuh,
dalam ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa dan artinya memang melihat pesantren “hanya sebagai
memberikan pencerahan terhadap masyarakat serta lembaga tua dengan segala kelemahannya” tanpa
dapat menghasilkan komunitas intelektual yang setaraf mengenal lebih jauh watak watak barunya yang terus
dengan sekolah gubernemen. berkembang dinamik, akan selalu menghasilkan
Oleh karena itu tak mengherankan bila pakar penilaian yang simplifikatif atau bahkan reduktif.
pendidikan sekalas Ki Hajar Dewantoro dan Dr. Dari sinilah peneliti tergelitik untuk melakukan
Soetomo pernah mencita citakan model system penelitian terhadap pendidikan pondok pesantren
pendidikan pesantren sebagai model pendidikan tradisional dalam perspektif pendidikan Islam Indonesia
Nasional. Bagi mereka model pendidikan pesantren dalam rangka mencari sesuatu yang belum tersentuh
merupakan kreasi cerdas budaya Indonesia yang dan tidak terfikirkan oleh sistem pendidikan Islam di
berkarakter dan patut untuk terus dipertahan Indonesia.
kembangkan. Penelitian ini bergulat dengan refleksi pendidikan
Menurut Nur Cholis Madjid, Seandainya Islam di Pondok Pesantren tradisional dalam bentuk
deskriptif. Salah satu tujuannya untuk menyadarkan • Mendidik anak agar beramal di dunia ini
masyarakat akan pentingnya pendidikan Islam di dunia untuk memetik hasilnya di akhirat.
ini serta meciptakan pemahaman pendidikan Islam An-Naquib Al-Atas yang dikutip oleh Ali,
yang lebih progresif konstekstual sehingga mampu mengatakan pendidikan Islam ialah usaha yang
menjawab tantangan zaman. dialakukan pendidik terhadap anak didik untuk
pengenalan dan pengakuan tempat-tempat yang
KERANGKA TEORITIK benar dari segala sesuatu di dalam tatanan
penciptaan sehingga membimbing kearah
Pendidikan Islam Indonesia pengenalan dan pengakuan akan tempat Tuhan
1. Pengertian Pendidikan Islam yang tepat di dalam tatanan wujud dan keberadaan
Pendidikan Islam, yaitu bimbingan jasmani (1999: 10 ).
dan rohani menuju terbentuknya kepribadian utama Adapun Mukhtar Bukhari yang dikutip oleh
menurut ukuran-ukuran Islam. Dengan pengertian Halim Soebahar, mengatakan pendidikan Ialam
lain Pendidikan Islam merupakan suatu bentuk adalah seganap kegiatan yang dilakukan
kepribadian utama yakni kepribadian muslim. seseorang atau suatu lembaga untuk menanamkan
kepribadian yang memiliki nilai-nilai agama Islam, nilai-nilai Islam dalam diri sejumlah siswa, dan
memilih dan memutuskan serta berbuat keseluruhan lembaga-lembaga pendidikan yang
berdasarkan nilai-nilai Islam, dan bertanggung mendasarkannya program pendidikan atau
jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam. Pendidikan pandangan dan nilai-nilai Islam (2002: 12).
Islam merupakan pendidikan yang bertujuan Pendidikan Islam adalah jenis pendidikan
membentuk individu menjadi makhluk yang yang pendirian dan penyelenggaraannya didorong
bercorak diri, berderajat tinggi menurut ukuran Allah oleh hasrat dan semangat cita-cita untuk
dan isi pendidikannya adalah mewujudkan tujuan mengejewantahkan nilai-nilai Islam, baik yang
ajaran Allah (Djamaluddin, 1999: 9). tercermin dalam nama lembaganya maupun dalam
Menurut Hasan Langgulung yang dikutip oleh kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan
Djamaluddin (1999), Pendidikan Islam ialah (Soebahar, 2002: 13).
pendidikan yang memiliki empat macam fungsi Kendati dalam peta pemikiran Islam, upaya
yaitu : menghubungkan Islam dengan pendidikan masih
• Menyiapkan generasi muda untuk diwarnai banyak perdebatan, namun yang pasti
memegang peranan-peranan tertentu relasi Islam dengan pendidikan bagaikan dua sisi
dalam masyarakat pada masa yang akan mata uang, mereka sejak awal mempunyai
datang. Peranan ini berkaitan erat dengan hubungan filosofis yang sangat mendasar, baik
kelanjutan hidup masyarakat sendiri. secara ontologis, epistimologis maupun aksiologis.
• Memindahkan ilmu pengetahuan yang Yang dimaksud dengan pendidikan Islam
bersangkutan dengan peranan-peranan disini adalah : pertama, ia merupakan suatu upaya
tersebut dari generasi tua kepada generasi atau proses yang dilakukan secara sadar dan
muda. terencana membantu peserta didik melalui
• Memindahkan nilai-nilai yang bertujuan pembinaan, asuhan, bimbingan dan
untuk memilihara keutuhan dan kesatuan pengembangan potensi mereka secara optimal,
masyarakat yang menjadi syarat mutlak agar nantinya dapat memahami, menghayati dan
bagi kelanjutan hidup suatu masyarakat mengamalkan ajaran islam sebagai keyakinan dan
dan peradaban. pandangan hidupnya demi keselamatan di dunia
dan akherat. Kedua, merupakan usaha yang • Membantu peserta didik dalam mengembangkan
sistimatis, pragmatis dan metodologis dalam kognisi, afeksi dan psikomotori guna memahami,
membimbing anak didik atau setiap individu dalam menghayati dan mengamalkan ajaran islam
memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran sebagai pedoman hidupnya sekaligus sebagai
islam secara utuh, demi terbentuknya kepribadian kontrol terhadap pola fikir, pola laku dan sikap
yang utama menurut ukuran islam. Dan ketiga, mental.
merupakan segala upaya pembinaan dan • Membantu peserta didik mencapai kesejahteraan
pengembangan potensi anak didik untuk diarahkan lahir batin dangan membentuk mereka menjadi
mengikuti jalan yang islami demi memperoleh manusia beriman, bertaqwa, berakhlak mulia,
keutamaan dan kebahagiaan hidup di dunia dan di memiliki pengetahuan dan keterampilan,
akherat. berkepribadian integratif, mandiri dan menyadari
Menurut Fadlil Al-Jamali yang dikutip oleh sepenuhnya peranan dan tanggung jawab dirinya di
Muzayyin Arifin, pendidikan Islam adalah proses muka bumi ini sebagai abdulloh dan kholifatulloh.
yang mengarahkan manusia kepada kehidupan Dengan demikian, sesungguhnya pendidikan
yang baik dan mengangkat derajat islam tidak saja fokus pada education for the brain,
kemanusiaannya sesuai dengan kemampuan dasar tetapi juga pada education for the heart. Dalam
(fitroh) dan kemampuan ajarnya (2003: 18). pandangan islam, karena salah satu misi utama
Maka dengan demikian, pendidikan Islam pendidikan islam adalah dalam rangka membantu
dari beberapa pengertian di atas penulis peserta didik mencapai kesejahteraan lahir batin,
menyimpulkan, bahwa pendidikan Islam sebagai maka ia harus seimbang, sebab bila ia hanya focus
usaha membina dan mengembangkan pribadi pada pengembangan kreatifiats rasional semata
manusia, baik dari aspek rohaniah, jasmaniah, dan tanpa diimbangi oleh kecerdasan emosional, maka
juga harus berlangsung secara hirarkis. oleh manusia tidak akan dapat menikmati nilai kemajuan
karena itu, pendidikan Islam merupakan suatu itu sendiri, bahkan yang terjadi adalah
proses kematangan, perkembangan atau demartabatisasi yang menyebabkan manusia
pertumbuhan baru dapat tercapai bilamana kehilangan identitasnya dan mengalami
berlangsung melalui proses demi proses kearah kegersangan psikologis, dia hanya meraksasa
tujuan transformatif dan inovatif. dalam tehnik tapi merayap dalam etik.
Pendidikan islam sebagaimana rumusannya Demikian pula pendidikan islam mesti
diatas, menurut Abd Halim Subahar ( 1992 : 64) bersifat integralitik, artinya ia harus memandang
memiliki beberapa prinsip yang membedakannya manusia sebagai satu kesatuan utuh, kesatuan
dengan pendidikan lainnya, antara lain : jasmani rohani, kesatuan intelektual, emosional dan
• Prinsip tauhid
spiritual, kesatuan pribadi dan sosial dan kesatuan
• Prinsip Integrasi
dalam melangsungkan, mempertahankan dan
• Prinsip Keseimbangan mengembangkan hidup dan kehidupannya.
• Prinsip persamaan
• Prinsip pendidikan seumur hidup, dan 2. Dasar-Dasar Pendidikan Islam
• Prinsip keutamaan. Dalam setiap aktivitas manusia sebagai
instrumen transformasi ilmu pengetahuan, budaya,
dan sebagai agen perubahan sosial, pendidikan
Sedangkan tujuan pendidikan islam dapat memerlukan satu landasan fundamental atau basik
dirumuskan sebagai berikut : yang kuat. Adapaun dasar yang di maksud adalah
• Untuk membentuk akhlakul karimah. dasar pendidikan Islam suatu totalitas pendidikan
yang wajib bersandar pada landasan dasar manusia muslim dan selalu membuka
sebagaimana yang akan dibahas dalam bagian kemungkinan penafsiran berkembang. Itulah
berikut ini. sebabnya mengapa ijtihad perlu ditingkatkan
Pendidikan Islam baik sebagai konsep dalam memahaminya termasuk yang berkaitan
maupun sebagai aktivitas yang bergaerak dalam dengan pendidikan. As-Sunnah juga berfungsi
rangka pembinaan kepribadian yang utuh, sebagai penjelasan terhadap beberapa
paripurna atau syumun, memerlukan suatu dasar pembenaran dan mendesak untuk segara
yang kokoh. kajian tentang pendidikan Islam tidak ditampilkan yaitu :
lepas dari landasan yang terkait dengan sumber 1. Menerangkan ayat-ayat Al-Qur’an yang
ajaran Islam yaitu : bersifat umum
• Al-Qur’an 2. Sunnah mengkhitmati Al-Qur’an.
Al-Qur’an ialah firman Allah berupa • Ijtihad
wahyu yang disampaikan oleh Jibril kepada Ijtihad adalah istilah para fuqoha, yaitu
Nabi Muhammad SAW. Di dalamnya berfikir dengan menggunakan seluruh ilmu
terkandung ajaran pokok yang dapat yang dimiliki oleh ilmuan syari’at Islam untuk
dikembangkan untuk keperluan aspek menetapkan atau menentukan sesuatu hukum
kehidupan melalui ijtihad. Ajaran yang syara’ dalam hal-hal yang ternyata belum
terkandung dalam Al-Qur’an itu terdiri dari dua ditegaskan hukumnya oleh Al-Qur’an dan
prinsip besar, yaitu yang berhubungan dengan Sunnah. Namun dengan demikian ijtihad dalam
masalah keimanan yang disebut aqidah dan hal ini dapat saja meliputi seluruh aspek
yang berhubungan dengan amal disebut kehidupan termasuk aspek pendidikan, tetapi
syari’ah. Oleh karena itu pendidikan Islam tetap berpedoman pada Al-Qur’an dan Sunnah.
harus menggunakan Al-Qur’an sebagai sumber Oleh karena itu, ijtihad dipandang
dalam merumuskan berbagai teori tentang sebagai salah satu sumber hukum Islam yang
pendidikan Islam sesuai dengan perubahan sangat dibutuhkan sepanjang masa setelah
dan pembaharuan (Darajat, 2000: 19). rasul Allah wafat. Sasaran ijtihad ialah segala
• As-Sunnah sesuatu yang diperlukan dalam kehidupan,
As-Sunnah ialah perkataan, perbuatan yang senantiasa berkembang. Ijtihad dalam
ataupun pengakuan rasul. Yang di maksud bidang pendidikan sejalan dengan
dengan pengakuan itu ialah kejadian atau perkembangan zaman yang semakin maju
perbuatan orang lain yang diketahui oleh bukan saja dibidang materi atau isi, melainkan
Rasulullah dan beliau membiarkan saja juga dibidang sistem.
kejadian atau perbuatan itu berjalan. Sunnah Secara substansial ijtihad dalam
merupakan sumber ajaran kedua sesudah Al- pendidikan harus tetap bersumber dari Al-
Qur’an yang juga sama berisi pedoman untuk Qur’an dan Sunnah yang diolah oleh akal yang
kemaslahatan hidup manusia dalam segala sehat dari para ahli pendidikan Islam.
aspeknya, untuk membina umat menjadi • Al-Kaun
manusia seutuhnya atau muslim yang Maksud Allah menurunkan ayat kauniyah
bertaqwa. Untuk itulah rasul Allah menjadi guru tersebut yaitu untuk mempermudah
dan pendidik utama. pemahaman manusia terhadap lingkungan
Maka dari pada itu, Sunnah merupakan sekitar sehingga dapat mengakui
landasan kedua bagi cara pembinaan pribadi kebesarannya seperti yang terdapat dalam Al-
Qur’an surat Ar- Ra’du ayat 3 yang berbunyi : Tujuan pendidikan Islam adalah
tercapainya pengajaran, pengalaman,
‫ﻭﻫﻮﺍﻟﺪﻱ ﻣﺪ ﺍﻻﺭﺽ ﻭﺟﻌﻞ ﻓﻴﻬﺎ‬ pembiasaan, penghayatan dan keyakinan akan
‫ﺭﻭﺳﻲ ﻭﺍﻧﻬﺮﺍ ﻭﻣﻦ ﻛﻞ ﺍﻟﺜﻤﺮﺕ‬ kebenarannya. Sedangkan menurut Zakiyah
‫ﺟﻌﻞ ﻓﻴﻬﺎ ﺯﻭﺟﻴﻦ ﺍﺛﻨﻴﻦ ﻳﻐﺶ‬ Dzarajat tujuan pendidikan Islam yaitu
‫ﺍﻟﻴﻞ ﺍﻟﻨﻬﺎﺭﺍ ﻥ ﻓﻲ ﺩﻟﻚ ﻻﻳﺖ‬ membentuk insan kamil dengan pola taqwa
‫ﻟﻘﻮﻡ ﻳﺘﻔﻜﺮﻭﻥ‬ dapat mengalami perubahan, bertambah dan
Artinya : “Dialah Tuhan yang berkurang dalam perjalanan hidup seseorang.
mmembentangkan bumi dan menjadikan Oleh karena itulah tujuan pendidikan Islam itu
gunung-gunung, sungai-sungai padanya. Dia berlaku selama hidup untuk menumbuhkan,
menjadikan padanya buah-buahan berpasang- memupuk, mengembangkan, memelihara dan
pasangan. Allah jualah yang menutup malam mempertahankan (2000: 31).
kepada siang sesungguhnya pada yang Hal yang sama pula tujuan pendidikan
demikian itu terdapat tanda-tanda kebesaran Islam dapat dipahami dalam firman Allah :
Allah bagi kaum yang berfikir” (Depag RI, 1992:
368). ‫ﻳﺎﻳﻬﺎﺍﻟﺪﻳﻦ ﺍﻣﻨﻮﺍ ﺍﺗﻘﻮﺍ ﷲ ﺣﻖ‬
Berdasarkan firman Allah di atas, bahwa ‫ﺗﻘﺎﺗﻪ ﻭﻻﺗﻤﻮﺗﻦ ﺍﻻ ﻭﺍﻧﺘﻢ‬
setiap orang berfikir harus mengakui kebesaran ‫ﻣﺴﻠﻤﻮﻥ‬
Allah dan hal ini relevan untuk dijadikan dasar Arinya: “Wahai orang-orang yang beriman
dalam pendidikan Islam. bertaqwalah kamu kepada Allah dengan
3. Unsur-Unsur Pendidikan Islam sebenar-benarnya taqwa; dan janganlah kamu
Dalam implementasinya, fungsinya, mati kecuali dalam keadaan muslim (QS. 3 Ali-
pendidikan Islam sangat memperhatikan aspek Imron: 102).
yang mendukung atau unsur yang turut mendukung Sedangkan menurut Ahmad D Marimba
terhadap tercapainya tujuan dari pendidikan Islam. yang dikutip oleh Halim Soebahar, menyatakan
Adapun aspek atau unsur-unsur tersebut adalah : bahwa tujuan pendidikan Islam adalah
1. Tujuan Pendidikan Islam terbentuknya muslim. Dan menurutnya bahwa
Menurut Fadlil Aljamali yang dikutip oleh tujuan demikian identik dengan tujuan hidup
Abdul Halim Soebahar sebagai berikut: setiap muslim. Adapun tujuan hidup seorang
Pertama, mengenalkan manusia akan muslim adalah menghamba kepada Allah yang
perannya diantara sesama (makhluk) dan berkaitan dengan firman Allah Surat Dzariat 56
tanggung jawab pribadinya. Kedua, yang berbunyi :
mengenalkan manusia akan interaksi sosial ‫ﻭﻣﺎ ﺧﻠﻘﺖ ﺍﻟﺠﻦ ﻭﺍﻻﻧﺲ ﺍﻻ‬
dan tanggung jawab dalam tata hidup ‫ﻟﻴﻌﺒﺪﻭﻥ‬
bermasyarakat. Ketiga, mengenalkan manusia Artinya: “Dan aku (Allah) tidak menjadikan jin
akan alam ini dan mengajak mereka untuk dan manusia melainkan untuk meyembah-Ku”.
mengetahui hikmah diciptakannya serta Dan masih banyak beberapa deskripsi
memberi kemungkinan untuk mengambil yang membahas tentang tujuan pendidikan
manfaat dari alam tersebut. Keempat, Islam seperti konfrensi pendidikan di Islamabat
mengenalkan manusia akan pencipta alam ini tahun 1980, bahwa pendidikan harus
(Allah) dan memerintahkan beribadah kepada- merealisasikan cita-cita (idealitas) Islam yang
Nya (2002: 19-20). mencakup pengembangan kepribadian muslim
secara meyeluruh yang harmonis yang Allah bagi kepentingan kesejahteraan manusia,
berdasarkan fisiologis dan psikologis maupun dan kegiatan ibadahnya kepada pencipta alam
yang mengacu kepada keimanan dan sekaligus itu sendiri.
berilmu pengetahuan secara berkeseimbangan Telah kita ketahui, bahwa dasar tujuan
sehingga terbentuklah muslim yang paripurna, pendidikan ditiap-tiap negara itu tidak selalu
berjiwa tawakkal secara total kepada Allah tetap sepanjang masa, melainkan sering
sebagaimana firman Allah Surat Al-An’am Ayat mengalami perubahan atau pergantian, sesuai
162: dengan perkembangan zaman. Perumbakan itu
‫ﻗﻞ ﺍﻥ ﺻﻼﺗﻲ ﻭﻧﺴﻜﻲ ﻭﻣﺤﻴﺎﻱ‬ biasanya akibat dari pertentangan pendirian
‫ﻤﺎﺗﻲ ہﻠﻟ ﺭﺏ ﺍﻟﻌﻠﻤﻴﻦ‬ atau ideologi yang ada di dalam masyarakat
Artinya: “Katakanlah sesungguhnya sholatku, itu. Hal ini kerap kali terjadi lebih-lebih di
ibadahku, hidup dan matiku hanya bagi Allah, negara yang belum stabil kehidupan politiknya,
tuhan semesta alam”. Imam Al-Ghazali karena mereka yang bertentangan itu sadar
mengatakan tujuan penddikan Islam adalah bahwa pendidikan memegang peranan penting
untuk mencapai kesempurnaan manusia yang sebagai generasi bangsa.
mendekatkan diri kepada Allah dan bertujuan Sama halnya dengan tujuan pendidikan
meraih kebahagiaan di dunia dan di akhirat. di Indonesia juga selalu berubah-rubah,
(Langgulung, 1990: 9). dikarenakan kondisi dan situasi politiknya tidak
Maka dari pada itu, tujuan pendidikan stabil. Hal ini dibuktikan mulai tahun 1946
Islam dirumuskan dalam nilai-nilai filosofis yang sampai pada saat sekarang. Dengan demikian
termuat dalam filsafat pendidikan Islam. Seperti tujuan pendidikan itu tidak berdiri sendiri,
halnya dasar pendidikannya, maka tujuan melainkan dirumuskan atas dasar hidup
pendidikan Islam juga identik dengan tujuan bangsa dan cita-cita negara dimana pendidikan
Islam itu sendiri. Sedanagkan Muhammad itu dilaksanakan. Sikap hidup itu dilandasi oleh
Umar Altomi Al-Zaibani yang dikutip oleh norma-norma yang berlaku bagi semua warga
Djalaluddin, mengatakan tujuan pendidikan negara.
Islam adalah untuk mempertinggi nilai-nilai Oleh karena itu, sebelum seseorang
akhlak hingga mencapai akhlak ul karimah. melaksanakan tugas kependidikannya, terlebih
Tujuan ini sama dan sebangun dengan tujuan dahulu harus memahami falsafah negara,
yang akan dicapai oleh misi kerasulann yaitu supaya norma yang melandasi hidup
“membimbing manusia agar berakhlak mulia”. bernegara itu tercermin dari tindakannya, agar
(2001: 90). pendidikan yang diarahkan kepada
Maka dengan demikian tujuan pembentukan sikap posisi pada peserta didik
pendidikan Islam yang berdasarkan deskripsi di hendaknya diperhitungkan pula bahwa
atas ialah menanamkan makrifat (kesadaran) manusia muda (peserta didik) itu tidak hidup
dalam diri manusia terhadap dirinya sendiri tersendiri di dunia ini. (Uhbiyati, dkk,2001:135-
selaku hamba Allah, kesadaran selaku anggota 139)
masyarakat yang harus meiliki rasa tanggung
jawab sosial terhadap pembinaan 2. Subjek Pendidikan.
masyarakatnya, serta menanamkan Subjek pendidikan adalah orang yang
kemampuan manusia untuk menolak, berkenaan langsung dengan proses pendidikan
memanfaatkan alam sekitar sebagai ciptaan dalam hal ini pendidik dan peserta didik.
Peserta didik yaitu pihak yang merupakan kemampuan, nilai dan sikap yang secara
sabjek terpenting dalam pendidikan. Hal ini institusional harus dikuasi oleh peserta didik
disebabkan atau tindakan pendidik itu diadakan setelah selesai dengan pendidikannya; Ketiga,
atau dilakukan hanyalah untuk membawa anak diartikan sebagai garis besar materi dari suatu
didik kepada tujuan pendidikan Islam yang bidang study yang telah dipilih untuk dijadikan
dicita-citakan. Dalam PPRI No. 19 tahun 2005, objek belajar. Keempat, adalah sebagai
tentang Standar Nasional Pendidikan panduan dan buku pelajaran yang disusun
disebutkan bahwa yang dimaksud dengan untuk menunjang terjadinya proses belajar
peserta didik ialah anggota masyarakat yang mengajar; Kelima, adalah sebagai bentuk dan
berusaha menyumbangkan potensi diri melalui jenis kegiatan belajar mengajar yang dialami
proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, oleh para pelajar, termasuk di dalamnya
jenjang, dan jenis pendidikan tertentu (PPRI, berbagai jenis bentuk dan frekuensi evaluasi
2005: 12) yang digunakan sebagai bagian terpadu dari
Pendidik atau guru secara implisit ia strategi belajar mengajar yang direncanakan
telah merelakan dirinya dan memikul dan untuk dialami para pelajar. (2004:243-244)
menerima sebagai tanggung jawab pendidikan Oleh karena, itu kurikulum
yang terpikul dipundak pada oranag tua. menggambarkan kegiatan belajar mengajar
(Dzarajat, 2000: 39) dalam suatu lembaga kependidikan tidak hanya
Maka dengan demikian subjek dijabarkan serangkai ilmu pengetahuan yang
pendidikan Islam yaitu semua manusia yang harus diajarkan pendidik kepada anak didik,
berproses dalam dunia pendidikan baik formal, dan anak didik mempelajarinya. Tetapi juga
informal maupunn nonformal yang sama-sama segala kegiatan yang bersifat kependidikan
mempunyai tujuan demi pengembangan yang dipandanag perlu, karena mempunyai
kepribadiannya. Sehingga menjadi insan yang pengaruh terhadap anak didik dalam rangka
mempunyai kesadaran penuh kepada sang mencapai tujuan pendidikan Islam. Adapun
pencipta. pengertian kurikulum secara etimologi berasal
3. Kurikulum dan Materi. dari bahasa latin, (suatu jarak yang harus
Hal penting yang perlu diketahui dalam ditempuh dalam pertandingan olahraga),
proses belajar mengajar atau proses kemudian yang dialihkan kedalam pengertian
kependidikan dalam suatu lembaga adalah pendidikan menjadi suatu lingkaran pengajaran
kurikulum (Arifin, 2003: 77). dimana guru dan murid terlibat didalamnya.
Menurut Soedijarto yang dikutip Khoiron Dan secara termenologi adalah menunjukkan
Rosyadi mengartikan kurikulum dengan lima tentang segala mata pelajaran yang dipelajarai
tingkatan, yaitu : Pertama, sebagai serangkaian dan juga semua pengalamam yang harus
tujuan yang menggambarkan berbagai diperoleh serta semua kegiatan yang harus
kemapuan (pengetahuan dan keterampilan), dilakukan anak.
nilai dan sikap yang harus dikuasi dan dimiliki Adapun yang dimaksud dengan materi
oleh peserta didik dari suatu satuan yaitu bahan-bahan atau pengalaman belajar
pendidikan; Kedua, sebagai kerangka materi ilmu agama Islam yang disusun sedemikian
yang memberikan gambaran tentang bidang- rupa atau disampaikan kepada anak
bidang study yang harus dipelajari oleh peserta didik.(Uhbiyati, 2003:14)
didik untuk menguasai serangkaian Materi dan kurikulum memiliki keterkaitan
atau depadensi yang sangat erat mengingat psikologis dan spritual religius, karena manusia
meteri merupakan integral dari kurikulum, dan hasil pendidikan Islam bukan saja sosok pribadi
pencapaian materi secara sistematis diatur dari yang tidak hanya bersikap religius melainkan
kurikulum yang ada. juga berilmu dan berketarampilan yang
4. Metode, Media, dan Evaluasi. sanggup beramal dan berbakti kepada Tuhan
Metode merupakan instrumen dan dan masyarakatnya. (Arifin, 2000: 238)
dipergunakan untuk mencapai tujuan Dalam rangka menilai keberhasilan
pendidikan atau alat yang mempunyai fungsi pendidikan, evaluasi penting untuk
ganda, yaitu yang bersifat polipragmatis dan dilaksanakan karena sebagai pijakan dalam
monopragmatis. Oleh karena itu, metode dalam merumuskan program-program pendidikan
pengertian litter lijk, kata “metode” berasal dari yang akan datang.
bahasa grek yang terdiri dari meta yang berarti 5. Lingkungan.
“melalui”, dan hodos yang berarti “jalan”. Jadi Lingkungan ialah sesuatu yang berada
metode berarti “jalan yang dilalui”. Maka secara diluar diri anak dan mempengaruhi
umum metode diartikan sebagai cara perkembangannya. Lingkungan sendiri dibagi
mengerjakan sesuatu, cara itu mungkin baik tiga macam yang keseluruhannya mendukung
mungkin tidak baik. atau metode juag dapat terhadap proses implementasi pendidikan
diartikan sebagai cara untuk mempermudah Islam, misalnya masyarakat, sekolah, dan
pemberian, pemahaman kepada anak didik keluarga. Dalam arti yang luas lingkungan
mengenai bahan atau materi yang diajarkan. mencakup iklim dan geografis, tempat tinggal,
(Arifin, 2003: 89) adat istiadat, pengetahuan, pendidikan dan
Media, menurut gerlach dan Eli alam. Oleh karena itu, dengan kata lain
sebagaimana dikutip Azhar Arsyad, lingkungan ialah segala sesuatu yang tampak
mengatakan bahwa media apabila dipahami dan terdapat dalam alam kehidupan yang
secara garis besar adalah manusia, materi, senantiasa berkembang. (Daradjat, 2000: 63)
atau kejadian yang membangun kondisi yang Jadi lingkungan mempunyai andil yang
membuat siswa mampu memperoleh sangat signifikan dalam pembentukan sikap
pengetahuan, keterampilan atau sikap (1996: dan prilaku yang pada akhirnya akan
1) membentuk sebuah kepribadian yang
Jadi media merupakan sarana untuk sempurna.
mempermudah pemberian pemahaman kepada
peserta didik. Pondok Pesantren Sebagai lembaga Pendidikan Islam
Evaluasi adalah suatu proses 1. Pengertian Pondok Pesantren
berkelanjutan tentang pengumpulan dan Pengertian pesantren berasal dari kata
penafsiran informasi untuk menilai keputusan- santri, dengan awalan pe-dan akhiran an, berarti
keputusan yang dibuat dalam merancang suatu tempat tinggal santri. Soegarda Poerbakawatja
sistem pengajaran atau yang dimaksud yang dikutip oleh Haidar Putra Daulay, mengatakan
evaluasi dalam pendidikan Islam adalah pesantren berasal dari kata santri yaitu seseorang
merupakan cara atau teknik penilaian terhadap yang belajar agama Islam, sehingga dengan
tingkah laku peserta didik berdasarkan standar demikian pesantren mempunyai arti, tempat orang
perhitungan yang bersifat komprehensif dari berkumpul untuk belajar agama Islam. Ada juga
seluruh aspek-aspek kehidupan mental yang mengartikan pesantren adalah suatu lembaga
pendidikan Islam Indonesia yang bersifat
“tradisional” untuk mendalami ilmu tentang agama :
Islam dan mengamalkannya sebagai pedoman 1. Pesantren Salafi, yaitu pesantren yang tetap
hidup keseharian (2004: 26-27). mempertahankan pelajarannya dengan kitab-
Dalam kamus besar bahas Indonesia, kitab klasik dan tanpa diberikan pengetahuan
pesantren diartikan sebagai asrama, tempat santri, umum. Model pengajarannyapun
atau tempat murid-murid belajar mengaji. sebagaimana yang lazim diterapkan dalam
Sedangkan secara istilah pesantren adalah pesantren salaf, yaitu dengan metode sorogan
lembaga pendidikan Islam, dimana para santri dan weton.
biasanya tinggal di pondok (asrama) dengan materi 2. Pesantren Khalafi, yaitu pesantren yang
pengajaran kitab-kitab klasik dan kitab-kitab umum, menerapkan sistem pengajaran klasikal
bertujuan untuk menguasai ilmu agama Islam (madrasi), memberikan ilmu umum dan ilmu
secara detail, serta mengamalkannya sebagai agama, serta juga memberikan pendidikan
pedoman hidup keseharian dengan menekankan keterampilan.
pentingnya moral dalam kehidupan bermasyarakat 3. Pesantren Kilat, yaitu pesantren yang
(Fenomena, 2005: 72). berbentuk semacam training dalam waktu
Pondok pesantren secara definitif tidak dapat relatif singkat, dan biasanya dilaksanakan
diberikan batasan yang tegas, melainkan pada waktu libur sekolah. Pesantren ini menitik
terkandung fleksibilitas pengertian yang memenuhi beratkan pada keterampilan ibdah dan
ciri-ciri yang memberikan pengertian pondok kepemimpinan. Sedangkan santrinya terdiri
pesantren. Jadi pondok pesantren belum ada dari siswa sekolah yang dipandang perlu
pengertian yang lebih konkrit, karena masih mengikuti kegiatan keagamaan dipesantren
meliputi beberapa unsur untuk dapat mengartikan kilat.
pondok pesantren secara komprehensif (Artikel, 1). 4. Pesantren terintegrasi, yaitu pesantren yang
Maka dengan demikian sesuai dengan arus lebih menekankan pada pendidikan vocasional
dinamika zaman, definisi serta persepsi terhadap atau kejuruan, sebagaimana balai latihan kerja
pesantren menjadi berubah pula. Kalau pada tahap di Departemen Tenaga Kerja, dengan program
awalnya pesantren diberi makna dan pengertian yang terintegrasi. Sedangkan santrinya
sebagai lembaga pendidikan tradisional, tetapi saat mayoritas berasal dari kalangan anak putus
sekarang pesantren sebagai lembaga pendidikan sekolah atau para pencari kerja. (2006:101)
tradisional tidak lagi selamanya benar. Sedangkan menurut Mas’ud dkk, ada beberapa
2. Tipologi Pondok Pesantren tipologi atau model pondok pesantren yaitu :
Seiring dengan laju perkembangan 1. Pesantren yang mempertahankan
masyarakat, maka pendidikan pesantren baik kemurnian identitas aslinya sebagai tempat
tempat, bentuk hingga substansinya telah jauh menalami ilmu-ilmu agama (tafaqquh fi-I-
mengalami perubahan. Pesantren tidak lagi din) bagi para santrinya. Semua materi
sesederhana seperti apa yang digambarkan yang diajarkan dipesantren ini sepenuhnya
seseorang, akan tetapi pesantren dapat mengalami bersifat keagamaan yang bersumber dari
perubahan sesuai dengan pertumbuhan dan kitab-kitab berbahasa arab (kitab kuning)
perkembangan zaman. yang ditulis oleh para ulama’ abad
Menurut Yacub yang dikutip oleh Khozin pertengahan. Pesantren model ini masih
mengatakan bahwasanya ada beberapa banyak kita jumpai hingga sekarang,
pembagian pondok pesantren dan tipologinya yaitu seperti pesantren Lirboyo di Kediri Jawa
Timur, beberapa pesantren di daeah masyarakatnya.
Sarang Kabupaten Rembang, Jawa tengah Dinamika lembaga pendidikan Islam yang
dan lain-lain. relatif tua di Indonesia ini tampak dalam beberapa
2. Pesantren yang memasukkan materi-materi hal, seperti :
umum dalam pengajarannya, namun 1. Peningkatan secara kuantitas terhadap jumlah
dengan kurikulum yang disusun sendiri pesantren. Tercatat di Departemen Agama,
menurut kebutuhan dan tidak mengikuti bahwa pada tahun 1977 ada 4195 pesantren
kurikulum yang ditetapkan pemerintah dengan jumlah santri 677.384 orang. Jumlah
secara nasional sehingga ijazah yang tersebut menjadi 5661 pesantren dengan
dikeluarkan tidak mendapatkan pengakuan 938.397 santri pada tahun 1981, kemudian
dari pemerintah sebagai ijazah formal. meningkat menjadi 15.900 pesantren dengan
3. Pesantren yang menyelenggarakan jumlah santri 5,9 juta orang pada tahun 1985.
pendidikan umum di dalamnya, baik 2. Kemampuan pesantren untuk selalu hidup
berbentuk madrasah (sekolah umum berciri ditengah-tengah masyarakat yang sedang
khas Islam di dalam naungan DEPAG) mengalami berbagai perubahan. Pesantren
maupun sekolah (sekolah umum di bawah mampu memobilisasi sumber daya baik
DEPDIKNAS) dalam berbagai jenjangnya, tenaga maupun dana, serta mampu berperan
bahkan ada yang sampai Perguruan Tinggi sebagai benteng terhadap berbagai budaya
yang tidak hanya meliputi fakultas-fakultas yang berdampak negatif. Kenyataan ini juga
keagamaan meliankan juga fakultas- menunjukkan bahwa pesantren merupakan
fakultas umum. Pesantren Tebu Ireng di lembaga pendidikan yang mempunyai
Jombang Jawa Timur adalah contohnya. kekuatan untuk survive. Dan pesantren juga
4. Pesantren yang merupakan asrama pelajar mampu mendinamisir dirinya ditengah-tengah
Islam dimana para santrinya belajar perubahan masyarakatnya. Secara sosiologis,
disekolah-sekolah atau perguruan- ini menunjukkan bahwa pesantren masih
perguruan tinggi diluarnya. Pendidikan memiliki fungsi nyata yang dibutuhkan
agama dipesantren model ini diberikan masyarakat. (Khozin,2006:149)
diluar jam-jam sekolah sehingga bisa diikuti Sedangkan perkembangan secara kuantitatif
oleh semua santrinya. Diperkirakan maupun kemampuan bertahan ditengah
pesantren model inilah yang terbanyak perubahan, tidak otomatis menunjukkan
jumlahnya. (2002:149-150) kemampuan pesantren untuk bersaing dalam
3. Dinamika Pondok Pesantren memperebutkan peserta didik. Seperti Dhofir
Dalam perspektif sejarah, lembaga mengatakan (1992), bahwa dominasi pesantren di
penidikan yang terutama berbasis di pedesaan ini dunia pendidikan mulai menurun secara drastis
telah mengalami perjalanan sejarah yang panjang, setelah tahun 1950-an. Salah satu faktornya,
sejak sekitar abad ke 18. seiring denga perjalanan adalah lapangan pekerjaaan “modern” mulai
waktu, pesantren sedikit demi sedikit maju, tumbuh terbuka bagi warga Indonesia yang mendapat
dan berkembang sejalan dengan proses latihan di sekolah-sekolah umum. Akan tetapi
pembangunan serta dinamika masyarakatnya. Ini setelah proklamasi kemerdekaan pemerintah lebih
menunjukkan bahwa ada upaya-upaya yang memberikan perhatian terhadap sistem pendidikan
dilakukan pesantren untuk mendinamisir, dirinya nasional, dengan membangun sekolah-sekolah
sejalan dengan tuntutan dan perubahan umum dari tingkat pendidikan dasar hingga
perguruan tinggi.
Perkembangan akhir-akhir ini menunjukkan,
bahwa beberapa pesantren ada yang tetap berjalan
meneruskan segala tradisi yang diwarisinya secara
turun temurun, tanpa perubahan dan inprovisasi
yang berarti kecuali sekedar bertahan. Namun ada
juga pesantren yang mencoba mencari jalan
sendiri, dengan harapan mendapatkan hasil yang
lebih baik dalam waktu yang singkat. Pesantren
semacam ini adalah pesantren yang menyusun
kurikulumnya, berdasarkan pemikiran akan
kebutuhan santri dan masyarakat sekitarnya.
Maka dari pada itu, apapun motifnya
perbincangan seputar dinamika pesantren memang
harus diakui mempunyai dampak yang besar
contohnya semakin dituntut dengan adanya
teknologi yang canggih pesantrenpun tidak
ketinggalan zaman untuk selalu mengimbangi dari
setiap persoalan-persoalan yang terkait dengan
pendidikan maupun sistem di dalam pendidikan itu
sendiri, mulai dari sisi mengaji ke mengkaji. Itupun
merupakan sebuah bukti konkrit di dalam pesantren
itu sendiri, bahwa mengalami perkembangan dan
pertumbuhan. Karenanya pesantren tidak akan
pernah mengalami statis, selama dari setiap unsur-
unsur pesantren tersebut bisa menyikapi dan
merespon secara baik, apa yang paling aktual.
(Mas’ud dkk, 2002:72-73)
sebagai pusat belajar masyarakat (Commonity learing
PONDOK PESANTREN TRADISIONAL DALAM centre), seperti di contohkan Gur Dur pada Pesantren
PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM INDONESIA Denanyar Jombang yang selama 50 tahun tidak pernah
surut memberikan pengajian dan problem solving gratis
pada Ibu ibu rumah tangga di desa desa lingkungan
Pesantren pesantren dan sekitarnya.
Tradisional adalah jenis Hasil dari kegiatan ini memang bukan orang
pesantren yang orang yang berijazah, tetapi pembentukan pandangan,
mempertahankan nilai nilai dan sikap hidup bersama dimasyarakat,
kemurnian identitas aslinya padahal pembangunan oleh pemerintah acapkali tidak
sebagai tempat menalami manjangkau sisi ini. Disini terlihat jelas bahwa
ilmu-ilmu agama (tafaqquh Pesantren bukan saja penyelenggara pendidikan, tetapi
fi-I-din) bagi para juga penyelenggara dakwah yang mengajak pada
santrinya. Semua materi yang diajarkan dipesantren ini perubahan pola hidup dimasyarakat.
sepenuhnya bersifat keagamaan yang bersumber dari Meskipun dalam melakukan pemecahan
kitab-kitab berbahasa arab (kitab kuning) yang ditulis masalah masalah sosial masyarakat sekitarnya,
oleh para ulama’ abad pertengahan. pesantren tidak menggunakan teori pembanguan
Dalam perspektif pendidikan Islam Indonesia, seperti yang digunakan pemerintah, dan lebih pada
ada yang menyebutkan bahwa pendidikan pondok gerakan yang dilandaskan pada amal saleh, sebagai
pesantren tradisional berposisi sebagai sub ordinat refleksi dari penghayatran dan pemahaman
yang bergerak pada wilayah dan domaian pendidikan keberagamaan sang kyai, tetapi efektifitasnya dalam
hati yang lebih menekankan pada aspek “afektif merubah pola hidup masyarakat tidak dapat
pendidikan “ atau “atticude pendidikan” . Namun disangsikan. Keunggulan keunggulan itu
sebagian yang lain menyebutkan, pendidikan pesantren sesunggunhnya merupakan kekayaan Bangsa ini yang
merupakan bagian tak terpisahkan dari pendidikan jika kian mendapat dukungan yang lebih signifikan dari
nasional yang memberikan pencerahan bagi peserta semua pihak dalam skenario besar kehidupan
didik secara integral, baik kognitif (knowlagde), afektif berbangsa, maka bukan tidak mungkin ia akan menjadi
(attucude) maupun psikomotorik (skill) mutiara yang sangat berharga bagi perbaikan bangsa
Dengan demikian, pesantren dengan sistem Indonesia. Oleh karena itu sekali lagi, melakukan
dan karakternya yang khas telah menjadi bagian pengamatan terhadap dunia pesantren dengan
integral dari sistem pendidikan nasional, meski memakai pendekatan formatif dan teori ilmu ilmu sosial
mengalami pasang surut dalam mempertahankan visi, Barat, tentu tidak akan akurat.
misi dan eksistensinya, namun tak dapat disangkal Namun demikian tidak berarti pesantren
hingga saat ini pesantren tetap survive, bahkan sebagai lembaga pendidikan terbebas dari berbagai
beberapa diantaranya bahkan muncul sebagai model kelemahan, Para pakar pendidikan mencatat beberapa
gerakan alternatif bagi pemecahan masalah masalah kelemahan mendasar, antara lain :
sosial masyarakat desa, seperti yang dilakukan 1. Di Pesantren belum banyak yang mampu
Pesantren Pabelan di Mangelang yang mendapat merumuskan visi, misi dan tujuan pendidikannya
penghargaan “Aga Khan’ tahun 1980. secara sistimatik yang tertuang dalam program
Efektifitas persantren untuk menjadi agent of kerja yang jelas. Sehingga tahapan pencapaian
change sebenarnya terbentuk karena sejak awal tujuannya juga cenderung bersifat alamiyah.
keberadaannya pesantren juga menempatkan diri 2. System kepeminpinan sentralistik yang tidak
sepenuhnya hilang, sehingga acapkali kwalifikasi keilmuan dalam rangka menjawab berbagai
mengganggu lancarnya mekanisme kerja kolektif, tantangan global.
padahal banyak perubahan yang tidak mungkin Kultur belajar mengajar di pesantren yang
tertangani oleh satu orang. banyak dirasakan sebagai kurang memberi
3. Dalam merespon perubahan cenderung sangat kelonggaran untuk bertanya, apalagi berdebat,
lamban, konsep “Almuhafadatu ala al qodim as terutama dalam rumusan “mengapa“, hal yang
soleh wal ajdu bil jadidil aslah” selalu ditempatkan demikian menurut Masdar F Mas’udi (1993 : 11) karena
pada posisi bagaimana benang tak terputus dan berhubungan erat dengan akar historis yang amat
tepung tak terserak, padahal ibarat orang naik tipikal dalam kehidupan masyarakat islam zaman
tangga, ketika salah satu kaki meninggalkan tangga kemandegan Pertengahan abad ke 13 M.
yang bawah, kaki satunya melayang layang Di sebagian masyarakat Pesantren terdapat
diudara, bisa jadi terpeleset atau jatuh, itu resiko, persepsi atau frem yang tidak sepenuhnya benar, yakni
bila takut menghadapi resiko, dia tidak akan pernah sebuah frem yang menganggap bahwa ilmu bukanlah
beranjak dari tangga terbawah. sesuatu yang lahir dari proses pengamatan (ru’ya) dan
4. Sistem pengajarannya kurang efesien, demokratis penalaran (ra’yu), melainkan suatu nur yang memancar
dan variatif, sehingga cepat memunculkan atau yang dipancarkan dari atas dari sebuah sumber
kejenuhan pada peserta didik. Dsb. yang tidak diketahui bagaimana datangnya. Akhirnya
muncul persepsi bahwa ilmu bukan sesuatu yang harus
Pondok pesantren merupakan lembaga dicari, digali dan diupayakan dari bawah, melainkan
pendidikan yang memiliki beberapa fungsi, diantaranya sesuatu yang ditunggu dari “atas”. Giliran selanjutnya
adalah fungsi Tafaqquh fi al din (pendalaman ternyata bukan hanya ilmu yang diyakini memancar dari
pengetahuan tentang agama), fungsi tarbiyah al akhlaq atas, tetapi juga termasuk kemampuan kemanpuan lain
(pembentukan kepribadian / budi pekerti), dan fungsi manusia atau bahkan segala sesuatu yang terhampar
pengembangan masyarakat atau pusat rehabilitasi di alam semesta ini . akibatnya adalah apa yang mesti
sosial. Hanya saja dalam konteks pendidikan , dilakukan seseorang untuk memperoleh ilmu adalah
tepatnya, proses belajar mengajar, konsep tafaqquh fi menyediakan kondisi spiritual yang kondusif bagi
al din kurang mendapat porsi yang semestinya, yang hadirnya anugrah itu melalui latihan latihan kerohanian
terjadi di pesantren, penekanannya bukan pada (riyadhah) secara intensif dan benar.
tafaqquh fi al din, tetapi sekeder transfer ilmu Nah dalam proses riyadhah, pada perspektif
pengetahuan. sufi, difahami bahwa seorang murid tak ubahnya
Meskipun dipesantren, santri lebih bagaikan si buta yang tak mungkin menemukan jalan
mengutamakan capaian substansial keilmuannya tanpa uluran tangan seorang guru (mursyid) yang
ketimbang capaian capaian formal, akan tetapi tetap dipercaya mengantarkannya kepada Tuhan yang maha
ada tuntutan yang mendesak agar ada re-presepsi kuasa. Disinilah kita dapat memahami posisi guru
terhadap pemahaman kitab kuning, yaitu bukan menjadi demikian signifikan dan vital bagi seorang
sekedar memahami sebagaimana adanya, hitam diatas murid yang hendak mengarungi jalan bathin. Syair sufi
putih terhadap teks yang terdapat dalam kitab kuning, mengatakan “ hendaklah dihadapan gurumu, engakau
namun juga konteks historisnya. Atau bahkan tidak bagaikan sebujur mayat ditangan yang
sekedar kitab kuning, tapi juga mungkin kitab putih, memandikannya”. Hal yang seperti ini jelas akan
hitam, merah dan biru. tuntutan untuk memahami melemahkan daya kritis dan kreatifitas pada
komprehensitas konteks dari leteratur klasik merupakan masyarakat pesantren, lebih lebih di jaman serba
tuntutan yang amat mendasar sebagai syarat canggih ini.
Dipesantren, lebih banyak menghafal 3. Sebagai pencetak manusia yang punya
ketimbang kemampuan memahami dan menalar ilmu keseimbangan trio cerdas, yakni Kecerdasan
ilmu itu, diakui bahwa kemampuan mengingat dan Intelektual (IQ), Kecerdasan Emosional (EQ) Dan
menghafal bukan sesuatu yang tidak penting, akan kecerdasan Spiritual (SQ).
tetapi mesti seimbang dengan kemampuan menalar,
sebab kalau dimensi menalar dilemahkan , maka Dalam melaksanakan sistem dan proses
dengan sendirinya santri menjadi tidak mempunyai pengajaran, pendidikan pondok pesantren dalam
daya kritisitas yang memadai. Akhirnya proses perspektif pendidikan Islam Indonesia mempunyai
pendidikan hanya bersifat transfer (memindahkan), peran serta memiliki unsur-unsur atau kontribusi
tidak ada proses pendalaman, pemahaman dan kajian. pemikiran terhadap berkembang dan tumbuhnya
Nah bila ini yang terjadi maka bukan tafaqquh tapi pendidikan Islam. Dalam hal ini, lembaga pendidikan
hanya tahafudz. yang mengajarkan agama Islam kepada masyarakat
Leteratur yang dikaji jangan hanya terbatas dan anak-anak Indonesia, telah lahir dan berkembang
pada kitab yang sudah menjadi barang jadi, seperti, semenjak masa awal kedatangan Islam di negeri ini.
fahtul muin, fathul wahab, tetapi diprioritaskan pada Pada masa awal kemunculannya, lembaga pendidikan
ilmu metodologinya, seperti : ushul fiqh, tarikh tasyri’ ini bersifat sangat sederhana berupa pengajian al-
dan semacamnya. Qur’an dan tata cara beribadah yang diselenggarakan
Walhasil bahwa pendidikan di pesantren ada di masjid, surau, atau dirumah-rumah ustadz.
kelemahan dan kelebihannya, tapi jika pesantren Keberadaan lembaga-lembaga yang tersebut di
mampu mengeleminir kelemahan tersebut dan atas, kemudian muncul dan berkembang dengan nama
mengoptimalkan kelebihannya, maka bukan tidak pesantren, ini terus tumbuh didasari tanggung jawab
mungkin ia menjadi salah satu alternatif yang cukup untuk menyampaikan Islam kepada masyarakat dan
menjajikan dimasa masa yang akan datang, terutama generasi penerus. Pondok sebagai asrama tempat
ditengah pengapnya system pendidikan nasional yang tinggal para santri, masjid sebagai pusat peribadatan
cenderung lebih menekankan pada education for the dan pendidikan, santri sebagai pencari ilmu, pengajaran
brain dan relatif mengabaikan Education for The heart, kitab kuning serta kiai yang mengasuh merupakan lima
yang gilirannya hampir bisa dipastikan akan elemen dasar keberadaannya.
menghasilkan over educated society, kian Secara mayoritas pondok pesantren
membludaknya pengangguran elit intelektual, merupakan komunitas belajar keagamaan yang erat
meraksasa dalam tehnik tapi merayap dalam etik, hubungannya dengan lingkungan sekitarnya, pada
pongah dengan pengetahuan tapi bingung dalam umumnya masyarakat pedesaan. Komunitas tersebut
menikmati kehidupan, cerdas otaknya tapi bodoh kehidupan keagamaan merupakan bagian integral
nuraninya,. Dalam suasana yang seperti ini, lembaga dalam kenyataan hidup sehari-hari, dan tidak dianggap
pendidikan pesantren akan dilirik untuk memainkan sebagai sektor yang terpisah. Oleh karena itu, sosok
peran sebagai : kiai dalam dunia pondok pesantren tidak dapat
dipisahkan, karena keberadaannya merupakan unsur
1. Lembaga pendidikan yang memadu pendidikan yang paling signifikan dan sebagai pimpinan
integralistik, humanistik, pragmatik, idealistik dan keagamaan atau sesepuh yang diakui di lingkungan
realistik. serta diperhatikan nasehat-nasehatnya.
2. Pusat rehabilitasi sosial (banyak keluarga yang Oleh sebab itu, pondok pesantren bukan
mengalami kegoncangan psikologi spiritual akan diperuntukkan sebagai tempat pendidikan bagi santri
mempercayakan penyeklamatannya pada semata, melainkan juga bagi masyarakat sekitarnya.
pesantren)
Hal ini berbeda dengan lembaga-lembaga pendidikan kecenderungan baru yang terus berkembang dinamis
lainnya yang pada umumnya menyatakan tujuan dalam pesantren yang membuatnya tetap dan terus
pendidikannya dengan jelas. survive dan bahkan berpotensi besar sebagai salah
Sebagaimana telah dijelaskan atau satu alternatif ideal bagi masyarakat transformatif, lebih
dideskripsikan pada pembahasan sebelumnya, inti atau lebih ditengah pengapnya sistem pendidikan nasional
penekanan pendidikan pondok pesantren sebagai yang kurang mencerdaskan dan cenderung
wadah dan tempat tercapainya suatu pendidikan Islam memunculkan ketergantungan yang terus menerus. Visi
Indonesia, yakni tercapainya tujuan pembangunan dan kecenderungan tersebut antara lain :
nasional bidang pendidikan. Secara realistis banyak Pertama, karakterinya yang khas dan tidak
kalangan menilai bahwa sistem pendidikan yang dimiliki oleh lembaga pendidikan lainnya, yakni
berlangsung di tanah air ini masih belum mampu mengakar kuat di masyarakat dan berdiri kokoh
mengantarkan tercapainya pendidikan Islam, yaitu sebagai menara air (bukan menara api). Menurut Nur
membangun manusia Indonesia seutuhnya. Cholis Madjid, pesantren selain identik dengan makna
Terbukti semakin maraknya tawuran antar keislaman juga mengandung makna keaslian indonesia
pelajar, konsumsi pengedaran narkoba yang . Nah sebagai indigenous, Pesantren selain memiliki
merajalela, kurangnya rasa hormat peserta didik lingkungan, juga menjadi milik lingkungannya. antara
kepada pendidik dan orang tua, munculnya egoisme pesantren dengan lingkungannya ibarat setali mata
kesukuan yang mengarah kepada separatisme, uang, atau harimau dan rimbanya yang satu sama lain
rendahnya moral para penyelenggara negara serta lain mempunyai relasi yang erat bersifat simbiotik dan
sebagainya adalah indikasi-indikasi yang mendukung organik. Karena itu posisi pesantren bagi
penilaian di atas. Berpijak dari konsep dasar itulah masyarakatnya sering digambarkan seperti pada Qs.
pendidikan pondok pesantren mencoba memberikan Ibrahim : 24 – 25. Laksana pohon yang baik, akarnya
respon dalam menanggapi sistem pendidikan yang ada kokoh dan rantingnya menjulang kelangit, pohon itu
di tanah air ini dan dituntut adanya penyikapan yang arif memberi buah setiap musim dengan idzin Allah Swt.
dan bijaksana. Kedua, Di Pesantren terdapat prinsip yang
disebut Panca Jiwa, yakni berupa keikhlasan,
Visi dan Misi Pendidikan Pondok Pesantren Tradisional kesederhanaan, kemandirian, ukuwah islamiyah dan
Dalam perspektif kebebasan (Subahar, 2002 : 5) Menurut Subahar,
Hakekat pendidikan pesantren sebenarnya terletak
Pendidikan Islam Indonesia pada pembinaan jiwa ini, bukan pada yang lain,
Dunia pesantren adalah dunia yang mewarisi karenanya hasil pendidikan di Pesantren akan
dan memelihara kontinoitas tradisi islam yang mencetak jiwa yang kokoh yang sangat menentukan
dikembangkan ulama dari masa kemasa, dan hal falsafah hidup santri dihari kemudian, artinya, mereka
tersebut tidak terbatas pada periode tertentu dalam tidak sekedar siap pakai tetapi yang lebih penting
sejarah islam, Karenanya tidak sulit bagi dunia adalah siap hidup. Prinsip inilah yang menjadikan
pesantren untuk melakukan readjustment terhadap pesantren tetap survive dan terus menjadi oase bagi
berbagai perubahan yang terjadi. Maka itu masyarakat dalam perubahan yang bagaimanapun.
kemamupuan pesantren untuk tetap survive dalam Ketiga, Adanya hubungan lintas sektoral yang
setiap perubahan, bukan sekedar karena akrab antara santri dengan kyai. Artinya Kyai bagi santri
karakteristiknya yang khas, tetapi juga karena tidak sekedar guru Ta’lim, tetapi juga sebagai guru
kemampuannya dalam melakukan adjustment dan ta’dzib dan guru tarbiyah. Dia tidak sekedar
readjustment. menyampaikan informasi keislaman, tetapi juga
Terdapat pelbagai visi, misi, karakter dan
menyalakan etos Islam dalam setiap jiwa santri dan : 83)
bahkan mengantarkannya pada taqarrub ilalloh. Karena Demikian juga kita melihat terdapat beberapa
itu hubungan kyiai dengan santri tidak sekedar bersifat refungsionalisasi dalam pesantren, misalnya dari
fisikal, tetapi lebih jauh juga bersifat batiniyah. sekedar fungsi pendidikan dan sosial, saat ini
Keempat, Model pengasramahan. Di pesantren berkembang pada fungsi ekonomi, pengkaderan, public
, terdapat istilah santri mukim, dimana santri service, dll. Dengan refungsionalisasi tersebut,
diasramakan dalam satu tempat yang sama. pesantren pada gilirannya tidak sekedar memainkan
Dimaksudkan selain menjadikan suasana tidak ada fungsi - fungsi tradisionalnya, seperti : transmisi ilmu
perbedaan antara anak orang kaya atau orang miskin. ilmu keislaman, pemeliharaan tradisi Islam dan
Juga sang kyiai dapat memantau langsung reproduksi ulama’, tetapi juga telah menjadi alternatif
perkembangan keilmuan santri, dan yang lebih penting pembangunan yang berpusat pada masyarakat itu
adalah diterapkannya pola pendampingan untuk sendiri (People centered development), Pusat
melatih pola prilaku dan kepribadian para santri. Selain pengembangan pembangunan yang berorientasi pada
itu, pola pengasramahan memungkinkan santri melatih nilai (Value oriented development), Pembangunan
kemampuan bersosial dan bermasyarakat, sehingga lembaga (Institution development) dan kemandirian
akan cepat beradaptasi ketika mereka terjun pada (Self reliance and sustainability).
kehidupan masyarakat yang sesungguhnya. Dengan berbagai perkembangan baru yang
Kelima, Fleksibel terhadap berbagai perubahan terus bergerak (walau terkesan hati hati dan cenderung
yang terjadi. Menurut Hadi Mulyo, Salah satu faktor gradual evolusioner), Pesantren --menurut Azyumardi
yang menjadikan pesantren tetap eksis dan bahkan Azra.-- jelas bukan saja mampu bertahan dan survive,
menjadi alternatif prospektif dimasa yang akan datang, tapi lebih dari itu, dengan penyesuaian, akomodasi dan
karena ia mempunyai karakter membuka diri terhadap perubahan yang dilakukannya, pada gilirannya
berbagai perubahan yang terjadi dalam kehidupan riil, pesantren mampu mengembangkan diri dan bahkan
dikalangan pesantren terkenal slogan “Almuhafadatu kembali menempatkan dirinya pada posisi sentral
ala al qodim as soleh wal ajdu bil jadidil aslah” . (1995 : sebagai pusat pencerahan, pusat penyuluhan
99) kesehatan, pusat pengembangan tehnologi tepat guna,
Dengan berbagai visi serta kecenderungan pusat usaha penyelamatan dan pelestarian lingkungan
baru itulah, kekhawatiran banyak pihak yang hidup, pusat emansipasi wanita dan pusat
memprediksi pesantren akan kehilangan nilai pemberdayaan ekonomi masyarakat.( 1997 : xxi)
relevasinya dengan kehidupan sosial yang terus Kendati bersifat evolusioner, dengan langkah
berubah, saat ini secara perlahan mulai terjawab, yang mantap pesantren -- khususnya di Jawa-- terus
Misalnya dalam segi “Elemen pokok”, pada mengalami perkembangan dan kemajuan yang
perkembangan selanjutnya elemen pokok pesantren konstan, dari tahun ke tahun mereka mampu menarik
tidak hanya terdiri dari : Kyai, Masjid, Pondok, minat masyarakat stake holder untuk berbondong
Pengajian kitab klasik dan santri, sebagaimana dilihat bondong memasukkan putra putrinya ke lembaga
Clifford Greertz, Martin Van Bruinessen, Zamakzary tersebut, tidak hanya dari sekitar wilayah mereka, tetapi
Dhofir dan Zeimek, Tapi telah jauh berkembang pada : juga dari luar Jawa, bahkan dari luar Negeri, seperti
Pusat keterampilan, gedung perguruan tinggi, pusat malaysia dan Brunai Darus Salam. Hal tersebut selain
olah raga, kantor administrasi, perpustakaan, disebabkan faktor internal, dimana pesantren terus
Laboratorium, Pusat pengembangan bahasa, koprasi, melakukan pembenahan dan konsolidasi diri, juga
balai pengobatan, pemancar radio, penerbitan dan lain disebabkan faktor eksternal dimana lembaga
lain (Kontowijoyo, 1991 :251 dan Sujoko Prasojo, 1982 pendidikan modern tidak mampu secara nyata
melahirkan manusia yang integratif , mandiri dan di adopsi oleh wilayah wilayah lain, seperti di
berakhlakul karimah. Padahal yang paling dibutuhkan Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dsb.
dalam dunia yang semakin menua ini tidak saja 4. Sistem pengasramahan yang di pesantren dikenal
manusia yang siap pakai, yang lebih penting justru dengan istilah santri mukim, saat ini ditiru oleh
yang siap hidup, Untuk hal yang terakhir, peran alumni lembaga lembaga pendidikan umum, modern dan
pesantren tidak dapat diragukan. unggulan dengan istilah boarding school atau
Dalam penelitiannya tahun 1955, Departemen boarding system.
Agama mencatat terdapat 30.368 pesantren dengan Di lingkungan Perguruan tinggi sudah dirintis
santri sejumlah 1.392.159 orang. Sebagai beberapa model yang -- meski malu malu--
perbandingan saja pada tahun 1972 diperkirakan sesungguhnya meniru model pesantren, seperti :
jumlah pesantren bertambah menjadi 37 000 buah Pondok pesabtren Hj Nuriyah sobron di Univ.
dengan sekitar 4 juta santri. Angka angka ini Muhammadiyah Surakarta, Pesantren Kampus di UIS
menunjukkan bahwa pendidikan pesantren mengalami Malang, Pesantren Mahasiswa di UNTAN Pontianak,
ekspansi yang menakjubkan, meski berada dibawah dan banyak contoh contoh lain.
sistem dan kelembagaan pendidikan lainnya.
Tidak sedikit Pesantren yang secara cemerlang
Fenomina Mutahir yang dapat diamati adalah
berhasil memberdayakan masyarakat disekitarnya, tidak
bahwa pesantren terus mengembangkan ekspansinya
saja dalam bidang pendidikan, tetapi juga bidang
hingga batas yang boleh disebut strategis, misalnya :
ekonomi, tehnologi dan ekologi. Pesantren Annuqoyah
1. Secara fisik, pesantren mengalami kemajuan yang
Guluk guluk Madura, misalnya, telah berhasil
cukup fenominal, sehingga tidak tepat lagi
mengangkat desanya dari desa swadaya pada tahun
sepenuhnya diasosiasikan dengan lembaga yang
1978 menjadi desa swakarya pada tahun 1979 dan
berfasilitas seadanya, kumuh, sesak dan tidak
menjadi desa swasembada pada tahun 1981.
heginis, tetapi seiring dengan perkembangan
Perubahan besar ini terjadi setelah pesantren tersebut
ekonomi umat islam, saat ini tidak sulit mencari
mendirikan “Biro Pengabdian Masyarakat” yang
pesantren yang memiliki gedung megah dan
mengantarkannya mendapat penghargaan Kalpataru
mentereng.
pada tahun 1981.
2. Begitu juga dengan domaiannya, ia tidak saja
sebagai rural based institution, tetapi juga menjadi Pesantren lain yang juga mendapatkan
lembaga pendidikan urban. Ini bisa dilihat dari penghargaan serupa adalah Pesantren Sabilil Muttaqin
kemunculan sejumlah pesantren kota, pesantren Magetan yang berhasil membuka cabang cabang
pembangunan, pesantren mahasiswa, pesantren pendidikan di 55 kecamatan dan ratusan desa,
tehnologi, pesantren gender, pesantren industri, Pesantren ini juga berhasil memberangkatkan 354 KK
pesantren lingkungan, pesantren nara pidana yang untuk mengikuti kegiatan transimigrasi dengan bekal
notabene berdomisili dikota kota metpropolitan. skill yang memadai, sehingga mengantarkannya
Seperti : PP Darun Najah, PP Assiddiqiyah di mendapat penghargaan Kalpataru pada tahun 1986.
Jakarta, PP Alkautsar dan PP Darul Arafah di Demikian juga dengan Pesantren Salafiyah
Medan, PP Darul Hikmah di Pekan baru, Al Hikam Syafi’iyah Situbondo, Pesantren Maslakhul Huda
di Malang, Al Jauhar dan Nurul Islam di Jember dan margoyoso Pati, Pesantren Suralaya Tasikmalaya dan
banyak lagi ditempat lain seperti : Bandung, juga beberapa pesantren lainnya, yang masing masing
Surabaya, Jogjakarta, Semarang, dll. mendapat penghargaan Kalpataru karena kontribusinya
3. Selain itu saat ini pesantren tidak melulu identik yang sangat signifikan dalam pembangunan masyarakat
dengan kelembagaan islam khas Jawa, tetapi mulai .
Dengan menyandarkan diri kepada Allah SWT, pejabat pemerintah dan sebagainya untuk
para Kiai pesantren memulai pendidikan pesantrennya mendukung program-program yang sudah ada di
dengan modal niat ikhlas dakwah untuk menegakkan pondok pesantren.
kalimatnya, didukung dengan sarana prasarana 4. Adanya intervensi masyarakat (sosio-cultur)
sederhana dan terbatas. Inilah ciri pesantren, tidak 5. Dapat menyesuaikan dengan adanya
tergantung pada sponsor dalam melaksanakan visi dan perkembangan pengetahuan dan teknologi
misinya. Memang sering kita jumpai dalam jumlah kecil Hal ini juga dikemukakan oleh Abdurrahman
pesantren tradisional dengan sarana dan prasarana Mas’ud dkk, sesungguhnya tujuan pendidikan
yang mudah, namun para Kiai dan santrinya tetap pesantren tergantung atau ditentukan oleh kebijakan
mencerminkan prilaku-prilaku kesederhanaan. Akan kiai, sesuai dengan perkembangan pesantren tersebut.
tetapi sebagian besar pesantren tradisional tampil Maka dari pada itu perkembangan dan perubahan
dengan sarana dan prasarana sederhana. pesantren yang cukup berperan aktif serta sebagai
Keterbatasan sarana dan prasarana ini, ternyata tidak pedoman di dalam proses pendidikan untuk tercapainya
menyudutkan para Kiai dan santri untuk melaksanakan tujuan instruksional selalu menggunakan kurikulum.
program-program pesantren yang telah dicanangkan. (2002:85)
Mereka seakan sepakat bahwa pesantren tempat untuk
melatih diri (riyadhoh) dengan penuh keprihatinan, Kurikulum Pendidikan Pondok Pesantren Tradisional
asalkan tidak menghalamgi mereka untuk menuntut Dalam perspektif
ilmu. Pendidikan Islam Indonesia
Dengan demikian jiwa kesederhanaan di atas, Kurikulum pendidikan di pesantren saat ini
maka tujuan pendidikan pesantren adalah menciptakan tidak sekedar fokus pada kita kitab klasik (baca : ilmu
dan mengembangkan kepribadian muslim, yaitu agama), tetapi juga memasukkan semakin banyak mata
kepribadian yang beriman dan bertaqwa kepada Allah pelajaran dan keterampilan umum, di Pesantren saat ini
SWT, berakhlak mulia, bermanfaat bagi masyarakat, dikhotomi ilmu mulai tidak populer , beberapa
sebagai pelayan masyarakat, mandiri, bebas dan teguh pesantren bahkan mendirikan lembaga pendidikan
dalam kepribadian, menyebarkan agama atau umum yang berada dibawah DIKNAS, Misalnya Undar
menegakkan agama Islam dan kejayaan umat Islam di Jombang, Pondok pesantren Iftitahul Muallimin
tengah-tengah masyarakat Islam. (Sulthon dan Ridho, Ciwaringin Jawa barat, dll.
2006: 159-160). Perkembangan yang begitu pesat dalam ilmu
Untuk mengembangkan dan meningkatkan mutu pengetahuan dan tehnologi, menyebabkan pengertian
kualitas out put pondok pesantren itu tergantung kurikulum selalu mengalami perubahan dari waktu ke
bagaimana suatu program yang sudah di tentukan oleh waktu, namun demikian satu hal yang permanen
sosok pengasuh. Dalam artian terealisasinya visi, misi disepakati bahwa Istilah kurikulum berasal dari bahasa
dan tujuan pondok pesantren terletak pada kebijakn Yunani, semula populer dalam bidang olah raga, yaitu
seorang kiai. Oleh karena itu, ada beberapa faktor yang Curere yang berarti jarak terjauh yang harus ditempuh
dimaksud dengan visi, misi dan tujuan pondok dalam olahraga lari mulai start hingga finish. Kemudian
pesantren sebagaimana di bawah ini : dalam konteks pendidikan, kurikulum diartikan sebagai
1. Adanya kemampuan SDM pengelola atau pengasuh “circle of instruction” yaitu suatu lingkaran pengajaran
2. Adanya strategi yang baik demi tercapainya suatu dimana guru dan murid terlibat didalamnya.
tujuan Dalam bahasa Arab Menurut Omar Muhammad
3. Adanya kebijaksanaan pemerintah, baik melalui (1979 : 478), term kurikulum dikenal dengan term
perundang-undangan, surat keputusan mentri atau manhaj, yakni jalan terang yang dilalui manusia dalam
hidupanya. Dalam konteks pendidikan kurikulum sebab itu, keberadan kurikulum dalam sebuah lembaga
diartikan sebagai jalan terang yang dilalui oleh pendidik pendidikan sangat penting. Kita selalu sering
dan peserta didik untuk menggabungkan pengetahuan, mendengar sorotan tajam bahwa kurikulum selalu
ketampilan, sikap dan seperangkat nilai. tertinggal dengan perkembangan zaman.
Secara etimologi, artikulasi kurikulum dapat Dengan demikian pembenahan kurikulum harus
dibedakan menjadi dua, pertama, dalam pengertiannya senantiasa dilakukan secara berkesinambungan.
yang sempit, disebut juga (pengertian tradisional) yakni Dalam konteks pendidikan di pesantren, Nurcholis
sebagaimana dirumuskan Regan ( 1960 : 57) “ The Madjid mengatakan yang dikutip oleh Abdurrahman
curriculum has mean the subjects taught in school, or Mas’ud dkk, bahwa istilah kurikulum tidak terkenal di
the course of study “. Kurikulum adalah mata pelajaran dunia pesantren (masa pra kemerdekaan), walaupun
yang diajarkan di sekolah atau bidang studi. sebenarnya materi pendidikan sudah ada di dalam
Kedua, dalam pengertiannya yang luas, disebut pesantren, terutama pada praktek pengajaran
juga (pengertian modern), yakni seperti dirumuskan bimbingan rohani dan latihan kecakapan dalam
Spear ( 1975 : 67) “The curriculum is looked as being kehidupan di pesantren. Secara eksplisit pesantren
composed of all the actual experience pupils have tidak merumuskan dasar dan tujuan pesantren atau
under school direction, writing a courrse of study mengaplikasikannya dalam bentuk kurikulum. (2002:85)
become but small prt of curriculum program”. Kurikulum Dewasa ini pesantren dihadapkan pada banyak
adalah semua pengalaman aktual yang dimiliki siswa di tantangan, termasuk di dalamnya modernisasi
bawah pengaruh sekolah, sementara bidang studi pendidikan Islam. Dalam banyak hal sistem dan
adalah bagian kecil dari program kurikulum secara kelembagaan pesantren telah dimodernisasi, serta
keseluruhan. disesuaikan dengan tuntutan pembangunan, terutama
Rumusan ini dijustifikasi oleh sejumlah pakar dalam aspek-aspek kelembagaan sehingga secara
lain seperti Saylor dan Alexander yang menyebutkan otomatis akan mempengaruhi ketetapan kurikulum.
“The curriculum is the sum total of the school’s effort to Berdasarkan pendapat di atas, bahwa kurikulum
influence learning whether in the calssroom, on the pada dasarnya merupakan seperangkat perencanaan
playground, or out of shoo” kurikulum adalah dan media untuk mengantarkan lembaga pendidikan
keseluruhan usaha sekolah dalam mempengaruhi dalam mewujudkan lembaga pendidikan yang
belajar anak yang berlangsung di dalam kelas, di diidamkan. Pesantren dalam aspek kelembagaannya,
sekolah, maupun di luar sekolah. mulai mengembangkan diri dengan jenis dan corak
Melampaui pembagian diatas, saat ini ada juga pendidikannya yang bermacam-macam. Seperti
beberapa pakar seperti Lee and Lee ( 1940 : 211) yang Pesantren Tebuireng Jombang yang di dalamnya telah
menyebutkan bahwa “Curricuum is the strategy which berkembang madrasah, sekolah umum, sampai
we use in adapting this cultural geritage to the purpose perguruan tinggi yang dalam proses pencapaian tujuan
of the shoo “ Kurikulum adalah strategi yang digunakan institusional selalu menggunakan kurikulum. Tetapi
untuk mengadaptasikan pewarisan kultural dalam pesantren yang mengikuti pola salafi (tradisional),
mencapai tujuan sekolah. mungkin kurikulum belum dimasukkan secara baik.
Berdasarkan literatur yang ada yang dimaksud Maka dari pada itu kurikulum pondok pesantren
dengan kurikulum adalah salah satu komponen utama tradisional statusnya cuma sebagai lembaga
yang diguanakan sebagai acuan untuk menentukan isi pendidikan non formal yang hanya mempelajari kitab-
pengajaran, mengarahkan proses mekanisme kitab klasik. Meliputi : nahwu, sorrof, belaghoh, tauhid,
pendidikan, tolak ukur keberhasilan dan kualitas hasil tafsir, hadist, mantik, tasawwuf, bahasa arab, fiqih,
pendidikan disamping fakyor-faktor yang lain. Oleh ushul fiqh dan akhlak. Dengan demikian pelaksanaan
kurikulum pendidikan pesantren ini berdasarkan behaviornya.
kemudahan dan kompleksitas ilmu atau masalah yang Kurikulum Pendidikan pesantren, menurut Hasan
dibahas dalam kitab. Jadi ada tingkat awal, menengah, (2001 : 6 ) paling tidak memiliki beberapa komponen,
dan lanjutan. antara lain : tujuan, isi pengetahuan dan pengalaman
Jenjang pendidikan dalam pesantren tidak belajar, strategi dan evaluasi. Biasanya komponen
dibatasi seperti dalam lembaga-lembaga pendidikan tujuan tersebut terbagi dalam beberapa tingkatan, yakni
yang memakai sistem klasikal. Umumnya, kenaikan tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan
tingkat seorang santri didasarkan kepada isi mata kurekuler dan tujuan instruksional. Namun demikian
pelajaran tertentu yang ditandai dengan tamat dan berbagai tingkat tujuan tersebut satu sama lainnya
bergantinya kitab yang dipelajarinya. merupakan suatu kesatuan yang tak terpisahkan.
Apabila seorang santri telah mengusai satu kitab Komponen isi meliputi pencapaian target yang
atau beberpa kitab dan telah lulus ujian yang diuji oleh jelas, materi standart, standart hasil belajar siswa, dan
Kiainya, maka ia berpindah kepada kitab lain yang lebih prosedur pelaksanaan pembelajaran. kepribadian.
tinggi tingkatannya. Jelasnya, penjenjangan pendidikan Komponen strategi tergambar dari cara yang ditempuh
pesantren tidak berdasarkan usia tetapi berdasarkan di dalam melaksanakan pengajaran, cara di dalam
penguasaan kitab-kitab yang telah ditetapkan dari mengadakan penilaian, cara dalam melaksanakan
paling rendah sampai paling tinggi. bimbingan dan penyuluhan dan cara mengatur kegiatan
Sebagai konsekuensi dari cara penjenjangan di sekolah secara keseluruhan. Cara dalam
atas, pendidikan pesantren biasanya menyediakan melaksanakan pengajaran mencakup cara yang
beberapa cabang ilmu atau bidang-bidang khusus yang berlaku dalam menyajikan tiap bidang studi, termasuk
merupakan fokus masing-masing pesantren untuk cara mengajar dan alat pelajaran yang digunakan.
dapat menarik minat para santri menuntut ilmu di Komponen evaluasi berisi penilaian yang
dalamnya. Biasanya keunikan pendidikan sebuah dilakukan secara terus menerus dan bersifat
pesantren telah diketahui oleh calon santri yang ingin menyeluruh terhadap bahan atau program pengajaran
mondok. (Sulthon dan Ridho, 2006: 159-160) yang dimaksudkan sebagai feedback terhadap tujuan,
Kendati beberapa pakar berbeda dalam materi, metode, sarana, dalam rangka membina dan
merumuskan pengertian kurikulum, tetapi mereka tidak mengembangkan kurikulum lebih lanjut
berbeda mengenai fungsi kurikulum, yakni : sebagai Menurut Imam Bawani (1987 : 92) adalah
sarana atau alat untuk mencapai tujuan pendidikan, berbeda antara pendidikan Islam dengan pendidikan
sebagai pelestari nilai nilai budaya dan sebagai agama Islam. Bila disebut pendidikan Islam, maka
pedoman tentang jenis, lingkup dan hirarki urutan isi orientasinya adalah sistem, yaitu sistem pendidikan
dan proses pendidikan.. yang Islami yang teori-teorinya disusun berdasarkan
Kurikulum, bagi pendidik berfungsi sebagai alqur’an hadits. Sedangkan pendidikan agama Islam
pedoman kerja dalam menyusun dan mengorganisir adalah nama kegiatan atau aktivitas dalam
pengalaman belajar peserta didik, bagi tenaga mendidikkan agama Islam.
kependidikan berfungsi sebagai pedoman dalam Dengan kata lain pendidikan agama Islam adalah
mengadakan supervisi, bagi wali murid berfungsi untuk sejajar dengan mata pelajaran lain di sekolah seperti
memberikan informasi sekaligus dorongan agar pendidikan matematika, ataupun pendidikan biologi.
membantu menggiatkan belajar yang relevan di rumah, Dalam kurikulum Pendidikan Agama Islam dijelaskan
dan bagi perserta didik sendiri berfungsi sebagai bahwa pendidikan agama Islam adalah upaya sadar
informasi tentang jenis pengetahuan, nilai nilai dan dan terencana dalam mempersiapkan peserta didik
keterampilan yang telah diperolehnya sebagai entri untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga
mengimani, ajaran agama Islam, dibarengi dengan yang diharapkan menjadi orientasi dan landasan dalam
tuntunan untuk menghormati penganut agama lain kurikulum lembaga Pendidikan pesasntren, yaitu :
dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat • Dasar Pendidikan : Pendidikan pesasntren harus
beragama hingga terwujud persatuan dan kesatuan mendasarkan pada “teosentris’ dengan menjadikan
bangsa. “antroposentris” sebagai bagian esensial dari
Jadi kurikulum Pendidikan pesasntren adalah konsep teosentris. Hal ini berbeda dengan
bahan-bahan pendidikan agama Islam di pesantren pendidikan sekuler yang hanya bersifat
berupa kegiatan, pengetahuan dan pengalaman yang antroposentris semata.
dengan sengaja dan sisteatis diberikan kepada santri • Tujuan Pendidikan : kerja membangun kehidupan
dalam rangka mencapai tujuan Pendidikan Agama duniawiyah melalui pendidikan sebagai perwujudan
Islam. Kurikulum Pendidikan pesasntren merupakan mengabdi kepada-Nya. Pembangunan kehidupan
alat untuk mencapai tujuan Pendidikan Agama Islam. duniawiyah bukan menjadi tujuan final, tetapi
Adapun lingkup materi pendidikan pesasntren adalah : merupakan kewajiban yang diimani dan terkait kuat
Al-Qur’an dan Hadits, Keimanan, akhlak, Fiqh/ibadah dengan kehidupan ukhrawiyah, tujuan finalnya
dan sejarah, dengan kata lain, cakupan Pendidikan adalah kehidupan ukhrawi dengan ridla Allah SWT.
pesasntren adanya keserasian, keselarasan dan • Konsep manusia : Pendidikan Islam memandang
keseimbangan hubungan manusia dengan Allah, diri manusia mempunyai fitrah yang harus
sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya maupun dikembangkan, tidak seperti pendidikan sekuler
lingkungannya. yang memandang manusia dengan tabularasa-nya.
Untuk mencapai tujuan Pendidikan pesasntren • Nilai : Pendidikan pesasntren berorientasi pada
tersebut, perlu rekonstruksi kurikulum agar lebih riil. Iptek sebagai kebenaran relatif dan Imtaq sebagai
Rumusan tujuan Pendidikan pesasntren yang ada kebenaran mutlak. Berbeda dengan pendidikan
selama ini masih bersifat general dan kurang mach sekuler yang hanya berorientasi pada Iptek.
dengan realitas masyarakat yang terus mengalami Pengembangan kurikulum Pendidikan
transformasi. Rekonstruksi disini dimaksudkan untuk pesasntren yang terus menerus menyangkut seluruh
meningkatkan daya relevansi rumusan tujuan komponennya merupakan sesuatu yang mutlak untuk
Pendidikan pesasntren dengan persoalan riil yang dilakukan, agar ia tidak kehilangan relevansi dengan
dihadapi masyarakat dalam hidup kesehariannya. kebutuhan riil yang dihadapi komonitas pendidikan
Prinsip pengembangan kurikulum Pendidikan islam yang kecenderungannya terus mengalami proses
pesasntren secara umum dapat dikelompkkan menjadi dinamika transformatif.
dua, yakni prinsip umum , yang meliputi prinsip Pendidikan pesantren yang dibangun atas
relevansi, prinsip fleksebelitas, prinsip kontinoitas, dasar pemikiran yang Islami bertolak dari pandangan
prinsip praktis, prinsip efektifitas dan prinsip efisiensi. hidup dan pandangan tentang manusia, serta diarahkan
Sedangkan prinsip khusus mencakup prinsip yang kepada tujuan pendidikan yang dilandasi kaidah –
berkenaan dengan tujuan Pendidikan pesasntren, kaidah Islam. Kurikulum yang demikian biasanya
prinsip yang berkenaan dengan pemilihan isi mengacu pada sembilan prinsip utamanya sebagai
Pendidikan pesasntren , prinsip yang berkenaan berikut :
dengan metode dan strategi proses pembelajaran • Sistem dan pengembangan kurikulum hendaknya
Pendidikan pesantren, prinsip yang berkenaan dengan memperhatikan fitrah manusia, agar tetap berada
alat evalusi dan penilaian Pendidikan pesasntren. dalam kesucianya dan tidak menyimpang.
Mastuhu secara praktis memberikan konsep • Kurikulum hendaknya mengacu kepada pencapain
tentang model dan paradigma Pendidikan pesasntren tujuan akhir pendidikan Islam sambil
memperhatikan tujuan – tujuan di bawahnya. tepat dan tuntas merupakan hal yang disyariatkan
• Kurikulum perlu disusun secara bertahap mengikuti dalam ajaran Islam, sebab dalam islam arah gayah
periodisasi perkembangan peserta didik. (tujuan) yang jelas, landasan yang kokoh, dan kaifiyah
• Kurikulum hendaknya memperhatikan kepentingan yang benar merupakan amal perbuatan yang dicintai
nyata masyarakat seperti kesehatan, keamanan, Allah swt.
administrasi dan pendidikan. Kurikulum hendaknya Setiap organisasi, termasuk pendidikan
pula disesuaikan dengan kondisi dan lingkungan
pondok pesantren memiliki aktivitas-aktivitas pekerjaan
seperti iklim dan kondisi alam yang memungkinkan tertentu dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
adanya perbedaan pola kehidupan, agraris , Salah satu aktivitas tersebut adalah manajemen.
industri dan komersial.
Dengan pengetahuan manajemen, pengelola pondok
• Kuirikulum hendaknya terstruktur dan terorganisasi pesantren bisa mengangkat dan menerapkan prinsip-
secara integral. prinsip dasar serta ilmu yang ada di dalam Al-Qur’an
• Kurikulum hendaknya realistis. Artinya, kurikulum dan Hadis ke dalam kembaganya tersebut.
dapat dilaksanakan sesuai dengan berbagai
kemudahan yang dimiliki setiap negara yang Manajemen sebagai ilmu yang baru dikenal
melaksanakanya. pada pertengahan abad ke-19, dewasa ini sangat
• Metode pendidikan yang merupakan salah satu populer, bahkan dianggap sebagai kunci keberhasilan
komponen kurikulum ini hendaknya bersifat pengelola perusahaan atau lembaga pendidikan, tak
fleksibel. terkecuali lembaga pendidikan Islam seperti pondok
• Kurikulum hendaknya efektif untuk mencapai pesantren, maka hanya dengan manajemen lembaga
tingkah laku dan emosi yang positif. pendidikan pesantren diharapkan dapat berkembang
• Kurikulum hendaknya memperhatiakan tingkat sesuai harapan, karena itu manajemen merupakan
perkembangan peserta didik, baik fisik, emosional, sebuah niscaya bagi lembaga pendidikan Islam atau
ataupun intelektualnya; serta berbagai masalah pesantren untuk mengembangkan lembaganya ke arah
yang dihadapi dalam setiap tingkat perkembangan yang lebih baik.
seperti pertumbuhan bahasa, kamatangan sosial, Abudin Nata (2003 : 43) menyebutkan
dan kesiapan religiusitas. dewasa ini pendidikan islam terus dihadapkan pada
berbagai problema yang kian kompleks, karena itu
Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren Tradisional upaya berbenah diri melalui penataan SDM,
Dalam perspektif peningkatan kompetensi dan penguatan institusi mutlak
Pendidikan Islam Indonesia harus dilakukan, dan semua itu mustahil tanpa
Dalam prinsip ajaran Islam, segala sesuatu manajemen yang profesional.
tidak boleh dilakukan secara asal-asalan melainkan
Seperti diketahui bahwa sebagai sebuah
harus dilakukan secara rapi, benar, tertib, dan teratur
sistem pendidikan Islam mengandung berbagai
dan proses-prosesnya juga harus diikuti dengan tertib.
komponen yang saling berkaitan satu sama lainnya,
Dalam sebuah riwayat Rasulullah saw komponen tersebut meliputi landasan, tujuan,
bersabda : yang artinya : “Sesungguhnya Allah sangat kurikulum, kompetensi dan profesionalisme guru, pola
mencintati orang yang jika melakukan sesuatu hubungan guru dan murid, metodologi pembelajaran,
pekerjaan, dilakukan secara Itqan (tepat, terarah, jelas sarana prasarana, evaluasi pembiayaan dan lain
dan tuntas)”. (HR Thabrani) sebagainya. Berbagai komponen ini -- karena dilakukan
Sebenarnya, manajemen dalam arti tanpa perencanaan konsep yang matang -- seringkali
mengatur segala sesuatu agar dilakukan dengan baik, berjalan apa adanya, alami dan tradisional, akibatnya
mutu pendidikan Islam acapkali menunjukkan keadaan lembaga atau perusahaan dapat tercapai secara efektif
yang kurang membanggakan. dan efisien. Bertolak dari rumusan ini , terdapat
beberapa unsur yang inheren dalam manajemen,
Al-Qur’an dan Hadits yang notabene
antara lain :
merupakan landasan dan dasar pendidikan Islam saat
ini belum benar-benar digunakan sebagaimana 1. Unsur proses, artinya seorang manejer dalam
mestinya. Hal ini diakibatkan oleh minimnya pakar --di menjalankan tugas manajerial harus mengikuti
Indonesia-- yang secara khusus mendalami prinsip graduasi yang berkelanjutan.
pemahaman kedua sumber tersebut dalam perspektif 2. Unsur penataan, artinya dalam proses manajemen
pendidikan Islam. Ummat Islam belum banyak prinsip utamanya adalah semangat mengelola,
mengetahui tentang isi kandungan Al-Quran dan Al- mengatur dan menata.
Sunnah yang berhubungan dengan pendidikan secara 3. Unsur implementasi, artinya, setelah diatur dan
baik. Akibatnya proses pendidikan Islam belum berjalan ditata dengan baik perlu dilaksanakan secara
diatas landasan dan dasar ajaran Islam itu sendiri. profesional.
4. Unsur kompetensi. Artinya sumber-sumber
Sebagai konsekwensinya, visi dan misi
potensial yang dilibatkan baik yang bersifat
pendidikan Islam juga masih belum berhasil
manusia maupun non manusia mesti berdasarkan
dirumuskan secara baik dan universal. Tujuan
kompetensi, profesionalitas dan kualitasnya.
pendidikan Islam juga seringkali diorientasikan untuk
5. Unsur tujuan yang harus dicapai, tujuan yang ada
menghasilkan manusia – manusia siap pakai bukan
harus disepakati oleh keseluruhan anggota
siap hidup, menguasai ilmu Islam saja bukan
organisasi. Hal ini agar semua sumber daya
berkarekter islami, dan visinya diarahkan untuk
manusia mempunyai tujuan yang sama dan selalu
mewujudkan manusia yang shalih dalam arti ritual
berusaha untuk mensukseskannya. Dengan
ukhrowi belum sosial dunia, Akibatnya lulusan
demikian tujuan yang ada dapat dijadikan sebagai
pendidikan Islam hanya memiliki kesempatan dan
pedoman dalam melaksanakan aktivitas dalam
peluang yang terbatas, mereka kurang mampu
organisasi.
bersaing dan tidak mampu berebut peluang dan
6. Unsur efektifitas dan efisiensi. Artinya, tujuan yang
kesempatan dalam ruang yang lebih kompleks.
ditetapkan diusahakan tercapai secara efektif dan
Konsekwensi lebih lanjut lulusan pendidikan efisien.
Islam semakin terpinggirkan dan tak berdaya, ini Relevan dengan hal diatas, Hamzah (1994 :
merupakan masalah besar yang perlu segera diatasi, 32) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan
lebih lebih dalam dunia persaingan yang kian Manajemen Pendidikan Pesantren adalah aktivitas
kompetieif dan mengglobal. Problema ini kian memadukan sumber-sumber Pendidikan Pesantren
diperparah oleh tidak tersedianya tenaga pendidik Islam agar terpusat dalam usaha untuk mencapai tujuan
yang profesional, yaitu tenaga pendidik yang selain Pendidikan Pesantren yang telah ditentukan
menguasai materi ilmu yang diajarkannya secara baik sebelumnya, dengan kata lain manajemen Pendidikan
dan benar, juga harus mampu mengajarkannya secara merupakan mobilisasi segala sumberdaya Pendidikan
efektif dan efisien kepada para siswa, serta harus pula Pesantren untuk mencapai tujuan pendidikan yang
memiliki idealisme. telah ditetapkan.
Manajemen yang dimaksud disini adalah Maka manajemen Pendidikan Pesantren
kegiatan seseorang dalam mengatur organisasi, hakekatnya adalah suatu proses penataan dan
lembaga atau perusahaan yang bersifat manusia pengelolaan lembaga Pendidikan Pesantren yang
maupun non manusia, sehingga tujuan organisasi, melibatkan sumber daya manusia dan non manusia
dalam menggerakkannya mencapai tujuan Pendidikan sama atau kelompok orang dalam satu kesatuan,
Pesantren secara efektif dan efisien.”. dengan memanfaatkan sumber daya yang ada.
Semuanya ini untuk mencapai suatu tujuan tertentu
Yang disebut “efektif dan efisien” adalah
dalam organisasi yang ditetapkan sebelumnya. Maka
pengelolaan yang berhasil mencapai sasarannya
dari pada itu, keterkaitan managemen dan memimpin
dengan sempurna, cepat, tepat dan selamat.
tidaklah salah jika kemudian orang menyatakan bahwa
Sedangkan yang “tidak efektif” adalah pengelolaan
managemen sangat berkait erat dengan persoalan
yang tidak berhasil memenuhi tujuan karena adanya
kepemimpinan. Karena managemen dari segi
mis-manajemen, maka manajemen yang tidak efisien
etimologinya yang berasal dari sebuah kata manage
adalah manajemen yang berhasil mencapai tujuannya
atau manus (latin) yang berarti memimpin, menangani,
tetapi melalui penghamburan atau pemborosan baik
mengatur, dan membimbing. Dengan demikian
tenaga, waktu maupun biaya.
pengertian managemen dapat diartikan sebagai sebuah
Reddin (1970 : 135) memberikan beberapa proses khas, yang terdiri dari tindakan-tindakan;
gambaran tentang perilaku manajer yang efektif, antara perencanaan, pengorganisasian, penggiatan, dan juga
lain : pertama, mengembangkan potensi para bawahan, pengawasan. Ini semua juga dilakukan untuk
kedua, memahami dan tahu tentang apa yang menentukan atau juga untuk mencapai sasaran yang
diinginkan dan giat mengejarnya, memiliki motivasi telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya
yang tinggi, ketiga, memperlakukan bawahan secara manusia, serta sumber-sumber lainnya.
berbeda-beda sesuai dengan individunya, dan Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa
keempat, bertindak secara team manajer. managemen adalah ilmu aplikatif, dimana jika
Seorang manajer tidak hanya memanfaatkan dijabarkan menjadi sebuah proses tindakan meliputi
tenaga bawahannya yang sudah ahli atau trampil demi beberapa hal : Pleaning, organizing, aktuating,
kelancaran organisasi yang dia pimpin saja, tetapi juga controling. Berdasarkan empat hirarki tersebut
memberikan kesempatan pada bawahannya agar managemen dapat bergerak, tentunya hal itu juga
mereka dapat meningkatkan keahlian atau bergantung tingkat kepemimpinan seorang manager.
ketrampilannya. Artinya adalah proses managerial sebuah organisasi
akan bergerak apabila para managernya mengerti dan
Manajer Pendidikan Pesantren pada umumnya
paham secara benar akan apa yang dilakukannya.
hanya tahu apa tugas mereka agar proses pendidikan
(Suhartini, dkk,2005:70-72)
dapat berlangsung konstan, tetapi acapkali mereka
Maka berdasarkan dari definisi di atas, baik
kurang mampu mengantisipasi secara akurat
secara etimologi dan termenologi, berbicara
perubahan yang bakal terjadi di masyarakat pada
managemen pendidikan pondok pesantren atau bisa
umumnya dan dalam dunia pendidikan Islam
disebut mengolah konsep apapun tentang pesantren
khususnya. Akibatnya mereka hanya tenggelam dalam
sebenarnya bukanlah pekerjaan mudah. Terlebih
tugas-tugas rutin organisasi keseharian tetapi sangat
dahulu adanya kenyataan bahwa tidak ada konsep
sulit melakukan inovasi progresif nan memungkinkan
yang mutlak rasional, dan paling afdhol diterapkan di
dicapainya tujuan organisasi secara lebih improve dan
pesantren. Baik sejarah pertumbuhannya yang unik
membanggakan.
maupun karena tertinggalnya pesantren dari lembaga-
Dalam setiap perjalanan sebuah lembaga itu lembaga kemasyarakatan lain dalam melakukan
tidak terlepas yang namanya aktivitas managemen, kegiatan-kegiatan teknis, pesantren belum mampu
karena setiap lembaga, organisasi dan termasuk mengolah, apalagi dalam soal melaksanakan konsep
pondok pesantren selalu berkaitan dengan usaha- yang disusun berdasarkan pertimbangan rasional.
usaha mengembangkan dan memimpin suatu tim kerja
Kendati bersifat gradual, dalam beberapa tahun manajemen digambarkan secara umum dalam tampilan
terakhir di lembaga pendidikan pesantren telah prangkat organisasi yang dikenal dengan sebutan teori
dilakukan berbagai pembaharuan di bidang manajemen manajemen klasik. Para pakar manajemen mempunyai
sebagai jawaban atas tuntutan demokratisasi global, perbedaan pendapat dalam merumuskan proses
salah satu bentuknya adalah model manajemen manajemen, Bagi Poul Mali (1981 : 54), fungsi
demokratis yang berbasis kultural, dari, oleh dan untuk manajemen meliputi : planning, organizing, staffing,
peserta didik (DOUP), dalam konteks ini terjadi directing and controlling. Sedangkan dalam pandangan
rekonstruksi dari yang top down menjadi button up, dari Wayne (1988 : 32) fungsi manajemen meliputi :
yang doktrimal menjadi demokratik, dari yang planning, organizing, leading and controlling.
menyeramkan menjadi menyenangkan. Sementara menurut Peter Drukcer (1954 : 87) proses
Konsederasi yang dapat digunakan bagi model manajemen dimulai dari planning, organizing, staffing,
manajemen demokratis adalah bahwa setiap manusia directing, coordinating, reporting, dan budgeting. Dan
dan masyarakat diciptakan dalam keadaan merdeka, menurut Made Pidarta (1988 : 85) manajemen meliputi :
karena itu kemerdekaan adalah hak setiap manusia, planning, organizing, comanding, coordinating,
dan kemerdekaan sejati itu adalah terbebasnya rakyat controlling
dari berbagai bentuk ketidak berdayaan disegala Berdasarkan uraian diatas, yang wajib ada dalam
bidang, termasuk pendidikan. proses manajemen minimal empat hal, yakni : planning,
Karena itu agenda utama manajemen demokratis organizing, actuating, controlling, (POAC). Empat hal ini
dalam pendidikan islam adalah semangat pembebasan prosesnya digambarkan dalam bentuk siklus karena
kaum muslimin dari belenggu ideologi dan relasi adanya saling keterikatan antara proses yang pertama
kekuasaan yang menghambatnya mencapai dengan proses berikunya, begitu juga setelah
perkembangan harkat dan martabat kemanusiaannya, pelaksanaan controlling lazimnya dilanjutkan dengan
maka manajemen demokratis dalam pendidikan islam membuat planning baru.
sejatinya diarahkan pada proses aksi dimana kelompok Dalam hal ini para pakar manajemen pendidikan
sosial kelas bawah mengontrol ilmu pengetahuan dan Islam merumuskan siklus proses manajemen
membangun daya melalui pendidikan, penelitian dan pendidikan Islam diawali oleh adanya sasaran yang
tindakan sosial kritis. telah ditetapkan terlebih dahulu, lalu disusunlah
Dari sisi managemen kelembagaan, di pesantren rencana untuk mencapai sasaran tersebut dengan
saat ini telah terjadi perubahan mendasar, yakni dari mengorganisir berbagai sumber daya yang ada baik
kepeminpinan yang sentralistik, hirarkis dan cenderung materiil maupun non materiil lalu berbagai sumberdaya
singgle fighter berubah menjadi model managemen tersebut digerakkan sesuai jobnya masing masing, dan
kolektif seperti model yayasan. dalam aktuating tersebut dilakukan pengawasan agar
Sejatinya manajemen berhubungan erat dengan proses tersebut tetap sesuai dengan rencana yang
usaha untuk tujuan tertentu dengan jalan menggunakan telah ditetapkan sebelumnya.
berbagai sumber daya yang tersedia dalam organisasi Perencanaan pendidikan islam adalah proses
atau lembaga pendidikan Islam dengan cara yang mempersiapkan secara sistematis kegiatan kegiatan
sebaik mungkin. Manajemen bukan hanya mengatur yang akan dikerjakan pada waktu yang akan datang
tempat melainkan juga mengatur orang per orang, untuk mencapai sasaran atau tujuan pendidikan islam
dalam mengatur orang, tentu diperlukan seni atau kiat yang telah dirumuskan dan ditetapkan sebelumnya.
agar setiap orang yang bekerja dapat menikmati Dalam islam keharusan membuat perencanaan
pekerjaan mereka. yang teliti sebelum melakukan tindakan banyak
Dalam proses manajemen, fungsi-fungsi disinyalir dalam teks suci, baik secara langsung
maupun secara sindiran (kinayah), misalnya dalam bawahannya perlu memahami seperangkat faktor-faktor
islam diajarkan bahwa upaya penegakan yang ma’ruf manusia tersebut, karena itu actuating bukan hanya
dan pencegahan yang munkar membutuhkan sebuah kata-kata manis dan basa-basi, tetapi merupakan
perencanaan dan strategi yang baik, sebab bisa jadi pemahaman radik akan berbagai kemampuan,
kebenaran yang tidak terorganisir dan terencana akan kesanggupan, keadaan, motivasi, dan kebutuhan orang
dikalahkan oleh kebatilan yang terorganisir dan lain, yang dengan itu dijadikan sebagai sarana
terencana. penggerak mereka dalam bekerja secara bersama-
Meskipun Alqur’an menyatakan yang benar sama sebagai taem work.
pasti mengalahkan yang bathil (al Isra’ : 81), namun Siklus terakhir adalah controlling, yakni proses
Allah lebih mencintai dan meridhoi kebenaran yang pengawasan dan pemantauan terhadap tugas yang
diperjuangkan dalam sebuah barisan yang rapi, dilaksanakan, sekaligus memberikan penilaian,
terencana dan teratur ( as shaff : 4) evaluasi dan perbaikan sehingga pelaksanaan tugas
Setelah perencanaan, dilanjutkan dengan kembali sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
pengorganisasian, yakni proses penataan, Menurut Siagian (1983 : 21) fungsi
pengelompokan dan pendistribusian tugas, tanggung pengawasan merupakan upaya penyesuaian antara
jawab dan wewenang kepada semua perangkat yang rencana yang telah disusun dengan pelaksanaan
dimiliki menjadi kolektifitas yang dapat digerakkan dilapangan, untuk mengetahui hasil yang dicapai benar-
sebagai satu kesatuan team work dalam mencapai benar sesuai dengan rencana yang telah disusun
tujuan yang telah ditentukan secara efektif dan efesien. diperlukan informasi tentang tingkat pencapaian hasil.
Dalam Qs. 6 : 132 ditegaskan bahwa “Setiap orang Informasi ini dapat diperoleh melalui komunikasi
mempunyai tingkatan menurut pekerjaannya masing- dengan bawahan, khususnya laporan dari bawahan
masing. atau observasi langsung. Apabila hasil tidak sesuai
Sewaktu Rasulullah membentuk atribut-aribut dengan standar yang ditentukan, pimpinan dapat
negara dalam kedudukan beliau sebagai pemegang meminta informasi tentang masalah yang dihadapi.
kekuasaan tetinggi, beliau membentuk organisasi yang Dengan demikian tindakan perbaikan dapat
didalamnya terlibat para sahabat beliau yang beliau disesuaikan dengan sumber masalah. Di samping itu,
tempatkan pada kedudukan menurut kecakapan dan untuk menghindari kesalahpahaman tentang arti,
ilmu masing-masing. Tidak dapat dipungkiri bahwa maksud dan tujuan pengawasan antara pengawas
Rasulullah adalah seorang organisatoris ulung, dengan yang diawasi perlu dipelihara jalur komunikasi
administrator yang jenius, dan pendidik yang baik yang yang efektif dan bermakna dalam arti bebas dari
menjadi panutan, karena itu beliau disebut sebagai prasangka nigatif dan dilakukan secara berdayaguna
panutan yang baik (uswatun hasanah). dan berhasilguna, al hasil, tujuan pengawasan
Setelah planning dan organizing, dalam siklus pendidikan Islam haruslah konstruktif, yakni benar
manajemen pendidikan islam dilanjutkan dengan benar untuk memperbaiki, meningkatkan efektifitas dan
actuating, yakni proses menggerakkan atau efisiensi.
merangsang anggota anggota kelompok untuk
melaksanakan tugas mereka masing masing dengan
kemauan baik dan antusias.
Fungsi Actuating berhubungan erat dengan
sumber daya manusia, oleh karena itu seorang
pemimpin pendidikan Islam dalam membina kerjasama,
mengarahkan dan mendorong kegairahan kerja para

Anda mungkin juga menyukai