Anda di halaman 1dari 51

PROPOSAL METODOLOGI PENELITIAN KUALITATIF

“Analisis Cara Belajar Siswa Berprestasi Di SD N 2 Gading Rejo”


Proposal ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah metodologi
penelitian kualitatif
Dosen Pengampu :
Prof. Dr. H. Juhri Abdul Muin, M.Pd.

Zakiyah Fauziah
2020406405092

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang


telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kami semua,
sehingga kami dapat menyelesaikan Proposal ini. Shalawat serta
salam senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW, para sahabatnya dan kita selaku umatnya hingga akhir zaman.
Aamiin. Penyusunan Proposal ini ditujukan untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah Metodologi Penelitian Kualitatif. Didalam
Proposal ini membahas tentang “Analisis Cara Belajar Siswa
Berprestasi Di SD N 2 Gading Rejo”.

Terimakasih kami sampaikan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Juhri Abdul Muin, M. Pd.


2. Teman-teman mahasiswa PGSD kelas 5A yang secara bersama-
sama memberikan motivasi untuk tetap berjuang.
Penulis menyadari dalam penulisan Proposal ini masih terdapat
kekurangan. Sehingga kritik dan saran yang sifat nya membangun
sangat Penulis harapkan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kami
dan khususnya bagi pembaca.

Pringsewu, 13 Januari 2023


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .........................................................................i


DAFTAR ISI .....................................................................................ii
KATA PENGANTAR……………………………………………...iii
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang...........................................................................1

B.Fokus Penelitian ........................................................................5

C.Rumusan Masalah .....................................................................5

D.Tujuan Penelitian ......................................................................5

E. Manfaat Penelitian ....................................................................6

BAB II LANDASAN TEORI


A.Tinjauan Pustaka.......................................................................7
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A.Metode Penelitian dan Jenis Penelitian...................................27
B.Tempat dan Waktu Penelitian.................................................28
C.Subyek Penelitian ...................................................................29
D.Instrumen Penelitian................................................................29
E.Sampel Sumber Data...............................................................30
F.Teknik Pengambilan Sampel...................................................32
G.Teknik Pengumpulan Data dan Alat Pengumpul Data............33
H.Rencana Pengujian Keabsahan Data.......................................37
I.Metode Analisis Data................................................................41

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kegiatan belajar mengajar merupakan suatu proses yang
mengandung serangkaian kegiatan guru dan siswa atas dasar
hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif
untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Winarno (1983) bahwa
pembelajaran adalah proses berlangsungnya kegiatan belajar dan
membelajarkan siswa dikelas. Pelaksanaan pembelajaran adalah
interaksi guru dan siswa dalam rangka menyampaikan bahan
pelajaran kepada siswa dan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Dari definisi tersebut diketahui bahwa dalam proses pembelajaran
terdapat beberapa unsur diantaranya adalah pembelajaran sebagai
sebuah proses yang bertujuan untuk membelajarkan siswa di
dalam kelas. Dalam kegiatan pembelajaran terjadi proses interaksi
yang bersifat edukatif antara guru dengan siswa. Kegiatan yang
dilaksanakan tersebut bermuara pada satu tujuan yaitu untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
Diantara salah satu tujuan belajar yang paling terlihat adalah
prestasi belajar yang dihasilkan oleh masing-masing siswa.
Kegiatan belajar mengajar merupakan langkah awal yang
dapat meningkatkan keberhasilan peserta didik dalam suatu
pendidikan di sekolah. Karena keberhasilan dalam pendidikan
sangat tergantung pada kinerja dari proses belajar mengajar. Guru
mempunyai peran penting didalammnya, diantara peran guru
2

adalah mampu membangun prestasi dan mewujudkan partisipasi


aktif siswa dalam pembelajaran di kelas. Dalam pembelajaran,
guru merupakan salah satu tolok ukur berhasil atau tidaknya
pembelajaran di sekolah melaui prestasi siswa . Namun faktor lain
yang sangat berpengaruh terhadap prestasi siswa tidak lain adalah
cara belajar peserta didik itu sendiri.

Cara belajajar siswa merupakan salah satu faktor penting yang


sangat berpengaruh terhadap prestasi atau hasil belajar yang
diperoleh. Dalam pendidikan sering diketahui bahwa siswa yang
mempunyai cara belajar yang terstruktur dengan baik maka ia
akan memperoleh nilai yang baik. Begitu pula siswa yang cara
belajarnya tidak teratur secara sistematis, maka ia akan
memperoleh hasil yang kurang memuaskan bahkan bisa dikatakan
tidak memuaskan. Namun selama ini cara belajar yang teratur
tidak menjamin seorang siswa untuk memperoleh nilai akademik
yang memuaskan. Kemungkinan hal seperti ini disebabkan oleh
berbagai faktor, baik faktor internal dan eksternal siswa itu
sendiri. Tidak semua siswa ahli dalam bidang akademik. Ada
sebagian siswa yang kurang mahir dalam hal akademik, akan
tetapi ia berprestasi dalam bidang non akademik dan sebaliknya.
Jadi pada hakikatnya tidak ada siswa yang bodoh, semua siswa
bisa. Hanya kekurangan mungkin yang membuat mereka
dikatakan bodoh, padahal dengan belajar yang baik, mempunyai
cara belajar yang baik pula,tentunya akan meminimalisir hasil
belajar yang kurang baik.
3

Keberhasilan belajar seorang siswa dalam menguasai


pelajaran di sekolah tidak lepas dari faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Faktor tersebut bisa dari dalam diri siswa
maupun dari luar diri siswa. Faktor dari dalam diri siswa
diantaranya cara belajar dan kebiasaan belajar.
Oemar Hamalik, (2008: 10) mengemukakan bahwa
“seseorang yang ingin berhasil dalam belajar hendaknya
mempunyai sikap serta kebiasaan belajar yang baik karena
prestasi belajar yang baik dapat diperoleh melalui proses belajar
yang baik. Cara belajar siswa disekolah ataupun dirumah sangat
menentukan prestasi belajar yang akan dihasilkan. Cara belajar
akan berbanding lurus dengan hasil yang didapatkan. Siswa yang
mempunyai cara belajar yang baik, aktif, dan disiplin maka akan
memperoleh hasil belajar yang memuaskan dan begitu pula
sebaliknya. Namun cara belajar yang baik tidak sepenuhnya
menjamin prestasi belajar yang baik dan memuaskan. Namun
setidaknya dengan mempunyai cara belajar yang baik, diharapkan
dapat meminimalisir hasil belajar atau prestasi belajar yang tidak
diinginkan.

Pada dasarnya setiap siswa mempunyai cara belajar yang


berbedabeda antara satu dengann yang lainya. Diantara perbedaan
tersebut seharusnya bisa menjadi keunikan tersendiri diantara
masing-masing individu, bukan malah menjadi hal yang
membebankan masing-masing siswa. Karena dengan perbedaan
itu, antara satu individu dengan individu lain dapat saling
melengkapi. Perbedaan itu dapat dilihat dari dua segi, yakni
4

horizontal dan vertikal. Perbedaan segi horizontal adalah


perbedaan individu dalam aspek mental, seperti tingkat kesadaran,
bakat, minat, ingatan, emosi, dan sebagainya. Perbedaan vertikal
adalah perbedaan individu dalam aspek jasmaniah, seperti:
bentuk, tinggi dan besarnya badan, tenaga, dan sebagainya.
Masing-masing aspek individu tersebut besar pengaruhnya
terhadap kegiatan dan keberhasilan belajar.

Dewasa ini kecerdasan dalam proses pendidikan dianggap


sangat penting dan dapat menentukan berhasil atau tidaknya
seseorang dalam belajar. Mungkin pandangan seperti ini lebih
condong tehadap kemampuan kognitif siswa. Siswa yang kurang
cerdas menunjukkan ciriciri belajar lebih lamban, memerlukan
banyak latihan, membutuhkan waktu yang lebih lama untuk maju,
tidak mampu melakukan abstraksi sedangkan siswa yang
memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi pada umumnya memilki
perhatian yang lebih baik, belajar lebih cepat, kurang memerlukan
latihan, mampu menyelesaikan pekerjaannya dalam waktu yang
singkat, mampu menarik kesimpulan dan melakukan abstraksi.
Dari berbagai permasalahan yang telah dikemukakan diatas
maka peneliti berkesimpulan untuk melakukan suatu penelitian
terhadap tiga siswa berprestasi dan tiga siswa kurang berprestasi,
hal ini ditujukan untuk mengetahui cara belajar yang digunakan
dan perbedaan cara belajar keduanya.
5

B. Fokus Peneleitian
Fokus penelitian ini adalah meneliti cara belajar siswa berprestasi
pada siswa kelas VI C yang masuk rangking tiga besar teratas dan
rangking tiga besar terbawah di SD Negeri 2 Gading Rejo.
Penelitian ini hanya dibatasi untuk satu kelas saja.

C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana cara belajar siswa yang masuk ranking 3 besar

teratas kelas VI C SD Negeri 2 Gading RejoTahun


Ajaran2021/2022 ?
2. Bagaimana cara belajar siswa yang masuk ranking 3 besar

terbawah kelas VI C SD Negeri 2 Gading RejoTahun Ajaran


2021/2022
3. Bagaimana perbedaan cara belajar siswa yang masuk ranking 3

besar teratas dan 3 besar terbawah kelas VI C SD Negeri 2


Gading RejoTahun Ajaran 2021/2022?

D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Cara belajar siswa yang masuk ranking 3 besar teratas kelas VI

C SD Negeri 2 Gading Rejo Tahun Ajaran2021/2022.


2. Cara belajar siswa yang masuk ranking 5 besar terbawah kelas

VI C SD Negeri 2 Gading Rejo Tahun Ajaran 2021/2022.


3. Perbedaan cara belajar siswa yang masuk ranking 3 besar

teratas dan 3 besar terbawah kelas VI C SD Negeri 2 Gading


Rejo Tahun Ajaran 2021/2022.
6

E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis yang diharapkan dari penelitian ini adalah


mampu memberikan wawasan dan sumber keilmuan tentang
cara belajar yang baik bagi siswa ataupun pendidik, guna
menunjang prestasi belajar yang memuaskan.
2. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa

Dapat membantu siswa dalam memahami cara belajar yang


baik, yang dapat mendukung prestasi belajar yang dihasilkan.
b. Bagi Guru

Dapat digunakan sebagai acuan guru dalam menerapkan


kegiatan belajar mengajar dikelas yang lebih efektif dan
efisien. Sehingga pembelajaran lebih menarik, serta
memotivasi guru untuk lebih kreatif dan inovatif dalam
kegiatan belajar mengajar.
c. Bagi Peneliti lain

Untuk memberi pengalaman dalam mempersiapkan strategi


mengajar yang baik pada kegiatan belajar mengajar sekaligus
memanfaatkan ilmu pengetahuan yang telah peneliti peroleh
selama di bangku perkuliahan. Selain itu juga sebagai bahan
pertimbangan untuk melakukan penelitian serupa bagi
peneliti lain.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka
1. Belajar
Belajar menurut pengertian secara psikologis, adalah
merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah
laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut
akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Menurut Slameto
pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut: .Belajar
ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya ( Slameto. 2003 : 2 )
Belajar merupakan proses dari perkembangan hidup
manusia. Melalui belajar, manusia mengalami proses
perubahan sehingga pengetahuan, tingkah laku, pemahaman
maupun keterampilannya pun berubah. Belajar merupakan
kegiatan penting yang harus dilakukan setiap orang secara
maksimal untuk dapat menguasai atau memperoleh sesuatu.
Gagne dalam Sri Anita (2008: 13) menyatakan bahwa “ belajar
adalah suatu proses dimana organisme berubah perilakunya
akibat pengalaman”. Seseorang dikatakan telah belajar sesuatu
jika telah terjadi perubahan tertentu misalnya seseorang siswa
tidak

7
8

dapat mengoperasikan komputer kemudian dia belajar


komputer akhirnya mahir menggunakan komputer.
Belajar juga dapat diartikan proses perubahan perilaku
akibat interaksi individu dengan lingkungannya (Sumiati dan
Asra, 2009: 38). Lingkungan yang baik untuk belajar adalah
lingkungan yang memacu dan menantang siswa belajar. Belajar
dapat melalui pengalaman langsung maupun tidak langsung.
Belajar dari pengalaman langsung hasilnya akan lebih baik
karena siswa akan lebih memahami dan lebih menguasai
pelajaran.

M. Ngalim Purwanto dalam bukunya Psikologi


Pendidikan, mengemukakan bahwa belajar adalah tingkah laku
yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut
berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti:
perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah atau
berpikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap
(Purwanto, 2003: 85)
Garry dan Kengsley dalam Sunarya Kartadinata dkk
(2002:46) menyatakan bahwa “belajar adalah proses tingkah
laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek
dan latihan”. Bayi yang tadinya belum bisa merangkak
kemudian dapat merangkak, perubahan tersebut terjadi
kematangan dan merupakan proses perkembangan
pertumbuhan. Kematangan ini merupakan faktor penting yang
mempengaruhi hasil belajar. Oleh karena itu belajar
membutuhkan waktu.
9

James O. Whittaker (dalam Aunurrahman 2009:35)


mengemukakan bahwa belajar adalah proses dimana tingkah
laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.
Belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalaman.
Slameto (2003:2) juga menyatakan bahwa “Belajar adalah
suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungan”.

Dalam kepustakaan pendidikan kita mengenal konsep


learning yaitu belajar. Menurut Skiner dalam Noehi Nasution
(1992:77) proses belajar melalui tiga tahapan yaitu :
Pertama : adanya rangsangan atau stimulus atau situasi (S)
yang dihadapi oleh atau dihadapkan pada murid,
Kedua : lahirnya perilaku atau behavior (B),
Ketiga : penguatan atau Reinforcement (R).
Mengenai perubahan bentuk atau proses transformasi
belajar Bruner dalam Noehi Nasution (1992: 78) berlangsung
dalam tiga bentuk yaitu :
a) Bentuk enactive merupakan yang sangat operasional tidak

menggunakan citra (bayangan) tetapi dalam bentuk tindakan.


b) Bentuk iconic merupakan yang nampak lebih maju dalam

penggunaan bayangan tetapi masih belum menggunakan


bahasa.
10

c) Bentuk symbolik merupakan proses yang lebih dari tindakan

dan imajinasi yakni dengan menggunakan bahasa.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa


belajar adalah sesuatu yang dilakukan oleh manusia untuk
memperoleh perubahan tingkah laku secara bertahap dan
berkelanjutan sebagai hasil dari latihan dan pengalaman serta
interaksi dengan lingkungan yang melibatkan
kognitif.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar


Belajar dan cara belajar memiliki faktor-faktor yang dapat
mempengaruhinya. Diantara faktor-faktor tersebut dapat dibagi
menjadi dua, yaitu faktor instrinsik yang berasal dari dalam diri
sendiri dan faktor ekstrinsik yang berasal dari luar diri individu.
Nana Sudjana (2005: 39-40) menyebutkan faktor-faktor
yang menentukan pencapaian hasil belajar antara lain :
Faktor yang berasal dari dalam diri siswa yaitu faktor yang
berasal dari dalam diri siswa misalnya kemampuan yang
dimilikinya, motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan
kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan
psikis. Dan Faktor yang berasal dari luar diri siswa atau faktor
lingkungan. Salah satu lingkungan belajar yang paling dominan
mempengaruhi hasil belajar di sekolah adalah kualitas
pengajaran, yaitu efektif tidaknya proses belajar mengajar
dalam mencapai tujuan pengajaran.
11

Menurut Winarno Surachmad (1984 : 77) mengemukakan


bahwa faktor fisiologik yang mempengaruhi belajar siswa
adalah:
 Cara mengajar dan sistem pembelajaran yang diterapkan di

sekolah
 Gangguan visual yang tidak nampak sering kali disertai

gejalagejala pusing, mual, sakit kepala, malas dan kehilangan


konsentrasi pada pelajaran.
 Kelelahan dalam belajar dapat dibedakan antara kelelahan

mental dankelelahan fisik. Orang yang mengalami kelelahan


fisik di dalam badannya terdapat substansi yang meracun.
Sedangkan orang yang mengalami kelelahan mental dapat
dilihat adanya kelesuan dan kebosanan sehingga akan
kehilangan minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu.
 Umur, jenis kelamin dan perkembangan jasmani

Sedangkan menurut Sumardi Suryabrata (2002:233)


adapun faktor-faktor yang berpengaruh terhadap cara belajar
dibagi menjadi dua :
Intrinsik ( dari dalam diri siswa ), yang meliputi faktor psikis
a) Bakat adalah kemampuan untuk belajar.

b) Kecerdasan

c) Minat adalah kecenderungan untuk tetap memperhatikan dan

mengenang beberapa kegiatan.


d) Motivasi adalah kondisi psikologis untuk melakukan sesuatu.

e) Kemampuan kognitif yaitu kemampuan menalar pelajaran

yang diberikan.
12

f) Faktor fisiologis dibedakan menjadi 2 yaitu:

 Keadaan tonus jasmani pada umumnya, hal


tersebut melatarbelakangi aktivitas belajar, keadaan
jasmani yang segar akan lain pengaruhnya dengan keadaan
jasmani yang kurang segar,
 Keadaan fungsi-fungsi fisiologis tertentu.

Ekstrinsik ( dari luar diri siswa ),


a) Faktor pengatur belajar mengajar di sekolah yaitu kurikulum

pengajaran, disiplin sekolah, fasilitas belajar,


pengelompokan siswa
b) Faktor-faktor sosial di sekolah yaitu sistem sekolah, status

sosial siswa, interaksi guru dengan siswa.


c) Faktor situasional yaitu keadaan sosial ekonomi, keadaan

waktu dan tempat, dan lingkungan.


Menurut Gagne dalam Noehi Nasution (1992: 35) kondisi
eksternal atau dari luar dapat diatur oleh guru seperti adanya
kegiatan guru menimbulkan motivasi, pemilihan cara mengajar
yang tepat, menyenangkan serta sesuai dengan tahap
perkembangan siswa sangat berpengaruh terhadap hasil belajar
siswa.

3. Cara Belajar
Cara belajar pada dasarnya merupakan satu cara atau
strategi belajar yang diterapkan siswa, hal ini sesuai dengan
pendapat The Liang Gie (1987:48) yang mengemukakan bahwa
“cara belajar adalah rangkaian kegiatan yang dilaksanakan
dalam usaha belajarnya”.
13

Dari pendapat-pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan


bahwa cara belajar siswa adalah kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan siswa pada situasi belajar tertentu, kegiatan-
kegiatan tersebut merupakan pencerminan usaha belajar yang
dilakukannya.
Slameto (2003:82) juga berpendapat tentang cara-cara yang
dilakukan oleh siswa dalam belajar sebagai berikut :
“Kebiasaan belajar yang mempengaruhi buat catatan,
mengulangi bahan pelajaran, konsentrasi dan mengerjakan
tugas”.

Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil suatu pengertian


bahwa cara-cara belajar siswa meliputi
a) Cara membuat jadwal dan pelaksanaannya

b) Cara membaca buku

c) Cara membuat catatan

d) Cara mengikuti pelajaran

e) Cara mengulangi pelajaran

f) Cara melakukan konsentrasi

g) Cara menghafal pelajaran

h) Cara menempuh ujian

Cara-cara belajar tersebut di atas, agar mencapai hasil


belajar yang optimal dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) Cara Membuat Jadwal dan Pelaksanaannya
Mengatur waktu belajar merupakan salah satu masalah yang
dihadapi sebagian besar oleh siswa. Mereka kurang
memiliki keteraturan dan disiplin untuk menggunakan
14

waktu secara efisien. Kesulitan penggunaan waktu tersebut


disebabkan karena siswa kurang dapat memanfaatkan
waktunya untuk bermacam-macam kegiatan dan tidak
mengetahui waktu-waktu terbaik untuk belajar. Siswa juga
tidak mempunyai rencana atau jadwal belajar yang tepat.
Menurut Slameto (2003:82) bahwa “Jadwal adalah
pembagian waktu untuk sejumlah kegiatan yang
dilaksanakan oleh seseorang setiap harinya”. Jadwal juga
berpengaruh terhadap belajar. Seorang siswa perlu
mempunyai jadwal yang baik dan melaksanakan secara
teratur dan disiplin agar belajarnya dapat berjalan dengan
baik dan berhasil.
b) Cara Membaca Buku
Menurut The Liang Gie (1998:11) mengemukakan bahwa
“Membaca adalah serangkaian kegiatan pikiran seseorang
yang dilakukan dengan penuh perhatian untuk memahami
sesuatu keterangan yang disajikan kepada indera
penglihatan dalam bentuk lambar huruf dan tanda lainnya”.
Berdasarkan pengertian tersebut, membaca bukanlah
kegiatan mata untuk memandang serangkaian kalimat
dalam bahan bacaan, melainkan kegiatan pikiran
memahami suatu keterangan melalui indera penglihatan.
Siswa harus memperhatikan kebiasaan-kebiasaan dalam
membaca agar dapat memberikan hasil yang sebesar-
besarnya.
15

c) Cara Membuat Catatan


Membuat catatan, mempunyai pengaruh yang besar
terhadap hasil belajar siswa. Diharapkan dalam setiap
pembelajaran siswa mampu mencatat poin-poin penting
terhadap apa-apa yang disampaikan guru .Hal tersebut
dikarenakan dengan memiliki catatan singkat sangat
memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran.
Dengan pemahaman yang dimiliki siswa tentunya hasil
belajar juga akan meningkat.
d) Cara Mengikuti Pelajaran
Menurut Hasbullah Thabrany (1995:69) ada tiga proses
yang dapat siswa lakukan jika hadir di dalam suatu kelas
yaitu “Pertama, mendengarkan guru atau dosen berbicara,
kedua kita melihat tulisan, ilustrasi atau grafik, dan ketiga
kita mencatat atau menggambar”. Ada juga berbagai
kemungkinan peristiwa lain yang dapat membantu siswa
mengingat di dalam kelas. Misalnya, jika terjadi perdebatan
atas suatu konsep atau dalam melakukan diskusi di dalam
kelas, siswa akan lebih mudah mengingatnya.
Cara-cara atau petunjuk untuk mengikuti pelajaran di
kelas, menurut The Liang Gie (1998) adalah:
 Persiapan Sarana
 Persiapan Jasmani
 Persiapan tekad
 Persiapan pikiran
Dengan penjelasan sebagai berikut:
16

Persiapan Sarana
Persiapan pertama yang perlu dilakukan setiap siswa ialah
persiapan sarana, yaitu menyediakan perlengkapan tulis dan
lembar catatan untuk keperluan mengikuti dan mencatat
pelajaran.
Persiapan Jasmani
Persiapan jasmani berarti seorang siswa melakukan usaha-
usaha mempersiapkan tubuhnya sehingga dalam keadaan
sehat untuk mengikuti pelajaran sebaik-baiknya, proses
belajar akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu.
Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah
mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan
cara selalu banyak istirahat, tidur teratur, makan, olahraga,
rekreasi.
Persiapan Tekad
Persiapan tekad dilakukan berwujud suatu hasrat yang
bersungguh sungguh untuk mengikuti dan mempelajari
mata pelajaran yang akan disajikan oleh pengajar.
Persiapan Pikiran
Persiapan pikiran ini berupa usaha membaca buku pelajaran
wajib atau bahan pelajaran lainnya sebelum mengikuti
pelajaran.
e) Cara Mengulangi Pelajaran
Bahan atau materi pelajaran tidak mungkin dikuasai hanya
satu kali belajar saja. Materi yang dipelajari agar tidak
17

mudah lupa harus dipelajari berulangulang, sehingga benar-


benar tertanam erat dalam ingatan.
Slameto (2003:85) berpendapat bahwa “Mengulangi
besar pengaruhnya dalam belajar, karena dengan adanya
pengulangan (review) bahan yang belum begitu dikuasai
serta mudah terlupakan akan tetap tertanam dalam otak
seseorang”. Berdasarkan pendapat tersebut dinyatakan
bahwa dengan mengulangi pelajaran yang sudah dipelajari
akan menjadi lebih bermakna dan memahami bahan
pelajaran yang diulang secara sungguh-sungguh.
Belajar dengan cara mengulangi bahan pelajaran yang
baru diserap dapat dibantu dengan membandingkannya
dengan buku paket atau buku penunjang lainnya yang
berhubungan. Cara tersebut bertujuan untuk memudahkan
tingkat pemahaman. Penjelasan yang diberikan oleh guru
biasanya akan menjadi lebih jelas apabila kita mengulangi
pelajaran sendiri.
f) Cara Melakukan Konsentrasi
Menurut Slameto (2003:86) bahwa “Konsentrasi adalah
pemusatan pikiran terhadap suatu hal dengan
mengesampingkan semua hal yang lainnya yang tidak
berhubungan”. Berdasarkan pengertian tersebut, belajar
konsentrasi berarti pemusatan pikiran terhadap suatu mata
pelajaran dengan mengesampingkan semua hal lainnya
yang tidak berhubungan dengan pelajaran. Slemeto
(2003:87) juga mengatakan bahwa: Agar dapat
18

berkonsentrasi dengan baik (untuk mengembangkan


kemampuan konsentrasi lebih baik) perlulah diusahakan
sebagai berikut: pelajar hendaknya berminat atau punya
motivasi yang tinggi, ada tempat belajar tertentu dengan
meja belajar yang bersih dan rapi, mencegah timbulnya
kejemuan/kebosanan, menjaga kesehatan dan
memperhatikan kelelahan, menyelesaikan soal/masalah-
masalah yang mengganggu dan bertekad untuk mencapai
tujuan/hasil terbaik setiap kali belajar. Siswa yang sudah
biasa berkonsentrasi dalam belajar, maka hasil yang
diperolehnya akan lebih baik. Konsentrasi dalam belajar
merupakan kunci untuk menentukan keberhasilan siswa.
g) Cara Menghafal Pelajaran
Menghafal dalam belajar pada dasarnya bukanlah tujuan
utama, namun yang lebih penting adalah
memahami/mengerti pelajaran. Menghafal pelajaran juga
penting dalam belajar, dalam hal ini hafal bukan hanya
hafal kata demi kata tetapi harus paham/mengerti betul
dengan apa yang anda hafal. Menurut Syaiful Bahri
Djamarah (2004:44) “Ilmu pengetahuan yang bersifat
hafalan diakui sebagai bahan yang siap pakai, terutama
untuk menjawab soal-soal ujian/tentamen yang
menghendaki jawaban yang bersifat hafalan”. Berdasarkan
hal tersebut, dapat dijelaskan bahwa siswa yang memahami
dan hafal suatu konsep, maka dengan mudah untuk
menggunakannya sewaktu-waktu dalam menjawab soal.
19

Syarat-syarat untuk menghafal bahan pelajaran dengan


baik menurut Slameto (2003:86) sebagai berikut:
a) Menyadari sepenuhnya tujuan belajar.
b) Mengetahui betul-betul tentang makna bahan yang

dihafal.
c) Mencurahkan perhatian sepenuhnya sewaktu
menghafal.
d) Menghafal secara teratur sesuai dengan kondisi badan

yang sebaik-baiknya serta daya serap otak terhadap


bahan yang harus dihafal.
h) Cara Mengikuti Ujian
Ujian mempunyai peranan penting dalam kegiatan
belajar mengajar. Ujian merupakan alat untuk mengukur
seberapa jauh penguasaan siswa atas materi pelajaran yang
telah dipelajari selama kurun waktu tertentu. Ujian dapat
mendorong siswa untuk membaca, menelaah, membahas
dan mengulangi pelajaran. Ujian dapat mendidik siswa
untuk percaya pada kemampuannya sendiri.
Cara-cara belajar di atas bukanlah hal yang mutlak bagi
setiap orang, karena tiap-tiap orang mempunyai sifat dan
karakteristik yang berbeda-beda. Cara-cara belajar tersebut
hanya merupakan garis besarnya saja, maka tiap-tiap orang
bisa mengembangkan caranya sendiri dengan kemampuan
masing-masing.
20

4. Prestasi Belajar
Dalam proses belajar mengajar dikelas untuk mengetahui
berhasil atau tidaknya pembelajaran yang dicapai siswa harus
dilakukan evaluasi yang hasilnya berupa prestasi belajar siswa.
Kata prestasi belajar terdiri dari dua suku kata, yaitu ‘prestasi’
dan ‘belajar’. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang
dimaksud dengan presatasi adalah: .Hasil yang telah dicapai
(dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya).
Belajar adalah proses penting bagi perubahan perilaku
manusia dan ia mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan
dikerjakan. Belajar memegang peranan penting di dalam
perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan,
kepribadian dan persepsi manusi (Catharina, 2004: 4).
Menurut Sumadi (1998: 7) prestasi belajar adalah
merupakan ukuran keberhasilan belajar paling luas dipakai
dalam penelitian. Pada umumnya prestasi belajar terdapat pada
buku raport setelah siswa melakukan aktivitas belajar di
sekolah dalam kurun waktu tertentu, seperti catur wulan atau
semester. Dengan prestasi belajar maka guru, siswa dan orang
tua akan mengetahui hasil yang dicapai dalam pembelajaran
atau pendidikan.
Menurut Sardiman M.S dalam Green Heroes (2010)
menyatakan bahwa “Prestasi adalah kemampuan nyata yang
merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang
mempengaruhi baik dari dalam maupun dari luar individu
dalam belajar”. Sedangkan menurut Arif Gunarso (1993:77)
21

mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah usaha maksimal


yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha
belajar.
Prestasi belajar adalah hasil dari berbagai upaya dan daya
yang tercermin dari partisipasi belajar yang dilakukan siswa
dalam mempelajari materi pelajaran yang diajarkan oleh guru
(Abdorrakhman, 2008: 87).
Berdasarkan definisi yang dikemukakan beberapa tokoh
di atas, maka peneliti dapat mengambil suatu kesimpulan,
bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang
merupakan sebagai akibat dari pengalaman atau latihan.

5. Fungsi dan Kegunaan Prestasi Belajar


Untuk mengetahui seberapa jauh prestasi belajar telah
dicapai peserta didik, maka diadakan kegiatan evaluasi
pembelajaran. Evaluasi pembelajaran merupakan kegiatan yang
dilakukan secara sistematis dengan mengumpulkan bukti-bukti
untuk menentukan keberhasilan belajar. Oemar Hamalik
(2001:159) dalam bukunya menyatakan tentang evaluasi hasil
belajar merupakan keseluruhan kegiatan pengukuran
(pengumpulan data dan informasi), pengolahan, penafsiran, dan
pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil
belajar yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan
dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan. Hasil belajar menunjuk kepada prestasi belajar,
sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya dan
derajat perubahan tingkah laku.
22

Tujuan diadakannya kegiatan evaluasi adalah untuk


mengetahui keefektifan dan keberhasilan kegiatan belajar
mengajar sehingga dalam pelaksanaannya evaluasi harus
dilakukan secara terus-menerus baik itu pada awal, pada saat
berlangsungnya kegiatan belajar mengajar maupun pada akhir
tatap muka kegiatan belajar mengajar. Evaluasi pada umumnya
digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar peserta
didik, terutama hasil yang berkenaan dengan penguasaan bahan
pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran.
Zainal Arifin (1991:2) mengemukakan fungsi utama prestasi
belajar antara lain:
 Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kualitas
pengetahuan yang telah dikuasai anak didik.
 Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin
tahu.
 Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi
pendidikan.
 Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari
suatu institusi pendidikan.
 Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya
serap (kecerdasan) anak didik.
Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat diketahui bahwa
betapa pentingnya mengetahui prestasi belajar siswa, baik
individual maupun kelompok karena prestasi belajar tidak
hanya sebagai indikator keberhasilan, dan juga berguna bagi
guru yang bersangkutan sebagai umpan balik dalam
23

melaksanakan pembelajaran dikelas apakah akan diadakan


perbaikan dalam proses belajar mengajar ataupun tidak.

6. Evaluasi Prestasi Belajar


Prestasi belajar meliputi segenap ranah kejiwaan yang
berubah sebagai akibat dari pengalaman dan proses belajar
siswa yang bersangkutan. Prestasi belajar dapat dinilai dengan
cara:
Penilaian formatif. Penilaian formatif adalah kegiatan
penilaian yang bertujuan untuk mencari umpan balik
(feedback), yang selanjutnya hasil penilaian tersebut dapat
digunakan untuk memperbaiki proses belajar-mengajar yang
sedang atau yang sudah dilaksanakan.
Penilaian Sumatif. Penilaian sumatif adalah penilaian
yang dilakukan untuk memperoleh data atau informasi sampai
dimana penguasaan atau pencapaian belajar siswa terhadap
bahan pelajaran yang telah dipelajarinya selama jangka waktu
tertentu (Purwanto, 2001:26).

7. Jenis-jenis Prestasi Belajar


Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal
meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat
pengalaman dan proses belajar siswa. Yang dapat dilakukan
guru dalam hal ini adalah
mengambil cuplikan perubahan tingkah laku yang dianggap
penting yang dapat mencerminkan perubahan yang terjadi
sebagai hasil belajar siswa, baik yang berdimensi cipta dan rasa
24

maupun karsa. Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan


data hasil belajar siswa adalah mengetahui garisgaris besar
indikator (penunjuk adanya prestasi belajar) dikaitkan dengan
jenis-jenis prestasi yang hendak diukur (Muhibbin Syah,
1999:150)

Dalam sebuah situs yang membahas Taksonomi Bloom,


dikemukakan mengenai teori Bloom yang menyatakan bahwa,
tujuan belajar siswa diarahkan untuk mencapai ketiga ranah.
Ketiga ranah tersebut adalah ranah kognitif, afektif dan
psikomotorik. Dalam proses kegiatan belajar mengajar, maka
melalui ketiga ranah ini pula akan terlihat tingkat keberhasilan
siswa dalam menerima hasil pembelajaran atau ketercapaian
siswa dalam penerimaan pembelajaran. Dengan kata lain,
prestasi belajar akan terukur melalui ketercapaian siswa dalam
penguasaan ketiga ranah tersebut.

8. Kerangka Berpikir
Belajar adalah sesuatu yang dilakukan oleh manusia
untuk memperoleh perubahan tingkah laku secara bertahap dan
berkelanjutan sebagai hasil dari latihan dan pengalaman serta
interaksi dengan lingkungan yang melibatkan kognitif.
Cara belajar siswa adalah kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan siswa pada situasi belajar tertentu, kegiatan-
kegiatan tersebut merupakan pencerminan usaha belajar yang
dilakukannya.
25

Prestasi adalah suatu kecakapan atau hasil yang telah


diperoleh seseorang dari proses pembelajaran dengan
penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari
ketekunan dalam berusaha.

Dari beberapa pengertian diatas dapat dibuat kerangka


berpikir bahwa cara belajar seorang siswa dapat mempengaruhi
hasil belajar yang berpengaruh pula pada prestasi siswa
tersebut. Jika cara belajar siswa efektif dan baik, maka prestasi
belajarnya juga baik atau tinggi. Tetapi jika cara belajar siswa
tidak efektif, maka mengakibatkan prestasi belajarnya rendah.
Siswa yang ingin berhasil dalam belajar, maka perlu
adanya caracara belajar yang efisien agar tujuan yang telah
ditetapkan dapat tercapai. Cara belajar yang digunakan antara
siswa yang satu berbeda dengan siswa yang lain, artinya cara
belajar yang cocok untuk seseorang belum tentu sesuai dengan
orang lain. Cara belajar yang baik akan membantu siswa
mempelajari dan memahami materi pelajaran yang telah
diterimanya. Siswa yang dapat mengembangkan cara-cara
belajar yang paling cocok dan paling baik bagi dirinya, maka
dapat membantu meningkatkan prestasi belajarnya.

Siswa yang dapat menerapkan cara-cara belajar yang


baik, seperti cara membuat jadwal dan pelaksanaannya, cara
membaca buku, cara membuat catatan, cara mengikuti
pelajaran, cara mengulangi pelajaran, cara melakukan
konsentrasi, cara menghafal pelajaran dan cara menempuh ujian
26

serta dapat belajar mandiri, yang mana dari kemandirian akan


tumbuh sikap-sikap positif yang akan membantu keberhasilan
belajar dalam hal ini percaya diri, tidak tergantung terus-
menerus pada orang lain, tegas dalam mengambil keputusan
dan memiliki sikap kreatif dalam belajar, maka prestasi belajar
yang dicapai merupakan hasil yang optimal.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian dan Jenis Penelitian


Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan metode kualitatif. Karena masalah yang akan
dibahas dalam penelitian belum jelas dan belum diketahui oleh
peneliti. Masalah akan diketahui selanjutnya setelah peneliti
melakukan observasi dilapangan terlebih dahulu.
Permasalahan yang akan dikaji oleh peneliti merupakan
masalah yang bersifat sosial dan dinamis. Oleh karena itu,
peneliti memilih menggunakan metode penelitian kualitatif
untuk menentukan cara mencari, mengumpulkan, mengolah
dan menganalisis data hasil penelitian tersebut. Penelitian
kualitatif ini dapat digunakan untuk memahami interaksi sosial,
misalnya dengan teknik wawancara dan sebagainya. Sehingga
akan ditemukan pola-pola yang jelas.

Moleong ( 2007 : 6 ) menjelaskan, bahwa penelitian


kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian
secara holistic ( utuh ) dan dengan cara deskripsi dalam bentuk
kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah,
serta dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah yang
salah satunya bermanfaat untuk keperluan meneliti dari segi
prosesnya.

27
28

Senada dengan Moleong, Bungin ( 2003 ) dalam Andi


( 2010 : 13 ) mengungkapkan, data dalam penelitian kualitatif
bukanlah berdasarkan atas tabel angka-angka hasil pengukuran
atau penilaian secara langsung yang mana dianalisis secara
statistik.
Moleong ( 2008 : 9 ) kembali menjelaskan, dalam
penelitian kualitatif, peneliti itu sendiri dengan bantuan orang
lain merupakan alat pengumpul data utama dengan
menggunakan metode penelitian yang meliputi pengamatan,
wawancara dan penelaahan dokumen. Data data yang akan
dikumpulkan berupa kata-kata dan gambar.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan secara
sederhana, bahwa metode penelitiann ini berusaha
mendeskripsikan objek penelitian berdasarkan data dan fakta
sebenarnya, serta berusaha menganalisis konsep-konsep yang
telah dikembangkan sebelumnya dengan peneliti sebagai
instrumen itu sendiri dalam memecahkan permasalahanya.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Suatu penelitian memerlukan tempat penelitian yang akan
dijadikan obyek untuk memperoleh data yang diperlukan guna
mendukung tercapainya tujuan penelitian. Tempat penelitian ini
adalah lokasi yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan
penelitian. Sedangkan penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri
2 Gading Rejo.
29

C. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini di khususkan untuk siswa kelas VI C
SD Negeri 2 Gading Rejo tahun ajaran 2014/2015.

D. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat yang digunakan untuk memperoleh
data, Instrumen yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Lembar angket respon siswa

Angket ini digunakan untuk mengetahui respon siswa


terhadap cara belajar yang digunakan . Angket ini diisi
sendiri oleh siswa tanpa pengaruh dari orang lain. Lembar
angket dalam penelitian ini di khususkan untuk siswa.
2. Lembar Wawancara

Peneliti menggunaan tabel pertanyaan wawancara yang


ditujukan kepada guru salah satu mata pelajaran. Sedangkan
lembar wawancara dikhususkan untuk guru mapel dalam
kelas tertentu.
3. Peneliti Sendiri

Selain kedua instrumen diatas, disini peneliti berperan


aktif sebagai subyek penelitian sekaligus berperan sebagai
instrumen penelitian itu sendiri. Dikarenakan peneliti
mempunyai peran penting dalam menjalankan penelitian
yang sedang dilakukan.
Dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan alat
( instrumen ) pengumpul data utama, karena peneliti adalah
manusia yang dapat berhubungan dengan respondem atau objek
lainya, serta mampu memahami kaitan kenyataan-kenyataan
30

dilapangan. Oleh karena itu peneliti juga berperan serta dalam


pengamatan atau participant observation ( Moleong, 2007 : 9 ).
Sedangkan menurut Nasution ( 2003 : 55 ) menjelaskan
bahwa tidak ada pilihan lain dari pada manusia sebagai
instrumen penelitian utama dalam penelitian kualitatif, karena
segala sentuhanya belum mempunyai kepastian dan masih perlu
dikembangkan lebih lanjut. Sehingga hanya peneliti itu sendiri
sebagai alat yang dapat mencapainya.

E. Sampel Sumber Data


Sumber data menurut Arikunto ( 2005 : 88 ) adalah benda,
hal atau orang tempat peneliti, mengamati, membaca, atau
bertanya tentang data. Lebih lanjut dikatakan bahwa, secara
umum sumber data dapat
diklasifikasikan menjadi tiga jenis yang disingkat dengan 3P,
yaitu :
a. Person ( orang ) adalah tempat peneliti bertanya mengenai

variabel yang sedang diteliti.


b. Paper ( kertas ) adalah berupa dokumen, warkat, keterangan,

arsip, pedoman, surat keputusan ( SK ), dan sebagainya.


c. Place ( tempat ) adalah sumber data keadaan ditempat

berlangsungnya suatu kegiatan yang berhubungan dengan


penelitian.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa sumber data ini adalah
tempat, orang atau benda yang dapat memberikan data sebagai
bahan penyusunan informasi bagi peneliti. Menurut Lofland
( dalam Moleong, 2007 : 157 ) sumber data utama dalam
31

penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya


data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.
Sehingga sampel sumber data dalam penelitian kualitatif ini
dapat diambil dari informan, tempat dan peristiwa serta arsip
atau dokumen yang berhubungan dengan permasalahan
penelitian. Berdasarkan pertimbangan jenis data yang
dibutuhkan maka sumber data pada penelitian ini adalah :
1. Informan

Pengertian informan dalam penelitian kualitatif adalah


seseorang yang dipandang mengetahui permasalahan yang
sedang dikaji dalam penelitian dan bersedia untuk
memberikan informasi kepada peneliti yang berupa kata-
kata. Peneliti akan memilih informan sesuai dengan judul
penelitian, sehingga diharapkan akan diperoleh data yang
obyektif. Dalam penelitian ini peneliti memilih informan
yaitu siswa kelas VI C SD Negeri 2 Gading Rejo dan guru
maata pelajaran IPS yang mengajar dikelas tersebut.
2. Tempat dan Peristiwa

Kegiatan penelitian kualitatif tidak lepas dari wawancara dan


observasi yang akan melibatkan tempat, pelaku dan peristiwa
yang terjadi. Hal tersebut dilakukan agar peneliti dapat
berhasil memperoleh data obyektif sesuai dengan tujuan.
Lokasi yang digunakan sebagai tempat dalam penelitian ini
adalah kelas VI C di SD Negeri 2 Gading Rejo.
32

3. Dokumen dan Arsip

Dokumen dan arsip merupakan sumber data tambahan yang


berupa catatan-catatan tertulis. Dokumen dan arsip yang
digunakan dalam penelitian ini adalah daftar absensi siswa,
daftar nilai siswa dalam satu semester, kecuali nilai uas atau
ujian akhir semester.

F. Teknik Pengambilan Sampel


Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah:
1. Purposive Sampling
Maksud dari purposive sampling ( sampel yang sudah
tertuju ) yaitu peneliti menentukan langsung obyek yang
akan dijadikan penelitian.Teknik pengambilan sampel
sumber data dilakukan dengan pertimbangan tertentu.
Pertimbangan tersebut adalah dipilihnya individu atau
sekumpulan individu yang mengetahui tentang apa yang
diharapkan peneliti atau mungkin dia sebagai penguasa
sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek atau
situasi sosial.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Teknik
Purposive Sampling dengan cara memilih siswa kelas VI C
SD Negeri 2 Gading Rejo. Dalam satu kelas tersebut akan
dilakukan serangkaian seleksi. Pertama melaui wawancara
guru, kedua melaui akumulasi nilai belajar selama satu
semester ( kecuali nilai uas ), ketiga melalui akumulasi nilai
jawaban angket dan yang terakhir yaitu melalui sejumlah
jawaban angket yang disesuaikan dengan seberapa besar
33

indikator yang dijawab oleh obyek penelitian ( sesuai


indikator yang ditentukan oleh peneliti ). Dalam hal ini siswa
kelas VI C yang dijadikan obyek penelitian. Dari
serangkaian tahapan tersebut peneliti akan menentukan tiga
siswa yang paling berprestasi dan tiga siswa yang kurang
berprestasi. Dan selanjutnya akan dilakukan penelitian untuk
mengetahui cara belajar siswa berprestasi.

G. Teknik Pengumpulan Data dan Alat Pengumpulan Data


Dalam penelitiaan ini, peneliti menggunakan tiga teknik
pengumpulan data, yaitu :
1. Observasi
Menurut Nasution dalam Sugiono (2014: 226)
menyatakan bahwa,“observasi adalah dasar semua ilmu
pengetahuan”. Observasi juga memiliki pengertian yaitu,
pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap unsur-
unsur yang tampak dalam suatu gejala atau gejala-gejala
dalam objek penelitian.
Observasi menurut Raco ( 2010 : 112 ) adalah bagian
dalam pengumpulan data. Observasi berarti mengumpulkan
data langsung dari lapangan. Adapun menurut Sutrisno Hadi
( 1987 ) dalam Andi Prastowo ( 2010 : 27 ) mengartikan
observasi adalah sebagai pengamatan dan pencatatan secara
sistematik terhadap suatu gejala yang tampak pada objek
penelitian.
Dalam penelitian ini observasi yang dilakukan terhadap
tingkah laku subjek (siswa) selama kegiatan proses belajar
34

mengajar di kelas sehingga dapat memberikan data tambahan


terhadap hasil wawancara. Dalam pada itu peneliti juga
melakukan observasi secara terbuka dimana peneliti dalam
melakukan pengumpulan data menyatakan sebenarnya
kepada sumber data, bahwa sedang melakukan penelitian.
Jadi mereka yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir
tentang aktifitas peneliti (Moleong : 2007 : 176). Oleh karena
itu fakta atau fenomena yang akan diobservasi adalah terkait
unsur cara belajar siswa berprestasi, yang meliputi tiga siswa
paling terbaik di suatu kelas, tiga siswa kurang berprestasi
dalam suatu kelas, cara belajar dari siswa tersebut.
2. Wawancara
Menurut Esterberg ( 2002 ) dalam sugiyono ( 2007 : 72 )
mengungkapkan wawancara adalah merupakan pertemuan
dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya
jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu
topik tertentu.
Sedangkan menurut Moleong ( 2007 : 186 )
wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer)
dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban
atas pertanyaan.
Wawancara dilakukan dengan empat bentuk yaitu
terstruktur, semi terstruktur, tidak terstruktur dan kombinasi.
Dalam hal ini peneliti menggunakan teknik wawancara semi
terstruktur yaitu :
35

a. Wawancara semi terstruktur


Dalam penelitian ini wawancara peneliti menggunakan
metode wawancara semiterstruktur, dimana dalam
pelaksanaanya lebih bebas. Tujuan dari wawancara ini
adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih
terbuka, dimana pihak yang diwawancarai dimintai
pendapat. Dalam hal ini pihak yang diwawancarai adalah
salah satu guru yang mengajar dikelas VI C SD Negeri 2
Gading Rejo yaitu guru IPS.
Wawancara ini dilakukan untuk memperoleh data tentang
pengalaman guru dalam mengajar kelas VI C. Mengetahui
siswa yang paling berprestasi dan kurang berprestasi
menurut persepsi guru tersebut berdasarkan
pengalamannya mengajar dikelas tersebut. Hal ini
dilakukan dalam rangka memperoleh penjelasan atau
informasi tentang hal-hal yang belum tercantum dalam
observasi dan dokumentasi.
Sebagaimana yang disarankan oleh ( Esterberg : 2002 )
dalam Sugiyono ( 2008 : 73 ) peneliti akan mendengarkan
secara teliti dan mencatat apa yang akan dikemukakan
oleh informan.
3. Dokomentasi
Analisis dokumen dilakukan untuk mengumpulkan data
yang bersumber dari arsip dan dokumen baik yang berada di
sekolah ataupun yang berada di luar sekolah, yang ada
hubungannya dengan penelitian tersebut. Teknik
36

dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal atau variabel


yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya.
Andi ( 2010 : 192 ) mengungkapkan dokumen merupakan
rekaman bersifat tertulis atau film dan isinya merupakan
peristiwa yang telah berlalu. Jadi, dokumen bukanlah catatan
peristiwa yang terjadi saat ini dan masa yang akan datang,
namun catatan masa lalu.
Ditambahkan pula oleh Usman dan Akbar ( 1996 ) dalam
Andi ( 2010 : 192 ) bahwa data-data yang dikumpulkan
dengan teknik dokumentasi cenderung merupakan data
sekunder sedangkan data-data yang dikumpulkan dengan
teknik pengamatan, dan wawancara cenderung merupakan
data primer atau data yang langsung didapat dari pihak
pertama. Merujuk Arikunto ( 2000 : 135 ), dokumentasi
merupakan bendabenda tertulis seperti buku-buku, majalah,
dokumen, peraturan-peraturen, notulen, catatan harian, dan
sebagainya. Adapun panduan pengambilan data dokumentasi
yang diperlukan.
Dalam penelitian ini teknik dokumentasi yang digunakan
adalah dokumentasi selama proses penelitian di kelas
( lapangan ), dokumentasi nilai belajar siswa selama satu
semester, kecuali nilai uas.

4. Alat Pengumpulan Data


a. Buku Catatan
37

Buku catatan ini berfungsi untuk mencatat semua


perckapan dengan sumber data.
b. Kamera

Diantara fungsi kamera dalam penelitian ini adalah untuk


mengambil gambar ketika peneliti sedang melakukan
pembicaraan dengan informan atau sumber data. Dengan
adanya foto ini maka dapat meningkatkan keabsahan
penelitian. Penelitian akan lebih terpercaya, karena penliti
betul-betul melakukan pengumpulan data.

H. Rencana Pengujian Keabsahan Data


Dalam penelitian kualitatif, kesahihan data dapat diperoleh
melalui:
1. Keabsahan Konstruk (Construct validity)
Keabsahan bentuk batasan berkaitan dengan suatu
kepastian bahwa yang diukur benar-benar merupakan
variabel yang akan di ukur.
Keabsahan ini juga dapat dicapai dengan proses
pengumplan data yang tepat. Salah satu caranya adalah
dengan proses triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di
luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data itu. Menurut Wiliam Wierisma
dalam Sugiono (2014:370-371) ada 3 macam triangulasi
sebagai teknik pemeriksaan untuk mencapai keabsahan,
yaitu:
38

a. Triangulasi sumber
Menguji keabsahan data dengan cara mengecek data yang
telah diperoleh melalui beberapa sumber, data yang telah
dianalisis oleh peneliti sehingga menghasilkan suatu
kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan
(member check) dengan beberapa sumber tersebut;
b. Triangulasi teknik
Teknik untuk menguji data dengan cara mengecek data
kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.
Misalnya data yang diperoleh dengan wawancara, alu
dicek dengan observasi,dokumentasi atau kuasioner;
c. Triangulasi waktu
Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data
yang dilakukan dengan teknik wawancara maupun
observasi maka hasilnya akan berbeda, untuk itu dalam
rangka pengujian keabsahan data dapat dilakukan dengan
cara melakukan pengecekan dengan wawancara,
observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang
berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda,
maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai
ditemukan kepastian datanya.
Penjelasan Triangulasi
Dalam hal ini Triangulasi dapat dikatakan sebagai teknik
pengumpulan data yang sekaligus menguji kredibiitas
atau keabsahan data. Triangulasi diartikan sebagai teknik
pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari
39

berbagai teknik pengumpulan data dari sumber yang


telah ada ( Sugiyono, 2008 : 83 ), bila peneliti melakukan
pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya
peneliti mengumpulkan data yang sekaligus melakukan
uji kredibilitas atau keabsahan data, yaitu mengecek
kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan
data dan berbagai sumber.
Tujuan dari Triangulasi bukan untuk mencari
kebenaran tentang beberapa fenomena, tetapi lebih pada
peningkatan pemahaman peneliti terhadap apa yang telah
ditemukan.
Oleh karena itu, teknik triangulasi yang dimaksudkan
dalam penelitian ini adalah pengecekan data yang
diperoleh dari berbagai teknik pengumpulan data. Data
dari observasi dikonfirmasi melalui wawancara dan
dokumentasi, data hasil wawancara di konfirmasi
melalui observasi dan dokumentasi, dan data dari
dokumentasi juga dikonfirmasi dari wawancara dan
observasi. Namun jika dalam penelitian menemui
kejanggalan antara data satu dengan data lainya, maka
peneliti mengambil jalan akhir yaitu mengambil data
sesuai keyakinan kebenaran dari peneliti seperti angket,
dan menyesuaikan dengan indikator yang telah
ditentukan peneliti sebelumnya.
40

2. Keabsahan Internal (Internal validity)


Keabsahan internal merupakan konsep yang mengacu
pada seberapa jauh kesimpulan hasil penelitian
menggambarkan keadaan yang sesungguhnya. Keabsahan
ini dapat dicapai melalui proses analisis dan interpretasi
yang tepat. Aktivitas dalam melakukan penelitian kualitatif
akan selalu berubah dan tentunya akan mempengaruhi hasil
dari penelitian tersebut. Walaupun telah dilakukan uji
keabsahan internal, tetap ada kemungkinan munculnya
kesimpulan lain yang berbeda.
3. Keabsahan Eksternal (Eksternal validity)
Keabsahan ekternal mengacu pada seberapa jauh hasil
penelitian dapat digeneralisasikan pada kasus lain.
Walaupun dalam penelitian kualitatif memeiliki sifat tidak
ada kesimpulan yang pasti, penelitiaan kualitatif tetapi dapat
dikatakan memiliki keabsahan ekternal terhadap kasus-
kasus lain selama kasus tersebut memiliki konteks yang
sama.
4. Keajegan (Reliabilitas)
Reliabilitas merupakan konsep yang mengacu pada
seberapa jauh penelitian berikutnya akan mencapai hasil
yang sama apabila mengulang penelitian yang sama. Dalam
penelitian ini, keajegan mengacu pada kemungkinan peneliti
selanjutnya memperoleh hasil yang sama apabila penelitian
dilakukan sekali lagi dengan subjek yang sama. Hal ini
menujukan bahwa konsep keajegan penelitian kualitatif
41

selain menekankan pada desain penelitian, juga pada cara


pengumpulan data dan pengolahan data.

I. Metode Analisis Data


Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan
jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, menyeleksi
berbagai data yang ada dan menjadikan satu kesatuan yang
dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan
pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari,
dan memutuskan apa yang dapat
diceriterakan kepada orang lain.
Dalam menganalisa penelitian kualitatif terdapat beberapa
tahapantahapan yang perlu dilakukan, diantaranya :
1. Mengorganisasikan Data

Peneliti mendapatkan data langsung dari subjek melalui


wawancara mendalam (indepth inteviwer), dimana data
tersebut direkam dengan tape recorder atau sejenisnya dan
dibantu alat tulis lainya. Kemudian dibuatkan transkipnya
dengan mengubah hasil wawancara dari bentuk rekaman
menjadi bentuk tertulis secara verbatim. Data yang telah
didapat dibaca berulang-ulang agar penulis mengerti benar
data atau hasil yang telah di dapatkan.
2. Pengelompokan berdasarkan Kategori, Tema dan Pola

Jawaban Pada tahap ini dibutuhkan pengertiaan yang


mendalam terhadap data, perhatiaan yang penuh dan
keterbukaan terhadap hal-hal yang muncul di luar apa yang
ingin digali. Berdasarkan kerangka teori dan pedoman
42

wawancara, peneliti menyusun sebuah kerangka awal


analisis sebagai acuan dan pedoman dalam melakukan
coding. Dengan pedoman ini, peneliti kemudian kembali
membaca transkip wawancara dan melakukan coding,
melakukan pemilihan data yang relevan dengan pokok
pembicaraan. Data yang relevan diberi kode dan penjelasan
singkat, kemudian dikelompokan atau dikategorikan
berdasarkan kerangka analisis yang telah dibuat.
Pada penelitian ini, analisis dilakukan terhadap sebuah
kasus yang diteliti. Peneliti menganalisis hasil wawancara
berdasarkan pemahaman terhadap hal-hal diungkapkan oleh
responden. Data yang telah dikelompokan tersebut oleh
peneliti dicoba untuk dipahami secara utuh dan ditemukan
tema-tema penting serta kata kuncinya. Sehingga peneliti
dapat menangkap pengalaman, permasalahan, dan dinamika
yang terjadi pada subjek.
3. Menguji Asumsi atau Permasalahan yang ada terhadap Data

Setelah kategori pola data tergambar dengan jelas, peneliti


menguji data tersebut terhadap asumsi yang dikembangkan
dalam penelitian ini. Pada tahap ini kategori yang telah
didapat melalui analisis ditinjau kemabali berdasarkan
landasan teori yang telah dijabarkan dalam bab II, sehingga
dapat dicocokan apakah ada kesamaan antara landasan
teoritis dengan hasil yang dicapai. Walaupun penelitian ini
tidak memiliki hipotesis tertentu, namun dari landasan teori
43

dapat dibuat asumsi-asumsi mengenai hubungan antara


konsep-konsep dan faktorfaktor yang ada.
4. Mencari Alternatif Penjelasan bagi Data

Setelah keterkaitan antara kategori dan pola data dengan


asumsi terwujud, peneliti masuk ke dalam tahap
penejelasan. Dan berdasarkan kesimpulan yang telah didapat
dari kaitanya tersebut, penulis merasa perlu mencari suatu
alternative penjelasan lain tentang kesimpulan yang telah
didapat. Sebab dalam penelitian kualitatif memang selalu
ada alternative penjelasan yang lain. Dari hasil analisis, ada
kemungkinan terdapat hal-hal yang menyimpang dari
asumsi atau tidak terfikir sebelumnya. Pada tahap ini akan
dijelaskan dengan alternative lain melalui referensi atau
teori-teori lain. Alternatif ini akan sangat berguna pada
bagian pembahasan, kesimpulan dan saran.
5. Menulis Hasil Penelitian

Penulisan data subjek yang telah berhasil dikumpulkan


merupakan suatu hal yang membantu penulis untuk
memeriksa kembali apakah kesimpulan yang dibuat telah
selesai. Dalam penelitian ini, penulisan yang dipakai adalah
presentase data yang didapat yaitu, penulisan datadata hasil
penelitian berdasarkan wawancara dan observasi dengan
subjek melalui lembar dan hal-hal penting lainya.
Proses dimulai dari data-data yang diperoleh dari subjek
penelitian,
44

dibaca berulang kali sehinggga penulis mengerti


benar permasalahanya, kemudian dianalisis, dibandingkan
antara satu data dengan data yang lainya. Dalam penelitian
ini ditemukan beberapa kejanggalan data. Kejanggalan data
tersebut seperti data wawancara guru tidak sesuai dengan
data observasi melalui akumulasi nilai belajar dan angket
siswa.
Sehingga peneliti menempuh jalan akhir yaitu dengan
menyesuaikan indikator peneliti terhadap jawaban angket
siswa. Maksudnya siswa yang paling banyak menjawab
angket sesuai delapan indikator yang ditentukan peneliti,
maka mereka akan dikategorikan sebagai siswa berprestasi
begitu pula sebaliknya. Selanjutnya dilakukan interprestasi
secara keseluruhan, dimana di dalamnya mencangkup
keseluruhan kesimpulan dari hasil penelitian. Jadi disini
peneliti lebih yakin menggunakan data hasil lembar angket
dari pada data yang lain.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah memperoleh data yang akuran dan diuraikan dalam
bentuk deskriptif maka penelitian ini memperoleh simpulan
sebagai berikut:
1. Konsentrasi belajar siswa merupakan perilaku kognitif, perilaku

efektif, perilaku psikomotor, perilaku bahasa, konsentarsi


kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran dimana
konsentrasi belajar ini sangat penting dalam proses
pembelajaran karena merupakan usaha dasar untuk dapat
mencapai prestasi belajar yang lebih baik.
2. Faktor yang mempengaruhi konsentrasi belajar siswa ada dua

faktor yaitu faktor internal berasal dari dalam diri seseorang dan
faktor eksternal berasal dari luar diri seseorang.
3. Upaya Guru PAI dalam meningkatkan konsentrasi belajar siswa

dengan mengecek kesiapan belajar siswa, menanamkan minat


belajar kepada siswa, menggunakan metode mengajar yang
menyenangkan dan menarik, memberikan permainan ice
breaking untuk mengembalikan konsentrasi belajar siswa yang
mulai menurun.

B. Saran
Dengan hasil penelitian diatas, maka penulis ingin memberikan
saran kepada orang-orang yang berkaitan dengan permasalahan
yang dibahas oleh peneliti, yaitu :

45
46

1. Untuk sekolah

a. Sekolah harus bisa menciptakan lingkungan belajar yang


kondusif dan meminimalkan segala gangguan konsentrasi
belajar yang berasal dari dalam maupun luar sekolah agar
proses KBM tetap berjalan dengan baik.
b. Sekolah dapat memenuhi kelengkapan sarana dan
prasarana bagi peserta didik untuk menunjang proses
pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kualitas KBM.
2. Guru PAI

a. Guru PAI harus lebih meningkatkan kinerjanya dalam


mengajar utamanya yang berkaitan dalam meningkatkan
konsentrasi belajar siswa
b. Guru hendaknya memanfaatkan media pembelajaran untuk
menyampaikan materi agar dapat memunculkan minat dan
motivasi siswa dalam belajar. Karena minat dan motivasi
adalah tahap awal bagi siswa untuk berkonsentrasi belajar.
c. Guru hendaknya lebih banyak menggunakan variasi strategi
atau metode dalam menyampaikan materi pembelajaran.
3. Bagi siswa

a. Siswa hendaknya berusaha memperhatikan setiap prosedur


pembelajaran yang telah disampaikan agar dapat mengikuti
pembelajaran dengan baik.
47

DAFTAR PUSTAKA

Sudjana, N. 1997. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung:


Sinar Baru Algensindo
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya,
Jakarta: Rineka Cipta.
Purwanto, M. Ngalim. 2003. Psikologi Pendidikan, Bandung: PT.
Remaja Rosda Karya
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005. Pusat Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional: Balai Pustaka.
Chatarina Tri Anni. 2004. Psikologi Belajar. Semarang: IKIP Press .
Hamalik, Oemar. 2001. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi
Aksara.
Arifin, Zainal. 1990. Evaluasi Instruksional Prinsip Teknik Prosedur.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Syah, Muhibbin. 2005. Psikologi Belajar, Jakarta: Logos Wacana
Ilmu, 1999,
Cet. Ke-2. Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan dan Perspektif Islam,
Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Anita Sri, dkk.2008.Strategi Pembelajaran. Jakarta. Universitas
Terbuka.
Abdurrahman. 2008. Belajar dan Pembelajaran. Bandung. Alfabeta.
Harahap, Nasrun, dkk. 2000. Teknik Penilaian Hasil Belajar. Jakarta:
Bulan Bintang.
Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi
Aksara
48

Kartadinata, Sunaryo, dkk. 2002. Bimbingan Di Sekolah dasar.


Bandung; CV.Maulana.
Nasution, Noehi, dkk 1992. Psikologi pendidikan.Jakarta: Dikti
Depdikbud
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Sumiati dan Asra, M, 2009. Metode Pembelajaran. Bandung: CV
Wacana Prima
Suryabrata, Sumadi. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT.
Grafindo Perkasa Rajawali.
Syaiful Bahri Djamarah. 2002. Rahasia Sukses Belajar. Jakarta.
Rineka Cipta.
The Liang Gie. 1987. Cara Belajar Yang Efisisen. Yogyakarya:
Liberty.Tim Tetap Penulis : Universitas Negeri Malang.
The Liang Gie. 1998. Cara Belajar Yang Efisien. Yogyakarta. Pusat
Kemajuan Studi.

Anda mungkin juga menyukai