Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI LAUT


ACARA IV
TEKNIK PRESERVASI KULTUR MIKROBA

RACHMAT AFRIYANTO
26020114140104
ILMU KELAUTAN A
SHIFT 2

HUMAIRAH A. SABILADIYNI 26020112140096

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN


JURUSAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2015
MODUL IV: TEKNIK PRESERVASI MIKROBA

1. Mengapa harus dilakukan preservasi dalam penelitian mikrobiologi ?


Tujuan preservasi meliputi tujuan jangka pendek dan jangka panjang.
Preservasi jangka pendek dilakukan untuk keperluan rutin penelitian yang
disesuaikan dengan kegiatan program atau proyek tertentu. Preservasi jangka
panjang dilakukan dalam kaitannya dengan koleksi dan konservasi plasma
nutfah mikroba, sehingga apabila suatu saat diperlukan, dapat diperoleh
kembali atau dalam keadaan tersedia (Machmud, 2001).
Mikroba yang ada beragam dan banyak dimanfaatkan manusia dalam
berbagai bidang. Maka dilakuakan penyimpanan dan pemeliharaan mikroba
agar mendapat ketersediaan isolat mikroba yang stabil dan pemanfaatannya
berkelanjutan dalam jangka waktu yang diinginkan (Suarsana dan Suardana,
2007).
Tujuan utama preservasi mikroa menurut Ellis (1989) dalam Lusiastuti
(2010), yaitu untuk (1) mereduksi atau mengurangi laju metabolism dari
mikroorganisme hingga sekecil mungkin dengan tetap mempertahankan
viabilitas (daya hidupnya) dan (2) memlihara sebaik mungkin biakan,
sehingga diperoleh angka perolehan (recovery) dan kehidupan (survival) yang
tinggi dengan perubahan ciri-ciri yang minimum, sedangkan menurut
Lusiastuti (2010) menyatakan bahwa mikroorganisme yang disimpan atau
dipreservasi memerlukan pasase secara in vivo atau biasa disebut dengan uji
postulat kotch.
Karena Preservasi mikroba dapat melakukan penyimpanan dan pemeliharaan
koleksi atau plasma nutfah mikroba dalam jangka waktu tertentu dan apabila
suatu saat diperlukan dapat dengan mudah diperoleh kembali dengan kondisi
yang relatif stabil (Badjoeri, 2010 ).

2. Mengapa digunakan Gliserol pada salah satu jenis teknis preservasi ?


Gliserol pada penyimpanan menggunakan suhu sangat rendah (Ultra-low
temperature) digunakan penambahan senyawa krioprotektan seperti gliserol
atau dimethylsulfoxide (DMSO), penambahan ini dilakukan untuk megurangi
dampak negatiF (stress) dari pembekuan (Machmud, 2001).
Penggunaan gliserol konsentrasi rendah dapat digunakan sebagai media,
hal ini disebabkan karena gliserol dapat melindungi aktivitas antimikroba
dengan cara meningkatkan stabilitas struktur protein asli dari mikroba
sehingga dapat memecah protein dari proses termal dan agregasi. Selain itu,
gliserol dapat menyerap air pada permukaan protein yang dapat
mengakibatkan hidrasi yang dapat melindungi protein dari kerusakan (Huri,
2014).
Gliserol juga mampu untuk menjaga struktur dari mikroba, memberikan
nutrisi pada mikroba serta mempertahankan fungsi dari mikroba sehingga
dapat dipertahankan kemampuan viabilitas dari mikroba yang dipreservasi
serta dapat digunakan untuk kultur selanjutnya tanpa perlu menggunakan
sumber baru untuk mengkultur mikroba sejenis (Huri, 2014).

3. Jelasakan juga karakteristik dari Gliserol !


Gliserol merupakan salah satu alkil trihidrat yang penting adalah gliserol
(propa – 1, 2, 3 – triol) CH2OHCHOHCH2OH. Senyawa ini kebanyakan
ditemui hampir semua lemak hewani dan minyak nabati sebagai ester gliserin
dari asam palmitat dan oleat. Gliserol adalah senyawa yang netral, dengan rasa
manis tidak berwarna, cairan kental dengan titik lebur 20°C dan memiliki titik
didih yang tinggi yaitu 290°C gliserol dapat larut sempurna dalam air dan
alkohol, tetapi tidak dalam minyak. Sebaliknya banyak zat dapat lebih mudah
larut dalam gliserol dibanding dalam air maupun alkohol. Oleh karena itu
gliserol merupakan pelarut yang baik (Yusmarlela, 2009).
Gliserol merupakan senyawa poliatomik yang terdiri dari tiga atom karbon
yang tiap atom kerbon mempunyai gugus alkohol. Gliserol diperoleh dari hasil
penyabunan lemak atau minyak yang merupakan suatu zat cair yang tidak
berwarna dan memiliki rasa yang agak manis. Gliserol dapat digunakan
sebagai media karena gliserol dapat melindungi aktivitas antimikroba dengan
cara meningkatkan stabilitas struktur protein asli dari mikroba sehingga dapat
mencegah protein dari proses termal dan agregasi. Selain itu gliserol dapat
meningkatkan energi bebas dari kompleks yang diaktifkan dan mengeser
kesetimbangan energi tersebut. Gliserol ini dapat menyerap air pada
permukaan protein yang dapat mengakibatkan hidrasi yang dapat melindungi
protein dari kerusakan. Oleh karena itu giserol dapat memperpanjang
penyimpanan mikroorganisme. (Poedjiadi, 2006).
Gliserol (1, 2 ,3 propanatriol) merupakan cairan bening tidak berwarna
yang memiliki kelarutan yang baik terhadap air.Gliserol dapat digunakan
sebagai komponen formula CDS karena karakteristiknya yang dapat mengikat
kandungan air pada udara (Bunyamin, 2011).

4. Jelaskan perbedaan preservasi jangka pendek dan jangka panjang, beserta


kelebihan dan kekurangannya !
Preservasi jangka pendek merupakan teknik preservasi yang dilakukan
untuk keperluan rutin penelitian yang disesuaikan dengan program atau
proyek tertentu, sedangkan preservasi jangka panjang dilakukan dalam
kaitanya dengan koleksi dan konservasi plasma nutfah mikroba, sehingga jika
diperlukan, dapat diperoleh kembali dalam keadaan yang sama atau stabil
(Machmud, 2001).
Kelebihan jangka pendek adalah bakteri dikontrol dan dipindahkan dalam
waktu yang singkat sehingga mengurangi terjadinya kegagalan dalam
penyimpanan, selain itu metode yang dilakukan mudah dan biaya yang murah.
Kekurangannya adalah memerlukan lebih banyak waktu dan tenaga dalam
mengontrol dan memindahkan bakteri dalam jangka waktu yang pendek.
Kelebihan preservasi jangka panjang adalah mendapatkan bakteri yang stabil
dalam waktu yang lama sehingga keberadaan bakteri tersebut terjaga, dan
metode yang digunakan mudah. Kekurangannya adalah kontroling yang
dilakukan dalam jangka waktu yang lama sehingga dapat terjadi kegagalan
dalam penyimpanan (Machmud, 2001).
Penyimpanan jangka pendek mikroba dilakukan dengan memindahkan
secara berkala jangka pendek misalnya sebulan sekali dari media lama ke
media baru. Teknik ini memerlukan waktu dan tenaga yang banyak. Beberapa
teknik penyimpanan sederhana yang efektif untuk penyimpanan isolat jangka
pendek atau menengah, dan biasanya tidak sesuai untuk penyimpan-an jangka
panjang. Di antara teknik tersebut ialah penyimpanan dalam minyak mineral,
parafin cair, tanah steril, air steril dan lain-lain. Metode penyimpanan jangka
panjang yang paling efektif dan banyak dilakukan ialah metode liofilisasi atau
kering beku (liophylization atau freeze drying) dan kriopreservasi
(cryopreservation atau cryogenic preservation). Kedua teknik tersebut
dilaporkan paling berhasil untuk penyimpanan jangka panjang berbagai
mikroba (Machmud, 2001).
Metode preservasi jangka pendek merupakan metode yang
memungkinkan mikroorganisme tetap tumbuh, atau dengan kata lain
metabolisme mikroorganisme tetap aktif. Sedangkan metode Metode
preservasi jangka pendek merupakan metode yang memungkinkan
mikroorganisme tetap tumbuh, atau dengan kata lain metabolisme
mikroorganisme tetap aktif (Utami et al., 2001).

5. Carilah 3 metode preservasi yang lain beserta metodenya !


Menurut Machmud (2001), bahwa teknik preservasi dilakukan melalui
beberapa metode, baik untuk preservasi jangka pendek maupun jangka
pendek, antara lain:
 Preservasi dalam tanah steril
Teknik ini mampu menyimpan mikroba selama 20 tahun atau lebih
dengan biaya yang murah dan penyimpanan pada suhu ruang dan
stabilitas genetik mikroba dapat dipertahankan.
a. Tanah yang agak liat diambil dan dihaluskan setra diayak sampai
bersih, partikelnya halus dan homogen
b. Tanah yang sudah kering dan diayak, dimasukan kedalam tabung
atau botol dengan tutup berdrat ukuran 25 ml
c. Tabung yang berisi tanah dimasukan aquades steril hingga
kebasahan 30 – 50% kapasitas lapang, lalu ditutup
0
d. Tanah kemudian diautoklaf dengan suhu 121 C tiga kali
berturut-turut selama tiga hari masing-masing satu jam
e. Suspensi mikroba dibuat dalam larutan pepton steril 2% dalam
aquades
f. Sebanyak 0,1 ml suspense mikroba dimasukan kedalamm tabung
berisi tanah steril
g. Tabung disimpan kembali dalam desikator atau diruang koleksi
h. Uji viabilitas dilakukan secara rutin minimal 1 tahun sekali

 Preservasi dalam minyak mineral (paraffin cair)


Menurut Machmud (2001), bahwa teknik ini merupakan teknik
penyimpanan mikroba yang ditanam pada media agar dan melapisinya
dengan minyak mineral atau paraffin cair. Teknik ini mampu
mempertahankan viabilitas mikroba dalam jangka waktu yang lama
dengan mencegah kekeringan pada media.
a. Penyediaan isolat bakteri dalam media agar miring yang telah
diinkubasi 24 – 48 jam
b. Penyediaan minyak mineral yang telah diautoklaf pada suhu 121
0
C selama 60 menit
c. Minyak mineral dimasukkan kedalam tabung reaksi berisi isolate
bakteri pada media agar miring.
d. Tabung isolate yang telah dilapisi minyak mineral kemudian,
disimpan pada suhu 4 0C
e. Uji viabilitas dan pemeliharaan mikroba dilakukan secara rutin
minimal 1 tahun sekali

 Preservasi secara kriogenik


Badjoeri (2010) menyatakan bahwa, teknik preservasi secara
kriogenik yaitu teknik penyimpanan mikroba dalam media cair dengan
penambahan senyawa krioprotektan (larutan konservatif) dan dibekukan
pada suhu sangat rendah dalam nitrogen cair. Semakin rendah suhu
penyimpan mikroba akan semakin kecil kemungkinan kehilangan
kemampuan viabilitasnya. Penyimpanan pada suhu sangat rendah dapat
dilakukan dengan merendamnya dalam nitrogen cair yang suhunya
mencapai -196 oC. Berbagai mikroba dapat disimpan langsung pada
media tumbuh dengan menambahkan senyawa krioprotektan seperti
gliserol atau dimetilsulfoksida (DMSO) yang dapat mengurangi dampak
negatif akibat pembekuan. Krioprotektan lainnya adalah methanol, gula
sacharida, polyvinyl pyrollidone (PVP). Proses pembekuan pada
kriopreservasi sebaiknya dilakukan secara bertahap hingga mencapai
suhu 0 atau -40 oC, selanjutnya didinginkan secara cepat hingga suhu
akhir mencapai -196oC.
Caranya:
1. Bakteri yang akan disimpan ditumbuhkan pada media agar miring
yang sesuai selama 24-48 jam.
2. Masukkan 5 mL larutan krioprotektan (gliserol 5-10% atau
DMSO 5%) ke dalam tabung agar miring sehingga membentuk
suspensi pekat biakan mikroba atau 1 mL suspensi bakteri
ditumbuhkan pada media cair dalam ampul steril dan diinkubasi
selama 16–18 jam kemudian ditambahkan larutan krioprotektan.
3. Suspensi mikroba dipindahkan sebanyak 0,3–0,4 mL ke dalam
ampul steril dan ditambahkan 0,4 ml larutan krioprotektan,
4. Ampul dipotong (ditutup) dengan api las
5. Suspensi bakteri direndam dalam nitrogen cair (suhu -196 oC)
selama 30 menit
6. Tabung berisi suspensi bakteri disimpan di dalam freezer suhu
-20 oC dan
7. Uji viabilitas dengan mengambil suspensi bakteri dalam ampul
dan ditumbuhkan pada media cair

6. Bagaimana cara mengetahui bahwa bakteri hasil preservasi kita memiliki


kemampuan viabilitas yang baik ?
Viabilitas berarti kelangsungan hidup, aktivitas hidup atau kemungkinan
hidup yang ditunjukkan dengan pertumbuhannya (pada bakteri). Sedangkan
viabilitas adalah kemampuan hidup, daya hidup suatu makhluk hidup yang
dapat ditunjukkan dengan jumlah yang tumbuh ataupun biomassa. Untuk
mengetahui apakah hasil preservasi yang dilakukan memiliki kemampuan
viabilitas yang baik adalah dengan cara mengkultur bakteri yang telah
dipreservasi kedalam media baru dengan indicator waktu selama 1X24 Jam,
apabila didapatkan pertumbuhan yang cepat, baik dan sesuai dengan kultur
asli maka dapat dikatakan bahwa kultur tersebut memiliki viabilitas yang baik
(Winarwi, 2006).
Dalam mengkultur suatu isolat bakteri harus disimpan dengan baik dan
aman serta dilakukan kontrol secara berkala. Viabilitas yang baik adalah
bakteri dapat tumbuh dan memiliki karakter yang sama dengan ketika sebelum
disimpan (Chotiah, dan Natalia 2007).
Kemampuan viabilitas suatu bakteri dapat dilihat ketika bakteri tersebut
ditumbuhkan atau ditanam di media agar yang baru, apabila bakteri tersebut
dapat tumbuh di media agar tersebut dengan baik dan normal serta memiliki
karakteristik serta sifat yang identik dengan kultur induk maka dapat diketahui
bahwa hasil preservasi dilakukan dengan baik (Priadi dan Kusmiati, 2003).
Kimpulan Dan Saran
Kesimpulan

1. Preservasi mikroba merupakan teknik untuk menahan laju aktivitas


metabolisme mikroba. Preservasi mikroba juga merupakan upaya
penyimpanan dan pemeliharaan koleksi atau plasma nutfah mikroba dalam
jangka waktu tertentu dan apabila suatu saat diperlukan dapat dengan
mudah diperoleh kembali dengan kondisi yang relatif stabil dan memiliki
kesamaan karakter dengan kultur aslinya.
2. Tujuan koleksi dan preservasi meliputi tujuan jangka pendek dan jangka
panjang. Preservasi mikroba untuk jangka waktu pendek dapat dilakukan
dengan menggunakan gliserol konsentarasi rendah yaitu 15 % karena jika
lebih dari 15 % maka bakteri akan rusak/ terdenaturasi, jika menggunakan
gliserol kurang dari 15 % maka bakteri yang akan diawetkan tidak bisa
bertahan lama. Sedangkan untuk preservasi mikroba tujuan jangka panjang
dapat dilakukan dengan menggunakan minyak mineral atau parafin cair.
Saran

1. Sebaiknya praktikan selalu memperhatikan kesterilan lingkungan kerja


untuk menghindari kontaminasi
2. Sebaiknya setiap melakukan teknik prervasi selalu dilakukan dengan
teknik aseptik agar kultur yang dipreservasi dapat dihasilkan dengan
maksimal
3. Sebaiknya dalam melakukan kerja, praktikan berhati-hati dalam
menggunakan alat agar tidak terjadi kerusakan
DAFTAR PUSTAKA

Badjoeri, M. 2010. Preservasi Mikroba untuk Pelestarian dan Stabilitas Palsma


Nutfah. Puslit Limnologi. LIPI
Bunyamin, Anas. 2011. Pemanfaatan Gliserol Hasil Samping Produksi Biodiesel
Jarak Pagar Sebagai Komponen Coal Dust Suppressant. IPB. Bogor.
Chotiah, Siti dan Lily, Natalia. 2007. Viabilitas Clostridium spp. Setelah
Konservasi Eksitu dalam Jangka Waktu Lama pada Suhu Kamar. Seminar
Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner.
Huri, Daman, Fithri Choirun Nisa. 2014. Pengaruh Konsentrasi Gliserol Dan
Ekstrak Ampas Kulit Apel Terhadap Karakteristik Fisik Dan Kimia Edible
Film. Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 2 No 4 p.29 – 40.
Lusiastuti, Angela Mariana et al. Potensi Uji Postulat Terhadap Tingkat
Keganasan Streptococcus agalactiae. Prosiding Forum Inovasi Teknologi
Akuakultur.
Machmud, M. 2001. Teknik Penyimpanan dan Pemeliharaan Mikroba. Buletin
ArgoBio Vol.4
Priadi, D., dan Kusmiati. 2003. Kriopreservasi Bakteri Selulolitik Bacillus
pumilus dengan Krioprotektan Berbeda. Cibinong. Bogor.
Poedjiadi,A. 2006. Dasar-dasar Biokimia. Edisi Revisi. Jakarta: UI-Press
Suarsana, I.W., dan SUardana, I.W. 2007. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Asam
Laktat dari Cairan Rumen Sapi Bali sebagai Kandidat Biopreservatif.
Universitas Udayana. Bali.
Utami,T., Harmayani, E., Ngatirah., Rahayu. E. s. 2001. Ketahanan dan
Viabilitas Probiotik Bakteri Asam Laktat Selama Proses Pembuatan
Kultur Kering Dengan Metode Freeze dan Spay Drying. Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta.
Winarwi. 2006. Uji Viabilitas Bakteri Dan Aktivitas Enzim Bakteri Proteolitik
Pada Media Carrier Bekatul. Surakarta: UNS
Yusmarlela. 2009. Studi Pemanfaatan Plastisiser Gliserol Dalam Film Pati Ubi
Dengan Pengisi Serbuk Batang Ubi Kayu. Medan: USU.

DOKUMENTASI
Nilai Akhir:...............................................................................

Nama & Paraf Asisten: ............................................................

Gambar 2. Memanaskan pipet dan


Gambar 1. Memanaskan Jarum Ose memasukkan gliserol kedalam
mikrotube
Gambar 3. Mengambil sampel bakteri Gambar 4. Memasukkan bakteri
dengan jarum ose kedalam mikrotube

Anda mungkin juga menyukai