Anda di halaman 1dari 4

Karakteristik fisiologis buncis

1. Menurut Wulandari (2011), buncis keberadaannya tidak bersifat musiman sehingga


tersedia setiap saat, namun selama penyimpanannya mudah mengalami kerusakan baik
pada suhu kamar maupun suhu dingin, sehingga perlu dilakukan upaya pengemasan dan
penyimpanan dengan baik. Oleh sebab itu, konsumen akan merasa dimudahkan jika
buncis bisa diperdagangkan dalam bentuk kemasan segar
2. Menurut Pitojo (2004), buncis merupakan tanaman legum yang memiliki kemampuan
untuk membentuk hubungan simbiotik dengan bakteri Rhizobium. Bakteri ini dapat
mengikat nitrogen dari udara dan mengubahnya menjadi senyawa yang dapat
dimanfaatkan oleh tanaman sebagai sumber nutrisi.
3. Menurut Cahyono (2007), buncis memiliki kemampuan untuk mengatur konsentrasi gula
dalam daunnya melalui proses regulasi fotosintesis dan transpirasi. Hal ini
memungkinkan buncis untuk mengoptimalkan proses fotosintesis dan mempertahankan
keseimbangan air dalam tubuhnya.
4. Menurut Pitojo, S (2004), buncis memiliki sistem akar yang kuat dan fleksibel yang dapat
menyesuaikan diri dengan perubahan kondisi lingkungan seperti kekeringan dan
kelebihan air. Akar buncis juga memiliki kemampuan untuk menyerap nutrisi dari tanah
dengan efisien.
5. Menurut Putranto (2020), buncis dengan tingkat grade 0 (diameter ≤ 4,8mm) dan grade 1
(diameter >4,8 – 5,8) bila disimpan dalam suhu dingin (10 ° C) Selama 7 Hari masih
memiliki karakteristik warna dan tekstur yang disukai dengan kadar air berkisar antara
90.15-90.38%, total padatan terlarut 8.70° brix dan total asam 0.31%. Dengan demikian
disarankan untuk menggunakan grade buncis yang berukuran diameter kecil untuk
mendapatkan hasil penyimpanan dingin.
6. Menurut Kumar et al. (2013), buncis mengandung senyawa-senyawa bioaktif seperti
flavonoid dan polifenol yang memiliki potensi untuk mencegah dan mengobati penyakit
kronis seperti kanker dan diabetes. Senyawa-senyawa ini juga memiliki sifat antioksidan
yang dapat melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan oksidatif.
Teknologi pasca panen buncis

Penanganan pasca panen untuk menekan bertujuan kehilangan hasil, meningkatkan kualitas,
daya simpan, dan daya guna komoditas pertanian (Setyono, 2010). Permasalahan yang dihadapi
untuk komoditas buncis yaitu seringkali mengalami kerusakan produk akibat pengangkutan hasil
produk dari lapangan. Cara untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan melakukan kegiatan
yang instensif pada setiap tahap mulai dari kegiatan pengangkutan produk dari lapangan,
perlakuan pascapanen dengan mempertimbangkan kondisi lingkungan penyimpanan seperti suhu
dan kelembaban, sampai dengan pemasaran (Agisya, dkk).

Teknologi pasca panen pada buncis bertujuan untuk mempertahankan kualitas produk setelah
panen dan memperpanjang masa simpannya. Beberapa teknologi pasca panen yang dapat
digunakan pada buncis antara lain:

1. Pendinginan: buncis yang telah dipanen dapat dijaga kualitasnya dengan cara
mempertahankan suhu yang dingin. Sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri
dan jamur serta memperlambat proses respirasi. Pendinginan dapat dilakukan dengan
cara merendam buncis dalam air dingin atau menyimpannya di dalam cooler atau cold
storage.
2. Pengemasan: pengemasan yang baik dapat melindungi buncis dari kerusakan fisik dan
kontaminasi mikroba. Buncis dapat dikemas dengan kemasan plastik atau karton, yang
memberikan perlindungan dari guncangan dan tangan yang kotor.
3. Pengeringan: pengeringan juga dapat digunakan pada buncis, terutama pada buncis yang
akan dikeringkan menjadi buncis kering. Proses pengeringan dapat dilakukan dengan
cara alami yaitu dengan mengeringkan buncis di bawah sinar matahari atau dengan
menggunakan mesin pengering.
4. Pengawetan: penggunaan bahan pengawet seperti asam benzoat dan asam sorbat pada
buncis juga dapat membantu menjaga kualitas produk. Bahan pengawet tersebut dapat
menekan pertumbuhan mikroba dan mencegah kerusakan.
5. Pengolahan: pengolahan buncis menjadi produk olahan seperti acar buncis, kalengan atau
buncis kering juga dapat menjadi alternatif teknologi pasca panen. Pengolahan dapat
memperpanjang masa simpan dan nilai tambah produk buncis.
Penerapan teknologi pasca panen yang tepat pada buncis akan membantu menjaga
kualitas produk, memperpanjang masa simpan, dan meningkatkan nilai tambah produk. Hal ini
akan meningkatkan keuntungan bagi petani dan industri pengolahan buncis.
DAFTAR PUSTAKA

Agisya, S., Fatih, C., & Saty, F. M. (2018). Pengelolaan Pascapanen Buncis Super di Gabungan
Kelompok Tani Laxyz Kabupaten Bandung Barat. Karya Ilmiah Mahasiswa.

Cahyono, B. 2007. Kacang Buncis Teknik Budidaya Dan Analis Usaha Tani. Kanisius.
Yogyakarta

Kumar, S. & Pandey, A., 2013, Chemistry and Biological Activities of Flavonoids: An
Overview. The ScientificWorld Journal. 2013, 1-16

Pitojo, S., (2004). Benih Buncis. Kanisuis:Yogyakarta.

Putranto, Kelik. (2020). Mempelajari Karakteristik Berbagai Grade Buncis (Phaseolus Vulgaris
L) Varietas Lokal selama Penyimpanan Dingin 7 Hari. Agritekh (Jurnal Agribisnis Dan
Teknologi Pangan), 1(01), 59-71.

Setyono, Agus. 2010. Perbaikan Tehnologi Pasca Panen Dalam Upaya Menekan Kehilangan
Hasil Padi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi: Subang.

Wulandari, P. (2011). Budidaya Tanaman Buncis (Phaseolus Vulgaris L.) untuk Benih di Kebun
Benih Hortikultura Bandungan.

Anda mungkin juga menyukai