Dosen Pembimbing
OLEH:
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena
makalah Trasnkripsi dan Translasi ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu.
Makalah ini merupakan salah satu tugas dari mata kuliah Bioteknologi Pertanian
semester VI. makalah ini yang berjudul “Penyimpanan Gabah”.
Penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Akhir
kata, penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui teknologi penyimpanan gabah baik secara tradisional
dan moderen
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Gabah
Gabah dimanfaatkan sebagai bahan pangan yang diolah menjadi beras.
Beras merupakan bahan pangan pokok bagi masyarakat Indonesia. Oleh karena
itu, gabah menjadi komoditas perdagangan yang sangat penting sehingga perlu
diperhatikan. Salah satu aspek pascapanen yang penting dalam produksi beras
adalah penyimpanan (Hung, et al., 2009). Gabah yang disimpan pada proses
penyimpanan akan mengalami proses respirasi yang menghasilkan energi panas.
Energi panas yang terakumulasi mengakibatkan suhu pada ruang penyimpanan
akan melebihi dari suhu ideal penyimpanan yaitu berkisar antara 15 0C hingga 21
0C. Suhu yang tinggi pada ruang penyimpanan dapat menyebabkan terjadinya
perubahan sifat kimia pada gabah dengan suhu yang berkisar antara 30 0C hingga
40 0C. Dengan demikian untuk mendapatkan suhu penyimpanan yang ideal perlu
dilakukan penyimpanan pada tempat yang dapat dikendalikan suhu dan
kelembabannya (Hall, 1970).
Ada beberapa cara penyimpanan gabah, agar gabah tidak mudah rusak ataupun
mengurangi gangguan dari serangga-serangga yang dapat menurunkan mutu,
beberapa cara tersebut yaitu :
Penyimpanan Secara Tradisional
Penyimpanan secara tradisional sering digunakan oleh para petani.
Penyimpanan secara tradisonal ini dapat dilakukan dengan penyimpanan gabah di
dalam lumbung ataupun didalam karung.
Penyimpanan gabah di dalam lumbung dapat dilakukan dengan sistem
curah, yaitu gabah yang sudah kering dicurahkan pada suatu tempat (lumbung)
yang dianggap aman dari ganggunan hama mau pun cuaca. Gabah yang akan di
simpan ini adalah gabah yang dalam keadaan kering dan sejuk (tidak panas) dan
diupayakan gabah yang disimpannya itu bebas dari ganggunan serangga hama
gudang, gangguan tikus, burung atau gangguan lainnya. Sebelum melakukan
penyimpanan, gabah dan lumbung harus dibersihkan terlebih dahulu. Gabah harus
dibersihkan dari debu, kotoran maupun dari serangga hama sedangkan lumbung
untuk penyimpanan harus dipersiapkan terlebih dahulu dengan pembersihan
lumbung dari kotoran, hama, dan sisa gabah sebelumnya. Jika lumbung dalam
keadaan kotor maka tikus akan mudah menyerang, untuk pencegahan pengganggu
berupa tikus dapat juga menggunakan alat perangkap, untuk penggunaan pestisida
digunakan jika diperlukan saja.
Sedangkan penyimpanan gabah menggunakan kemasan karung, terlebih
dahulu kita harus memperhatikan karung yang akan menjadi tempat penyimpanan
gabah. Aspek-aspek yang perlu diperhatikan yaitu:
1. kemasan karung harus dapat melindungi gabah dari kerusakan dalam
pengangkutan dan atau penyimpanan.
2. kemasan karung tidak boleh mengakibatkan kerusakan atau pencemaran
terhadap gabah yang disimpannya. Oleh karena itu bahan kemasan/ karung dan
karung tidak membawa organisme pengganggu tanaman seperti serangga hama
3. kemasan karung harus kuat, dapat menahan tumpukan dan melindungi fisik dan
tahan terhadap goncangan serta dapat mempertahankan keseragaman.
Penyimpanan menggunakan karung tidak lepas dari kekurangan tetapi juga
mempunyai kelebihan. Kelebihan dari penyimpanan menggunakan karung ini
adalah gabah dapat diaerasi secara alami karena karung memiliki lubang-lubang
kecil, kemudian selain itu karung dapat diberikan label dan diisi gabah dari
berbagai jenis sehingga dapat disimpan secara terpisah misalnya gabah untuk
benih disimpan secara terpisah dengan gabah untuk konsumsi, kelebihan yang
selanjutnya adalah karung mudah dipindah-pindah dan dapat disimpan di rumah,
Sedangkan untuk kekurangannnya yaitu karung mudah rusak, maka dapat
dikatakan relatif mahal karena hanya bisa dipakai satu atau dua kali saja,
disamping itu juga tidak dapat melindungi dari ancaman air, serangga ataupun
hama tikus.
Adapun langkah-langkah penyimpanan gabah menggunakan karung yaitu
Gabah dikeringkan terlebih dahulu sampai kadar airnya berkisar anatara 12 – 14%
kemudian karung untuk penyimpanan dibersihkan agar bebas dari hama dan
penyakit. Selanjutnya gabah yang telah kering tersebut dimasukkan ke dalam
karung yang sudah bersih, kondisi gabah diperiksa setiap 2 minggu, jangan
sampai gabah menjadi panas, bau, berkutu dan sebagainya. Karung tempat
pengemasan gabah jangan ditaruh langsung diatas lantai atau menempel dinding
gudang, hal tersebut untuk menjaga agar gabah tidak lembab. Dan langkah yang
terakhir yaitu tumpukan karung disusun secara rapi dan upayakan ada sirkulasi
udara yang baik.
Penyimpanan Modern
Penyimpanan secara modern ini dapat berupa penyimpanan tertutup/
hermetic (kedap udara), penyimpanan dengan cara ini jarang digunakan oleh para
petani. Penyimpanan kedap udara ini mencakup penempatan gabah ke dalam
wadah yang menghentikan pergerakan udara (oksigen) serta air antar atmosfir luar
dan gabah yang disimpan. Salah satu teknik penyimpanan curah modern yang
sudah diterapkan di negara-negara maju di dunia adalah penyimpanan gabah di
dalam silo. Silo adalah struktur yang digunakan untuk menyimpan bahan curah
(bulk materials). Sebagai alternatif penyimpanan dalam karung, penyimpanan
curah memiliki beberapa kelebihan seperti dapat diterapkannya peralatan
mekanis, penanganan yang cepat, kehilangan kecil, biaya operasional rendah.
Penyimpanan kedap udara ini dapat menggunakan karung super IRRI,
Peengemasn dengan karung ini, tidak digunakan langsung akan tetapi sebagai
pelapis dalam karung pengemasan seperti karung goni ataupun karung plastik.
Jenis karung ini dirancang untuk menyinpan gabah/ benih sampai 50 kg.
Karung super IRRI tersebut dapat memperpanjang masa kecambah benih
untuk masa tanam hingga mencapai 12 bulan atau dapat menjaga viabilitas gabah
serta menjaga kualitas gabah karena dengan penyimpanan kedap udara ini dapat
menjaga stabilitas kandungan air gabah. Selain itu dapat mengendalikan hama
serangga digudang tanpa menggunakan insektisida, hal tersbut dapat terjadi
karenakarung super IRRI dapat mengurangi aliran oksigen ataupun uap air ke
udara luar.Jika ditutup dengan baik, respirasi (penguapan) gabah dapat ditekan.
Dengan terjadinya pengurangan tingkat oksigen ini maka akan dapat menekan
daya hidup serangga. Selain itu, stabilitas pengendalian kandungan air gabah
didalam karung menjaga tingkat kebasahan dan kekeringan dari gabah.
Penyimpanan menggunakan karung ini dilakukan dengan terlebih dahulu
memasukkan karung super IRRI tersebut kedalam karung goni atau karung plastik
yang biasa digunakan untuk menyimpan gabah kemudian karung super diisi
dengan gabah kering dengan kadar air kurang dari 14%. Selanjutnya udara diatas
gabah dihilangkan dengan menguatkan ikatannya, karung ditutup dengan cara
memelintir bagian atas plastik, kemudian lipat menjadi dua. Selanjutnya, ikat
ujungnya dengan karet atau selotip yang kuat. Dan langkah yang terakhir tutup
bagian luar karung dengan hati-hati agar gabah yang disimpannya itu tidak
menusuk atau membuat karung super IRRI bocor.
Gambar rancangan alat silo ini dapat dilihat pada
2
3
4
5
8 7
4.1. Kesimpulan
Penyimpanan secara tradisional sering digunakan oleh para petani.
Penyimpanan secara tradisonal ini dapat dilakukan dengan penyimpanan gabah di
dalam lumbung ataupun didalam karung.
Penyimpanan secara modern ini dapat berupa penyimpanan tertutup/
hermetic (kedap udara), penyimpanan dengan cara ini jarang digunakan oleh para
petani. Penyimpanan kedap udara ini mencakup penempatan gabah ke dalam
wadah yang menghentikan pergerakan udara (oksigen) serta air antar atmosfir luar
dan gabah yang disimpan. Salah satu teknik penyimpanan curah modern yang
sudah diterapkan di negara-negara maju di dunia adalah penyimpanan gabah di
dalam silo.
DAFTAR PUSTAKA
Hall, C. W. 1970. Handling and storage of food in tropical and sub tropic area.
FAO. Rome.
Hung, R., dan A.R. Dewi. 2009. Kajian Pengaruh Penyimpanan Benih
Berdasarkan Varietas Padi. Jurnal Keteknikan Pertanian. Vol. 23 No. 2:
119 - 124.
Imdad dan Nawangsih., 2007. Perbedaan Bahan Kemasan dan Periode Simpan
dan Pengaruhnya terhadap kadar Air Benih dalam ruang simpan terbuka .
Jurnal Buletin Teknik Pertanian, Vol 12 (01) 81 – 91.
Rahayu, S., Prestyaning, Y., & Kobarsih, Mahargono., 2011. Penyimpanan Benih
Padi Menggunakan Berbagai Jenis Pengemas. Jurnal Argin, Vol 15 (01)
36 – 44.
Yani, A., 2008. Analisis Indeks Kerusakan Penyimpanan Benih Padi dalam
Menunjang Ketahanan pangan di provinsi Lampung. Prosiding Seminar
Nasional Sains dan Teknologi II – 2008. Universitas Lampung.