Anda di halaman 1dari 14

Makalah pasca panen

Teknologi penyimpanan gabah

Dosen Pembimbing

Amda Resdiar,, SP., M.Si

OLEH:

 Andrian firdiansa  Nevi sry wahyunita


 Fazli rika  Yulia
 M. Misbahul Kautsar  Yunarti
 Mesi diana

JURUSAN AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS TEUKU UMAR

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena
makalah Trasnkripsi dan Translasi ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu.
Makalah ini merupakan salah satu tugas dari mata kuliah Bioteknologi Pertanian
semester VI. makalah ini yang berjudul “Penyimpanan Gabah”.
Penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Akhir
kata, penulis mengucapkan terima kasih.

Meulaboh, 24 April 2019

Penulis
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Panen padi dilakukan setahun tiga kali, sementara beras harus dicukupi
setiap hari untuk itu dibutuhkan penyimpanan besar agar kebuutuhan pangan bisa
tercukupi secara berkelanjutan. Untuk menjaga mutu beras yang dihasilkan perlu
adanya pentimpanan beras yang baik, oleh karena itu pengaruh penyimpanan
terhadap kualitas beras diperlukan guna mengetahui perubahan sifat fisik selama
penyimpanan. Gudang sebagai tempat penyimpanan yang merupakan salah satu
langkah didalam galur teknologi lepas panen sebelum bahan pangan tiba ditangan
konsumen, ternyata sangat berpengaruh terhadap kualitas bahan yang disimpan.
Penurunan kualitas yang terjadi selama masa penyimpanan dapat menimbulkan
kerugian yang tidak kecil. Sistem yang selama ini digunakan untuk menyimpan
bahan pangan adalah sistem penyimpanan karung (bag store), cara penyimpanan
ini digunakan oleh banyak negara berkembang karena masih dianggap lebih
menguntungkan dari pada sistem penyimpanan bentuk curah (bulk storage). Hal
ini terutama apabila bahan yang disimpan adalah beras giling, beras tidak akan
mudah rusak dan menjadi kotor oleh karena prroses handling seperti pada sistem
penyimpanan curah.
Seiring berkembangnya zaman maka penyimpanan untuk bahan pangan ini
dapat berkembang dengan baik. Sering perubahan zaman, dimana tempat
penyimpanan ini berupa silo yang muatannya besar dan dapat menyimpan hasil
panen yang banyak sehingga tidak perlu menggunakan karung lagi karena untuk
panen yang besar akan banyak pula menggunakan karung sedangkan jika
menggunkakan penyimpanan berupa silo dapat menampung hasil panen yang
besar. Silo juga diatur sesuai kadar air, kelembapan pada biji – bijian sehingga
kerusakan yang terjadi pada bijian berkurang.
Silo merupakan sebuah tempat penyimpanan bahan atau material yang
berupa butiran maupun cairan yang berbentuk silinder maupun persegi panjang.
Biasanya penyimpanan didalam silo pasti dalam bentuk curah. Sebagian besar
bahan – bahan yang disimpan di dalam silo adalah hasil pertanian, hasil tambang,
pengolahan mineral , bahan – bahan kimia dan bahan – bahan industri lainnya.
Silo biasanya digunakan untuk penyimpanan jangka pendek namun demikian silo
juga bisa digunakan dalam jangka panjang. Pemakaian silo tidak terbatas hanya
untuk bahan – bahan jadi, namun juga untuk bahan – bahan mentah dan setengah
jadi. Tempat untuk menyimpan bahan granular terdiri dari dua jenis utama silo
dan bunker. Perbedaan penting antara keduanya adalah dalam perilaku bahan
disimpan. Perbedaan perilaku dipengaruhi oleh geometri dan karakteristik dari
bahan yang disimpan. Tekanan material pada dinding dan lantai biasanya
ditentukan oleh salah satu metode untuk silo atau bunker. Silo dan bunker dibuat
dari bermacam-macam material struktur. Beton merupakan material yang sering
dipakai untuk kedua struktur tersebut. Beton dapat memberikan perlindungan
yang diperlukan untuk bahan disimpan, memerlukan sedikit perawatan, yang
estetis, dan relatif bebas dari bahaya struktural tertentu (seperti tekuk atau berubah
bentuk/penyok) yang mungkin terjadi pada silo atau bunker dengan bahan tipis.

1.2 Tujuan
Untuk mengetahui teknologi penyimpanan gabah baik secara tradisional
dan moderen
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gabah
Gabah dimanfaatkan sebagai bahan pangan yang diolah menjadi beras.
Beras merupakan bahan pangan pokok bagi masyarakat Indonesia. Oleh karena
itu, gabah menjadi komoditas perdagangan yang sangat penting sehingga perlu
diperhatikan. Salah satu aspek pascapanen yang penting dalam produksi beras
adalah penyimpanan (Hung, et al., 2009). Gabah yang disimpan pada proses
penyimpanan akan mengalami proses respirasi yang menghasilkan energi panas.
Energi panas yang terakumulasi mengakibatkan suhu pada ruang penyimpanan
akan melebihi dari suhu ideal penyimpanan yaitu berkisar antara 15 0C hingga 21
0C. Suhu yang tinggi pada ruang penyimpanan dapat menyebabkan terjadinya
perubahan sifat kimia pada gabah dengan suhu yang berkisar antara 30 0C hingga
40 0C. Dengan demikian untuk mendapatkan suhu penyimpanan yang ideal perlu
dilakukan penyimpanan pada tempat yang dapat dikendalikan suhu dan
kelembabannya (Hall, 1970).

2.2. Jenis – Jenis Penyimpanan


Menurut macam dan bentuk bahan yang disimpan, macam – macam sistem
penyimpanan bijian antara lain :
a. Sistem gedengan
Pada sistem ini bahan yang disimpan berbentuk ikatan – ikatan yang butir
bijnya belum dilepaskan dari tangkainya.
b. Sistem Curah
Bahan – bahan yang disimpan berbentuk butiran yang telah terlepas dari
tangkainya atau yang sudah terkupas dari kulitnya. Butir – butir ini dituangkan
langsung kedalam tempat penyimpanan.
c. Sistem karungan
Bahan yang disimpan terlebih dahulu dimasukkan kedalam karung
kemudian karung – karung tersebut ditumpuk didalam tempat penyimpanan.
Beberapa macam media penempatan yang biasa digunakan untuk bahan –
bahan yang disimpan adalah sebagai berikut :
a. Lantai
Lantai merupakan media penyimpanan hasil pertanian dalam keadaan curah
atau onggokan (bulk). Bangunan lantai sederhana dapat berupa lantai tanah yang
dipadatkan dan letaknya dapat didalam maupun diluar bangunan penyimpanan.
Lantai bentuk permanen berupa lantai yang permukaannya diperkeras dengan
semen olahan atau tegel. Dasar onggokan dapat dilapisi dengan plastik, tikar,
karung atau dedaunan kering. Tujuan agar bahan yang berada pada tumpukan
paling bawah tidak mudah lembab.
b. Rak
Rak merupakan media yang dapat dipergunakan untuk menyimpan hasil
pertanian dengan cara dihamparkan. Rak dapat memberi keadaan yang lebih baik
karena seluruh permukaan bahan memperoleh udara segar yang dapat menjaga
mutu bahan.
c. Kemasan
Kemasan adalah wadah atau media yang dimaksudkan untuk mempermudah
pengaturan, pengangkutan, penempatan dari dan ke tempat penyimpanan serta
memberi perlindungan pada bahan secara awal. Beberapa media kemasan yang
umum digunakan yaitu kaarung, silo, kotak kayu besar, keranjang bamboo, tong,
gentong (belanga besar), kaleng, kantung kedap udara dan box Styrofoam . dasar
tumpukan kemasan ditopang dengan menggunakan kayu balok yang dibentuk,
batu bata dan alat penumpu lainnya.

2.4. Fungsi dan Peranan Bangunan Penyimpanan


Kelayakan rancangan fungsional bangunan dilihat pada kemampuannya
untuk menjaga kualitas dan kuantitas beras selama penyimpanan. Berikut adalah
beberapa fungsi dan peranan bangunan penyimpanan (Setyono, 2003) yaitu:
a. Melindungi dari pengaruh langsung sinar matahari diwaktu siang.
b. Melindungi dari pengaruh langsung air hujan dan embun (kontaminasi
dengan air).
c. Mencegah dan mengurangi kehilangan dan kerusakan biji-bijian akibat
serangan tikus, serangga, burung, dan hama lainnya.
d. Menghambat pertumbuhan dan perkembangan hama dan penyakit yang dapat
menyerang bijibijiaan.
e. Menghindarkan dari pencurian.
f. Memungkinkan dilakukannya pengendalian suhu, kelembaban, dan peredaran
udara dengan sebaik-baiknya.
g. Memungkinkan pemberian perlakuan yang dibutuhkan, seperti fumigasi dan
lain-lain.
h. Memungkinkan dilaksanakannya pendistribusian dengan lebih teratur, baik
dari segi jumlah atau waktu.

2.5. Tipe – tipe Bangunan Penyimpanan


Tipe-tipe bangunan penyimpanan yang ada antara lain:
a. Tipe Lantai Datar. Tipe ini masih umum digunakan untuk penyimpanan padi,
gabah, atau beras seperti gudang. Sebenarnya tipe ini khusus untuk sistem
penyimpanan secara karungan, namun banyak pula digunakan untuk
penyimpanan curah atau gedengan.
b. Tipe Silo. Tipe ini semula diperuntukkan bagi penyimpanan rumput kering
makanan ternak (silage) di Amerika dan Eropa. Kemudian tipe ini digunakan
pula untuk penyimpanan hasil-hasil pertanian yang berbentuk biji-bijian seperti
gandum, sorghum, dan serealia lainnya. Tipe silo ini dirancang khusus untuk
penyimpanan secara curah.
c. Tipe Panggung. Tipe ini hampir merata digunakan di pedesaan, seperti di
Indonesia. Umumnya dipakai untuk penyimpanan padi atau gabah, dan jarang
digunakan untuk penyimpanan beras atau biji-bijian lainnya. Di Indonesia
sangat dikenal dengan nama Lumbung. Di Amerika atau Eropa dinamakan Bin.
Dinamakan tipe panggung karena lantai tidak langsung terletak diatas tanah
atau pondasi tetapi antara lantai dan tanah terdapat ruang sehingga lantai lebih
tinggi seperti panggung. Dilihat dari gaya arsitekturnya, tiap daerah memiliki
ciri khas masing-masing, dan merupakan kebudayaan warisan nenek moyang.
PEMBAHASAN

Ada beberapa cara penyimpanan gabah, agar gabah tidak mudah rusak ataupun
mengurangi gangguan dari serangga-serangga yang dapat menurunkan mutu,
beberapa cara tersebut yaitu :
 Penyimpanan Secara Tradisional
Penyimpanan secara tradisional sering digunakan oleh para petani.
Penyimpanan secara tradisonal ini dapat dilakukan dengan penyimpanan gabah di
dalam lumbung ataupun didalam karung.
Penyimpanan gabah di dalam lumbung dapat dilakukan dengan sistem
curah, yaitu gabah yang sudah kering dicurahkan pada suatu tempat (lumbung)
yang dianggap aman dari ganggunan hama mau pun cuaca. Gabah yang akan di
simpan ini adalah gabah yang dalam keadaan kering dan sejuk (tidak panas) dan
diupayakan gabah yang disimpannya itu bebas dari ganggunan serangga hama
gudang, gangguan tikus, burung atau gangguan lainnya. Sebelum melakukan
penyimpanan, gabah dan lumbung harus dibersihkan terlebih dahulu. Gabah harus
dibersihkan dari debu, kotoran maupun dari serangga hama sedangkan lumbung
untuk penyimpanan harus dipersiapkan terlebih dahulu dengan pembersihan
lumbung dari kotoran, hama, dan sisa gabah sebelumnya. Jika lumbung dalam
keadaan kotor maka tikus akan mudah menyerang, untuk pencegahan pengganggu
berupa tikus dapat juga menggunakan alat perangkap, untuk penggunaan pestisida
digunakan jika diperlukan saja.
Sedangkan penyimpanan gabah menggunakan kemasan karung, terlebih
dahulu kita harus memperhatikan karung yang akan menjadi tempat penyimpanan
gabah. Aspek-aspek yang perlu diperhatikan yaitu:
1. kemasan karung harus dapat melindungi gabah dari kerusakan dalam
pengangkutan dan atau penyimpanan.
2. kemasan karung tidak boleh mengakibatkan kerusakan atau pencemaran
terhadap gabah yang disimpannya. Oleh karena itu bahan kemasan/ karung dan
karung tidak membawa organisme pengganggu tanaman seperti serangga hama
3. kemasan karung harus kuat, dapat menahan tumpukan dan melindungi fisik dan
tahan terhadap goncangan serta dapat mempertahankan keseragaman.
Penyimpanan menggunakan karung tidak lepas dari kekurangan tetapi juga
mempunyai kelebihan. Kelebihan dari penyimpanan menggunakan karung ini
adalah gabah dapat diaerasi secara alami karena karung memiliki lubang-lubang
kecil, kemudian selain itu karung dapat diberikan label dan diisi gabah dari
berbagai jenis sehingga dapat disimpan secara terpisah misalnya gabah untuk
benih disimpan secara terpisah dengan gabah untuk konsumsi, kelebihan yang
selanjutnya adalah karung mudah dipindah-pindah dan dapat disimpan di rumah,
Sedangkan untuk kekurangannnya yaitu karung mudah rusak, maka dapat
dikatakan relatif mahal karena hanya bisa dipakai satu atau dua kali saja,
disamping itu juga tidak dapat melindungi dari ancaman air, serangga ataupun
hama tikus.
Adapun langkah-langkah penyimpanan gabah menggunakan karung yaitu
Gabah dikeringkan terlebih dahulu sampai kadar airnya berkisar anatara 12 – 14%
kemudian karung untuk penyimpanan dibersihkan agar bebas dari hama dan
penyakit. Selanjutnya gabah yang telah kering tersebut dimasukkan ke dalam
karung yang sudah bersih, kondisi gabah diperiksa setiap 2 minggu, jangan
sampai gabah menjadi panas, bau, berkutu dan sebagainya. Karung tempat
pengemasan gabah jangan ditaruh langsung diatas lantai atau menempel dinding
gudang, hal tersebut untuk menjaga agar gabah tidak lembab. Dan langkah yang
terakhir yaitu tumpukan karung disusun secara rapi dan upayakan ada sirkulasi
udara yang baik.
 Penyimpanan Modern
Penyimpanan secara modern ini dapat berupa penyimpanan tertutup/
hermetic (kedap udara), penyimpanan dengan cara ini jarang digunakan oleh para
petani. Penyimpanan kedap udara ini mencakup penempatan gabah ke dalam
wadah yang menghentikan pergerakan udara (oksigen) serta air antar atmosfir luar
dan gabah yang disimpan. Salah satu teknik penyimpanan curah modern yang
sudah diterapkan di negara-negara maju di dunia adalah penyimpanan gabah di
dalam silo. Silo adalah struktur yang digunakan untuk menyimpan bahan curah
(bulk materials). Sebagai alternatif penyimpanan dalam karung, penyimpanan
curah memiliki beberapa kelebihan seperti dapat diterapkannya peralatan
mekanis, penanganan yang cepat, kehilangan kecil, biaya operasional rendah.
Penyimpanan kedap udara ini dapat menggunakan karung super IRRI,
Peengemasn dengan karung ini, tidak digunakan langsung akan tetapi sebagai
pelapis dalam karung pengemasan seperti karung goni ataupun karung plastik.
Jenis karung ini dirancang untuk menyinpan gabah/ benih sampai 50 kg.
Karung super IRRI tersebut dapat memperpanjang masa kecambah benih
untuk masa tanam hingga mencapai 12 bulan atau dapat menjaga viabilitas gabah
serta menjaga kualitas gabah karena dengan penyimpanan kedap udara ini dapat
menjaga stabilitas kandungan air gabah. Selain itu dapat mengendalikan hama
serangga digudang tanpa menggunakan insektisida, hal tersbut dapat terjadi
karenakarung super IRRI dapat mengurangi aliran oksigen ataupun uap air ke
udara luar.Jika ditutup dengan baik, respirasi (penguapan) gabah dapat ditekan.
Dengan terjadinya pengurangan tingkat oksigen ini maka akan dapat menekan
daya hidup serangga. Selain itu, stabilitas pengendalian kandungan air gabah
didalam karung menjaga tingkat kebasahan dan kekeringan dari gabah.
Penyimpanan menggunakan karung ini dilakukan dengan terlebih dahulu
memasukkan karung super IRRI tersebut kedalam karung goni atau karung plastik
yang biasa digunakan untuk menyimpan gabah kemudian karung super diisi
dengan gabah kering dengan kadar air kurang dari 14%. Selanjutnya udara diatas
gabah dihilangkan dengan menguatkan ikatannya, karung ditutup dengan cara
memelintir bagian atas plastik, kemudian lipat menjadi dua. Selanjutnya, ikat
ujungnya dengan karet atau selotip yang kuat. Dan langkah yang terakhir tutup
bagian luar karung dengan hati-hati agar gabah yang disimpannya itu tidak
menusuk atau membuat karung super IRRI bocor.
Gambar rancangan alat silo ini dapat dilihat pada

2
3

4
5

8 7

Gambar 3.2. Bagian-bagian silo


No Nama Ukuran Fungsi
1 Besi pembatas Diameter 5 cm Membatasi pegawai yang bekerja
Tinggi 1 m di atas silo
2 Hopper Diameter 1 m Lubang masuk gabah yang akan
disimpan di dalam silo
3 Tabung silo Diameter 3 m Badan utama silo tempat gabah
Tinggi 6 m disimpan
4 Konveyor Lebar 50 cm Alat untuk memasukkan dan
Panjang 15 m mengangkat gabah dari bawah ke
Sudut 45o atas hingga ke dalam silo
5 Tangga Besi siku tebal 3 Alat untuk memanjat silo
cm
6 Kerucut Diameter 3 m Tempat penyimpanan sekaligus
Tinggi 2 m mengarahkan gabah ke pipa
pengeluaran
7 Penyangga konveyor Diameter 3 cm Menyangga konveyor pada saat
operasi
8 Pipa pengeluaran Diameter 25 cm Saluran tempat keluarnya gabah
Panjang 50 cm yang telah disimpan
9 Kaki silo Diameter 20 cm Menyangga tegaknya silo
Tinggi 4 m
KESIMPULAN

4.1. Kesimpulan
Penyimpanan secara tradisional sering digunakan oleh para petani.
Penyimpanan secara tradisonal ini dapat dilakukan dengan penyimpanan gabah di
dalam lumbung ataupun didalam karung.
Penyimpanan secara modern ini dapat berupa penyimpanan tertutup/
hermetic (kedap udara), penyimpanan dengan cara ini jarang digunakan oleh para
petani. Penyimpanan kedap udara ini mencakup penempatan gabah ke dalam
wadah yang menghentikan pergerakan udara (oksigen) serta air antar atmosfir luar
dan gabah yang disimpan. Salah satu teknik penyimpanan curah modern yang
sudah diterapkan di negara-negara maju di dunia adalah penyimpanan gabah di
dalam silo.
DAFTAR PUSTAKA

Hall, C. W. 1970. Handling and storage of food in tropical and sub tropic area.
FAO. Rome.

Hung, R., dan A.R. Dewi. 2009. Kajian Pengaruh Penyimpanan Benih
Berdasarkan Varietas Padi. Jurnal Keteknikan Pertanian. Vol. 23 No. 2:
119 - 124.

Imdad dan Nawangsih., 2007. Perbedaan Bahan Kemasan dan Periode Simpan
dan Pengaruhnya terhadap kadar Air Benih dalam ruang simpan terbuka .
Jurnal Buletin Teknik Pertanian, Vol 12 (01) 81 – 91.

Rahayu, S., Prestyaning, Y., & Kobarsih, Mahargono., 2011. Penyimpanan Benih
Padi Menggunakan Berbagai Jenis Pengemas. Jurnal Argin, Vol 15 (01)
36 – 44.

Setyono, A. 2003. Evaluasi Mutu Beras Berbagai Varietas Padi di Indonesia.


Balitpa. Sukamandi.

Yani, A., 2008. Analisis Indeks Kerusakan Penyimpanan Benih Padi dalam
Menunjang Ketahanan pangan di provinsi Lampung. Prosiding Seminar
Nasional Sains dan Teknologi II – 2008. Universitas Lampung.

Anda mungkin juga menyukai