Anda di halaman 1dari 3

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Anggrek merupakan salah satu tanaman hias yang sangat prospektif sebagai

komoditas non migas. Anggrek termasuk ke dalam famili Orchidaceae,

suatu famili yang sangat besar dan sangat bervariasi. Famili ini terdiri dari 200 genus

dan tidak kurang dari 80.000 spesies. Bunga anggrek dimanfaatkan sebagai bunga

pot, bunga potong dan tanaman taman. Anggrek Dendrobium menarik minat para

penggemar tanaman hias karena mempunyai warna, bentuk dan ukuran yang sangat

beragam, serta mempunyai daya tahan kesegaran bunga lebih lama sebagai bunga

potong (Gunawan, 2007).

Perbanyakan tanaman secara vegetatif merupakan alternatif untuk

mendapatkan tanaman baru yang mempunyai sifat sama dengan induknya dalam

jumlah besar. Namun, Perbanyakan secara vegetatif dengan sistem konfensional,

umumnya masih memerlukan waktu yang cukup lama. Oleh karena itu, untuk

mengembangkan sistem perbanyakan tanaman secara vegetatif yang lebih cepat

dengan hasil yang lebih banyak lagi, yaitu dengan sistem kultur jaringan.

Teknik perbanyakan tanaman anggrek yang telah lazim dilakukan adalah

dengan mengecambahkan biji-biji anggrek secara in vitro dengan metode kultur

jaringan, yaitu dalam bentuk bibit dalam botol atau kultur biji (Sriyanti, 2007).

Setelah biji berkecambah menjadi protokorm, maka penumbuhan protokorm

menjadi seedling yang cukup besar untuk dapat diaklimatisasi, umumnya dilakukan

secara in vitro melalui beberapa kali subkultur ke media yang baru. Pelaksanaan
1
2

teknik kultur jaringan memerlukan prasyarat untuk mendukung kehidupan jaringan

yang dibiakkan yaitu wadah dan media yang steril. Media merupakan tempat

jaringan untuk tumbuh dan memperoleh nutrisi dan energi yang mendukung

kehidupan jaringan. Media tumbuh dapat berupa media cair, media padat atau semi

padat.

Media kultur yang biasa digunakan dalam kultur jaringan anggrek merupakan

media yang teramu dalam media MS (Murashige and Skoog), VW (Vacin and Went)

dan Knudson. Media tersebut mengandung unsur hara kimia makro nutrien, mikro

nutrien, gula, vitamin, ZPT (Zat Pengatur Tumbuh) auksin dan Sitokinin (Sriyanti,

2007).

Menurut Gunawan (2004), media Knudson C dapat diganti dengan media pupuk

daun. Unsur hara dalam media anggrek botolan diserap secara sedikit demi sedikit

untuk keperluan hidup anggrek.

Penelitian yang dilakukan Andalasari et al (2014) menunjukkan hasil bahwa

emberian pupuk Gandasil dengan konsentrasi 2 g/lt pada tanaman anggrek

Dendrobium lebih baik terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, dan lebar daun

dibandingkan dengan pemberian pupuk Hyponex. Namun di sisi lain, kendala yang di

temui dalam pelaksanaan kultur jaringan adalah tanaman hasil kultur jaringan sering

berbeda dengan tanaman induknya atau dapat mengalami mutasi. Oleh karena itu

subkultur yang merupakan pemindahan kultur atau planlet dari media lama ke media

baru setelah suatu masa kultur untuk memproleh pertumbuhan baru yang diinginkan.
3

1.2. Tujuan Praktek Lapang

1. Untuk mengetahui tahapan dan proses subkultur anggrek pada media pupuk

daun (Gandasil D).

2. Mengetahui pertumbuhan kultur baru setelah dilakukan subkultur anggrek

pada media pupuk daun.

3. Sebagai bahan studi perbandingan ilmu tioritis akademis terhadap realisasi

penerapan keilmuan dilapangan.

1.3. Manfaat Praktek Lapang

1. Mahasiswa dapat menambah pengetahuan tentang subkultur anggrek

dendrobium dengan menggunakan media pupuk daun.

2. Mahasiswa memperoleh perbandingan antara tioritis yang diperoleh dibangku

kuliah dengan penerapan yang dilakukan secara langsung.

Anda mungkin juga menyukai