Anda di halaman 1dari 3

Kelompok 3:

 M.Misbahul Kautsar
 Muhajjal
 Nurajni
 Nurhasanah
 Oti Maya Sari

PENGENDALIAN HAYATI DAN EVALUASI


(MEKANISME APH MENGENDALIKAN HAMA DAN GULMA, DAN
TEKNIK EVALUASI)

Pengendalian hayati (Biological Control) sifatnya lebih dekat dengan kepentingan


manusia. Artinya, pengendalian organisme yang mengganggu manusia dengan musuh
alaminya disebut pengendalian hayati. Di dalam definisi ini terkandung dua kata penting,
yaitu hama dan manusia. Artinya, jika organisme tersebut tidak “mengganggu” atau
“merugikan” manusia, maka setiap musuh alami yang menyerang dan makan padanya tidak
disebut sebagai agensia pengendali hayati, tetapi agensia pengendali alami. Di dalam
pengendalian hayati juga terjadi campur tangan manusia, meliputi manipulasi jenis,
keragaman, dan kemelimpahan musuh alami yang cocok.

1. Mekanisme aph dalam mengendalikan hama dan gulma

a. Pengendalian Hayati Hama

Pengendalian hayati di Indonesia, sudah sejak lama digunakan yang pertama pada
tahun 1925 sudah dilakukan pengendalian hayati terhadap Sexava, serangga hama kelapa
pemakan daun dari famili Tettigonidae. Tahun berikutnya dilepaskan parasitoid telur dari
Indonesia Timur untuk digunakan di Sangir Talaud, parasitoid tersebut ialah Leefmansia
bicolor Wat. (Hymenoptera: Encyrtidae) dan Doirania leefmansia Wat. (Hymenoptera:
Trichogrammatidae), namun parasitisasinya masih kurang tinggi (kurang dari 50%).

Definisi pengendalian hayati adalah pemanfaatan jenis musuh alami tertentu untuk
mengendalikan jenis organisme pengganggu tertentu. Jenis musuh alami yang dipilih tersebut
bisa berupa pemangsa (predator), parasitoid, maupun patogen yang menyerang organisme
pengganggu. Beberapa ahli juga memasukkan pemanfaatan “pestisida” yang tidak berbahaya
bagi organisme berguna sampai penggunaan musuh alami, termasuk patogen yang sering
diformulasikan sebagai pestisida (hayati).Agens hayati dapat berupa predator, parasitoid,
patogen dan agens antagonis. Apakah yang dimaksud dengan keempat hal tersebut diatas,
berikut penjelasannya:

1. Predator adalah binatang yang memburu dan memakan atau menghisap cairan tubuh
mangsanya. Contoh : laba-laba, kumbang kubah
2. Parasitoid adalah serangga yang hidup sebagai parasit pada atau di dalam serangga
lainnya (serangga inang) hanya selama masa pra dewasa (masa larva).Imago hidup bebas
bukan sebagai parasit dan hidup dari memakan nektar, embun madu, air dan lain-lain.
Contoh : Trichogramma sp., Lalat Tachinid, Tawon Bracon
3. Patogen Serangga adalah mikroorganisme yang menyebabkan infeksi dan
menimbulkan penyakit terhadap OPT, secara spesifik mikroorganisme yang dapat
menimbulkan penyakit pada serangga, yang terdiri dari cendawan, bakteri dan virus.
Contoh : dari golongan cendawan Beauveria bassiana danMetarhizium anisopliae.
4. Agens Antagonis adalah mikroorganisme yang mengintervensi/menghambat
pertumbuhan patogen penyebab penyakit pada tumbuhan. Contoh : dari golongan
cendawan Trichoderma spp. dan dari golongan bakteri Pseudomonas fluorescens.

b. Pengendalian Hayati Gulma


Pada dasarnya sedikit perbedaan antara pengendalian hayati serangga hama dan
pengendalian hayati gulma. Kedua kegiatan tersebut sama-sama melibatkan musuh alami
yang berperan menekan spesies hama di bawah tingkat yang tidak merugikan secara
ekonomi.
Ridley pada tahun 1930 memberi batasan pengendalian hayati gulma sebagai
pemanfaatan serangga fitofag dalam memangsa atau menekan pertumbuhan gulma.
Pengendalian hayati gulma saat ini juga lebih luas batasannya yang faktor pengendalinya
bukan hanya serangga fitofag tetapi juga termasuk patogen yang menyebabkan sakit
pada gulma.

Perbedaan antara pengendalian hayati hama dan pengendalian hayati gulma adalah
sebagai berikut. Pada pengendalian hayati gulma, musuh alami yang dalam hal ini adalah
serangga pemakan tumbuhan atau gulma harus bersifat monofag dengan kata lain
tumbuhan inangnya harus benar-benar spesifik. Apabila musuh alami ini tidak monofag
dikhawatirkan akan menjadi hama bagi tanaman yang dibudidayakan. Sebaliknya pada
pengendalian hayati hama, musuh alami yang baik adalah yang oligofag tetapi memiliki
prefensi yang tinggi terhadap hama yang akan dikendalikan. Musuh alami hama yang
terlalu spesifik inangnya atau monofag cenderung kesulitan bertahan hidup apabila
populasi inangnya rendah atau tidak ada karena ketidakmampuanya dalam beralih
inang (host switching).

Musuh alami gulma memiliki peran sebagai berikut. Pertama musuh tersebut
membunuh langsung inangnya. Kedua, musuh alami menekan atau memperlemah daya
tahan gulma. Ketiga, musuh alami mengurangi kemampuan reproduksi gulma. Keempat,
luka yang disebabkan musuh alami menyebabkan gulma mudah terinfeksi patogen.

2. Teknik Evaluasi

Salah satu kelemahan dalam bidang pelaksanaan pengendalian hayati adalah evaluasi
terhadap (1) kemapanan atau adaptasi musuh alami, dan (2) penilaian dampak negatif musuh
alami. Evaluasi pertama dapat dilakukan di lapangan dalam bentuk survei terhadap
keberadaan sejak pertama kali dilepaskan sampai dengan waktu tertentu, misalnya setahun
atau dua tahun. Evaluasi kedua dapat dilakukan baik di lapangan atau di laboratorium, dan
meliputi kajian sifat hubungan jenis musuh alami yang dilepaskan dengan jenis musuh alami
yang lain yang ada di lapangan,

Anda mungkin juga menyukai