M.Misbahul Kautsar
Muhajjal
Nurajni
Nurhasanah
Oti Maya Sari
Pengendalian hayati di Indonesia, sudah sejak lama digunakan yang pertama pada
tahun 1925 sudah dilakukan pengendalian hayati terhadap Sexava, serangga hama kelapa
pemakan daun dari famili Tettigonidae. Tahun berikutnya dilepaskan parasitoid telur dari
Indonesia Timur untuk digunakan di Sangir Talaud, parasitoid tersebut ialah Leefmansia
bicolor Wat. (Hymenoptera: Encyrtidae) dan Doirania leefmansia Wat. (Hymenoptera:
Trichogrammatidae), namun parasitisasinya masih kurang tinggi (kurang dari 50%).
Definisi pengendalian hayati adalah pemanfaatan jenis musuh alami tertentu untuk
mengendalikan jenis organisme pengganggu tertentu. Jenis musuh alami yang dipilih tersebut
bisa berupa pemangsa (predator), parasitoid, maupun patogen yang menyerang organisme
pengganggu. Beberapa ahli juga memasukkan pemanfaatan “pestisida” yang tidak berbahaya
bagi organisme berguna sampai penggunaan musuh alami, termasuk patogen yang sering
diformulasikan sebagai pestisida (hayati).Agens hayati dapat berupa predator, parasitoid,
patogen dan agens antagonis. Apakah yang dimaksud dengan keempat hal tersebut diatas,
berikut penjelasannya:
1. Predator adalah binatang yang memburu dan memakan atau menghisap cairan tubuh
mangsanya. Contoh : laba-laba, kumbang kubah
2. Parasitoid adalah serangga yang hidup sebagai parasit pada atau di dalam serangga
lainnya (serangga inang) hanya selama masa pra dewasa (masa larva).Imago hidup bebas
bukan sebagai parasit dan hidup dari memakan nektar, embun madu, air dan lain-lain.
Contoh : Trichogramma sp., Lalat Tachinid, Tawon Bracon
3. Patogen Serangga adalah mikroorganisme yang menyebabkan infeksi dan
menimbulkan penyakit terhadap OPT, secara spesifik mikroorganisme yang dapat
menimbulkan penyakit pada serangga, yang terdiri dari cendawan, bakteri dan virus.
Contoh : dari golongan cendawan Beauveria bassiana danMetarhizium anisopliae.
4. Agens Antagonis adalah mikroorganisme yang mengintervensi/menghambat
pertumbuhan patogen penyebab penyakit pada tumbuhan. Contoh : dari golongan
cendawan Trichoderma spp. dan dari golongan bakteri Pseudomonas fluorescens.
Perbedaan antara pengendalian hayati hama dan pengendalian hayati gulma adalah
sebagai berikut. Pada pengendalian hayati gulma, musuh alami yang dalam hal ini adalah
serangga pemakan tumbuhan atau gulma harus bersifat monofag dengan kata lain
tumbuhan inangnya harus benar-benar spesifik. Apabila musuh alami ini tidak monofag
dikhawatirkan akan menjadi hama bagi tanaman yang dibudidayakan. Sebaliknya pada
pengendalian hayati hama, musuh alami yang baik adalah yang oligofag tetapi memiliki
prefensi yang tinggi terhadap hama yang akan dikendalikan. Musuh alami hama yang
terlalu spesifik inangnya atau monofag cenderung kesulitan bertahan hidup apabila
populasi inangnya rendah atau tidak ada karena ketidakmampuanya dalam beralih
inang (host switching).
Musuh alami gulma memiliki peran sebagai berikut. Pertama musuh tersebut
membunuh langsung inangnya. Kedua, musuh alami menekan atau memperlemah daya
tahan gulma. Ketiga, musuh alami mengurangi kemampuan reproduksi gulma. Keempat,
luka yang disebabkan musuh alami menyebabkan gulma mudah terinfeksi patogen.
2. Teknik Evaluasi
Salah satu kelemahan dalam bidang pelaksanaan pengendalian hayati adalah evaluasi
terhadap (1) kemapanan atau adaptasi musuh alami, dan (2) penilaian dampak negatif musuh
alami. Evaluasi pertama dapat dilakukan di lapangan dalam bentuk survei terhadap
keberadaan sejak pertama kali dilepaskan sampai dengan waktu tertentu, misalnya setahun
atau dua tahun. Evaluasi kedua dapat dilakukan baik di lapangan atau di laboratorium, dan
meliputi kajian sifat hubungan jenis musuh alami yang dilepaskan dengan jenis musuh alami
yang lain yang ada di lapangan,