Anda di halaman 1dari 4

mmm Korektor 1 Korektor 2

PEMERIKSAAN
TUBERCULOSIS
METODE: Imunokromatografi

Identitas
Nama : Tn. Damar
Umur : 48 Tahun
Jenis kelamin: Laki - laki

1. TUJUAN : Untuk mengetahui diagnosa terhadap infeksi dan keberhasilan


pengobatan terhadap bakteri bakteri Mycobacterium tuberculosis secara
imonokromatografi.

2. PRINSIP/REAKSI : Rapid Test TB Cassette menggunakan prinsip Immunokromatografi yang


mendeteksi antibody TB dalam serum/plasma manusia. Tes ini
menngunakan konjugat gold colloidal particle yang bergerak menuju area
tes yang telah dilapisi beberapa antigen TB rekombinasi 38 kDa, 16 kDa,
dan 6 kD begitu sampel diteteskan kedalam sumur sampel. Bila sampel
pasien yang diperiksa berwarna merah muda atau ungu diarea garis tes
(T). Sisa dari kompleks yang tidak terikat dengan antibodi TB tersebut
akan terus bergerak kearah area kontrol (C) sehingga terbentuk garis
warna merah muda atau ungu di area kontrol.

3. ALAT DAN BAHAN : -tes cassete TB


-serum/plasma

4. Cara Kerja : 1. Bila specimen dan reagensia disimpan pada refrigerator, maka
disesuaikan terlebih dahulu dengan suhu ruang sebelum dilakukan
pengujian.
2. Letakkan cassete pada permukaan yang datar dan bersih.
3. Teteskan secara vertical sebanyak 1 tetes ( 30-45 uL) dari
serum/plasma atau 1 tetes ( 40- 50uL) bila menggunakan specimen darah.
Hindari terbentuknya gelembung.
4. Selanjutnya teteskan sebanyak 1 tetes ( 30-45 uL) pengencer
sampel ke sumur specimen.
Imunoserologi II D-IV TLM
5. Setel waktu selama 15 menit
6. Hasil dapat dibaca setelah 15 menit.

Interprestasi hasil:
Invalid:
- Jika Control line ( - ), IgG ( - ), IgM ( - ).
- Jika Control line ( - ), IgG (+), IgM (+).
Positif :
- Jika Control line (+),IgG ( - ), IgM (+) menunjukkan hasil infeksi
akut.
- Jika Control line (+), IgG (+), IgM (-) menunjukkan infeksi kronis,
sudah pernah divaksin, pernah terinfeksi namun infeksinya sudah
sembuh total.
- Jika Control line (+), IgG (+), IgM (+) menunjukkan pasien yang
sudah sembuh kemudian terinfeksi lagi (terinfeksi 2×), pasien yang
sudah divaksin kemudian terinfeksi, infeksi kronis.

5. HARGA NORMAL : -

6. HASIL : Control line IgG IgM


+ + -
Hasil : reaktif IgG

7. KESIMPULAN :
Dalam sampel yang diperiksa pada pemeriksaan rapid test TB didapatkan
hasil positif terhadap IgG.

Imunoserologi II D-IV TLM


1. PEMBAHASAN

Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan infeksi bakteri Mycobacterium


tuberculosis. Bakteri ini lebih sering menyerang organ paru-paru daripada organ yang lain (kelenjar limfe,
kulit, otak, tulang, usus, ginjal) Darsyah (2014). Bakteri yang berasal dari percikan batuk penderita TB
menyebar dan terhirup oleh orang sehat kemudian masuk ke paru-paru dan mengalami diingesti oleh
makrofag, Namun bakteri M. tuberculosis dapat lolos dari fagolisosom untuk kemudian bermultiiplikasi dalam
sitoplasma. Selanjutnya terjadi pelepasan sitokin membentuk antibodi sebagai respon tubuh terhadap benda
asing yang masuk, jika makrofag teraktivasi maka M. tuberculosis berhenti tumbuh dan akan terjadi supresi
imun lebih lanjut yang menyebabkan reaktivasi penyakit. Bakteri yang tidak mengalami reaktivasi akan terus
membentuk granula dalam proses perkijuan menyebabkan terjadi respon imun yang hebat yang
menyebabkan destruksi jaringan setempat dan efek sistemik yang diperantarai oleh sitokin (demam dan
penurunan berat badan). Bakteri yang mengalami leukefaksi ada yang menyebar kealiran darah dan ada
yang dilepaskan kedalam bronkus membentuk tuberkel.
Seseorang dengan sistem kekebalan tubuh rendah menyebabkan bakteri berkembangbiak dengan
baik sehingga tuberkel bertambah banyak. Tuberkel yang banyak ini akan membentuk sebuah ruang didalam
paru-paru yang menjadi sumber produksi sputum (dahak) dan menyebabkan penderita batuk. Ketika tuberkel

Imunoserologi II D-IV TLM


pecah maka sputum yang mengandung antigen M. tuberculosis akan terdeteksi dengan pewarnaan Ziehl
Neelsen.
Diagnosis TB dapat dilakukan selain dari gejala klinis dan pemeriksaan klinis juga didasarkan atas
hasil pemeriksaan bakteriologi, radiologi dan serologis. Pemeriksaan bakteriologi dengan kultur memiliki
sensitivitas yang tinggi, tetapi membutuhkan waktu yang cukup lama, peralatan yang relatif mahal serta
keahlian teknis (Reither et al ,2009). Pemeriksaan Basil Tahan Asam (BTA )secara mikroskopis dinilai lebih
efisen, mudah, murah dan bersifat spesifik (Mahomed, 2013). Kekurangan dari pemeriksaan mikroskopis BTA
yaitu tidak dapat membedakan kuman penyebab TB dengan spesies kuman Mycobacterium yang lain serta
hasil positif dapat diperoleh jika didapatkan basil sebanyak 104/ml sputum atau minimal 5000/ml sputum
(Meita & Lisyani, 2014).

DAFTAR PUSTAKA
Muhammad Nazarudin, et all. 2015. Nilai Diagnostik Rapid test TbAg Dan MPT64 Dengan Kultur Sebagai
Gold Standart. Jurnal Biosains Prasarjana. Vol 12(3). Universitas Airlangga
Syahputra Nusahi, Bahmid. Sri Darmawati. Tulus Ariyadi. 2018. Sensitivitas Dan Spesifisitas Metode
Immunochromatography (ICT-TB) Terhadap GeneXpert MTB Pada Tersangka Penderita TB. Program Studi
DIV Analis Kesehatan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang.
isti Tamtyas, Fifi. Chylen Setiyo Rini. 2020. Deteksi Penyakit TB Paru Dengan Metode TCM (Tes Cepat
Molekuler) Dan Mikroskopis. Vol 3 (1).

Imunoserologi II D-IV TLM

Anda mungkin juga menyukai