Anda di halaman 1dari 5

Feed Additive

A. Pengertian Feed Additive

Additive adalah suatu bahan atau kombinasi bahan yang ditambahkan, biasanya dalam
kuantitas yang kecil, kedalam campuran makanan dasar atau bagian dari padanya, untuk memenuhi
kebutuhan khusus, contohnya additive bahan konsentrat, additive bahan suplemen, additive bahan
premix, additive bahan makanan (Hartadi et. al., 1991).
Additive adalah susunan bahan atau kombinasi bahan tertentu yang sengaja ditambahkan
ke dalam ransum pakan ternak untuk menaikkan nilai gizi pakan guna memenuhi kebutuhan khusus
atau imbuhan yang umum digunakan dalam meramu pakan ternak. Murwani et al., (2002)
menyatakan bahwa additive adalah bahan pakan tambahan yang diberikan pada ternak dengan
tujuan untuk meningkatkan produktifitas ternak maupun kualitas produksi. Sedangkan menurut
Murtidjo (1993), additive adalah imbuhan yang umum digunakan dalam meramu pakan ternak.
Penambahan bahan biasanya hanya dalam jumlah yang sedikit, misalnya additive bahan konsentrat,
additive bahan suplemen dan additive bahan premix. Maksud dari penambahan adalah untuk
merangsang pertumbuhan atau merangsang produksi. Macam-macam additive antara lain
antibiotika, hormon, arsenikal, sulfaktan, dan transquilizer.
Feed additive merupakan bahan makanan pelengkap yang dipakai sebagai sumber
penyedia vitamin-vitamin, mineral-mineral dan atau juga antibiotika (Anggorodi, 1985). Fungsi
feed additive adalah untuk menambah vitamin-vitamin, mineral dan antibiotika dalam ransum,
menjaga dan mempertahankan kesehatan tubuh terhadap serangan penyakit dan pengaruh stress,
merangsang pertumbuhan badan (pertumbuhan daging menjadi baik) dan menambah nafsu makan,
meningkatkan produksi daging maupun telur.

B. Macam-macam Feed Additive

Macam ragam pakan additive antara lain additive pada bahan pakan (contohnya agensia
antioksidan, agensia cita rasa), additive untuk manipulasi pencernaan dan absorpsi nutrien
(contohnya buffer, enzim), additive untuk kesehatan ternak (contohnya obat cacing), additive
melalui hormonal (contohnya hormon pertumbuhan, hormon reproduksi), additive untuk
meningkatkan kualitas produk (contohnya agensi pewarna, agensi antiradikal).
Biasanya feed additive diberikan dalam ransum ternak untuk menghasilkan pertumbuhan
yang diinginkan. Beberapa feed additve yang diberikan antara lain :
1. Flavoring agent, pemberi bau untuk meningkatkan palatabilitas pakan contoh cairan sukrosa
2. Enzim untuk memperbaiki daya cerna
3. Vitamin, Sebagai sumber vitamin A dapat digunakan Vit. A palmitat, Vit. A acetat dan minyak
ikan. Sumber vitamin D2 digunakan Vit. D pada semua tanaman yaitu hasil aktivasi sterol dalam
tanaman oleh sinar ultraviolet. Sumber vitamin D3 digunakan Vit. D pada hewan yang
merupakan hasil aktivasi sterol pada hewan oleh sinar ultraviolet misalnya minyak ikan. Sumber
vitamin E digunakan senyawa vit. E aktif, misalnya dl alpha tokoferil asetat. Sumber vitamin K
dapat menggunakan MCBC dan MPB.
4. Sumber mineral : Tepung tulang, Tepung kerang (CaCo3) , Garam (NaCl).
5. Antibiotik, Antibiotik dalam dosis rendah diketahui efektif terhadap pengontrolan infeksi
subklinis dan merangsang pertumbuhan hewan bila ditambahkan dalam air minum atau kedalam
pakan.
6. Sumber-sumber karotenid ditambahkan kedalam ransum untuk memperbaiki pigmentasi dari
broiler dan kuning telur.
7. Hormon atau zat lain yang digunakan untuk memperbaiki proses metabolisme dari ayam.
Estrogen dipergunakan untuk memperbaiki pertumbuhan dan memperbaiki karkas ayam.
Senyawa thyroaktif (seperti casein yang mengandung iodium) kadang digunakan untuk
memperbaiki produksi telur, kualitas telur, dan mencegah degenerasi lemak dibawah kondisi
tertentu. Beberapa macam obat( termasuk hormon) dipergunakan untuk menghentikan jatuh
bulu (molting) atau untuk mempercepat molting ayam yang sudah berproduksi lama.
8. Asam amino adalah monomer dari protein. Sebagai bahan pakan tunggal asam amino tidak
tersedia di alam, namun tersedia secara buatan. Asam amino yang biasanya kekurangan dalam
pakan adalah asam amino metionin dan lisin. Oleh karena itu, di pasaran asam amino yang
tersedia adalah DL- metionin dan L-lisin yang mempunyai kemurnian 99%.

Berbagai macam feed additive yang bersifat non nutritive menurut Wahyu (1997) antara
lain: (1) Makanan tambahan pelengkap untuk memperbaiki tekstur dan kekuatan pakan pellet; (2)
Flavoring agent yaitu zat pemberi bau enak yang dipergunakan untuk meningkatkan palatabilitas
pakan; (3) enzim-enzim yang memperbaiki daya cerna di bawah kondisi tertentu; (4) Antibiotika,
senyawa-senyawa arsen dan nitrofurans dipergunakan pada tingkat rendah untuk melindungi pakan
dari serangan perusakan oleh mikroorganisme dan mencegah timbulnya keracunan yang
disebabkan oleh mikroflora dalam usus; (5) Antibiotika yang mempunyai spektrum luas (broad
spectrum) dan daya absorpsi yang baik ditambahkan ke dalam pakan untuk memerangi penyakit
khusus; (6) Senyawa-senyawa kimia tertentu dipergunakan untuk meningkatkan daya
penyembuhan dari antibiotika terhadap penyakit; (7) Obat-obat pencegah cacing dalam saluran
pencernaan; (8) Antioksidan untuk mencegah kerusakan asam-asam lemak yang tidak jenuh dan
vitamin-vitamin yang larut dalam lemak karena proses peroksidasi; (9) sumber-sumber karotenoid
ditambahkan dalam pakan untuk memperbaiki pigmentasi dari broiler dan kuning telur dan (10)
Hormon-hormon yang digunakan untuk memperbaiki metabolisme ayam.

C. Pemberian Feed Additive

Penggunaan makanan tambahan pelengkap dalam penyunan ransum terutama yang


merupakan bahan tambahan bukan zat makanan dengan maksud memperbaiki konsumsi, daya
cerna, proteksi, absorbsi dan atau transportas zat-zat makanan untuk memperbaiki nilai gizi ransum
dan menurunkan biaya pakan dan dalam produksi broiler atau telur.
Ransum ayam broiler dan ayam petelur disusun sedemikian rupa sehingga mengandung
konsentrasi zat-zat makanan maksimum yang dapat diperoleh dengan harga layak untuk
pertumbuhan, produksi dan efisiensi penggunaan ransum maksimum. Untuk menjamin zat-zat
makanan tersebut ditelan, dicerna, dilindungi dari kerusakan, diserap dan diangkut dari sel-sel
tubuh, maka pelengkap makanan tak bergizi tertentu atau yang disebut additive dimasukkan ke
dalam ransum sebagai tambahan sampai terjadi suatu konsentrasi optimum dan keseimbangan zat-
zat makanan (Rasyaf, 1994).
Contoh Feed additive yang digunakan untuk ayam broiler antara lain adalah Broiler Weight.
Adapun keistimewaan dari bahan ini antara lain adalah: (1) Tidak mengandung antibiotika dan
senyawa arsen sehingga dapat diberikan setiap hari tanpa menimbulkan efek samping; (2)
Memperbaiki konversi pakan sehingga mempercepat pertambahan berat badan dalam waktu
singkat; (3) Tidak mempengaruhi aroma atau cita rasa daging ayam broiler atau pedaging dan (4)
Mencegah penyakit defisiensi vitamin (penyakit karena kekurangan vitamin).
Feed Additive pada Ternak
Feed additive adalah bahan yang ditambahkan kedalam ransum dengan jumlah sedikit
dengan tujuan tertentu. Mc Donald., et al. (2010), menjelaskan bahwa feed aditif merupakan
bahan yang diberikan kepada ternak untuk meningkatkan efektivitas nutrisi dan
memaksimalkan pemanfaatan nutrisi dalam usus atau pada sel-sel dinding usus. Feed
additive adalah pakan pelengkap yang bukan zat makanan. Penambahan feed additive dalam
pakan bertujuan untuk mendapatkan pertumbuhan ternak yang optimal. Feed additive dibagi
menjadi dua jenis yaitu feed additive alami dan sintetis (Wahju, 2004).
Menurut Widodo (2002) fungsi feed additive adalah untuk memperbaiki pakan, meningkatkan
efisiensi pakan dan perbaikan kualitas produksi ternak. Berdasarkan aktivitas dan cara kerjanya
feed additive dapat dikelompokan menjadi :
1. Feed additive untuk meningkatkan seleksi dan konsumsi pakan yang dibagi menjadi dua
macam yaitu untuk perekat pellet (pellet binder) contohnya adalah lignin sulfonat, sesulosa
ester, natrium benzoat dan kondensasi urea formaldehida. Lainnya adalah untuk flavouring
agen (penambah rasa dan warna pada pakan) yang contohnya adalah pemanis, garam dan
pewarna.
2. Feed additive untuk membantu proses pencernaan dan absorpsi zat makanan. Contohnya
antara lain antibiotika, enzim, dan senyawa arsen. Antibiotika untuk membantu
pertumbuhan mikro organisme yang mensintesis zat-zat makanan dan menghalangi
pertumbuhan mikro organisme yang patogen, di samping juga dapat membunuh mikro
organisme yang berbahaya di saluran pencernaan dan menghancurkan mikro organisme
Fungsi enzim adalah untuk mempercepat proses pencernaan zat makanan dalam saluran
pencernaan. Sedangkan fungsi senyawa arsen adalah untuk menghambat pertumbuhan
mikro flora intestinal yang menghambat proses pencernaan zat-zat makanan
3. Feed additive untuk membantu proses metabolisme. Sebagai contoh adalah hormon dan zat
penenang. Hormon digunakan lewat suntikan atau ditambahkan dalam pakan. Hormon yang
umum digunakan adalah estrogen, stilbesterol dan dietil stilbesterol. Zat penenang bekerja
dengan menekan syaraf pusat sehingga pergerakan unggas menjadi lebih lambat. Contoh
zat penenang antara lain adalah aspirin, resperpin dan hidroksinin.
4. Feed additive untuk pencegahan penyakit dan kesehatan ternak. Contohnya adalah bahan
pengawet dan anti oksidan. Fungsi bahan pengawet adalah untuk meningkatkan daya
simpan pakan, memperbaiki daya cerna pakan, menghambat aktivitas mikro organisme
yang dapat merusak pakan dan meningkatkan konversi pakan. Contoh bahan pengawet
adalah asam propionat dan natrium benzoat. Anti oksidan berfungsi untuk menghindari
oksidasi. Contoh anti oksidan adalah hidroksi toluena yang mengandung butil, hidroksi
anisol yang mengandung butil, non dihidro gualaretic, vitamin E, antibiotika, preparat sulfa
dan senyawa halquinol.
5. Feed additive untuk memperbaiki kualitas produksi. Contohnya antara lain adalah hormon,
enzim dan premiks.
KESIMPULAN

Kebutuhan nutrisi pada hewan tidak akan terpenuhi jika hanya mengkonsumsi
bahan pakan dasar saja. Pemberian feed additive dan feed supplement merupakan zat
pakan tambahan yang diberikan pada hewan untuk memenuhi kekurangan nutrisi
tersebut. Namun dalam pemberian zat tambahan harus diperhatikan dosis
agar penggunaannya tidak berlebihan sehingga tidak menimbulkan gangguan lain.
DAFTAR PUSTAKA

McDonald, P., R. A. Edwards, J. F. D. Greenhalgh and C. A. Morgan. 2010. Animal Nutrition.


Seventh Edition. Ashford Colour Press. Gosport.

Wahju, J. 2004. Ilmu Nutrisi Unggas. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Widodo, W., 2002. Nutrisi dan Pakan Unggas Kontekstual. Universitas Muhammadiyah Malang,
Malang.

Anggorodi. 1995. Nutrisi Aneka Ternak Unggas.PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Hartadi, H., S. Reksodiprodjo dan A.D. Tillman. 1991. Tabel Komposisi Bahan Makanan Ternak
Untuk Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Orskov, E. R. 1992. Protein Nutrition in Ruminant. 2nd Ed. Academic Press, Harcout Brace
Jovanovich Publisher, London.

Foley, R.C., D.L. Bath, F.N. Dickinson., and H.A. Tucker. 1973. Dairy Cattle Principles, Practices,
Problem and Profits. Lea and Febiger, Philadelphia.

Cullison. A. E. 1979. Feeds and Feeding. 2nd Ed. Reston Publishing Co. Inc. Reston, Virginia.

Ensminger, M. E. 1992. Animal Science. 6th Ed. The Interstate and Publisher, Inc. Danville, Illinois.

Harold, D.H. and S.M. Darrel. 1972. Crop Production 2nd Ed. Macmilan Publising Co., Inc., New
York.
Murtidjo, A. G. 2003. Pedoman Meramu Pakan Unggas. Kanisius, Yogyakarta.

Rasyaf, M. 1996. Seputar Makanan Ayam Kampung. Kanisius. Yogakarta.

Anda mungkin juga menyukai