Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke Hadirat Allah Swt, karena atas Rahmat-Nya
makalah  ini dapat diselesaikan. Makalah ini kami susun berdasarkan hasil studi / penelusuran
literatur dari internet bertujuan sebagai pelengkap tugas mata kuliah kami.

Penyusunan makalah ini dibuat sebagai salah satu tugas Mata Kuliah “Teknologi
Pembenihan”, yang membahas tentang pembenihan dan pembesaran ikan nila ( Oreochromis
niloticus ). Pada kesempatan ini, kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua
pihak yang turut  membantu dalam penyusunan laporan ini hingga selesai.

…………..,      Oktober  2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................ i

DAFTAR ISI...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang........................................................................................... 1

1.2 Rumusan.................................................................................................... 2

1.3 Tujuan........................................................................................................  2

BAB II DESKRIPSI BUDIDAYA IKAN NILA

2.1  Biologi ikan nila......................................................................................... 3

2.1.1 Klasifikasi dan morfologi.................................................................. 3

2.1.2 Jenis-jenis ikan nila.......................................................................... 4

2.2  Teknik budidaya........................................................................................ 5

2.2.1 Tahapan operasional pembenihan................................................... 5

2.2.2 Persyaratan lokasi............................................................................ 6

2.2.3 Pengadaan induk.............................................................................. 8

2.2.4 Pemeliharaan induk / pematangan gonad........................................ 8

2.2.5 Pemijahan....................................................................................... 10

2.2.6 Penanganan telur............................................................................ 12

2.2.7 Perawatan larva.............................................................................. 13

2.2.8 Pembesaran.................................................................................... 16

2.3  Penyediaan pakan................................................................................... 18

2.4  Penanganan dan penanggulangan penyakit........................................... 20

2.5  Panen dan pemasaran............................................................................. 25

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan................................................................................................. 27

3.2 Saran.......................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Ikan merupakan salah satu sumber zat gizi penting bagi proses kelangsungan hidup
manusia. Manusia telah memanfaatkan ikan sebagai bahan pangan sejak beberapa abad yang
lalu. Sebagai bahan pangan ikan mengandung zat gizi utama berupa protein, lemak, vitamin
dan mineral. Penanganan ikan setelah penangkapan atau pemanenan memegang peranan
penting untuk memperoleh nilai jual ikan yang maksimal. Salah satu faktor yang menentukan
nilai jual ikan dan hasil perikanan yang lain adalah tingkat kesegarannya, mutunya, tahan
lama, dan tidak cepat membusuk (Junianto, 2003).

  Ikan Nila (Oreochromis  niloticus) adalah salah satu jenis ikan air tawar yang paling
banyak dibudi dayakan di Indonesia. Ikan Nila menduduki urutan kedua setelah ikan
Mas (Cyprinces carpio) dalam produksi budi daya air tawar di Indonesia. Menurut
Suyanto (2003), ikan nila hidup di perairan tawar seperti sungai, danau,
waduk dan rawa. Ikan nila dapat hidup di perairan yang dalam dan luas maupun di
kolam yang sempit dan  dangkal dengan kisaran kadar garam 0-35 permil.. Suhu optimal untu
k ikan nila yakni berkisar 25-300C.

Departemen Perikanan dan Akuakultur FAO (Food and Agriculture Organization)


menempatkan ikan Nila di urutan ketiga setelah udang dan salmon sebagai contoh sukses
perikanan budi daya dunia. Nila menjadi penting di dunia karena konsumen Nila ada di
berbagai benua. Departemen Perikanan dan Akuakultur FAO (Food and Agriculture
Organization) menempatkan ikan Nila di urutan ketiga setelah udang dan salmon sebagai
contoh sukses perikanan budi daya dunia. Nila menjadi penting di dunia karena konsumen
Nila ada di berbagai benua.

Bibit Nila didatangkan ke Indonesia secara resmi oleh Balai Peneliti perikanan Air
Tawar (Balitkanwar) dari Taiwan pada tahun 1969. Setelah melalui masa penelitian dan
adaptasi, ikan ini kemudian disebarluaskan kepada petani di seluruh Indonesia. Nila adalah
nama khas Indonesia yang diberikan oleh pemerintah melalui Direktur Jenderal Perikanan.
Pada tahun 1980-1990, Nila Merah diintrodusir masuk dari Taiwan dan Filipina oleh
Perusahaan Aquafarm. Pada tahun 1994, Balitkanwar kembali mengintroduksi Nila
GIFT (Genetic Improvement for Farmed Tilapia) strai G3 dari Filipina dan Nila Citralada
dari Thailand. Secara genetic Nila GIFT telah terbukti memiliki keunggulan pertumbuhan
dan produktivitas yang lebih tinggi dibandinggkan dengan jenis ikan Nila lain. Tahun 2000,
salah satu perusahaan swasta nasional, CP Prima mengintrodusir Nila Merah NIFI dan Nila
GET dan Filipina tahun 2001. Pada tahun 2002, BBAT Jambi memasukan Nila JICA dari
Jepang dan Nila Merah Citralada dari Thailand.
1.2 Rumusan masalah

Rumusan masalah yaitu bagaimana cara pemeliharaan serta teknik membudidayakan ikan
nila yang benar.

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari penelitian ini dilakukan ialah:

1.    untuk mengenal dan mempelajari teknik-teknik dalam melakukan pembudidayaan ikan


nila .

2.    Dapat dijadikan motivasi untuk dapat mencoba dan mengembangkan pembudidayaan


ikan nila tersebut agar hasil produksinya menjadi lebih baik dan maksimal. 
BAB II

DESKRIPSI BUDIDAYA IKAN NILA (Oreochromis niloticus)

2.1  Biologi Ikan nila

2.1.1     Klasifikasi

Secara umum klasifikasi ikan nila menurut Suyanto (2013), adalah sebagai berikut :

Filum              : Chordata

Sub Filum     : Vetebrata

Kelas              : Osteichthyes

Sub Kelas     : Acanthopterigii

Ordo               : Percomorphy

Sub Ordo       : Percoidea

Famili             : Cichilidae

Genus                        : Oreochromis

Spesies          : Oreochromis niloticus

2.1.2     Morfologi

                                                                                  

Awalnya, ikan nila dimasukkan ke dalam jenis Tilapia nilotica atau ikan dari golongan tilapia
yang tidak mengerami telur dan larva didalam mulut induknya. Dalam perkembangannya,
para pakar perikanan menggolongkan ikan nila kedalam jenis sarotherdonniloticus atau
kelompok ikan tilapia yang mengerami telur dan larvanya didalam mulut jantan dan
betinanya. 

Para pakar perikanan kemudian memutuskan bahwa nama ilmiah yang tepat untuk ikan nila
adalah Oreochromis  niloticus atau Oreochromis sp.  Nama Nilotika menunjukkan tempat
ikan ini berasal, yakni sungai Nil di Benua Afrika.  Berdasarkan morfologinya, kelompok
ikan Oreochromis ini memang berbeda dengan kelompok tilapia.  Secara umum, bentuk
tubuh Ikan Nila panjang tepinya berwarna putih. Gurat sisi (Linea literalis) terputus dibagian
tengah badan kemudian berlanjut, tetapi letaknya lebih kebawah daripada letak garis yang
memanjang di atas sirip dada. Jumlah sisik pada gurat sisi jumlahnya 34 buah.  Sirip
punggung berwarna hitam dan sirip dadanya juga tampak hitam. Bagian pinggir sirip dadanya
juga tampak hitam.  Bagian pinggir sirip punggung berwarna abu-abu atau hitam (Khairuman
dan Khairul, 2003).
2.2  Teknik Budidaya

2.2.1     Tahapan operasional pembenihan

1)    Pemilihan lokasi

2)    Pengadaan induk

3)    Pemeliharaan induk / pematangan gonad

4)    Pemijahan

5)    Penanganan telur

6)    Perawatan larva

7)    Penyediaan pakan

8)    Penanganan dan penanggulangan penyakit

9)    Panen

2.2.2     Persyaratan lokasi

1)    Persyara dan lokasi yang baik untuk budidaya ikan lele adalah sebagai berikut:

a. Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung, tidak
berporos. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor
sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam.

b. Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5% untuk
memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.

c. Ikan nila cocok dipelihara di dataran rendah sampai agak tinggi (500 m dpl).

d. Kualitas air untuk pemeliharaan ikan nila harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak
tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik. Kekeruhan air yang
disebabkan oleh pelumpuran akan memperlambat pertumbuhan ikan. Lain halnya bila
kekeruhan air disebabkan oleh adanya plankton. Air yang kaya plankton dapat
berwarna hijau kekuningan dan hijau kecokelatan karena banyak mengandung
Diatomae. Sedangkan plankton/alga biru kurang baik untuk pertumbuhan ikan.
Tingkat kecerahan air karena plankton harus dikendalikan yang dapat diukur dengan
alat yang disebut piring secchi (secchi disc). Untuk di kolam dan tambak, angka
kecerahan yang baik antara 20-35 cm.

e. Debit air untuk kolam air tenang 8-15 liter/detik/ha. Kondisi perairan tenang dan
bersih, karena ikan nila tidak dapat berkembang biak dengan baik di air arus deras.
f. Nilai keasaman air (pH) tempat hidup ikan nila berkisar antara 6-8,5. Sedangkan
keasaman air (pH) yang optimal adalah antara 7-8.

g. Suhu air yang optimal berkisar antara 25-30o C.

h. Kadar garam air yang disukai antara 0-35 per mil.

2)    Proses pengolahan lahan

·         Proses pengolahan lahan (pada kolam tanah) meliputi :

a.    Pengeringan. Untuk membersihkan kolam dan mematikan berbagai bibit penyakit.

b.    Pengapuran. Dilakukan dengan kapur Dolomit atau Zeolit dosis 60 gr/m2 untuk


mengembalikan keasaman tanah dan mematikan bibit penyakit yang tidak mati oleh
pengeringan.

c.    Perlakuan TON (Tambak Organik Nusantara). untuk menetralkan berbagai racun dan
gas berbahaya hasil pembusukan bahan organik sisa budidaya sebelumnya dengan dosis 5
botol TON/ha atau 25 gr (2 sendok makan)/100m2. Penambahan pupuk kandang juga dapat
dilakukan untuk menambah kesuburan lahan.

d.    Pemasukan Air. Dilakukan secara bertahap, mula-mula setinggi 30 cm dan dibiarkan


selama 3-4 hari untuk menumbuhkan plankton sebagai pakan alami ikan nila.

·         Pada tipe kolam berupa bak, persiapan kolam yang dapat dilakukan adalah :

a.    Pembersihan bak dari kotoran/sisa pembenihan sebelumnya.

b.    Penjemuran bak agar kering dan bibit penyakit mati. Pemasukan air langsung penuh dan
segera diberi perlakuan TON dengan dosis sama.

2.2.3     Pengadaan induk

Ciri-ciri induk bibit nila yang unggul adalah sebagai berikut:

a.    Mampu memproduksi benih dalam jumlah yang besar dengan kwalitas yang tinggi.

b.    Pertumbuhannya sangat cepat.

c.    Sangat responsif terhadap makanan buatan yang diberikan.

d.    Resisten terhadap serangan hama, parasit dan penyakit.

e.    Dapat hidup dan tumbuh baik pada lingkungan perairan yang relatif buruk.

f.     Ukuran induk yang baik untuk dipijahkan yaitu 120-180 gram lebih per ekor dan
berumur sekitar 4-5 bulan.
Adapun ciri-ciri untuk membedakan induk jantan dan induk betina adalah sebagai berikut:

a) Betina

·         Terdapat 3 buah lubang pada urogenetial yaitu: dubur, lubang pengeluaran telur dan
lubang urine.

·         Ujung sirip berwarna kemerah-merahan pucat tidak jelas.

·         Warna perut lebih putih.

·         Warna dagu putih.

·         Jika perut distriping tidak mengeluarkan cairan.

b) Jantan

·         Pada alat urogenetial terdapat 2 buah lubang yaitu: anus dan lubang sperma merangkap
lubang urine.

·         Ujung sirip berwarna kemerah-merahan terang dan jelas.

·         Warna perut lebih gelap/kehitam-hitaman.

·         Warna dagu kehitam-hitaman dan kemerah-merahan.

·         Jika perut distriping mengeluarkan cairan.

2.2.4     Pemeliharaan induk / pematangan gonad

a.    Ciri-ciri induk nila siap memijah

calon induk terlihat mulai berpasang-pasangan, kejar-kejaran antara yang jantan dan yang
betina. Induk tersebut segera ditangkap dan ditempatkan dalam kolam tersendiri untuk
dipijahkan.

b.     Perawatan induk nila:

·         Selama masa pemijahan dan masa perawatan, induk ikan nila diberi makanan yang
berkadar protein tinggi seperti makanan buatan (pellet).

·         Makanan diberikan pagi hari dan sore hari dengan

·         jumlah 5-10% dari berat total ikan.

·         Setelah benih berumur seminggu, induk betina dipisahkan, sedangkan induk jantan
dibiarkan untuk menjaga anak-anaknya. Induk jantan baru bias dipindahkan apabila anak-
anak nila sudah berumur 2 minggu.
·         Segera pisahkan induk-induk yang mulai lemah atau yang terserang penyakit untuk
segera diobati.

·         Mengatur aliran air masuk yang bersih, walaupun kecepatan aliran tidak perlu deras,
cukup 5-6 liter/menit.

Gambar 2. Membedakan Jenis Kelamin nila

2.2.5     Pemijahan

a.    Teknik pemijahan

Pemijahan adalah proses pertemuan induk jantan dan betina untuk mengeluarkan sel telur dan
sel sperma. Tanda induk jantan siap kawin yaitu alat kelamin berwarna merah. Induk betina
tandanya sel telur berwarna kuning (jika belum matang berwarna hijau). Sel telur yang telah
dibuahi menempel pada sarang dan dalam waktu 24 jam akan menetas menjadi anakan nila.

Pemijahan ikan nila yang biasa dilakukan dilakukan dalam dua cara yaitu cara alami dan cara
kawin suntik. Cara alami dilakukan dengan mengawinkan pasangan ikan lele jantan dan
betina pada kolam pemijahan selanjutnya lele akan memijah dengan sendirinya. Ikan
lele yang sudah siap memijah atau pernah dipijahkan biasasanya bisa dikawinkan dengan cara
alami.

 
Gambar 1. Kelenjar Hipofisa Ikan

Pemijahan dengan kawin suntik dilakukan dengan menyuntikkan kelenjar hipofisa ikan donor
yang dicampur dengan cairan air murni. Ikan donor bisa diambilan dari ikan nila konsumsi,
ikan lele maupun ikan mas, sedangkan letak kelenjar hipofisa berada di daerah otak ikan.

Kelenjar hipofisa adalah kelenjar yang menghasilkan berbagai hormon, antara hormon yang
berkerja terhadap kelenjar kelamin jantan (testes) Maupun kelenjar kelamin betina (kantong
telur).

b.    Pengambilan kelenjar hipofisa

Pengambilan kelenjar hipofisa biasa dilakukan pada ikan donor yang spesiesnya memakai
ikan Mas sebagai donornya. Hal ini disebabkan kelenjar ikan mas bersifat universal.

 Ada beberapa langkah pengambilan kelenjar hipofisa pada ikan, dantaranya sebagai berikut :

1)    Timbang ikan donor sesuai dengan dosis. Sebagai contoh, jika berat induk betina 5 kg (2
ekor), dengan dosis penyuntikan 2 dosis, maka ikan donor yang harus disiapkan adalah
sebanyak 10 kg.

2)    Potong ikan donor secara vertikal pada bagian belakang tutup insang.

3)    Letakkan potongan kepala ikan donor dengan posisi mulut keatas, lalu potong lagi secara
vertikal di atas mata di bawah hidung. Otak akan terlihat diselimuti lendir atau lemak.

4)    Angkat otak ikan dan buang lendirnya dengan kapas atau tisue. Setelah bersih akan
tampak butiran putih seperti beras dalam lekukan tulang, itulah kelenjar hypopisa.

5)    Ambil kelenjar hypopisa dengan pinset, lalu letakan pada alu penggerus. Lakukan
berulang-ulang hingga kelenjar hypopisa dari setiap ikan donor habis. Setelah itu, hancurkan
hypopisa dalam gelas penggerus sampai halus.

6)    Masukan 1 - 1,5 ml aquabides ke dalam gelas penggerus dan aduk hingga merata. Agar
lebih larut, putar dengan sentrifugal atau pemusing.

7)    Sedot larutan hypopisa dengan alat suntik bervolume. Kemudian disuntikkan ke


punggung ikan mas letaknya 3 sisik dari atas dan 5 sisik dari tutup insang.
8)    Penyuntikan dilakukan pada pasangan induk kedua.

c.    Langkah-langkah Memijahkan ikan nila

1.    Siapkan indukan yang siap memijah (matang Gonad).

Ikan nila matang gonad bisa dilihat dari bagian bawah perut ikan, pada nila jantan jika diurut
akan keluar cairan putih dan bentuk lebih panjang. Sedangkan pada nila betina bentuk bulat
pendek,  jika diurut akan keluar telur . Selain itu nila betina yang siap memijah perut nampak
gendut.

2.    Siapkan bak pemijahan.

Bak pemijahan berukuran 2 x 3 x 0.8 meter atau ukuran lain menyesuaikan dengan ukuran
indukan yang akan dipijahkan dan situasi. Bak pemijahan bisa menggunakan kolam terpal.

3.    Menyiapkan kakaban

Kakaban merupakan media untuk bertelur ikan lele. Kakaban terbuat dari ijuk yang dijepit
memakai bambu. Diletakkan di dalam kolam dan diberi pemberat agar tenggelam.

4.    Mengisi bak pemijahan dengan air.

Isi bak pemijahan dengan air bersih dan bening, jangan lupa sebelum diisi air , kolam harus
dipastikan bersih dan bebas penyakit. Telur ikan dan burayak sensitif terhadap penyakit dan
jamur.

5.    Memasukkan indukan

Indukan dimasukkan pada kolam pemijahan pada sore hari dan akan memijah pada malam
hari. Jika dengan penyuntikan sebelum dimasukkan tentu harus disuntik terlebih dahulu.
Jangan lupa menutup bak pemijahan dengan kain hafa/jaring untuk menghindari ikan nila
melompat.

6.    Mengangkat indukan

Pada pagi hari setelah semua telur menetas, angkat indukan dan pisahkan dari telur. Jika tidak
dipisahkan indukan akan memakan telur-telur tersebut. Ganti sebagian air bak dengan air
bersih.

2.2.6     Penanganan telur

Untuk penanganannya telur ikan nila biasanya telurnya dilekatkan pada substrat. Telur yang
telah menempel pada kakaban dapat ditetaskan dalam wadah budidaya disesuaikan dengan
sistem budidaya yang akan diaplikasikan. Selama penetasan telur, air dialirkan terus menerus.
Seluruh telur yang akan ditetaskan harus terendam air, kakaban yang penuh dengan telur
diletakan terbalik sehingga telur menghadap ke dasar bak. Dengan demikian telur akan
terendam air seluruhnya.

Telur yang telah dibuahi berwarna kuning cerah kecoklatan, sedangkan telur yang tidak
dibuahi berwarna putih pucat. Di dalam proses penetasan telur diperlukan suplai oksigen
yang cukup. Untuk memenuhi kebutuhan akan oksigen terlarut dalam air, setiap bak
penetasan di pasang aerasi. Telur akan menetas tergantung dari suhu air wadah penetasan dan
suhu udara. Jika suhu semakin panas, telur akan menetas semakin cepat. Begitu juga
sebaliknya, jika suhu rendah, menetasnya semakin lama. (Tucker, et al,2004).

Telur-telur akan menetas menjadi burayak dalam waktu kurng lebih 4 hari kemudian, selama
itu telur-telur yang akan menetas berwarna bening sedangkan yang tidak akan menetas
berwarna putih. Buang dan ambil telur-telur yang tidak menetas dengan jaring, sedot dengan
selang atau cara lain agar tidak mencemari kolam.

Gambar 3. Kakaban

2.2.7     Perawatan larva

Telur yang sudah menetas akan menjadi larva, pada perawatan larva ini harus dilakukan
pengontrolan dengan baik, hal ini dikarenakan larva ikan sangat rentan terhadap perubahan
kualitas air, jika ini terjadi langkah yang harus dilakukan adalah pemasangan
kincir atau blower agar oksigen dapat masuk kedalamkolam dan karbon dioksida berkurang
dan tidak terjadi persaingan oksigen (Ongkeng, 2012).

            Selama masa pemeliharaan larva, Pakan merupakan salah satu unsur yang sangat
penting dalam pemeliharaan larva ikan nila karena dapat mempengaruhi pertumbuhan
larva Ikan Nila. Benih berumur sehari belum perlu diberi makanan tambahan dari luar karena
masih mempunyai cadangan makanan berupa yolk sac atau kuning telur.

            Pakan tambahan di berikan pada larva ikan pada saat berumur 7-10 hari, pakan
tambahan dapat berupa pelet yang di haluskan dengan cara di gerus kemudian di saring
dengan menggunakan tapisan teh tujuannya agar larva dapat mencerna dengan
mudah, Selama pemeliharaan larva ikan nila, pemberian pakan dilakukan 3 kali dalam sehari,
yaitu : pagi antara 07.00-08.00 WITA, siang antara 12.00-13.00 WITA dan sore hari antara
jam 16.00-17.00 WITA.

2.2.8     Pendederan

Pendederan adalah kegiatan pemeliharaan benih yang dilakukan untuk menghasilkan benih


ukuran tertentu yang siap dibesarkan dikolam pembesaran.

1.    Kolam untuk Pendederan

Persiapan kolam pendederan sebagai berikut:

a.    Bentuk kolam pada minggu 1-2, lebar 60 cm, panjang 200 cm dan tinggi 50 cm panjang
200 cm, dan tinggi 50 cm. Dinding kolam dibuat tegak lurus, halus, dan licin sehingga
apabila bergesekan dengan tubuh benih nila tidak akan melukai. Permukaan lantai agak
miring menuju pembuangan air kemiringan dibaut 3 cm diantara kedua ujung lantai, dimana
yang dekat tempat pemasukan air lebih tinggi. Pada lantai dipasang paralon dengan diameter
3-5 cm dan panjang 10 m

b.    kira-kira 10 cm dari pengeluaran air dipasang saringan yang dijepit 2 bingkai kayu tepat
dengan permukaan dalam dinding kolam. Diantara 2 bingkai, dipasang selembar kasa
nyamuk dari bahan plastik berukuran mess 0,5 – 0,7 mm, kemudian dipaku.

c.    Setiap kolam pendederan dipasang pipa pemasukan dan pipa air untuk mengeringkan
kolam. Pipa pengeluaran dihubungkan dengan pipa plastik yang dapat berfungsi untuk
mengatur ketinggian air kolam. Pipa plastik tersebut dikaitkan dengan suatu pengait sebagai
gantungan.

d.    Minggu ketiga, benih dipindahkan ke kolam pendederan yang lain. Pengambilannya


tidak boleh menggunakan jaring, tetapi dengan mengatur ketinggian pipa plastic.

e.    Kolam pendederan yang baru berukuran 100 x 200 x 50 cm, dengan bentuk dan
konstruksi sama dengan yang sebelumnya.

2.    Pemberian Pakan

a.    Hari pertama sampai ketiga, benih nila mendapat makanan dari kantong kuning telur
(yolk sac) yang dibawa sejak menetas.

b.    Hari keempat samapai minggu kedua diberi makan zooplankton, yaitu Daphnia dan
Artemia yang mempunyai protein 60 % Makanan tersebut diberikan dengan dosis 70 % x
biomasa setiap hari yang diberi dalam 4 kali pemberian. Makanan ditebar disekitar tempat
pemasukan air. Kira-kira 2-3 hari sebelum pemberian pakan zooplankton berakhir. Benih nila
harus dikenalkan dengan makanan dalam bentuk tepung yang berkadar protein 50 %. sedikit
dari tepung tersebut diberikan kepada benih 10-15 menit sebelum pemberiaan zooplankton.
Makanan yang berupa tepung dapat terbuat dari campuran kuning telur, tepung udang, dan
sedikit bubur nestum.

c.    Minggu ketiga diberi pakan sebanyak 43 % x biomasa setiap hari.

d.    Minggu keempat dan kelima diberi pakan sebanyak 32 % x biomasa setiap hari.

-       Minggu kelima diberi pakan sebanyak 21 % x biomasa setiap hari

-       minggu ketiga diberi pakan sebanyak 43 % x biomasa setiap hari.

-       Minggu keenam sudah bisa dicoba dengan pemberian pelet apung.

3.    Pemindahan atau pengangkutan benih

Pemindahan atau pengangkutan benih ikan nila ke tempat pemeliharaan pembesaran dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan cara tertutup dan dengan cara terbuka.

a.    cara tertutup, biasanya dilakukan bila jarak tempat pemeliharaan pembesaran jauh.

·         kantong plastik yang kuat diisi air bersih dan benih dimasukan sedikit demi sedikit.
Udara dalam plastik dikeluarkan O2 dari tabung dimasukan kedalam air sampai volume udara
dalam plastik 1/3 -1/4 bagian. Ujung plastik segera diikat rapat.

·         Plastik berisi benih nila dimasukan dalam kardus atau peti supaya tidak mudah pecah.

b.    Cara terbuka, biasanya dilakukan bila jarak ke tempat pemeliharaan pembesaran tidak
terlalu jauh.

·         Benih nila dilaparkan terlebih dahulu agar selama pengangkutan air tidak keruh oleh
kotoran nila (untuk pengangkutan lebih dari 5 jam)

·         tempat nila diisi air bersih, kemudian benih dimasukan sedikit demi sedikit jumlahnya
tergantung ukurannya. Benih ukuran 10 cm dapat diangkut dengan kepadatan maksimal
10.000/m3 atau 10 ekor/ liter. Setiap 4 jam, seluruh air diganti ditempat yang teduh.

2.2.9     Pembesaran

Pembesaran ikan nila merupakan tahap pemeliharaan dari hasil pendederan untuk
menghasilkan ikan nila ukuran konsumsi. Ukuran kolam beton tidak terlalu besar dengan
konstruksi dinding berukuran kecil dan berbentuk vertikal. Langkah-langkah kegiatan dalam
pembesaran nila secara intensif dalam kolam beton antara lain, persiapan kolam, penebaran
benih, pemeliharaan, pengontrolan, panen dan pasca panen.

1.    Persiapan kolam
Sebelum kolam dipergunakan, kolam harus dibersihkan dari lumpur dan semua kotoran yang
menempel pada dinding kolam. Untuk membunuh bibit bakteri dan penyakit yang menempel
pada dinding dan dasar kolam dapat disucihamakan dengan cara dikapur selama beberapa
hari. Pengisian air dilakukan 1-2 hari sebelum penebaran. Air yang digunakan adalah air
sungai yang mengalir ke tiap-tiap kolam. Ketinggian air dalam kolam sekitar 2/3 bagian atau
4/5 bagian dari kedalaman kolam.

2.    Penebaran benih

Setelah tahapan proses persiapan kolam terlaksana dengan baik, maka pada hari yang kelima
sampai hari ketujuh setelah masa pengisian air kolam dilakukan akan dilakukan penebaran
benih ikan nila. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah ukuran benih ikan yang
disebarkan hendaknya berukuran antara 8-12 cm atau dengan ukuran berat 30 gram/ekor atau
sudah bisa memakan pellet dengan pada tebar sekitar 5-10 ekor/m2. Pemeliharaan ikan nila
dilakukan selama 6 bulan atau hingga ukuran berat ikan nila sudah mencapai 400-600
gram/ekor. Penebaran benih dilakukan setelah kondisi kualitas air dalam kolam stabil.
Penebaran dilakukan pada pagi atau sore hari ketika suhu air dalam keadaan rendah dan
dilakukan aklimatisasi suhu untuk menghindari benih ikan stress.

3.    Pemeliharaan

Pemberian pakan dilakukan mulai hari kedua setelah penebaran, hal ini dimaksudkan untuk
mengurangi jumlah makanan yang tidak termakan karena setelah penebaran ikan masih
dalam keadaan stress.

Dalam pemberian makanan ikan nila diberikan setiap hari dengan komposisi makanan alami
dan juga makanan tambahan. Makanan ikan nila ini bisa terdiri dari dedak, ampas kelapa,
pelet dan juga sisa-sisa makanan dapur.

Umumnya pemberian pakan dilakukan dengan ukuran seperti Protein 20-30%; Lemak 70%
(maksimal.); dan Karbohidrat 63 - 73%.

4.    Pengontrolan

Pengontrolan terhadap kondisi kolam, pengairan, ikan peliharaan dan keamanan lingkungan
perlu dilakukan setiap hari. Kontinuitas aliran air harus diperhatikan agar kualitas air kolam
pemeliharaan kolam tetap terjaga terutama oksigen terlarut. Karena kecukupan oksigen akan
sangat berpengaruh terhadap nafsu makan ikan peliharaan. Kondisi kesehatan ikan juga harus
selalu dikontrol agar bila ada yang terlihat sakit dapat segera ditangani baik dengan
pencegahan maupun pengobatan.
5.    Penyakit

Ikan nila pada umumnya dapat diserang oleh penyakit serius yang disebabkan oleh lingkan
dan keadaan yang tidak menyenangkan, seperti populasi yang terlalu padat, kekurangan
makanan, penanganan yang kuran baik dan sebagainya. Penanggulangan yang paling efektif
dilakukan adalah dengan memberikan kondisi yang lebih baik pada kolam ikan tersebut.

Apabila sudah terjadi penyakit yang serius pada sebuah kolam ikan nila, maka semua upaya
yang dilakukan akan terlambat dan sia-sia. Penyembuhan dengan memberikan antibiotic atau
fungisida ke seluruh kolam memerlukan biaya yang cukup mahal.

Untuk mengatasi hal ini, maka salah satu hal yang paling umum dilakukan adalah melakukan
pencegahan akan lebih murah dibandingkan dengan melakukan pengobatan, yaitu dengan
jalan lain melakukan pengeringan pada kolam dan melakukan penyiapan dari permulaan.

2.2.10  Panen dan Pasca panen

a.    Panen

Masa pemanenan ikan nila sudah dapat dilakukan setelah masa pemeliharaan 4 - 6
bulan. Ikan nila pada usia 4-6 bulan pemeliharaan akan memiliki berat yang bevariasi, yaitu
antara 400-600 gram/ekor.

Bila ukuran berat dari masing-masing ikan dirasa belum maksimal, maka pemanenan
bisa juga dilakukan dengan sistem bertahap, dimana hanya dipilih ukuran konsumsi (pasar).
Pada tahap pertama dengan menggunakan jaring dan setiap bulan berikutnya secara bertahap.

Untuk melakukan pemanenan secara mudah bisa juga dilakukan dengan cara
mengeringkan kolam secara total atau sebagian. Bila ikan dipanen secara keseluruhan, maka
kolam dikeringkan sama sekali. Akan tetapi apabila akan memanen sekaligus maka hanya
sebagian air yang dibuang.

Pemanenan ikan nila dapat dilakukan dengan cara: panen total dan panen sebagian.

1)     Panen total

Panen total dilakukan dengan cara mengeringkan kolam, hingga ketinggian air tinggal
10 cm. Petak pemanenan/petak penangkapan dibuat seluas 1 m persegi di depan pintu
pengeluaran (monnik), sehingga memudahkan dala penangkapan ikan. Pemanenan dilakukan
pagi hari saat keadaan tidak panas dengan menggunakan waring atau scoopnet yang halus.
Lakukan pemanenan secepatnya dan hati-hati untuk menghindari lukanya ikan.
2)    Panen sebagian atau panen selektif

Panen selektif dilakukan tanpa pengeringan kolam, ikan yang akan dipanen dipilih
dengan ukuran tertentu. Pemanenan dilakukan dengan menggunakan waring yang di atasnya
telah ditaburi umpan (dedak). Ikan yang tidak terpilih (biasanya terluka akibat jaring),
sebelum dikembalikan ke kolam sebaiknya dipisahkan dan diberi obat dengan larutan
malachite green 0,5-1,0 ppm selama 1 jam.

b.    Pascapanen

Penanganan pascapanen ikan nila dapat dilakukan dengan cara penanganan ikan hidup
maupun ikan segar.

1)    Penanganan ikan hidup

Adakalanya ikan konsumsi ini akan lebih mahal harganya bila dijual dalam keadaan
hidup. Hal yang perlu diperhatikan agar ikan tersebut sampai ke konsumen dalam keadaan
hidup, segar dan sehat antara lain:

·         Dalam pengangkutan gunakan air yang bersuhu rendah sekitar 20 0C.

·         Waktu pengangkutan hendaknya pada pagi hari atau sore hari.

·         Jumlah kepadatan ikan dalam alat pengangkutan tidak terlalu padat.

b) Penanganan ikan segar

Ikan segar mas merupakan produk yang cepat turun kualitasnya. Hal yang perlu
diperhatikan untuk mempertahankan kesegaran antara lain:

·         Penangkapan harus dilakukan hati-hati agar ikan-ikan tidak luka.

·         Sebelum dikemas, ikan harus dicuci agar bersih dan lendir.

·         Wadah pengangkut harus bersih dan tertutup. Untuk pengangkutan jarak dekat (2 jam
perjalanan), dapat digunakan keranjang yang dilapisi dengan daun pisang/plastik. Untuk
pengangkutan jarak jauh digunakan kotak dan seng atau fiberglass. Kapasitas kotak
maksimum 50 kg dengan tinggi kotak maksimum 50 cm.

·         Ikan diletakkan di dalam wadah yang diberi es dengan suhu 6-7 0C. Gunakan es berupa
potongan kecil-kecil (es curai) dengan perbandingan jumlah es dan ikan=1:1. Dasar kotak
dilapisi es setebal 4-5 cm. Kemudian ikan disusun di atas lapisan es ini setebal 5-10 cm, lalu
disusul lapisan es lagi dan seterusnya. Antara ikan dengan dinding kotak diberi es, demikian
juga antara ikan dengan penutup kotak.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan setelah benih sampai di tempat tujuan adalah sebagai
berikut:

·         Siapkan larutan tetrasiklin 25 ppm dalam waskom (1 kapsul tertasiklin dalam 10 liter
air bersih).

·         Buka kantong plastik, tambahkan air bersih yang berasal dari kolam setempat sedikit
demi sedikit agar perubahan suhu air dalam kantong plastik terjadi perlahan-lahan.

·         Pindahkan benih ikan ke waskom yang berisi larutan tetrasiklin selama 1-2 menit.

·         Masukan benih ikan ke dalam bak pemberokan. Dalam bak pemberokan benih ikan
diberi pakan secukupnya. Selain itu, dilakukan pengobatan dengan tetrasiklin 25 ppm selama
3 hari berturut-turut. Selain tetrsikli dapat juga digunakan obat lain seperti KMNO4 sebanyak
20 ppm atau formalin sebanyak 4% selama 3-5 menit.

·         Setelah 1 minggu dikarantina, tebar benih ikan di kolam budidaya.

  
BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan

Usaha pemeliharaan Ikan Nila (Oreochormis Niloticus) mempunyai prospek yang


cukup baikdikembangkan, karena permintaan pasar yang cenderung sangat meningkat dan
rasanya yang gurih serta ditunjang pula harganya yang relatif mahal dibandingkan dengan
ikan hasil budidaya air tawar lainnya di sekitar Kuala Kapuas.Pemeliharaan Ikan Nila
(Oreochormis Niloticus) di kolammerupakan salah satu cara budidaya ikan yang mudah
dikembangkandi Kabupaten Kapuas karena wilayahnya yang banyak air dan sungaiserta pola
budidaya ikan yang mulai digandrungi masyarakat. Jugasebagai alternatif sumber pendapatan
dan pemenuhan gizi keluarga.

Makanan bagi Ikan Nila (Oreochormis Niloticus) juga tidak sulit,karena ia mau
menyantap segala jenis makanan alami ataupun buatan(pellet), bahkan diberi dedak halus
ataupun ampas tahu ia mau juga.Ikan Nila (Oreochormis Niloticus) termasuk jenis ikan
pemakancampuran (omnivora).Berbeda dengan jenis ikan konsumsi lainnya, Ikan
Nila(Oreochormis Niloticus) termasuk golongan pemakan segala ini dapatdi budidayakan
(pembesaran) dengan berbagai sistem, antara lain : sistem air deras, keramba, jaring terapung,
longyam serta di kolam air tergenang (stagnat water). Oleh karena dibudidayakan dengan
banyakcara itulah, maka Ikan Nila (Oreochormis Niloticus) dapat dijadikan alternatif
pemilihan usaha.

3.2  Saran

Selama masa pemeliharaan perlu diawasi kemungkinan adanya serangan hama dan
penyakit. Cara yang paling aman untuk mengendalikan hama adalah secara fisik menangkap
langsung hewanliar/hama tadi atau mencegahnya masuk ke dalam kolam.Sedangkan penyakit
ikan dapat dicegah dengan pengapuranyang seimbang untuk mempertahankan kualitas air,
serta diupayakan suhu air tidak kurang dari 280C
DAFTAR  PUSTAKA

Achmad. M. R., 2014. Cara budidaya dan produksi ikan nila. http://achrimu21.
blogspot.co.id/2014/01/cara-budidaya-dan-produksi-ikan-nila.html. Diakses 2 Maret 2016.

Anonim, 2013. Laporan pembenihan ikan nila. http://infoichal28.blogspot.co.


id/2013/11/laporan-perbenihan-ikan-nila-di-balai.html. Diakses 2 Maret 2016

Mukhlas, 2009. Hipofisa dan ovaprim. Aquakultur. (online), (http://mukhlas

muthiullah.blogspot.com/2009/03/hipofisa-dan-ovaprim.html), diakses 6 oktober 2011.

http://www.duniapengetahuan.com/2013/02/cara-budi-daya-ikan-nila-dan keuntungan.html

Anda mungkin juga menyukai