Anda di halaman 1dari 15

PROPOSAL PROGRAM KREATIFITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM

POTENSI ANTIOKSIDAN DARI MANGROVE Rhizophoraceae SEBAGAI


ANTIBAKTERI

BIDANG KEGIATAN: PKM PENELITIAN

Diusulkan oleh:

AHMAD YAMIN (I1C118051)

JURUSAN ILMU KELAUTAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI

2021
DAFTAR ISI

Table of Contents
BAB 1. PENDAHULUAN..........................................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................3
1.3 Tujuan Khusus........................................................................................................................3
1.4 Urgensi Penelitian..................................................................................................................3
1.5 Target Penemuan dan Kontribusi Penelitian..........................................................................3
1.6 Luaran yang Diharapakan......................................................................................................3
1.7 Manfaat Penelitian................................................................................................................3
2. Eksternal....................................................................................................................................3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................................3
BAB 3. METODE PENELITIAN.................................................................................................................3
3.1 Tahapan Penelitian................................................................................................................3
Sterilisasi alat.....................................................................................................................................3
Analisis Kadar Antosianin, Alkaloid dan Tanin...................................................................................3
3.1.1 Sterilisasi Alat.....................................................................................................................3
3.1.2 Pengambilan Sampel Daun Mangrove di Lapangan...........................................................3
3.1.3 Pengekstrakan Antosianin, Alkaloid dan Tanin Sampel......................................................3
3.1.4 Analisis Kadar Antosianin...................................................................................................3
3.1.4 Analisis Kadar Alkaloid.......................................................................................................3
3.1.5 Analisa Kadar Tanin............................................................................................................3
3.1.6 Uji Efektivitas Ekstrak Daun Mangrove Sebagai Antibakteri..............................................3
3.2 Luaran....................................................................................................................................3
3.3 Indikator Capaian...................................................................................................................3
3.4 Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data.........................................................................3
3.5 Cara Penafsiran......................................................................................................................3
3.6 Penyimpulan Hasil Penelitian.................................................................................................4
BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN..................................................................................................4
4.1 Anggaran Biaya......................................................................................................................4
4.2 Jadwal Kegiatan.....................................................................................................................4
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................4
1. Peralatan penunjang..................................................................................................................4
2. Bahan Habis Pakai......................................................................................................................4
3. Perjalanan..................................................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Permasalahan

Indonesia memiliki perairan yang sangat luas, dengan 70% luas wilayahnya didominasi oleh
laut, memiliki komoditi air yang potensi pemanfaatannya sangat luas, tetapi hampir sebagian
besar masyarakat Indonesia belum bisa memanfaatkan sumber daya yang terdapat di laut.
Besarnya sumber daya di laut karena banyak terdapat pangan hayati laut dan Indonesia
memiliki banyak keanekaragaman ekosistem di laut, khsusnya tanaman mangrove. Salah satu
sumber daya hayati yang paling potensial di kawasan Taman Nasional Rawa Aopa
Watumohai adalah tumbuhan mangrove dengan keanekaragaman jenis yang tinggi dan
mendukung kehidupan hewan-hewan endemik seperti Anoa (Buballus sp) maupun Elang
sulawesi (Analuddin, dkk., 2012). Hutan mangrove tidak hanya memberikan habitat bagi
Anoa tetapi juga sebagai sumber mencari makan terutama daun-daunmangrove yang
mengandung nutrisi penting. Hutan mangrove di TNRAW merupakan kawasan hutan yang
masih terjaga kelestariannya dan menjadi satu-satunya kawasan yang memberikan
perlindungan berbagai biota. Selain sebagai tempat perlindungan biota, semua jenis
tumbuhan juga memiliki kandungan metabolit primer dan sekunder. Metabolit sekunder
merupakan salah satu mekanisme pertahanan diri dari berbagai macam organisme.

Tumbuh mampu merekayasa beraneka ragam senyawa kimia yang mempunyai berbagai
bioaktivitas yang menarik, dan kemampuan ini pula diartikan sebagai mekanisme pertahanan
diri terhadap ancaman lingkungan. Tumbuhan mangrove digunakan sebagai sumber untuk
memperoleh senyawa antioksidan. senyawa antioksidan yang meliputi antosianin, alkaloid
dan tanin yang tersebar pada jaringan tumbuhan. Senyawa antioksidan sangat bervariasi
jumlah dan jenisnya dari setiap tumbuh-tumbuhan dan senyawa ini penting untuk
kelangsungan hidup serta berpotensi sebagai antikanker, antivirus, antibakteri maupun
antijamur. Meningkatnya penggunaan antibiotik dalam mengatasi berbagai penyakit yang
disebabkan oleh bakteri mulai menimbulkan masalah baru, terutama karena sebagian besar
bahan antibakteri yang digunakan merupakan zat kimia berbahaya dan sifatnya tidak aman
bagi kesehatan (Nimah et al., 2012).

Indonesia dengan kenekaragaman hayati yang sangat tinggi berpotensi untuk pengembangan
dibidang farmasi guna mengatasi permasalahan-permasalahan dibidang kesehatan yang
dihadapi oleh manusia saat ini. Hal ini karena banyak sekali tumbuhan- tumbuhan asli
Indonesia yang belum dieksplorasi akan manfaat dan kegunaannya. Mangrove marupakan
salah satu tanaman yang tumbuh subur di Kawasan Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai
dan sekitarnya (Analuddin, dkk., 2011, 2012). Sampai saat ini, pemanfaatan mangrove masih
terbatas, padahal tumbuhan mangrove memiliki potensi yang cukup besar untuk dijadikan
bahan antibakteri. Potensi besar yang dimiliki mangrove berupa senyawa bioaktif yang
dikandungnya harus dikembangkan yang nantinya dapat digunakan dalam bidang kesehatan
khususnya untuk pencarian bahan baku obat-obatan seperti obat antibiotika. Salah satu jenis
obat yang sangat penting adalah obat antibakteri karena banyak sekali makanan yang
dikonsumsi oleh manusia yang yang berasal dari laut telah tercemar, mengandung
mikroorganisme atau bakteri dan bahan kimia berbahaya. Salah satu mikroba bakteri yang
mengkontaminasi makanan (kerang, udang dan hasil laut lainnya), menyebabkan keracunan
makanan. Sampai saat ini penanggulangan penyakit yang disebabkan oleh bakteri masih
mengandalkan antibiotik sintetik. Hal ini menimbulkan kekuatiran akan munculnya bakteri
baru yang resisten terhadap antibiotik (Tirtodiharjo, 2011). Berdasarkan latar belakang
tersebut sehingga perlunya dilakukan penelitian tentang “Potensi Antioksidan dari Mangrove
Rhizoporaceae Sebagai Antibakteri” sebagai agen hayati penghasil antibakteri dalam
pengembangan bioteknologi di Indonesia.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada PKM penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana potensi antioksidan dari mangrove Rhizoporaceae terhadap bakteri


Escherichia coli?
2. Bagaimana potensi antioksidan dari mangrove Rhizoporaceae terhadap bakteri
Staphylococcus aureus?

1.3. Tujuan Khusus

Penelitian ini memiliki tujuan khusus yaitu untuk mengetahui kemampuan daya
hambat dan potensi anti bakteri ekstrak akar, kulit batang dan daun mangrove Rhizoporaceae
dari lokasi Bungkutoko terhadap bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus,
golongan senyawa antioksidan yang terkandung pada ekstraknya. Kegunaan dari penelitian
ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan informasi mengenai senyawa bioaktif mangrove
Rhizoporaceae yang berpotensi sebagai antibakteri dan dapat digunakan sebagai sumber
bahan baku obat.

1.4. Urgensi Penelitian


Urgensi penelitian ini adalah penting dalam perkembangan bioteknologi di Indonesia
berbasis antioksidan dengan menemukan antibakteri ekstrak dari tanaman mangrove
Rhizoporaceae yang potensial sebagai penghasil antibakteri

1.5. Target Penemuan dan Kontribusi Penelitian

Target penemuan pada penelitian ini adalah menemukan antibakteri yang dapat
menghambat bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus, yang berasal dari ekstrak
tanaman mangrove Rhizoporaceae di Kawasan Taman Nasional Rawa Aopa Watumohaikota
kendari Sulawesi Tenggara, sedangkan konstribusi penelitian ini adalah menambah wawasan
dan ilmu pengetahuan baru di dunia mikrobiologi. Selain itu dapat memberikan konstribusi
terhadap pengobatan.

1.6. Luaran yang Diharapakan

Luaran yang diharapkan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Memberikan pengetahuan baru tentang antibakteri dari ekstrak tanaman mangrove


Rhizoporaceae di di Kawasan Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai kota kendari
Sulawesi Tenggara, yang secara potensial sebagai bioprospek penghambat bakteri.
2. Menghasilkan publikasi ilmiah yang bertaraf nasional maupun internasional

1.7. Manfaat Penelitian

1.Internal

Dapat memberikan pengetahuan dan wawasan baru bagi peneliti dalam


mengeksplorasi keanekaragaman mangrove sebagai antibakteri maupun sebagai penghasil
obat-obatan serta memberikan informasi ilmu pengetahuan untuk pengembangan penelitian
lebih lanjut.

2.Eksternal

Dapat memberikan sumbangan informasi penting mengenai antioksidan dari tanaman


mangrove Rhizoporaceae sebagi antibakteri di Indonesia yang potensial serta dapat
memberikan manfaat sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi masyarakat untuk
memanfaatkan mangrove sebagai antibakteri.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Hutan mangrove merupakan hutan yang dimana tumbuhannya dapat hidup di daerah
pantai, atau umumnya hidup di daerah muara sungai atau di daerah teluk. Hutam mangrove
memiliki ciri-ciri, seperti tidak terpengaruh oleh iklim, dipengaruhi pasang surut air laut, dan
tanahnya digenangi oleh air laut. Jenis-jenis pohon yang umum tumbuh di hutan mangrove
ialah api-api (Avicenia sp.), pedada (Sonneratia sp.), bakau (Rhizophora sp.), lacang
(Bruguiera sp.), nyirih (Xylocarpus sp.), dan nipah (Nypa sp.) (Haryani, 2013). Mangrove
memiliki karakteristik biokimiawi yang unik sesuai dengan kondisi lingkungannya, misalnya
mangrove menghasilkan banyak senyawa metabolit sekunder untuk kelangsungan hidupnya
di daerah dengan kondisi lingkungan yang ekstrim. Jenis mangrove seperti Rhizopora
apiculata, Rhizophora stylosa dan Rhizopora mucronata. Ketiga jenis mangrove ini banyak
dimanfaatkan dalam bidang kesehatan seperti di India dan Cina sebagai anti diare, obat mual,
dan muntah serta dapat menghasilkan asam piroligneus yang melindunginya dari organisme
karena cairan tersebut bersifat antioksidan tinggi, bakteri tanah dan jamur dihabitat mangrove
mampu mendegradasi cairan yang bersifat racun sehingga tidak terakumulasi dalam hutan
mangrove (Reddy at al., 1991).

Mangrove kaya akan senyawa-senyawa polifenol (Kathiresan and Ravi, 1990; Ravi
and Kathiresan, 1990) dan kadarnya bervariasi secara musiman.senyawa-senyawaa fenol dan
flavonoid bertindak sebagai pelindung daun-daun terhadap sinar ultraviolet sehingga
mangrove punya daya toleransi yang tinggi terhadap cahaya matahari. Oswin dan Kathiresan
(1994) menemukan bahwa kadar klorofil dan karotenoid pada mangrove tinggi pada musim
panas, sedangkan antosianin tinggi pada musim hujan, sementara flavonoid meningkat pada
permulaan musim hujan. Mangrove memiliki konsentrasi pigmen yang bervariasi dan hal ini
berhubungan dengan kondisi spasial dan temporal. Antosianin merupakan kelompok pigmen
yang terdapat pada bunga-bunga yang berwarna merah, ungu dan biru (Tunen, 1991). Kadar
antosianin sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan eksternal dan internal (Harborne dan
Grayer, 1980).

Pigmen antosianin pada bunga-bunga sangat penting dan menguntungkan secara


ekonomi. Antosianin sangat berpotensi sebagai antioksidan, dimana sianida sebagai
antosianin yang paling umum terdapat di daun tumbuhan (Gould dan Quinn, 1999).
Antosianin memiliki kandungan antioksidan sampai 4.4 kali lebih besar dari pada asam
askorbat dan vitamin E (Rice-Evans et al., 1997). Antosianin dapat berperan juga sebagai
pelindung DNA dari kerusakan. Kemampuan antosianin bertindak sebagai antioksidan
melalui dua mekanisme yaitu (1) antosianin seperti halnya flavonoid lain yang berperan pada
perubahan metal, khususnya secara biologi merupakan ion-ion penting dari besi (Brown et
al.,1998). (2) antosianin bertindak secara langsung sebagai antioksidan melalui peningkatan
kemampuan memberikan proton. Kedua antioksidan ini secara langsung bersama-
samamendorong pencarian molekul oksigen aktif seperti hidrogen perioksida, superoxide,
hidroxil dan peroksil radikal (Bors et al., 1994). Selain antosianin, senyawa alkaloid juga
merupakan hasil dari metabolit sekunder yang banyak terdapat di alam. Alkaloid merupakan
senyawa kimia bersifat basa yang mengandung satu atau lebih nitrogen. Sebagian besar
senyawa alkaloid bersumber dari tumbuh-tumbuhan, alkaloid dapat ditemukan pada bagian
tanaman seperti bunga, biji, daun, ranting, akar dan kulit batang.

Menurut Selmar (2008) bahwa dalam percobaan dapat ditunjukan tanaman


yang terpapar pada kondisi stres menghasilkan sejumlah senyawa metabolit sekunder
yang mengandung nitrogen 5 h tinggi seperti senyawa alkaloid. Alkaloid pada tanaman
berfungsi sebagai racun g dapat melindunginya dari serangga dan herbivora serta senyawa
simpanan yang mampu menyuplai nitrogen yang diperlukan tanaman (Wink, 2008 dalam
Hartati, 2010). Alkaloid memiliki kemampuan sebagai antibakteri yang diduga dengan cara
menganggu komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri sehingga lapisan dinding sel
tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel tersebut (Ronbinson, 1995).
Pertumbuhan mikroorganisme dapat juga dihambat dengan senyawa inhibitor yang aktif
seperti tanin. Buah-buahan yang telah matang umumnya lebih peka terhadap serangan
mikrobia dari pada buah-buahan yang muda. Hal ini mungkin disebabkan karena menurunya
kandungan tanin dalam buah tersebut. Enzim yang dikeluarkan oleh mikrobia pada dasarnya
adalaah protein dan akan diendapkan oleh tanin sehingga enzim tersebut tidak aktif (Winarno
dan Aman, 1981).

Ekstrak kasar etanol dari tanaman jenis mangrove seperti Rhizopora apiculata (bakau)
memiliki aktivitas antibakteri patogen, Escherichia coli, P. aeruginosa, K. pneumonia,
Enterobacter sp dan Streptococcus aureus (Ravikumar et al., 2010). Daun mangrove
digunakan untuk mengatasi kulit yang terbakar dan obat antifertilitas tradisional oleh
masyarakat pantai. Hampir seluruh bagian tumbuhan ini dapat dimanfaatkan seperti akar,
kulit batang, daun, bunga atau biji. Senyawa aktif yang diidentifikasi dari Avicennia marina
tidak memperlihatkan senyawa yang diketahui memiliki aktivitas tokolitik maupun yang
secara langsung bertindak sebagai agen kontrasepsi tetapi teridentifikasi lebih bersifat
antibiotik maupun antimikroba (Halidah, 2014).

Ekstrak metanol dari batang tumbuhan bakau jenis Rhizophora sp mampu


menghambat pertumbuhan bakteri uji Vibrio harveyi dan ekstrak metanol dari pelepah nipah
juga mampu menghambat pertumbuhan bakteri uji. Ekstrak daun mangrove A. marina
dengan konsentrasi 1600 ppm mampu menghambat pertumbuhan bakteri S. Aureus.
Kemampuan antibakteri ekstrak metanol A. marina terhadap S. aureus juga ditunjukkan pada
penelitian Subashree et al. (2010) yang menunjukkan bahwa zona bening yang dihasilkan
pada S. aureus lebih besar dibandingkan dengan bakteri uji yang lain. Menurut Prihanto et al.
(2011), hal ini dikarenakan S. aureus merupakan bakteri gram positif yang sensitif terhadap
senyawa-senyawa aktif karena dinding selnya tidak mengandung peptidoglikan seperti yang
terdapat pada mikroba gram negatif. Pengujian aktivitas antimikroba ekstrak metanol daun
Avicennia marina menunjukkan adanya hambatan terhadap bakteri, pada pengujian bakteri
Staphylococcus aureus. semakin besar konsentrasi semakin besar pula adanya zona hambat
disebabkan
BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1 Tahapan Penelitian

Penelitian ini menggunakan 2 metode yaitu (1) eksplorasi kadar antioksidan (antosianin,
alkaloid dan tanin) jenis mangrove Rhizopora apiculata, Rhizopora mucronata dan Rhizopora
stylosa dari TNRAW; (2) eksperimental di laboratorium untuk uji efektivitas antioksidan
mangrove Rhizoporaceae sebagai antibakteri. Tahapan penelitan yang akan dilakukan pada
penelitian ini yaitu :

a) Sterilisasi alat
b) Pengambilan Sampel Daun Mangrove di Lapangan Analisis Potensi Antioksidan
Jenis Mangrove Rhizoporaceae
c) Analisis Kadar Antosianin, Alkaloid dan Tanin
d) Isolasi dan Uji Efektifitas Antioksidan Sebagai Antibakteri Gambar 1.Skema
Pelaksaan Penelitian

3.1.1 Sterilisasi Alat

Alat yang akan digunakan dalam penelitian ini terlebih dahulu disterilkan dalam autoklaf
bertekanan 1 atm dengan suhu 121 °C selama 20 menit. Alat-alat yang akan disterilkan
meliputi cawan petri, tabung reaksi, pipet volum, botol pengencer, gelas kimia, gelas ukur,
tip, dan jarum inokulasi.

3.1.2 Pengambilan Sampel Daun Mangrove di Lapangan

Material yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman mangrove famili
Rhizoporaceae yang dikoleksi dari perairan Bungkutoko. Bagian tanaman mangrove yang
digunakan adalah berbagai jenis daun mangrove. Mangrove diekstraksi dan dilakukan uji
antibakteri terhadap bakteri E.coli dan S.aureus yang diperoleh dari Laboratorium
Mikrobiologi, Jurusan Biologi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Halu Oleo. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah eksperimental laboratories. Data
penelitian dianalisis secara deskriptif. Pengambilan sampel Tanaman mangrove dilakukan
dengan menggunakan metode sampling.

3.1.3 Pengekstrakan Antosianin, Alkaloid dan Tanin Sampel


Pengekstrakan sampel diawali dengan memilih daun berbagai jenis yang paling
dewasa dan kemudian daun terpilih tersebut dipotong-potong dan diekstraksi antosianin,
alkaloid dan taninnya. Ekstraksi antosianin diawali dengan menimbang 0,2 g daun berbagai
jenis mangrove Rhizoporaceae kemudian menggerusnya dengan ½ bagian dari total larutan
asam asetat 25% (10 mL). Setelah itu, dipindahkan kedalam tabung reaksi dan
menambahkannya dengan sisa larutan asam asetat 25% (1/2 bagian). Hasil yang diperoleh
disentrifugasi selama 10 menit dan dilakukan penyaringan dengan menggunakan kertas
Whatman 41 (Tensiska et al., 2006). Ekstraksi alkaloid diawali dengan menimbang 0,2 g
daun berbagai jenis mangrove lalu ditambahkan 10 mL asam asetat 10% dan etanol kemudian
ditutup dan dibiarkan selama 4 Jam. Setelah itu campuran disaring dan ekstraknya dipekatkan
pada penangas air hingga volume semula menjadi seperempatnya dan ditambahkan amonium
hidroksida pekat kedalam ekstrak sampai endapanya sempurna kemudian disentrifugasi
selama 3 menit, seluruh larutan dibiarkan tenang, kemudian endapannya dikumpulkan dan
dicuci dengan amonium hidroksida lalu disaring dan residu dikeringkan (Seniawaty et al.,
2009).

3.1.4 Analisis Kadar Antosianin

Kadar antosianin dihitung dengan cara filtrat hasil pengekstrakan yang dianalisis
dengan spektrofotometri pada absorbansi 510 nm (Tensiska et al., 2006)

Total Kadar Antosianin (%) = = A𝗌 × L × MW × DF × VWt × 100

Keterangan :

A = Absorbansi Sampel

ε = Absorptivitas molar sianidin-3- glukosida = 26900 L/(mol.cm) L = Lebar kuvet = 1


cm

MW = Berat molekul sianidin-3- glukosida = 449,2 g/mol DF = Faktor pengenceran

V = Volume akhir atau Volume ekstrak pigmen (L) Wt = Berat bahan awal (g)

3.1.4 Analisis Kadar Alkaloid

Kadar alkaloid daun berbagai jenis daun mangrove Rhizoporaceae sesuai dengan
metode Harborne (1973) dalam Seniawaty et al., (2009) dengan cara mengeringkan residu
hasil ekstraksi daun mangrove kemudian menimbang residu tersebut.
3.1.5 Analisa Kadar Tanin

Kadar tanin berbagai jenis Mangrove Rhizoporaceae akan ditentukan dengan metode
spektrofotometri yang dikembangkan oleh Rangana, 1979. Pertama-tama dibuat kurva
standar dengan melarutkan 0,5 mg asam tanat kedalam 50 mL aquadest. Kemudian dibuat
larutan standar asam tanat dengan kosentrasi yang bertingkat dari 0,02 sampai 0,1 mg/mL,
kemudian ditambahkan 0,5 reagen Folin Denis dan 1 mL larutan natrium karbonat jenuh, dan
dibuat menjadi 10 mL dengan penambahan aquadest. Dicampur dengan baik dan di ukur
absorbansinya pada panjang gelombang 725 nm menggunakan larutan blangko dengan
menunjukkan absorbansi 0 (nol). Kadar tanin sampel diketahui dengan menggunakan kurva
standard.

3.1.6 Uji Efektivitas Ekstrak Daun Mangrove Sebagai Antibakteri

Penelitian ini dilakukan dengan cara mengambil daun dari jenis mangrove
Rhizoporaceae dengan berat dan ukuran yang seragam, kemudian dicuci dengan air yang
mengalir, dan dilakukan sterilisasi menggunakan sodium hipocloryte 5% selama 5 menit dan
dicuci dengan aquadest steril sebanyak 3 kali. Daun dari jenis mangrove tersebut diekstrak
dengan menggunakan mortal dan sebanyak 5 g dicampurkan pada medium NA. Uji aktivitas
antibakteri dilakukan dengan menumbuhkan bekteri E. Coli dan S. Aureus pada masing-
masing medium NA yang telah dicampur dengan ektrak daun mangrove, sedangkan medium
NA yang tidak dicampur dengan ekstrak daun mangrove digunakan sebagai kontrol. Dibuat
sebanyak 2 kali ulangan. Diinkubasi selama 3 hari dan masing-masing medium dilihat
efektivitas penghambat pertumbuhan

E. Coli dan S. Aureus tersebut. Kemudian dihitung dengan menggunakan jangka sorong.

3.2. Luaran

Luaran yang diharapkan pada penelitian ini adalah memberikan kontribusi yang besar
terhadap bioprospek pemanfaatan tanaman Mangrove Rhizoporaceae sebagai antibakteri.

3.3. Indikator Capaian

Indikator capaian pada penelitian ini adalah menemukan antibakteri dari tanaman
Mangrove Rhizoporaceae.
3.4. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data

Data morfologi diperoleh dari pengamatan pengukuran menggunakan jangka sorong dan
dianalisis secara deskriptif.

3.5. Cara Penafsiran

Data ditafsirkan berdasarkan hasil analisis data di atas.

3.6. Penyimpulan Hasil Penelitian

Penyimpulan penelitian ini dilakukan berdasarkan analisis data dan hasil penafsiran
sehingga zona penghambat dari ekstrak tanaman Mangrove Rhizoporaceae dapat ditemukan.
BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN

4.1 Anggaran Biaya


Rancangan biaya dari Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) ini dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1. Rancangan Anggaran Biaya
No. Jenis Pengeluaran Biaya (Rp)
1 Peralatan Penunjang 7.070.000
2 Bahan Habis Pakai 1.870.000
3 Perjalanan 1.560.000
4 Lain-Lain 2.000.000
Jumlah 12.500.000

4.2 Jadwal Kegiatan


Jadwal pelaksaan kegiatan PKM-Penelitian dilaksakan selama 5 (lima) bulan.
Adapun jadwal kegiatan penelitian ini dapat dilihat pada
Tabel 2. Tabel 2. Jadwal Pelaksaan Kegiatan
Bulan Ke-
No. Jenis Kegiatan
1 2 3 4 5
1. Tahapan Persiapan √
Persiapan Alat dan Bahan √
2. Tahapan Pelaksanaan √
Sterilisasi alat √
Pengambilan sampel dilapangan √
Pengekstrakan sampel √ √
Analisis kadar antosianin √
Analisis kadar alkaloid √
Analisis kadar tanin √ √
Uji aktivitas antibakteri √
3. Tahap Penyelesaian √
Pengumpulan Data dan Analisis Data √
Penyusunan Laporan √
DAFTAR PUSTAKA

Analuddin, Nashar, M., Safani, J., dan Ambardini, S., 2011, Analisis Kondisi
Lingkungan Ekosistem Mangrove di Sekitar Taman Nasional Rawa Aopa
Watumohai, Sulawesi Tenggara, Laporan Penelitian, Badan Riset Daerah Sulawesi
Tenggara.
Analuddin, Jamili, Raya, R., 2012, Perancangan Model Pengelolaan Ekosistem
Mangrove untuk Mengoptimalkan Perlindungan Hewan Endemik di Taman Nasional
Rawa Aopa Watumohai, Laporan Hibah Bersaing Dikti, Lembaga Penelitian,
Universitas Haluoleo Kendari.
Bors, W., Michel, C. and Saran, M., 1994, Flavonoid Antioxidants: Rate Constants
for Reactions with Oxygen Radicals. Methods in Enzymology 234, 420-429.
Brown, J.E., Khodr, H., Hider, R.C. and Rice-Evans, C.A., 1998, Structural
Dependence of Flavonoid Interactions with Cu2+ Ions: Implications for their
Antioxidant Properties, Biochemical Journal 330, 1173-1178
Gould, K.S. and Quinn, B.D., 1999, Do Anthocyanins Protect Leaves of New
Zealand. Halidah, 2014, Avicennia marina (Forssk.) Vierh Jenis Mangrove yang
Kaya Manfaat, Info
Teknis EBONI, 11 (1), 37 – 44
Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia. Terjemahan: Padmawinata, K dan Soediro,
I. Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Hartati, I., 2010, Isolasi Alkaloid dari Tepung Gadung (Discorea hispida Dennst)
dengan Teknik Ekstraksi Berbantu Gelombang Mikro, Tesis, Universitas Diponegoro,
Semarang.

Kathiresan, K. and Ravi, V.,1990, Seasonal Changes in Tannin Content of Mangroves


Leaves, the Indian Forester, 116 (5), 390-392

Prihanto., (2011). Penapisan fitokimia dan antibakteri ekstrak metanol mangrove


(Excoecaria agallocha) dari Muara Sungai Porong.

Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tingkat Tinggi. ITB, Bandung.

Ravi, A.V. and Kathiresan, K., 1990, Seasonal Variation in Gallotanninfrom Mangroves.
Indian Journal of Marine Sciences, 19 (3), 224-225

Reddy, T.K.K., Rajasekhar, A., Jayasunderamma, B. and Ramamurthi, R., 1991, In:
Nagabhushanam, R. Bioactive Compaundsfrom Marine Organisms with Emphasis
on the Indian Ocean,Oxford & IBH Publishers Co. Pvt.Ltd. New Delhi, pp.75-78
Rices-Evans, C.N.J., Miller and Paganga, G., 1997, Antioxidant Properties of
Phenolic Compounds, Trends in Plant science, 2, 152-159
Selmar, D., 2008, Potential of Salt and Drought Stress to Increase Pharmaceutical
Significant Secondary compaunds in Plants, Agriculture and Forestry research, 58,
139-140
Tensiska, Een S. dan Dita, N., 2006, Ekstraksi Pewarna Alami dari Buah Arben
(Rubus ideaus linn.) dan Aplikasinya pada Sistem Pangan, Fakultas Pertanian
Padjajaran, Bandung.
Wink, M., 2008, Ecological Roles of Alkaloids, Wiley, Jerman.

Anda mungkin juga menyukai