Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN KEGIATAN

STRATEGI PENINGKATAN KUALITAS PRODUK


TERHADAP DAYA SAING PRODUK SPORT NEEDS
“KINESIOJAKARTA”

Disusun oleh:

Ketua Tim
Dra. Rodhiah, M.M/ 10191042/0311106603

Anggota

Teramia Liawijaya (115180404)


Fransisca Yulianti (115180406)
Odelia (115180427)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS TARUMANAGARA
JAKARTA
NOVEMBER 2021
BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Daya saing yang meningkat menuntut para pelaku bisnis untuk meningkatkan, mendesain,
dan memodifikasi strategi bersaingnya. Saat ini sebuah bisnis akan lebih sulit dalam
menghadapi berbagai tantangan karena semakin banyaknya pesaing serta keinginan konsumen
yang terus meningkat akan kualitas produk, kemudahan akses pembelian produk, harga yang
tidak mahal, dan lain sebagainya.
Persaingan ini dapat terjadi karena setiap perusahaan ingin mendapatkan keuntungan
yang maksimal sehingga harus memproduksi barang yang berkualitas dan menyesuaikan
produknya dengan kebutuhan dan keinginan konsumen. Setiap perusahaan akan berusaha untuk
lebih unggul dibanding perusahaan-perusahaan yang memproduksi barang/jasa yang sejenis
agar mampu menguasai pasar.
Kualitas produk menurut Kotler dan Keller (2008) adalah keseluruhan ciri serta dari suatu
produk atau pelayanan pada kemampuan untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan/
tersirat. Produk memiliki arti penting bagi perusahaan karena tanpa adanya produk, perusahaan
tidak akan dapat melakukan apapun dari usahanya. Pembeli akan membeli produk kalau merasa
cocok, oleh karena itu meningkatkan kualitas produk harus diperlukan dan disesuaikan dengan
keinginan ataupun kebutuhan pembeli agar pemasaran produk berhasil. Dengan kata lain,
pembuatan produk lebih baik diorientasikan pada keinginan pasar atau selera pelanggan.
Sejalan dengan penjelasan di atas, KinesioJakarta menyadari bahwa kepuasan pelanggan
adalah hal yang paling penting dalam mata rantai pemasaran, oleh karenanya menghadirkan
produk yang berkualitas merupakan tantangan tersendiri bagi KinesioJakarta dalam rangka
menciptakan kepuasan pelanggan. Namun dalam prakteknya, KinesioJakarta menyadari
banyaknya populasi atau masyarakat Indonesia tentu memiliki karakteristik yang sangat
beragam, sehingga upaya KinesioJakarta perlu terus meningkatkan kualitas produknya baik
dengan strategi diferensiasi atau inovasi.
Logo perusahaan :

Foto produk “KinesioJakarta” :


2 Permasalahan
Sesuai dengan analisis situasi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa mitra memiliki be
berapa masalah. yaitu:

1. Bagaimana strategi meningkatkan kualitas produk terhadap daya saing kompetitor di


market?
2. Bagaimana strategi meningkatkan kualitas produk terhadap kepuasan pelanggan ?
3. Bagaimana strategi meningkatkan kualitas produk terhadap merek produk di market ?

Solusi yang ditawarkan ke mitra, berupa transfer knowledge tentang indikator kualitas
produk yang diukur dalam meningkatkan daya saing, strategi melakukan pendekatan kepada
pelanggan untuk mengetahui kepuasan terhadap produk yang dibeli, dan strategi peningkatan
kualitas produk terhadap merek “KinesioJakarta” agar dikenal merek satu satunya produk
yang dijual dengan kualitas nomor satu. Dengan mengacu beberapa sumber seperti Kotler dan
Keller,( 2016). Paul, T.M, Ruud, and Theo (2013) dan lainnya
BAB II
PELAKSANAAN

1. Deskripsi Kegiatan

Kegiatan dilakukan pada tanggal 18 November 2021 secara daring melalui zoom
Meeting. Kegiatan melibatkan tiga mahasiswa, juga bertindak sebagai HOS. Langkah
pertama kegiatan menjajaki apa yang menjadi kebutuhan mitra, selanjutnya menyiapkan
materi PPT yang ditransfer ke mitra melalui Zoom Meeting. Selama kegiatan berlangsung
mitra bersemangat mendengarkan materi yang disampaikan, adanya diskusi dan tanya jawab
dari mitra dengan tim PKM. Materi yang disampaikan dapat memberikan manfaat pada mitra
dalam memahami strategi meningkatkan kualitas produk terhadap daya saing produk di
market, agar mitra dapat unggul dari pesaing.

2. Sejarah usaha mitra


Usaha ini dimulai dari keresahan yang dilihat ketika pertandingan basket banyak terjadinya
cidera yang diakibatkan karena kurangnya perlengkapan olahraga atau kurang bagusnya
perlengkapan olahraga yang dipunya dari para pemain, saya melihat adanya peluang untuk
menjual peralatan olahraga untuk mencegah terjadinya cidera pada pertandingan basket
dimulai dari berjualan barang Bernama Kinesiotape.
Berjualan pertama melalui Instagram dan melalui teman ke teman, dengan berjalannya waktu
usaha makin berkembang dan semakin banyak pembeli dari seluruh Indonesia berdatangan.
Pada awalnya KinesioJakarta berjualan melalui rumah ( online ) dan sekarang
KinesioJakarta memiliki warehouse online sendiri yang terletak di petukangan utara
berukuran 100M2 + dan menjual banyak produk olahraga bukan hanya basket saja.

3. Implementasi Persepsi harga di dan Keputusan Pembelian


Output yang dirancang pada kegiatan ini berupa pembekalan pengetahuan tentang
indikator kualitas produk yang diukur dalam meningkatkan daya saing, strategi melakukan
pendekatan kepada pelanggan untuk mengetahui kepuasan terhadap produk yang dibeli, dan
strategi peningkatan kualitas produk terhadap merek “KinesioJakarta” agar dikenal merek satu
satunya produk yang dijual dengan kualitas nomor satu dalam bentuk PPT berupa:

3.1. Indikator Kualitas Produk


Daya saing produk berupa nilai tambah produk yang sesuai harapan konsumen menjadi
bagian keunggulan bersaing setiap perusahaan. Strategi bersaing dan keunggulan bersaing dapat
dicapai dengan membangun dan memberikan pelayanan yang memiliki nilai tambah sesuai
kebutuhan dan preferensi konsumen.
Menurut Wijaya (2018:12) mengemukakan untuk mengukur secara langsung sifat-sifat
kualitas yang dikehendaki sering konsumen mengalami kesulitan, sehingga perlu diterapkan
sifat lain yang disebut sifat pengganti. Sifat pengganti juga harus mencerminkan tuntutan-
tuntutan konsumen. Unsur-unsur kualitas produk yangditerapkan sebagai sifat pengganti adalah
sebagai berikut.
a. Harga yang wajar.
b. Ekonomis.
c. Awet
d. Aman.
e. Mudah digunakan.
f. Mudah dibuat.
g. Mudah dibuang
Dari pendapat di atas diketahui bahwa untuk menentukan harapan konsumendiperlukan
unsur-unsur kualitas produk yang bersifat pengganti melalui atribut-atribut kualitas produk
tersebut seperti harga yang wajar, bernilai ekonomis, awet, mudah digunakan, mudah dibuat,
dan mudah dibuang. Jika salah satu unsur tersebut tidak terdapat dalam suatu produk, maka
dapat dikatakan bahwa produk tersebut memiliki indikasi kualitas yang rendah dan perlu untuk
dilakukan perbaikan agar kualitas dapat meningkat.
Menurut Kotler dan Keller menyatakan bahwa terdapat sembilan faktor dimensi yang
dapat diukur kualitas produk, antara lain: bentuk (form), fitur (feature), kualitas kinerja
(performance quality), kesan kualitas (perceived quality), ketahanan (durability), keandalan
(reability), kemudahan perbaikan (repairability), gaya (style), dan desain (design).

Bagi perusahaan menghadirkan kualitas adalah hal mendasar. Artinya, kualitas adalah hal
pertama yang dikonsep untuk memenangkan persaingan. Selain itu, kualitas adalah titik temu
antara kebutuhan konsumen dengan tujuan perusahaan. Dengan kata lain, perusahaan yang
memenangkan persaingan adalah perusahaan yang konsisten menghadirkan kualitas bagi
pelanggan, dengan demikian pelanggan akan memberikan uangnya, kepercayaannya,
loyalitasnya, dan komitmennya karena mereka puas.
Jika ditarik benang persamaan maka akan ditemukan inti dari pokok persamaan tersebut
yaitu harapan, dan harapan hanya akan dipenuhi oleh kepuasan, sedangkan kepuasan itu sendiri
hanya akan terjadi jika ada kualitas. Maka, secara mendasar dan histori kualitas dihadirkan
sebagai alat untuk melahirkan kepuasan, dan dari kepuasan itu perusahaan dapat membentuk
pola perilaku konsumsi tertentu atau yang disebut dengan ketergantungan.
Secara faktual kualitas (baik kualitas produk maupun kualitas pelayanan) terbukti dapat
memberikan kepuasan konsumen/pelanggan (Sembiring, 2014; Kurniasih, 2012; dan
Normasari, 2013). Selain itu, kualitas punya pengaruh terhadap performa atau kinerja
pemasaran perusahaan meskipun tidak secara langsung dan atau tidak signifikan.
Kualitas secara bahasa memiliki arti: 1) tingkat baik buruknya sesuatu; kadar. 2) derajat
atau taraf (kepandaian, kecakapan, dsb); mutu. Penegasan dari pengertian tersebut adalah,
bahwa kualitas tidak hanya soal nilai dan manfaat yang melekat pada suatu produk atau jasa
yang dijual, namun bagaimana persepsi konsumen atau pelanggan atas penggunaan/pemakaian
dari suatu jasa atau produk tertentu yang memberikan nilai atau manfaat. Tepatnya konsumen
menilai kualitas dari suatu produk atau jasa.
Menurut Kotler dan Keller (2008) produk adalah barang sedangkan pelayanan adalah
jasa, artinya keduanya adalah komoditi yang diciptakan atau diproduksi untuk memenuhi
kebutuhan/keinginan konsumen. Lebih lanjut Kotler dan Keller (2008) mengemukakan kualitas
produk berkaitan dengan kemampuan fungsi dari suatu produk yang menghasilkan manfaat
bagi penggunanya. Umumnya kualitas produk merujuk pada kekuatan produk (kehandalan),
kemudahan (melahirkan efektivitas), perbaikan (maksudnya produk dapat diperbaharui
sehingga mereduksi beban biaya), dan nilai-nilai lainnya yang memberikan manfaat.
Menurut Kotler dan Armstrong (2012) kepuasan diartikan sebagai tanggapan konsumen
atas kinerja dari suatu produk atau jasa, apakah dapat memenuhi kebutuhan ditambah harapan
dan ditambah keinginan. Kepuasan konsumen setidaknya dapat diketahui oleh 3 indikator, yaitu
terpenuhinya kebutuhan, terpenuhinya harapan, dan terpenuhinya keinginan.
Menurut Griffin (2012) loyalitas adalah perilaku pembelian yang berkelanjutan.
Sedangkan menurut Lovelock dan Wright (2007) loyalitas merujuk pada perilaku pembelian
berulang dan keinginan untuk mempromosikan seperti merekomendasikan atau mengajak atau
memberikan testimoni.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat dikemukakan bahwa hal pertama yang harus
dimiliki perusahaan adalah kualitas produk, dengan memadukan berbagai strategi pemasaran
lain, kemudian perusahaan menilai sejauh mana kepuasan konsumen terbentuk dengan kadar
kualitas saat ini, selanjutnya perusahaan melakukan evaluasi yang melahirkan rekomendasi
perbaikan baik berupa kreativitas (diferensiasi/ modifikasi) maupun inovasi (keterbaruan).
Diharapkan dengan rangkaian upaya tersebut dapat mempertahankan dan meningkatkan
segmentasi pasar dan memenangkan persaingan.
.
3.2. Kualitas Produk terhadap Kepuasan Pelanggan

Menurut Tjiptono (2008), kualitas mencerminkan semua dimensi penawaran produk yang
menghasilkan manfaat (benefits) / kepuasan bagi pelanggan. Kualitas suatu produk baik berupa
barang atau jasa ditentukan melalui dimensi-dimensinya. Dimensi kualitas produk menurut
Tjiptono (2008) adalah:
1. Performance (kinerja), berhubungan dengan karakteristik operasi dasar dari sebuah produk.

2. Durability (daya tahan), yang berarti berapa lama atau umur produk yang bersangkutan
bertahan sebelum produk tersebut harus diganti. Semakin besar frekuensi pemakaian konsumen
terhadap produk maka semakin besar pula daya produk.

3. Conformance to specifications (kesesuaian dengan spesifikasi), yaitu sejauh mana


karakteristik operasi dasar dari sebuah produk memenuhi spesifikasi tertentu dari konsumen
atau tidak ditemukannya cacat pada produk.

4. Features (fitur), adalah karakteristik produk yang dirancang untuk menyempurnakan fungsi
produk atau menambah ketertarikan konsumen terhadap produk.

5. Reliability (reliabilitas), adalah probabilitas bahwa produk akan bekerja dengan memuaskan
atau tidak dalam periode waktu tertentu. Semakin kecil kemungkinan terjadinya kerusakan
maka produk tersebut dapat diandalkan.

6. Aesthetics (estetika), berhubungan dengan bagaimana penampilan produk.

7. Perceived quality (kesan kualitas), sering dibilang merupakan hasil dari penggunaan
pengukuran yang dilakukan secara tidak langsung karena terdapat kemungkinan bahwa
konsumen tidak mengerti atau kekurangan informasi atas produk yang bersangkutan.

8. Serviceability, meliputi kecepatan dan kemudahan untuk direparasi, serta kompetensi dan
keramahtamahan staf layanan.

Kemudian, menurut Vincent Gaspersz (2005 dalam Alma, 2011) dimensi-dimensi kualitas
produk yang mempengaruhi kepuasan pelanggan terdiri dari:

1. Kinerja (performance), yaitu karakteristik operasi pokok dari produk inti.


2. Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan (features), yaitu karakteristik sekunder atau pelengkap.
3. Kehandalan (reliability), yaitu kemungkinan kecil akan mengalami kerusakan atau gagal
pakai.
4. Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to specification), yaitu sejauh mana
karakteristik desain dan operasi memenuhi standar-standar yang telah ditetapkan sebelumnya.
5. Daya tahan (durability), yaitu berkaitan dengan berapa lama produk tersebut dapat terus
digunakan.
6. Serviceability, meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan, mudah direparasi, penanganan
keluhan yang memuaskan.

7. Estetika, yaitu daya tarik produk terhadap panca indera.

Karakteristik kualitas dari suatu produk sangat penting, karena produk dapat memberikan
kepuasan dan nilai kepada pelanggan dalam banyak cara. Karakteristik beberapa produk secara
kualitatif mudah ditentukan, seperti ukuran produk dan waktu penggunaan dan karakteristik
yang bersifat kualitatif seperti daya tarik produk misalnya tampilan atau desain, fitur, daya
tahan produk agar menarik konsumen sehingga menggunakan produk tersebut sekarang dan
secara terus-menerus.

Berdasarkan dimensi-dimensi diatas, dapat disimpulkan bahwa suatu dimensi kualitas


merupakan syarat agar suatu nilai dari produk memungkinkan untuk bisa memuaskan
pelanggan sesuai harapan, adapun dimensi kualitas produk meliputi kinerja, estetika,
keistimewaan, kehandalan, dan juga kesesuaian.

3.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Produk

Kualitas memiliki peranan yang penting dalam kegiatan pemasaran semua produk, dan menjadi
hal yang penting dalam banyak industri karena merupakan pembeda yang paling efektif bagi
sejumlah produk. Perusahaan yang memiliki posisi baik sebagai marketleader maupun follower
tetap harus memperhatikan kualitas produknya karena merupakan keharusan untuk menjaga
eksistensi perusahaan jangka panjang.

Supranto dalam Wijaya (2018:5) mengatakan,“pandangan tradisional mengenai kualitas


menyebutkan bahwa produk-produk dinilai dari atribut fisiknya seperti kekuatan, reliabilitas
dan lain-lain”.

Pada saat ini, perusahaan selalu memperhatikan apa yang dibutuhkan oleh konsumennya.
Produk yang paling baik dan paling kuat tidak sebanding jika tidak dapat memuaskan
kebutuhan, keinginan, dan harapan para konsumen. Perusahaan harus memperhatikan kualitas
produknya dengan memperhatikan masalah dan mengarahkan para produsen menetapakan
produk yang menawarkan features yang tepat, kinerja yang tepat, dan tingkat durabilitas yang
tepat.

Wijaya (2018:13) mengatakan unsur-unsur yang dapat dimasukkan untuk memiliki produk
yang unggul (faktor kualitas positif/positive quality) adalah sebagai berikut :

a. Desain yang bagus. Desain harus orisinil dan memikat cita rasa konsumen. Misalnya desain
yang diperhalus untuk memperoleh kesan berkualitas.

b. Keunggulan dalam persaingan. Produk harus unggul, baik dalam fungsi maupun desainnya
dibanding produk-produk lain yang sejenis.

c. Daya tarik fisik. Produk harus menarik panca indera (menarik untuk disentuh atau dirasakan),
harus dicap dengan baik, dan harus indah.

d. Keaslian. Produk turunan atau tiruan menunjukkan kualitas turunan yang tidak sebaik produk
original atau pertama.

Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa produk yang baik adalah produk yang memiliki
kualitas yang baik dengan tampilan yang bagus dan menarik, produk yang diproduksi mampu
bersaing dengan produk lainnya, memiliki daya tarik dan dapat dipastikan keaslian produk
tersebut. Setelah menggunakan suatu produk, konsumen mampu menentukan produk tersebut
memiliki kualitas yang baik atau tidak dan apakah sesuai atau tidak sesuai denganharapan
konsumen.

Masih dalam Wijaya (2018:11) mengatakan barang atau jasa yang berkualitas adalah mampu
memenuhi atau melebihi ekspektasi pelanggan atau konsumen, yaitu :

a. Kinerja (performance) adalah tingkat konsistensi dan kebaikan fungsifungsi produk.

b. Estetika (esthetics) berhubungan dengan penampilan wujud produk (misalnya gaga dan
keindahan) serta penampilan fasilitas, peralatan, personalia, dan materi komunikasi yang
berkaitan dengan jasa.
c. Kemudahan perawatan dan perbaikan (service ability) berkaitan dengan tingkat kemudahan
merawat dan memperbaiki produk.

d. Keunikan (features) adalah karakteristik produk yang berbeda secara fungsional dari produk-
produk sejenis.

e. Reliabilitas adalah probabilitas produk atau jasa menjalankan fungsi yang dimaksud dal am
jangka waktu tertentu.

f. Daya tahan (durability) yaitu umur manfaat dari fungsi produk.

g. Kualitas kesesuaian (quality of comformance) adalah ukuran mengenai apakah produk atau
jasa telah memenuhi spesifikasi yang ditetapkan.

h. Kegunaan yang sesuai (fitness for use) adalah kecocokan dari produk menjalankan fungsi-
fungsi sebagaimana yang diiklankan atau dijanjikan.

Dari pendapat Wijaya, dapat disimpulkan bahwa suatu produk dikatakan berkualitas apabila
harapan (expectation)konsumen dapat dipenuhi oleh produk barangtersebut. Apabila produk
yang ditawarkan perusahaan dapat memenuhi harapan konsumen maka konsumen akan merasa
sangat puas, dan apabila produk yang ditawarkan tidak sesuai dengan harapan konsumen maka
konsumen akan sangat kecewa dan bahkan tidak akan lagi menggunakan produk tersebut.

Setiap perusahaan berharap dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen, sehingga
perusahaan akan berusaha membuat produk yang berkualitas, yang ditampilkan baik melalui
ciri-ciri luar (design) produk maupun inti (core) produk itu sendiri. Namun jika harapan
konsumen tidak terpenuhi, maka konsumen akan menganggap bahwa sebuah produk mutunya
rendah.

3.4. Keputusan Pembelian

3.4.1. Pengertian Keputusan Pembelian

Menurut Swasta dan Irawan keputusan pembelian adalah pemahaman konsumen tentang
keinginan dan kebutuhan akan suatu produk dengan menilai dari sumber-sumber yang ada
dengan menetapkan tujuan pembelian. Keputusan pembelian konsumen merupakan keputusan
pembelian konsumen akhir perorangan dan rumah tangga yang membeli barang dan jasa untuk
konsumsi pribadi. Jadi, keputusan pembelian merupakan pemahaman konsumen tentang
keinginan dan kebutuhan barang dan jasa untuk konsumsi pribadi.

3.4.2. Motif-Motif Pembelian

Para pembeli memiliki motif-motif pembelian yang mendorong mereka untuk melakukan
pembelian, berikut merupakan motif tersebut:

a. Primary buying motif, merupakan motif untuk membeli yang sebenarnya.

b. Selective buying motif, merupakan motif pemilihan terhadap barang berdasarkan ratio.

c. Patronage buying motif, merupakan selective buying motif yang ditujukan pada tempat
atau toko tertentu.

3.4.3. Proses Keputusan Pembelian

Pengambilan keputusan konsumen adalah pengintergrasian yang mengkombinasikan


pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternatif dan memilih salah satu
diantaranya. Hasil dari pengintergrasian ini adalah suatu pilihan yang disajikan secara kognitif
sebagai keinginan berperilaku. Jadi, keputusan pembelian adalah sebuah proses dimana
konsumen melakukan pembelajaran terlebih dahulu tentang suatu produk/jasa sebelum
melakukan pembelian. Keputusan pembelian merupakan alternatif bagi konsumen untuk
menetukan pilihannya. Berikut adalah tahap-tahap dalam proses keputusan pembelian:

Gambar 1. Tahap Proses Keputusan Pembelian (Kotler & Amstrong, 1996)


a. Pengenalan kebutuhan (need recognition) terjadi dimana pembeli mengenali masalah atau
kebutuhan. Tahap ini sedikit banyak dipengaruhi oleh bagaimana pengetahuan konsumen akan
pembelian. Dimensi dasar dari pengenalan kebutuhan melibatkan informasi berkenaan dengan
keputusan tentang di mana produk tersebut harus dibeli dan kapan pembelian harus terjadi.
b. Pencarian informasi (information research), yaitu tahap proses pengambilan keputusan
pembeli dimana konsumen telah tertarik untuk mencari lebih banyak informasi: konsumen
mungkin hanya meningkatkan perhatian atau mungkin aktif mencari informasi. Pada tahap ini
seorang yang telah tertarik akan suatu produk mungkin akan mencari lebih banyak informasi.
Jika dorongan konsumen begitu kuat dan produk yang memuaskan berada dalam jangkauan,
konsumen kemungkinan besar akan melakukan pembelian. Namun demikian jika tidak,
konsumen kemungkinan menyimpan kebutuhannya dalam ingatan atau melakukan pencarian
informasi yang berkaitan dengan kebutuhan itu.
c. Evaluasi alternatif (alternative evaluation), yaitu tahap dalam proses pengambilan keputusan
pembeli dimana konsumen menggunakan informasi untuk mengevaluasi merek-merek alternatif
dalam satu susunan pilihan.
d. Keputusan pembelian (purchase decision), yaitu tahap dalam proses pengambilan keputusan
pembeli dimana konsumen benar-benar membeli produk.
e. Perilaku setelah pembelian (postpurchase behaviour), yaitu yahap dalam proses pengambilan
keputusan pembeli dimana konsumen mengambil tindakan lebih lanjut setelah membeli
berdasarkan kepuasan yang mereka rasakan.

3.4.4. Indikator Keputusan Pembelian

Menurut Philip dan Kotler, terdapat 5 indikator di dalam keputusan pembelian. Indikator-
indikator tersebut adalah pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif,
keputusan pembeliam dam perilaku pasca pembelian.

3.5. Kualitas Produk terhadap Merek Produk

Menurut American Marketing Association (AMA) dalam Kotler (1997), Merek yaitu nama,
istilah, tanda, simbol, atau desain atau panduan dari hal-hal tersebut yang dimaksudkan untuk
memberikan identitas bagi barang atau jasa yang dibuat atau disedikan suatu penjual atau
kelompok penjual serta membedakannya dari barang atau jasa yang disediakan pesaing.
Menurut America Marketing Association (AMA) dalam Kotler (2009:258), Merek merupakan
nama, istilah, tanda, simbol, atau rancangan, atau kombinasi dari semuanya, yang dimaksudkan
untuk mengidentifikasi barang atau jasa penjual atau kelompok penjual dan untuk
mendeferensiasikannya.

Menurut Stanton dan Lamarto (1994:269),Merek adalah nama, istilah, simbol atau desain
khusus, atau beberapa kombinasi unsurunsur yang dirancang untuk mengidentifikasikan barang
atau jasa yang ditawarkan penjual.

Menurut Kotler (1997:63), merek merupakan suatu simbol yang kompleks yang dapat
menyampaikan enam tingkat pengertian, antara lain: a. Atribut (Attributes), suatu merek
mendatangkan atribut tertentu kedalam pikiran konsumen.

b. Manfaat (Benefits), atribut yang ada harus diterjemahkan menjadi manfaat fungsional dan
emosional.

c. Nilai (Values), merek juga menyatakan suatu tentang nilai pembuat atau produsen.

d. Budaya (Culture), merek dapat merepresentasikan budaya.

e. Kepribadian (Persnality), merek dapat menjadi proyeksi dan pribadi tertentu.

f. Pengguna (User), merek dapat mengesankan tipe konsumen tertentu.

Menurut Tjiptono (2005:49), Brand Image merupakan deskripsi tentang asosiasi dan keyakinan
konsumen terhadap merek tertentu.

Brand image itu sendiri memiliki arti kepada suatu pencitraan sebuah produk dibenak
konsumen secara massal. Setiap orang akan memiliki pencitraan yang sama terhadap sebuah
merek. Persaingan dunia industri yang semakin ketat saat ini, menuntut perusahaan untuk lebih
kretif dan membuat suatu keunggulan yang kompetitif, baik itu dari segi kemasan, produk,
saluran pemasaran maupun citranya, jika tanggapan konsumen tentang penawaran suatu produk
yang bersaing tetap sebagai suatu hal yang sama atau biasa, maka konsumen akan melihat
merek dar suatu produk dengan tanggapan yang berbeda.
Menurut Kotler (1997:259), citra yang efektif melakukan tiga hal untuk suatu produk, yaitu: a.
Menyampaikan suatu pesan tunggal yang memantapkan karakter produk dan usulan nilai. b.
Menyampaikan pesan dengan cara yang berbeda, sehingga tidak dikelirukan dengan pesan
serupa dari para pesaing. c. Mengirimkan kekuatan emosional sehingga membangkitkan hati
maupun pikiran pembeli.

Menurut Rangkuti(2002:2), merek dapat juga dibagi dalam pengertian lain, yaitu:

a. Brand Name (nama merek) yang merupakanbagian dari yang dapat diucapkan misalnya,
Aqua, Honda, Indomie, Nokia dan lain sebagainya.

b. Brand Mark (tanda merek) yang merupakan bagian dari merek yang dapat dikenali namun
tidak dapat diucapkan, seperti lambang, desain huruf atau warna khusus. Misalnya: symbol
Daihatsu.

c. Trade Mark (tanda merek dagang) yang merupakan merek atau sebagian dari merek yang
dilindungi hukum, karena kemampuannya untuk menghasilkan sesuatu yang istimewa. Tanda
dagang ini melindungi penjual dengan istimewaanya untuk menggunakan nama merek (tanda
merek).

d. Copyright (hak cipta) yang merupakan hak istimewa yang dilindungi undang-undang untuk
memproduksi, menerbitkan, dan menjual karya tulis, karya music, dan karya seni.

Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian
merek adalah janji penjual kepada konsumen secara konsisten untuk memberikan feature,
manfaat, dan jasa tertentu kepada konsumen dan merek terbaik akan memberikan jaminan
kualitas.

3.5.1. Indikator Brand Image

Indikator-indikatoryangmembentukbrand imagemenurut Aaker dan Biel (2009:71) adalah:

a. Citra pembuat (Corporate Image), yaitu sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan konsumen
terhadap perusahaan yang membuat suatu barang atau jasa. Meliputi: popularitas, kredibilitas,
jaringan perusahaan, serta pemakai itu sendiri.
b. Citra produk / konsumen (product Image), yaitu sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan
konsumen terhadap suatu barang atau jasa. Meliputi: atribut dari produk, manfaat bagi
konsumen, serta jaminan.

c. Citra pemakai (User Image), yaitu sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan konsumen
terhadap pemakai yang menggunakan suatu barang atau jasa. Meliputi: pemakai itu sendiri,
serta status sosialnya.

Citra merek merupakan serangkaian asosiasi yang ada dalambenak konsumen terhadap suatu
merek, biasanya terorganisasi menjadi suatu makna. Hubungan terhadap suatu merek akan
semakin kuat jika didasarkan pada pengalaman dan mendapat banyak informasi. Citra atau
asosiasi mempresentasikan persepsi yang bisa merefleksikan kenyataan yang obyektif ataupun
tidak. Citra yang terbentuk dari asosiasi inilah yang mendasari dari keputusan pembelian
konsumen. Konsumen lebih sering membeli produk dengan merek yang terkenal karena mereka
merasa lebih nyaman dengan hal-hal yang sudah dikenal, dan adanya asumsi bahwa merek yang
terkenal lebih dapat diandalkan, selalu tersedia dan mudah dicari, dan memiliki kualitas yang
sudah tidak diragukan. Sehingga merek yang lebih dikenal lebih sering dipilih konsumen
dibandingkan merek yang belum dikenal.

3.3. Metode Pelaksanaan


Kegiatan Pelatihan dilakukan dengan Langkah Langkah sebagai berikut:
 Menghubungi dan berkoordinasi dengan pihak terkait, yaitu pemilik usaha
“KinesioJakarta”
 Menentukan jadwal untuk memberikan pelatihan melalui zoom
 Menyiapkan link zoom dan diberikan ke mitra
 Menyampaikan materi sosialisasi melalui ceramah, diskusi, dan tanya jawab dipandu
oleh mahasiswa 3 orang melalui zoom .
 Mitra mendengarkan dan memberikan respon pada atas materi sosialisasi

3.4. Luaran
Luaran yang dihasilkan dari kegiatan ini berupa karya tulis yang di HKI kan. Sertifikat dan
materi HKI terlampir.

BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan pelaksanaan kegiatan diperoleh simpulan sebagai berikut

Kualitas adalah hal pertama yang dikonsep untuk memenangkan persaingan. Selain itu, kualitas
adalah titik temu antara kebutuhan konsumen dengan tujuan perusahaan. Suatu dimensi kualitas
merupakan syarat agar suatu nilai dari produk memungkinkan untuk bisa memuaskan
pelanggan sesuai harapan, adapun dimensi kualitas produk meliputi kinerja, estetika,
keistimewaan, kehandalan, dan juga kesesuaian. Produk yang baik adalah produk yang
memiliki kualitas yang baik dengan tampilan yang bagus dan menarik, produk yang diproduksi
mampu bersaing dengan produk lainnya, memiliki daya tarik dan dapat dipastikan keaslian
produk tersebut. Merek memberi arti persepsi yang bisa merefleksikan kenyataan yang obyektif
ataupun tidak. Merek yang terbentuk dari asosiasi inilah yang mendasari dari keputusan
pembelian konsumen. Konsumen lebih sering membeli produk dengan merek yang terkenal
karena mereka merasa lebih nyaman dengan hal-hal yang sudah dikenal, dan adanya asumsi
bahwa merek yang terkenal lebih dapat diandalkan, selalu tersedia dan mudah dicari, dan
memiliki kualitas yang sudah tidak diragukan.

DAFTAR PUSTAKA

Aaker, David, A. dan Alexander, L. Biel, 2009, Brand Equity and Advertising: Advertising
Role In Building Strong Brand, Lawrence Erlbaum Associates, Inc., Hillsdale.
Anonim. 2015. Pengertian Produk, Definisi Kualitas Produk dan Dimensi Kualitas Produk.
Artikel Quality & Productiviity November 16, 2015. .
https://surabaya.proxsisgroup.com/pengertian-produk-definisi-kualitas-produk-dan-
dimensi-kualitas-produk/ diakses tanggal 19 November 2021.
Griffin, Jill. (2012). Customer Loyalty, Menumbuhkan dan Mempertahankan Kesetiaan
Pelanggan. Alih Bahasa Dwi Kartini Yahya. Jakarta: Erlangga.
Kotler. ,1997, Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan Kontrol, Jilid
I, Ter. Jaka Wasana, Erlangga, Jakarta.
Kotler, Philip & Keller. (2008). Manajemen Pemasaran. Jakarta: Erlangga.
Kotler ,dan Kevin, Lane, Keller, 2009, Manajemen Pemasaran, Dialih Bahasakan Oleh Bob
Sabran, Edisi Ketiga Belas, Erlangga, Jakarta.
Kotler, Philip and Armstrong, Gary. (2012). Prinsip-prinsip Pemasaran. Jakarta: Erlangga.
Kurniasih, I. D. (2012). Pengaruh Harga Dan Kualitas Pelayanan Terhadap Loyalitas Pelanggan
Melalui Variabel Kepuasan (Studi Pada Bengkel Ahass 0002-Astra Motor Siliwangi
Semarang). Jurnal Administrasi Bisnis, 1(1).
Lovelock, Christopher H dan Wright, Lauren K. (2007). Manajemen Pemasaran Jasa. Alih
bahasa Agus Widyantoro. Jakarta: Indeks.
Normasari, S. (2013). Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Pelanggan, Citra
Perusahaan Dan Loyalitas Pelanggan Survei Padatamu Pelanggan Yang Menginap Di
Hotel Pelangi Malang. Jurnal Administrasi Bisnis, 6(2).
Rangkuti, Freddy, 2002, The Power Of Brand, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Sembiring, I. J. (2014). Pengaruh kualitas produk dan kualitas pelayanan terhadap kepuasan
pelanggan dalam membentuk loyalitas pelanggan (Studi pada pelanggan McDonald’s
MT. Haryono Malang). Jurnal Administrasi Bisnis, 15(1).
Stanton, William, J, dan Y. Lamarto, 1994, Prinsip-Prinsip Pemasaran, Jilid I, Erlangga, Jakarta
Tjiptono, Fandy, 2005, Pemasaran Jasa, Bayu Media Publishing, Malang.
Wijaya, Tony. (2018), Manajemen Kualitas Jasa, Edisi Kedua, Jakarta: PT.Indeks

DOKUMENTASI FOTO : ???


SURAT PERNYATAAN KESEDIAAN KERJA SAMA DARI MITRA

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Ivannov
Pimpinan Mitra : Ivannov
Bidang Kegiatan : Usaha Sport Needs
Alamat : Jalan palem raya petukangan utara

Dengan ini menyatakan bersedia untuk bekerjasama dengan Pelaksana Kegiatan PKM

Nama Ketua Tim Pengusul : Rodhiah


Nama Mahasiswa : Teramia Liawijaya (115180404)
Fransisca Yulianti (115180406)
Odelia (115180427)

Program Studi/Fakultas : xxxxxxxxxxxxxx


Perguruan Tinggi : xxxxxxxxxxxxxx

Bersama ini pula kami nyatakan dengan sebenarnya bahwa diantara pihak Mitra dan Pelaksana
Kegiatan PKM tidak terdapat ikatan kekeluargaan dan ikatan usaha dalam wujud apapun juga.

Demikian Surat Pernyataan ini dibuat dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab tanpa ada
unsur pemaksaan didalam pembuatannya untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Jakarta, xxxxxxxxxxxxxxxxxx
Yang Menyatakan

(Ivannov)
Lampiran 3. Peta Lokasi (DISESUAIKAN ALAMAT LOKASI YA )
Lampiran 4. Pemasaran produk “KinesioJakarta” via Online

Anda mungkin juga menyukai