Anda di halaman 1dari 7

FISHING GROUND/DAERAH PENANGKAPAN IKAN

I. PENDAHULUAN
Daerah penangkapan ikan (DPI) merupakan hal yang penting bagi keberlangsungan
kegiatan perikanan tangkap, dan setiap daerah penangkapan ikan belum tentu merupakan
daerah penangkapan ikan yang potensial. Daerah penangkapan ikan yang potensial
merupakan suatu daerah perairan yang memiliki potensi sumberdaya ikan melimpah dengan
kuantitas dan kualitas yang sangat baik secara biologis. Oleh karena itu penentuan DPI akan
sangat baik jika dilihat dari beberapa kriteria yang mengindikasikan perairan tersebut layak
untuk di eksploitasi. Kriteria yang dapat dijadikan sebagai indikator DPI antara lain adalah
aspek biologi dan aspek ekologi.
Potensi sumberdaya perikanan dan kelautan yang dimiliki Indonesia sangat besar.
Namun, potensi ini belum dikelola dan dimanfaatkan secara benar, bertanggung jawab dan
berkelanjutan (Kartika, 2009).Upaya penentuan daerah penangkapan ikan yang dilakukan
oleh nelayan pada umumnya masih bersifat tradisional, sehingga kurang efektif. Penentuan
daerah penangkapan ikan hanya berdasarkan pengalaman turun-temurun dari zaman dahulu
hingga sekarang dengan melihat tanda-tanda alam, seperti ada tidaknya kawanan burung di
permukaan laut, buih-buih di permukaan laut dan lain-lain. Ketidakpastian hasil tangkapan
disebabkan karena nelayan belum mengetahui lokasi yang potensial untuk menangkap ikan,
sehingga harus menjelajah mencari tanda-tanda alam tersebut menyebabkan biaya
operasional penangkapan menjadi tinggi akibat dari tingginya biaya BBM kapal(Muchlisin et
al., 2012)
II. KLASIFIKASI DPI
Daerah penangkapan ikan pada umumnya dinamakan berdasarkan keadaan daerah
perairan tempat penangkapan yang lazim diadakan. Dikarenakan memiliki lokasi dan kondisi
perairan yang berbeda maka DPI dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa macam daerah
penangkapan ikan.
A. Daerah penangkapan ikan berdasarkan nama lokasi:
Daerah penangkapan ikan berdasarkan nama lokasi yang berada di wilayah Indonesia
seperti:
1. Daerah penangkapan Maluku
2. Daerah penangkapan Sulawesi Utara
3. Daerah penangkapan Selat Bali
4. Daerah penangkapan Kepulauan seribu
5. Daerah penangkapan Karimun
6. Daerah penangkapan wilayah lainnya

B. Daerah penangkapan berdasarkan sifat perairan atau lingkungannya


1. Inshore Fishing ground
Lokasinya berada dua daerah perairan pantai dengan kedalaman sampai sekitar 60
meter. Jenis ikan yang ditangkap berupa jenis pelagis dan demersal. Sedangkan alat
tangkap yang digunakan adalah: pukat harimau, trawl, gill net, purse seine dll
2. Off shore fishing ground
Daerah perairan sejauh kurang dari 100 mil dari pantai. Memiliki kadar garam
yang relatif tinggi (kurang dari 30%) dan tidak dipengaruhi oleh perairan darat.
Usaha penangkapan yang dilakukan di oerairan lepas pantai umumnya menangkap
jenis pelagis dan demersal dengan alat tangkap jaring dan pancing.
 Jenis jaring yang digunakan seperti : purse seine, payang, gillnet serta trawl
 Jenis pancing yang digunakan berupa cakalan atau pole and line, long line, dan
tonda
3. High sea fishing ground
Daerah laut terbuka lebih dari jarak 100 mil dari pantai yaitu daerah laut terbuka
yang keadaan disis atau biologisnya jauh berbeda. Alat tangkap yang paling cocok
digunakan adalah alat pancing terutama long line. Untuk keamanan dan terhindar
dari gelombang yang sangat besar maka harus digunakan kapal berukuran besar 100
GT atau yang lebih besar.
4. Deep sea fishing ground
Daerah yang memiliki kedalaman lebih dari 200 meter yang pada umumnya jauh
dari pantai. Jenis ikan yang ditangkap adalah pelagis ukuran besar seperti ikan tuna.
5. Estuary fishing ground
Daerah penangkapan di muara sungai yang ditandai dengan kadar garam yang
telative rendah sekitar kurang dari 30% atau payau. Alat tangkap yang paling sering
digunakan adalah alat tangkap yang menetap atau stasioner yang dipasang berderat
sepanjang pantai (muara sungai). Jenis ikan yang tertangkap umumnya golongan
ikan eurhaline seperti jenis teri (Stolephorus spec), bulu ayam (Setippin spec),
Belanak (Mugil sp) dan jenis-jenis udang.
6. Coral reef fishing ground
Atau disebut dengan daerah penangkapan perairan karang. Binatang karang atau
golongan corralia hanya hidup di perairan tropis dan terbatas pada kedalaman sekitar
40 meter di bawah permukaan air, yaitu sampai batas daya penembusan sinar
matahari ke dalam air secara optimum (jernih) dengan kadar garam yang tinggi. Alat
tangkap yang digunakan berupa alat tangkap perangkap seperti bubu, selain itu bisa
juga menggunakan tombak atau panah.

C. Daerah penangkapan berdasarkan jenis ikan yang ditangkap


1. Daerah penangkapan ikan layang (Decapterus spec)
Merupakan suatu daerah terbuka dengan kadar garam yang tinggi sekitar 35%,
tidak terdapat arus kuat seperti di selat-selat. Kedalaman daerah perairan
penangkapan layang sekitar lebih dari 30 meter. Jarak dari pantai tergantung dari
keadaan pantainya yang banyak sungai bermuara. Daerah penangkapan ikan layang
yang dikenali di Indonesia ialah di wilayah perairan Laut Jawa dari teluk Jakarta di
utara Kepulauan Seribu sampai Perairan Bangka Belitung, Selat Karimanta, di
sekitar Pulau Karimun Jawa, sekitar Pulau Bawean dan Kepulauan Masalembo,
disekita Pulau Salyar dll.
2. Daerah penangkapan Ikan Kembung (Rastrelliger spec)
Daerah penangkapan ini lebih luas dibandingkan dengan peredaran jenis ikan
layang. Ikan kembung dapat lebih mentolelir kadar garam yang rendah sehingga
dapat menyesuaikan tempat bersinggah. Terdapat dua jenis ikan kembung yaitu
kembung perempuan (Rastrelliger neglectus) berada lebih ke pinggir pantai dan
dekat muara sungai dan lelaki (Rastrelliger Kanagurta) yang lebih ke tengah dengan
warna perairan yang biru laut dan menyukai kadar garam yang tinggi, bersifat
pelagis dan memakan zooplankton. Alat tangkap yang digunakan berupa jaring
payang, purse seine dan Bouke ami. Daerah penangkapan ikan ini meliputi Pantai
Laut Jawa, Selat Malaka, Laut Cina Selatan, Laut Sulawesi dan di perairan Maluku.
3. Daerah penangkapan ikan lemuru (Clupea Longiceps)
Ikan lemuru merupakan ikan musiman, artinya tidak sepanjang tahun berada di
suatu daerah di perairan. Daerah penangkapan lemuru yang diketahui ialah perairan
selat Bali yang berbatasan dengan Samudera Hindia. Pada permulaan musim kering
apabila pada masa penca roba mulai mereda dan angin musim kering bertiup dari
timur ke barat, maka datanglah musim ikan lemuru yang dinantikan nelayan daerah
Muncar. Puncaknya musim lemuru jatuh pada pertengahan musim kering.
4. Daerah penangkapan Ikan Tuna
Daerah penangkapan ikan tuna merupakan daerah perairan yang subur dilaut
bebas, yaitu di tempat terjadinya up-welling. Ikan tuna hidup secara pelagis dan
mengadakan ruaya di kaut bebas, berenang dilapisan air yang dalam sekitar 150
meter di bawah permukaan laut. Sebagai jenis ikan yang hidup di dalam air yang
oseanis dengan kadar garam tinggi (30%) ikan tuna sangat peka terhadap perubahan
suhu, namun pada umumnya ikan tuna hidup pada suhu 27-29 oC. Karena habitatnya
di perairan dalam maka penangkapan ikan tuna juga disebut sebagai perikanan laut
dalam (High sea fishery) atau dapat disebut juga dengan daerah penangkapan long
line.
5. Daerah penangkapan cakalang (Katsuwonus pelamis)
Daerahnya merupakan perairan yang tenang dan tidak bergelombang besar,
ditandai dengan keadaan air yang jernih dan jauh dari muara sungai. Ikan cakalang
hidup bergerombol secara pelagis di daerah perairan pantai sampai di laut bebas.
Alat tangkap yang biasa digunakan adalah pole and line atau pancing cakalang
(Huhute). Daerah peredaran ikan cakalang yang sudah diketahui di perairan
Indonesia ialah di sekitar pulau Buru, Pulau Seram, Pulau Ternate dan di Laut Banda
sampai disekitar kepulauan Tanibat dan Aru.
6. Daerah penangkapan Udang (Penaedae)
Daerah penangkapan udang biasanya berada di perairan pantai di dekat muara
sungai, ditandai dengan dasar yang berpasir lumpur tidak berbatu. Oleh karena itu
kondisi habitat tersebut sulit di pertahankan, biasanya daerah yang memenuhi
persyaratan ini tidak luas di perairan pantai dan udang sangat peka terhadap
perubahan lingkungannya. Alat tangkap yang paling produktif untuk menangkap
udang ialah jaring trawl dengan syarat bahwa dasar lautnya harus datar, tidak
berbatu dan harus bebas dari kerangka kapal karam atau bebas tiang bagan. Daerah
penangkapan udang dapat disebut juga dengan daerah penangkapan trawl.

D. Daerah penangkapan berdasarkan alat tangkap yang dioperasikan


Suatu daerah penangkapan yang hanya dapat dioperasikan dengan alat tangkap
tertentu dengan hasil baik, maka dapat dinamakan daerah penangkapan alat tangkap
tersebut.
1. Daerah penangkapan trawl
Alat tangkap ikan yang paling tepa untuk dioperasikan ialah jaring trawl atau
pikat harimau. Kedalaman perairan daerah penangkapan ini relatif dangkal sampai
kedalaman 20 meter dengan dasar laut yang landai dan rata, terdiri dari pasir lumpur
tidak berbatu atau berkarang serta bebas dari kapal karam dan bekas bagan. Jenis
ikan yang sering ditangkap oleh alat tangkap ini adalah jenis ikan demersal. Namun,
jaring trawl dapat merusak dasar yang digaruk dan sumber hayati yang hidup didasar
akan rusak serta mengalami penurunan produksi. Bagi trawl yang dioperasikan
menggunakan dua kapal makan daerah penangkapannya jauh ke tengah dengan
sasaran jenis ikan demersal yang ukurannya cenderung besar-besar seperti kerapu
(Epinephelus sp.) kakap (Lutjanus sp.) dan sebagainya.
2. Daerah penagkapan Gill Net
Gillnet atau jaring insang dioperasikan di perairan Pantai dan juga di perairan
bebas. Gill net merupakan alat tangkap ikan berupa jaring yang mudah
pengoperasiannya. Jaring dipasang terentang yang tidak keras arusnya pada
kedalaman air yang disesuaikan dengan lebar jaring. Persyaratan umum bagi daerah
penangkapan gillnet ialah bahwa tidak terdapat arus yang kencang seperti yang
terdapat di perairan selat-selat dan didasarnya bebas dari kerangka kapal karam. Tipe
jaring insang yang menangkap jenis ikan demersal misalnya jaring klitik yang
dioperasikan di perairan pantai bagian pinggir khusus untuk menangkap udang
dengan tangkap hasil sampingan berbagai jenis ikan dasar seperti ikan lidah, ikan
sebelah (Cynoglossus sp.) dan ikan Petek (Leiognathus sp.)
3. Daerah penangkapan purse seine
Merupakan daerah penangkapan terbuka yang luas, dasarnya harus bebas dari
batu karang atau kerangka kapal karam. Umumnya daerah penangkapan purse seine
berupa laut yang bersifat oseanis di daerah lepas pantai sehingga sasarannya berupa
ikan bergerombol yang hidup pelagis dengan kedalaman sekitar lebih dari 50 meter.
Penangkapan di perairan laut lepas dapat disesuaikan ukuran lebar jaringnya dengan
jenis ikan yang akan ditangkap seperti ikan lemuru, kembung dan ikan Layang
dengan ukuran matanya 1,5 – 3 inchi. Untuk menangkap gerombolan cakalang
(Katsuwonus pelamis) di laut bebas digunakan jaring dengan ukuran benang dan
mata jaring yang lebih besar, panjang jaringnya 1500 – 2500 meter atau lebih.
4. Daerah penangkapan Long Line
Merupakan perairan laut bebas dengan jarak dari pantai ialah 100 – 200 mil dan
lebih ke tengah lagi. Di perairan dalam dari laut pedalaman Indonesia merupakan
daerah penangkapan Long line dan daerah tersebut dapat dicari menggunakan
perhitungan musim, kondisi meteorologis dan oseanografis. Karena sudah dapat
diketahui bahwa ikan jenis tuna merupakan penghuni laut dalam (deep sea) yang
bergerak secara pelagis dalam perairan bersuhu 27oC, maka daerah penangkapannya
dapat diperkirakan meliputi perairan antara 30o LU – 30o LS, kecuali di perairan
dangkal yang banyak muara sungai.
5. Daerah penangkapan Pole and Line/ Huhute
Pengoperasian pole and line adalah daerah habitat ikan Cakalang (Katsuwionus
pelamis) yang hidupnya bergerombol secara pelagis. Jarak daerah penangkapan dari
daratan tidak dapat dipastikan. Selain itu ikan yang tertangkap oleh alat pole and line
ialah jenis tuna kecil yang hidup bergerombol secara pelagis, abu-abu atau dwarf
Bonito (Auxis tazard), tongkol dan tatehu (Euthynus sp.) yang sering tertangkap juga
jenis lemadang (Choryoaena sp.) yaitu jenis ikan penghuni perairan oseanis di
pinggir samudera. Daerah penangkapan pole and line yang potensial di daerah
perairan Indonesia bagian Timur ialah perairan sebelah Utara Irian Jaya, perairan
laut Banda, disekitar Pulau Ambon, seram dan Baru serta perairan Arafuru dll.

III. LOKASI DAERAH PENANGKAPAN IKAN


Daerah penangkapan ikan tidak mudah ditemukan dan membutuhkan waktu yang tidak
singkat. Dibutuhkan pengujian dengan beberapa kali penangkapan pada musim yang berbeda.
Terlebih lagi bagi nelayan tradisional yang masih menggunakan cara sederhana yaitu dengan
insting penangkapan dari ajaran nenek moyang dan terkadang dapat dilihat dari keadaan laut
di lokasi penangkapan. Di daerah penangkapan untuk alat tangkap payang dan pure seine
lokasinya lebih gampang dicari dengan melihat tanda-tanda pada rumpon yang telah
dipasang.
Untuk mengenal dan mencari lokasi daerah penangkapan itu nelayan mengadakan
baringan, ada juga dengan memberi tanda berupa tonggak atau tanda pemberat lain seperti
jangkar. Namun cara ini sulit dilakukan jika lokasi daerah penangkapan laut dalam, dewasa
ini peralatan elektronik banyak digunakan dalam navigasi kapal ikan besar. Kapal ikan yang
dilengkapi dengan alat navigasi yang sempurna dengan mudah mencari daerah penangkapan
dan pengoperasian alat tangkapnya. Dengan adanya kemajuan yang dicapai dalam bidang
penelitian laut maka cara pencarian daerah penangkapan semakin meningkat dan lebih
mudah. Penggunaan alat pencari ikan atau fish finder semenjak ditemukan, semakin banyak
juga kemajuan bagai penelitian dan penangkapan ikan.
Beberapa petunjuk untuk menentukan daerah penangkapan ikan adalah:
 Mengenai jenis plankton tertentu
 Kondisi dasar laut seperti sifat dan profil sedimen
 Sifat kimiawi air dan fisiknya mengenai suhu dan kejernihan
 Rekaman hasil tangkapan beberapa tahun terhadap jenis ikan yang diperoleh

A. Daerah perairan yang subur:


1. Daerah konvergensi
Yaitu daerah perairan tempat pertemuan dua masa air dengan arus yang kuat.
Daerah tersebut akan terjadi up-welling yaitu naiknya masa air laut dari perairan
dalam menuju permukaan dengan membawa nutrisi yang dapat menyuburkan
plankton sebagai makanan ikan.
2. Daerah divergensi
Yaitu perairan yang terjadi pemisahan sehingga dapat juga terjadi up-welling
sehingga daerah penangkapan tersebut baik. Arus yang bercabang yang banyak
terjadi di daerah katulistiwa terutama disebabkan adanya arus tetap yaitu arus
ekuatorial terutama terjadi diantara pulau-pulau besar di daerah ekuator.
3. Daerah gerakan air yang vertikal atau turbulensi
Gerakan air yang vertikal terjadi di perairan subtropis pada setiap pergantian
musim antara musim dingin dan musim panas. Selama musim dingin lapisan air
dibagian atas bersuhu rendah dan karena dinginnya akan turun ke bawah, sedangkan
lapisan dibawahnya yang lebih panas akan berpindah ke atas karena lebih ringan.
Daerah ini baik bagi jenis ikan yang hidup bergerombolan seperti sardin, kembung,
dan layang.
4. Daerah perairan pasang surut
Air laut yang mengalami surut di waktu siang akan mendapat sinar matahari
sepenuhnya sampai pada lapisan air yang lebih dalam sehingga proses fotosintesis
dapat terjadi juga sampai lapisan yang dalam pula. Lapisan air yang sepanjang hari
mendapat sinar matahari suhunya akan meningkat sehingga berat air bagian lapisan
tersebut akan kecil dan berada di atas pada sat terjadi pasang naik maka terjadilah
pengadukan air yang terus menerus selama terdapat pasang surut.
5. Daerah muara sungai
Bisa disebut dengan estuary yang bersifat payau merupakan percampuran air asin
dari laut dengan air tawar yang mengalir dari sungai. Pada pertemuan kedua massa
air berbeda berat jenisnya menyebabkan terjadinya pengadukan air dan akan
menyebabkan daerah tersebut menjadi subur karena banyak garam naik ke lapisan
atas. Garam organik yang terlarut oleh air sungai akan banyak tertumpuk dua dasar
muara sungai.
6. Daerah perairan pantai
Pada umumnya daerah ini subur karena proses fotosintesis di perairan tersebut
dapat berlangsung terus menerus sepanjang tahun. Perairan pantai yang daerahnya
berawa-rawa dan banyak ditumbuhi hutan bakau juga merupakan daerah yang subur
karena banyaknya pembusukan daun-daun dan banyaknya lumpur yang mengendap
di daerah tersebut.
7. Daerah perairan berkarang
Di perairan tropis banyak tumbuh binatang karang yang mampu membuat kloni
dan akhirnya membentuk pulau-pulau karang. Biasanya daerah tersebut memiliki
kejernihan air yang baik, berkadar garam tinggi (30%) dan dengan suhu yang cukup
hangat sekitar 30 oC. Daerah berkarang merupakan daerah penangkapan yang
tertutup bagi kemungkinan operasi jaring karena penangkapan yang dilakukan hanya
terbatas dan dengan alat pancing atau bubu.
8. Daerah berbatu-batu
Daerah berbatu terletak tidak jauh dari darat dengan kedalaman air yang cukup
dangkal yang banyak ditumbuhi vegetasi berupa lumut dan rumput laut. Daerah
berbatu merupakan tempat hidupnya udang barong atau lobster.

B. Sifat Daerah Penangkapan


Tidak semua daerah perairan terdapat banyak ikan merupakan daerah yang baik.
Sebagai daerah penangkapan, perairan tersebut harus dapat menarik ikan untuk
berkumpul. Berkumpulnya ikan tersebut tergantung pada musim tertentu dengan
keadaan lingkungan yang tertentu pula. Pada umumnya ikan akan senang menempati
lingkungan yang memiliki kelimpahan makan. Daerah yang dapat dijadikan tempat
operasi alat tangkap ikan adalah:
1. Perairan pantai
Daerah perairan pantai pada umumnya merupakan tempat pencarian ikan yang
baik dan tempat pengoperasian alat tangkap yang sesuai. Namun, adakalanya daerah
tersebut tidak dapat dioperasikan alat jaring karena dasarnya yang berkarang dan
berbatu sehingga lebih cocok menggunakan alat tangkap bubu atau pancing.
2. Perairan lepas pantai
Perairan lepas pantai tidak mengalami hambatan seperti di daerah pantai, namun
terdapat hal lain yang dapat mengganggu proses kelancaran dalam proses
penangkapan ikan yaitu faktor buruknya cuaca dan gelombang besar. Penangkapan
di daerah lepas pantai membutuhkan biaya yang lebih besar dikarenakan bahan
bakar yang harus lebih banyak dibandingkan dengan penangkapan yang hanya di
daerah perairan pantai.
Mencari gerombolan ikan
1. Menggunakan alat fish finder atau sonar
2. Burung-burung yang beterbangan di atas permukaan
3. Perubahan warna permukaan air
4. Tanda-tanda lain seperti adanya batang terapung, ikan cucut berenang dekat
permukaan, lumba-lumba, dan ikan paus.
5. Dengan data oseanografi dan meteorologi

Anda mungkin juga menyukai