Anda di halaman 1dari 13

LAMPU CELUP DALAM AIR (LACUDA) TEKNOLOGI APLIKATIF

UNTUK OPTIMALISASI PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN

Pendahuluan

Sesuai dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor
Per.02/Men/2011, Tentang Jalur Penangkapan Ikan Dan Penempatan Alat Penangkapan
Ikan dan Alat Bantu Penangkapan Ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara
Republik Indonesia,Pasal 18 Alat Bantu Penangkapan Ikan terdiri dari Rumpon; dan Lampu;
yang selanjutnya diperjelas dalam Pasal 20 ayat (1) Lampu sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 18 huruf b merupakan alat bantu untuk mengumpulkan ikan dengan menggunakan
pemikat/atraktor berupa lampu atau cahaya yang berfungsi untuk memikat ikan
agar berkumpul.

Teknologi Lacuda yang sebenarnya sudah cukup lama diperkenalkan kepada para nelayan,
tetapi dalam perjalannanya teknologi ini kurang berkembang, hal ini disebabkan karena
nelayan beranggapan bahwa teknologinya terlalu sulit dan jika terjadi kerusakan pada
Lacuda , nelayan mengalami kesulitan untuk melakukan perbaikan. Pada sisi lain apabila
nelayan menginginkan untuk membeli Lacuda banyak mengalami kendala seperti sulitnya
mencari toko yang menjual Lacuda, selain harganya masih relatife mahal. Dengan
perkembangan teknologi di bidang material, persoalan persoalan yang dihadapi para nelayan
dalam pembuatan Lacuda dapat diatasi melalui pelatihan.

Sumberdaya Perikanan khususnya laut kita, hampir di semua WPPNRI diperbolehkan


menggunakan ABPI yang berupa Lampu. Tabel dibawah ini merupakan beberapa jenis alat
penankap ikan yang menggunakan ABPI yang berupa lampu dan diperbolehkan digunakan
pada daerah penangkapan ikan sesuai Permen KP No.02/2011. Alat bantu penangkapan ikan,
ukuran selektifitas dan kapasitas API dan ABPI dimaksud adalah dapat dilihat pada
table 1 sebagai berikut :

Ukuran Ukuran
Alat Ukuran Jalur PI / WPP
No Selektifitas dan Lampu
Tangkap Kapal diijinkan
kapasitas API (Watt)
IB, II ,III, 571,
Mesh size >1 inch; Lampu <4.000 Sd 5 G7
711, 712, 713.
Tali ris atas <300 m watt 5 sd 10 GT
715, 718
Pukat cincin II, III, 571, 711,
Mesh size >1 inch; Lampu <8.000 10 sd 30
1. pelagis kecil 712, 713. 715,
Tali ris atas <400 m watt GT
dengan satu kapal 718
III, 571, 711,
Mesh size >1 inch; Lampu <16.000
30 GT Up 712, 713.715,
Tali ris atas <600 m watt
718

1
Ukuran Ukuran
Alat Ukuran Jalur PI / WPP
No Selektifitas dan Lampu
Tangkap Kapal diijinkan
kapasitas API (Watt)
Pukat cincin Mesh size >3 inch; Lampu <16.000 10 SD II, III, 572, 573,
pelagis besar Tali ris atas <700 m watt 30GT 714, 716, 717
2
dengan satu Mesh size >3 inch; Lampu <16.000 III, 572, 573, 714,
30 GT Up
kapal Tali ris atas <1.500 m watt 716, 717
Pukat cincin grup Mesh size >3 inch; Lampu <16.000 III, 572, 573, 714,
3 30 UP
pelagis besar Tali ris atas <1500 m watt 716, 717.
IB, 571, 572, 573,
Mesh size >1 mm; P Lampu <2.000
< 5 GT 711, 712, 713, 714,
<5 m; L <5 m watt
715, 716, 717, 718
IB , II, 571, 572,
Mesh size >1 inch; P Lampu <2.000 5 SD 10 573, 711, 712, 713,
4 Bagan berperahu <20 m; L <20 m watt GT 714, 715, 716, 717,
718
II, III, 571, 572,
Mesh size >1 inch; P Lampu <2.000 10 SD 30 573, 711, 712, 713,
<30 m; L <30 m watt GT 714, 715, 716, 717,
718
II, III, 571, 572,
Mesh size >1 inch; Lampu <8.000 10 SD 30 573, 711, 712, 713,
P<20 m; L <20 m watt GT 714, 715, 716, 717,
5 Bouke ami 718
III, 571, 572, 573,
Mesh size >1 inch; Lampu <16.000
30 GT UP 711, 712, 713, 714,
P<30 m; L <30 m watt
715, 716, 717, 718
IA, IB, 571, 572,
Mesh size >1 mm; Lampu <2.000 573, 711, 712, 713,
6 Bagan tancap -
P<5 m; L <5 m watt 714, 715, 716, 717,
718
Jala jatuh III, 571, 572, 573,
Mesh size >1 inch; Lampu <16.000
7 berkapal (Cast 30 UP 711, 712, 713, 714,
P<20 m; L <20 m watt
Nets) 715, 716, 717, 718
IA, 571, 572, 573,
Mesh size >1 inch; Lampu <2.000
8 Jermal 711, 712, 713, 714,
P<10 m; L <10 m watt
715, 716, 717, 718
5 SD 10 IB, II, III, 571, 572,
Lampu <8.000 GT, 573, 711, 712, 713,
9 Squid angling
watt 10 - 30 GT, 714, 715, 716, 717,
30 GT UP 718
II, III, 571, 572,
Lampu <8.000 10 SD 30 573, 711, 712, 713,
10 Squid jigging
watt GT 714, 715, 716, 717,
718

Berdasarkan data luasan area yang boleh memanfaatkan lampu sebagai


alat bantu penangkapan ikan, maka kita perlu terus memperkenalkan/melatihkan
teknologi Lacuda kepada para nelayan, guna untuk meningkatkan efisiensi dan
produktifitas usaha penangkapannya.

Cahaya
Sifat Cahaya

Cahaya merupakan suatu bentuk gelombang elektromagnetik yang dapat merambat tanpa
medium perantara.Cahaya digolongkan pada beberapa panjang gelombang dengan kisaran
yang luas. Cahaya tampak memiliki panjang gelombang berkisar 380-750 nm dan frekuensi
berkisar 3,87x1014 - 8,35x1014 Hz.12,13 Cahaya menyebar dalam bentuk gelombang

2
Elektromagnetik dengan kecepatan pada ruang hampa mencapai 299.792.458 m/s. Hubungan
antara warna dan panjang gelombang cahaya dapat dilihat pada Tabel 2. Hubungan antara
warna dan panjang gelombang cahaya dapat dilihat seperti berikut :

Tabel 2. Warna dan panjang gelombang cahaya


WARNA PANJANG GELOMBANG
Ungu 380 - 450 nm
Biru 450 - 495 nm
Hijau 495 - 570 nm
Kuning 570 - 590 nm
Jingga 590 - 620 nm
Merah 620 - 750 nm

Kecepatan rambat cahaya pada suatu media seperti udara atau air lebih kecil daripada di
ruang hampa udara.Ketika cahaya merambat melalui suatu media menuju media lainnya,
frekuensi cahaya tersebut tidak berubah, tetapi perubahan terjadi pada kecepatan rambat
yang diikuti perubahan panjang gelombangnya, karena perbandingan antara cepat rambat
dan panjang gelombang harus selalu konstan.

Dari enam warna cahaya (Tabel 2), cahaya warna biru dan hijau paling dalam menembus
lapisan perairan, sementara warna merah dan ungu terabsorpsi oleh air hanya beberapa meter
setelah menembus permukaan laut. Intensitas cahaya adalah banyaknya pancaran cahaya
yang jatuh pada suatu permukaan bidang. Intensitas cahaya sangat tergantung pada jenis
sumber cahaya dan jarak antara sumber cahaya dengan permukaan bidang. Semakin jauh
jarak sumber cahaya dengan bidang, maka intensitasnya semakin menurun. Pendugaan nilai
intensitas cahaya pada suatu kedalaman dapat ditentukan dengan Persamaan berikut ini.

Ia = Iue-kx )

Keterangan:
Ia= Intensitas di air (lux);
Iu= Intensitas di udara (lux);
e = Konstanta Euler sebesar 2,718;
k = Koefisien pemudaran air (m-1);
x = Jarak terhadap sumber cahaya (m)

Cahaya yang masuk ke dalam air mengalami penurunan intensitas yang jauh lebih besar bila
dibandingkan dengan udara.Hal tersebut terutama diakibatkan adanya penyerapan cahaya
oleh berbagai partikel dalam air. Kedalaman penetrasi cahaya dalam laut tergantung
beberapa faktor, antara lain absorpsi cahaya oleh partikel-partikel air, panjang gelombang
cahaya, kejernihan air, pemantulan cahaya oleh permukaan air, serta lintang geografis dan
musim (cahaya matahari).

Sensitifitas Ikan Terhadap Cahaya

Ikan mempunyai suatu kemapuan yang mengagumkan untuk dapat melihat pada waktu siang
hari dengan kekuatan penerangan ratusan ribu lux 5 sampai dalam keadaan hampir gelap

3
sama sekali. Kuat penerangan ini erat hubungannya dengan tingkat sensitifitas penglihatan
ikan, dengan kata lain bahwa berkurangnya kuat penerangan akan mengakibatkan
berkurangnya jarak penglihatan ikan.

Sensitifitas mata ikan laut pada umumnya sangat tinggi.Kalau cahaya biru hijau yang mampu
diterima mata manusia hanya sebesar 30% saja, mata ikan mampu menerimanya sampai
75%. Retina mata beberapa jenis ikan laut dalam bahkan dapat menerimanya sampai 90%.
Pada umumnya ikan tertarik pada panjang gelombang sekitar 450 - 570 nm, yaitu warna biru
dan hijau.

Reaksi Ikan Terhadap Cahaya


Indera penglihatan pada sebagian besar ikan merupakan indera utama yang memungkinkan
terciptanya pola tingkah laku mereka terhadap keadaan lingkungannya.Kemampuan indera
mata ikan memungkinkan untuk dapat melihat pada hampir seluruh lingkungan di
Sekelilingnya. Hanya suatu daerah sempit yang tidak dapat dilihat oleh ikan. Daerah sempit
tersebut dikenal sebagai dead zone.

Penyebab tertariknya ikan oleh cahaya sebagian didasari oleh disorientasi penglihatan ikan.
Ikan dalam keadaan lapar akan lebih mudah terpikat cahaya daripada ikan-ikan yang tidak
lapar. Ikan-ikan yang muda mempunyai ketertarikan yang lebih baik terhadap cahaya
daripada ikan-ikan yang telah tua.

Ada dua pola reaksi ikan terhadap cahaya, yaitu fototaksis dan fotokinesis. Fototaksis
merupakan gerakan spontan dari ikan untuk mendekati atau menjauhi cahaya. Fotokinesis
merupakan gerakan yang ditimbulkan oleh hewan dalam kebiasaan hidupnya. Fototaksis
dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

(1) Fototaksis positif (photopholic) : berenang mendekati sumber cahaya.


(2) Fototaksis negatif (photophobia) : berenang menjauhi sumber cahaya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat fototaksis pada ikan, yaitu:

(1) Faktor internal

a. Jenis kelamin: beberapa jenis ikan betina bersifat fototaksis negative ketika
matang gonad, akan tetapi ikan jantan pada jenis yang sama bersifat fototaksis
positif ketika matang gonad.
b. Penuh atau tidaknya perut: ikan yang sedang lapar lebih bersifat
fototaksispositif daripada ikan dengan perut penuh.
(2) Faktor eksternal
a. Suhu air: ikan akan mempunyai sifat fototaksis yang kuat apabila berada pada
lingkungan dengan suhu air yang optimal (sekitar 28 ºC).
b. Tingkat cahaya lingkungan: siang hari atau pada saat bulan purnama akan
mengurangi sifat fototaksis.

4
c. Intensitas dan warna sumber cahaya: jenis ikan yang berbeda akan berbeda pula
responnya terhadap intensitas dan warna cahaya.
d. Ada atau tidaknya makanan: beberapa jenis ikan akan bersifat fototaksis apabila
terdapat makanan, sedangkan jenis lainnya akan berkurang sifat fototaksisnya.
e. Kehadiran predator akan mengurangi sifat fototaksis.

Peristiwa berkumpulnya ikan di bawah sumber cahaya dapat dibedakan menjadi:

(1). Peristiwa langsung, yaitu berkumpulnya ikan karena tertarik cahaya lampu yang
digunakan atau ikan bersifat fototaksis positif.
(2). Peristiwa tidak lagsung, yaitu berkumpulnya ikan karena tujuan mencari makan yang
disebabkan oleh adanya plankton dan ikan kecil yang terpikat cahaya
Ikan ternyata mempunyai penglihatan yang cukup baik untuk membedakan warna. Ikan
umumnya sangat peka terhadap cahaya yang datang dari arah dorsal tubuhnya. Ikan akan
cenderung berorientasi ke arah kanan dari datangnya cahaya. Ikan tidak menyukai cahaya
yang datang dari arah ventral atau bagian bawah tubuhnya.Bila keadaan tidak
memungkinkan untuk turun ke arah sumber cahaya, ikan menyebar ke arah horizontal.Ikan
yang tertarik pada cahaya pada umumnya menyukai cahaya yang terang dan tenang. Cahaya
yang tidak tenang (flickering light) seperti petir dan lampu senter yang dihidupmatikan
akan menakutkan atau setidaknya menggangu syaraf ikan.

Pemanfaatan Cahaya dalam Operasi Penangkapan Ikan


Pemanfaatan cahaya untuk alat bantu penangkapan ikan dilakukan dengan memanfaatkan
sifat fisik dari cahaya buatan itu sendiri. Masuknya cahaya ke dalam air sangat erat
hubungannya dengan panjang gelombang yang dipancarkan oleh cahaya tersebut.Semakin
besar panjang gelombang cahaya, maka semakin kecil daya tembusnya ke dalam perairan.

Faktor-faktor lain yang juga menentukan menyebarnya cahaya di dalam air adalah absorpsi
(penyerapan) cahaya oleh partikel-partikel air, kejernihan dan musim (cahaya matahari).
Dengan sifat-sifat fisik yang dimiliki cahaya dan kecenderungan tingkah laku ikan dalam
merespon adanya cahaya, nelayan kemudian menggunakan cahaya buatan untuk
mengelabuhi ikan sehingga memudahkan dalam operasi penangkapan ikan.

Pada awal operasi penangkapan, nelayan biasanya menyalakan lampu yang bercahaya biru
untuk menarik ikan yang jauh dari jaring.Hal ini disebabkan cahaya biru mempunyai panjang
gelombang paling pendek dan daya tembus ke dalam perairan relatif paling jauh
dibandingkan warna cahaya tampak lainnya. Setelah ikan tertarik mendekati cahaya, ikan-
ikan tersebut kemudian dikumpulkan sampai pada jarak jangkauan alat tangkap (cathability
area) dengan menggunakan cahaya yang lebih rendah frekuensinya (hijau dan kuning),
secara bertahap. Dengan sistem ini, maka operasi penangkapan ikan akan lebih mudah
dan nilai keberhasilannya lebih tinggi.

Faktor utama yang harus diperhatikan para nelayan dalam memanfaatkan cahaya untuk
membantu operasi penangkapan ikan adalah kedalaman dan warna dari perairan itu sendiri.

5
Hubungan kedalaman dan warna air dengan penggunaan alat bantu cahaya dapat dilihat pada
Tabel 3.

Tabel 3. Hubungan kedalaman dan warna air dengan penggunaan alat bantu cahaya.

Kedalaman
Warna Laut Keterangan
(meter)
4 – 5,5 Kuning kehijauan Penangkapan dengan alat
5–7 Hijau kekuningan bantu cahaya, kurang efisien
9 – 10 Hijau untuk dilakukan
10 – 11 Hijau kebiruan
12 – 16 Biru kehijauan Penangkapan dengan alat
17 – 29 Biru bantu cahaya
>30 Biru gelap

Jenis Lampu untuk Lacuda


Lampu Pijar (biasa)
Jenis lampu yang dikembangkan Thomas Alfa Edison ini memakai filament tungsten yaitu
semacam kawat pijar didalam bola kaca yang diisi gas nitrogen, argon, kripton, hidrogen dan
sebagainya. Lampu ini membutuhkan lebih banyak energi dibandingkan lampu TL untuk
mendapatkan tingkat terang yang sama.

Lampu pijar atau bohlam biasa ini hanya bertahan 1000 jam atau untuk rata-rata pemakaian
10 jam sehari semalam, hanya bertahan kira-kira 3 – 4 bulan, dan setelah itu kita harus
membeli bohlam baru. Sebaiknya kita memperhatikan bahwa lampu pijar
memang murah namun hanya bertahan 3-4 bulanan saja.

Komponen utama dari lampu pijar adalah bola lampu yang terbuat dari
kaca, filamen yang terbuat dari wolfram, dasar lampu yang terdiri dari
filamen, bola lampu, gas pengisi, dan kaki lampu.

1. Bola lampu
2. Gas bertekanan rendah (argon, neon, nitrogen)
3. Filamen wolfram
4. Kawat penghubung kekaki tengah
5. Kawat penghubung keulir
6. Kawat

Pada awalnya bagian dalam bola lampu pijar dibuat hampa udara namun belakangan diisi
dengan gas mulia bertekanan rendah seperti argon, neon, kripton, dan xenon atau gas yang
bersifat tidak reaktif seperti nitrogen sehingga filamen tidak teroksidasi. Konstruksi lampu
halogen juga menggunakan prinsip yang sama dengan lampupijar biasa, perbedaannya
terletak pada gas halogen yang digunakan untuk mengisi bola lampu.

Lampu TL (Fluorescent)

Jenis lampu ini juga dikenal dengan lampu neon.Dewasa ini lampu neon bentuknya macam-
macam, ada yang bentuknya memanjang biasa, bentuk spiral atau tornado, dan ada juga yang
bentuk memanjang vertikal dengan fitting (bentuk pemasangan ke kap lampu) yang mirip

6
seperti lampu pijar biasa.Lampu TL lebih hemat energi dibandingkan lampu pijar, karena
lebih terang. Untuk lampu TL yang baik (merk bagus), bisa bertahan 15.000 jam atau setara
dengan 10 tahun pemakaian, harganya juga sekitar 10x lampu pijar biasa. Sedangkan lampu
TL yang berkualitas buruk mungkin bisa bertahan 4-6 bulan saja (dewasa ini banyak
bermunculan merk lampu „hemat energi‟ yang murah, namun kualitasnya rendah).

Lampu TL saat ini juga banyak memiliki varian dan bentuk seperti diatas dengan fitting ulir
yang biasa dipakai untuk lampu bohlam biasa.

Dengan jumlah watt (energi listrik) yang lebih kecil, lampu TL atau neon lebih murah
digunakan daripada membeli lampu pijar biasa, dan saat ini jenis lampu TL juga bervariasi
baik bentuk, fitting pemasangan, serta warna cahayanya ada yang putih, kuning, dan warna
lainnya. Dengan keseimbangan antara harga dan lama pemakaian Warna cahaya lampu pijar
adalah: kuning netral dan putih.

Lampu Halogen
lampu halogen biasanya memiliki reflektor (cermin dibelakangnya) untuk memperkuat
cahaya yang keluar. Fittingnya biasanya khusus, namun saat ini ada pula yang dengan jenis
fitting biasa. Lampu jenis ini merupakan lampu spot yang baik. Lampu spot adalah lampu
yang cahayanya mengarah ke satu area saja. Jenis lampu ini
sebenarnya merupakan lampu filament yang sudah berhasil
dikembangkan menjadi lebih terang, namun juga kebutuhan energi
(watt) yang relatif sama.

Warna cahaya lampu halogen : halogen biasa, kuning , halogen high


pressure putih

Bahan bahan Pembuatan Lacuda


Alat yang digunakan , tang, penggaris, pisau, gergaji dan gunting. Bahan yang digunakan :
 Lampu pijar /TL/Halogen
 Sealant Silicon
 Kabel VGA
 Fittingan keramik
 Toples
 Stopkontak
 Dimer (600 watt)
 Sekring (MCB)
 Saklar
 Shock PVC (ukuran menyesuaikan)
 Stabilizer
 Tali PE

7
Konstruksi Lacuda

Gambar : Lacuda Siap Uji kebocoran

Gambar : Lacuda setelah uji kebocoran

8
Gambar : Dimensi Lacuda

Gambar : Hasil Pembuatan Lacuda Oleh Peserta Diklat (setelah melalui uji kebocoran dan
uji keamanan)
Keuntungan Lacuda:
1. Cahaya relatif stabil
2. Berkas cahayanya menyebar ke semua arah
3. Dapat menjangkau area yg lebih dalam
4. Seratus persen intensitas cahaya terserap dalam air (pada lampu diatas permukaan air
± 20 % terserap ke air, 80 % dipantulkan).
5. Warna cahayanya tidak menyilaukan
a. Lampu di atas 3 m di atas permukaan air  mengalami penurunan luminasi
pd jarak 10 m dr sumber cahaya
b. Lampu di bawah permukaan air (0-0.2 m) lebih besar dr poin (a)
c. Lampu di bawah permukaan air (10-20 cm) cocok digunakan pada bagan
perahu

Merakit Lacuda
Bahan Isolator
Hal penting dalam perakitan konstruksi lampu celup dalam air adalah menciptakan
serangkaian bahan bahan yang ada dimana pada bagian lampu harus dibuat sistim isolasi

9
yang benar-benar kedap dari kebocoran air. Untuk mendapatkan konstruksi yang benar-benar
kedap air diperlukan pemilihan bahan isolator yang mampu membentuk lapisan yang
kedap/rapat menghubungkan dua material, tetapi bahanisolator tersebut harus bersifat
elastis, sehingga apabila Lacuda terkena goncangan/benturan isolator tidak mengalami
keretakan, yang berakibat pada kebocoran. Untuk mendapatkan konstruksi yang demikian,
kita bisa memanfaatkan bahan perekat / isolator berupa jenis silicon (bahan penyambung
kaca dalam pembuatan akuarium). Untuk pelaksanaan perakitan kita perlu bantuan alat
penembak silicon seperti gambar berikut :

Pemilihan fittingan dan steker.


Dipilih jenis fitingan yang terbuat dari keramik, karena bahan dari jenis keramik memiliki
daya tahan terhadap panas yang lebih tinggi dibandi bahan lainnya seperti plastik atau
melamin.

Dimmer dan MCB


Dimmer yang digunakan cukup dengan yang berkapasitas 600 watt, dimer memiliki fungsi
untuk mengatur arus listrik yang masuk ke bola lampu. Dimerbisa untuk mengatur tingkat
redup dan terangnya Lacuda yang terpasang.
Skring diperlukan sebagai pemutus aliran listrik secara otomatis jika terjadi hubungan
singkat pada instalasi ataupun sebagai pemutus jika Lacuda tiba tiba mengalami kebocoran.

Jadi rangkaian Lacuda secara berurutan adalah dari yang paling


ujung yaitu bola lampu yang telah dirakit dengan fiting dan
kabelnya yang terselubungi oleh rangkaian gelas kaca dan pelindung
dari PVC dengan konstruksi kedap air, kabel terhubung dengan
dimmer, dan tersambung dengan steker dan terpasang
sekring/pemutus/MCB sebelum terhubung dengan sumber
listrik/generator.

10
Pemilihan Toples.
Pilih toples dari bahan kaca, dalam memilih toples yang perludiperhatikan adalah diameter
mulut toples harus disesuaikan dengan diameter PVC yang akan digunakan untuk
melindungi fitingan. Pilih toples yang tidak terlalu besar, tetapi cukup ada ruang untuk
ditempati bola lampu.
Jika toples terlalu besar, akan merakibat pada daya apung yang besar setelah dirangkai dan
dioperasikan di dalam air. Ini berakibat pada besarnya gaya tenggelam stabilizer harus
mengikuti.
Kunci keberhasilan dalam pembuatan Lacuda terutama terletak pada konstruksi sambungan
antara toples dengan Sambungan PVC, dan antara sambungan PVC, Fitingan dan Kabel. Jika
pada konstruksi ini kedap (tidak mengalami kebocoran), maka merakit pada bagian lain
adalah pekerjaan yang tidak sulit.

Stabilizer
Stabilizer memiliki fungsi sebagai pelindung dari Lampu yang telah di rakit dan sekaligus
merupakan pemberat. Konstruksi Stabilizer model Lacuda dibuat seperti pada gambar
dibawah ini dengan pertimbangan bertimbangan sebagai berikut :
a. Memudahkan proses penggantian bola lampu jika terjadi
kerusakan/mati.
b. Pelindung/stabilizer bagi lampu dari pengaruh arus.
c. Mudah dalam penggantian warna cahaya lampu jika
menghendaki (dengan cara melingkupkan plastic mika
sesuai warna yang dihendaki) diantara stabilizer dengan
toples.
d. Lampu Mudah dilepas-pasang melalui besi L yang ada
pada bagian bawah stabilizer
e. Tersedia tempat untuk menambahkan pemberat jika
dirasa kurang stabil (jika arus kuat).

Gambar : Stabilizer simple dan multifungsi

11
Uji Kebocoran

Setelah selesai perakitan, tunggu sampai silicon benar benar kering, silicon mengalami dua
tahapan tingkat kekeringan yaitu pertama kering sentuh, ini memakan waktu sekitar 1-2jam.
Pada kering tahap pertama silicon baru kering pada bagian penanampang luarnya saja,
sementara bagian yang lebih dalam masih basah. Pada tahap ini stabilitas daya rekat antara
silicon dengan bahan yang terekat belum stabil, dalam kondisi ini sebaiknya instalansi
Lacuda jangan dipindah-pindahkan, agar konstruksi bangunan tidak mengalami
pergeseran/perubahan, sehingga akan berakibat pada kebocoran instalasi.
Tingkat kekeringan silicon tahap kedua yaitu kering secara permanent, pada tingkat
kekeringan secara permanent diperlukan waktu 8 – 24 jam, tergantung pada ketebalan dari
silicon.Pada tahap ini lapisan bagian dalam dari silicon telah mengering permanen dan telah
mencapai tingkat stabilitas maksimum.
Setelah mencapai stabilatas kekeringan maksimum Lacuda sudah dapat diuji dari kebocoran.
Ujicoba kebocoran tahap pertama rendam lacuda pada kedalaman 1 m dibawah permukaan
air, dengan kondisi lampu tidak menyala. Jika ada kebocoran akan tampak gelembung udara
yang naik dari sambungan antara toples deng Penyambung PVC. Hal ini untuk memastikan
ada tidaknya kebocoran instalasi (uji kedap air).Jika ada kebocoran maka segera angkat dan
lakukan perbaikan dengan memberi lapisan silicon.Uji kembali kebocoran yang ada, jika
sudah benar benar kedap, nyalakan lampu dengan posisi lampu dalam air.Biarkan didalam
air selama 1-2 jam pada kedalaman 1 meter.
Untuk memastikan tingkat kekedapan terhadap air pada instalasi Lacuda, lampu diturunkan
lagi sampai pada kedalaman 2 m dan biarkan selama 4-6 jam. Jika dalam waktu tersebut
tidak ada kebocoran maka dapat dipastikan lampu bisa digunakan sebagai alat bantu
penangkapan ikan.

DAFTAR PUSTAKA
Ben Yami, M. 1976. Fishing with Light.Published by Arrangement with FAO of The
United Nations by Fishing News Books Ltd. Surrey. England.
Ben Yami. 1987. Fishing with Light. Roma: FAO.
Cayless, M.A., Marsden, A.M. 1983.Lamps and Lighting 3th edition.London:Edward
Arnold (Publisher) Ltd.
Effendi. “Lampu Celup Bawah Air (Lacuba), Lampu Pemanggil Ikan.” Web. 24
Mar. 2011
Gunarso, W. 1985.Tingkah Laku Ikan dalam Hubungannya dengan Alat, Metode
dan Taktik Penangkapan.[Skripsi]. Bogor: Departemen
Pemanfaatan Sumber Daya Perikanan, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

12
He Pingguo. 1989. Fish Behavior and its Application in fisheries. Marine Institute.
Canada: Newfoundland and Labrador Institute of Fisheries and
Marine Technology.
Lestari, E.T. 2001. Pengaruh Perbedaan Jenis Kap Lampu pada Pencahayaan
Bagan Diesel terhadap Nilai Iluminasi Cahaya dan Hasil
Tangkapan Pelagis di Perairan Carocok, Pesisir Selatan.[Skripsi].
Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Mitsugi, S. 1974. Fish Lamps In Fishing Gear and Methods. Japan: Japan
International Cooperation Agency. Hal 209 – 240
Nomura, M.T dan Yamazaki. 1977. Fishing Techniques. Tokyo: Japan International
Coorporation Agency.
Nurdiana. 2005. Iluminasi Cahaya Lampu Pijar 25 Watt pada Medium Utara dan
Aplikasinya pada Perikanan Tangkap. [Skripsi]. Bogor:
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Nybakken, J.W. (1988). Biologi Laut , Suatu Pendekatan Ekologi. Jakarta: PT.
Gramedia.
Permen KP No.02/Men/2011 Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik
Indonesia.
Pagalay, B. 1986.Perbandingan Hasil Tangkapan Bagan (Light Fishing) yang
Menggunakan Beberapa Warna Cahaya di Perairan Lero
(Pinrang), Sulawesi Selatan.[Skripsi]. Bogor: Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Subani, W. 1983.Penggunaan Cahaya sebagai Alat Bantu Penangkapan
Ikan.[Disertasi]. Jakarta: Balai Penelitian Perikanan Laut.
Subani, W., Barus, H.R. 1989.Alat Penangkapan Ikan dan Udang di Indonesia.
Sudirman, H., Mallawa, A. (2004). Teknik Penangkapan Ikan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Von Brandt, A. 1984. Fishing Catching Method of The World. Fishing News Book
Ltd. Farnham Surrey England Hamburg Germany.
Wanibesak, E. Spektrofotometri Sinar Tampak (visibel). 21 Februari 2011.Web.
27 Maret 2011<http://wanibesak.wordpress.com
> diakses/2018/11/1
Woodhead, P.M.J. 1966. The Behavior of Fish Relation to The Light in The Sea.
Oceanografy Marine Biology: Horald Barnes Edition. Rev. 4. Hal
337 – 403.

13

Anda mungkin juga menyukai