Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PENYEDIAAN AIR

“FILTER MEDIA”

Dosen: Syrifuddin,SKM.,M.Kes

DISUSUN OLEH:

Kelompok 4

Asyfi Maghfiroh (P21345119014)

Gizella Agista Putri (P21345119032)


Grace Yanthree Sinaga (P21345119033)

Hani Nuri Shabrina (P21345119035)


Muhammad Aqiel Siroj (P21345119048)

Kelas: 2 DIII A Kesehatan Lingkungan

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN JAKARTA II


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
Jl. Hang Jebat III/F3, Kebayoran baru, Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta
12120
1.1 Saringan Pasir Cepat

Saringan pasir cepat atau (SPC) merupakan saringan air yang dapat menghasilkan debit
air hasil penyaringan yang lebih banyak.Walaupun demikian saringan ini kurang efektif
untuk mengatasi bau dan rasa yang ada pada air yang disaring .Selain itu karena debit air
yang cepat, lapisan bakteri yang berguna untuk menghilangkan patogen tidak akan terbentuk
sebaik apa yang terjadi di saringan pasi lambat. Sehingga akan membutuhkan proses
disinfeksi kuman yang lebih intensif. Perbedaan antara sistem saringan pasir lambat SPL dan
saringan pasir cepat SPC adalah lokasi air masuk dan keluar. Jika SPL air masuk dari atas
yaitu pasir halus, lalu turun ke bawah menuju pipa yang lokasinya sejajar dengan media
penyaring kerikil. Sementara SPC air masuk dari pipa bawah atau yang sejajar dengan
kerikil, lalu air menuju pasir halus teratas dan keluar dari sana. Jadi simpelnya, flow air SPL
dari atas ke bawah, sedangkan flow air SPC dari bawah ke atas.

Di dalam pengoperasian saringan pasir cepat terdiri dari tiga tahap yaitu :

1. Tahap Penyaringan (filtrasi).

2. Pencucian Filter atau pencucian balik (back wash).

3. Penyaringan awal setelah pencucian filter dibuang untuk beberapa saat.


Saringan pasir cepat seperti halnya saringan pasir lambat, terdiri atas lapisan pasir pada
bagian atas dan kerikil pada bagian bawah. Tetapi arah penyaringan air terbalik bila
dibandingkan dengan Saringan Pasir Lambat, yakni dari bawah ke atas (up flow). Air bersih
didapatkan dengan jalan menyaring air baku melewati lapisan kerikil terlebih dahulu baru
kemudian melewati lapisan pasir. Kelebihan Saringan Pasir Cepat adalah dapat menghasilkan
debit air hasil penyaringan yang lebih banyak dari pada Saringan Pasir Lambat (SPL), selain
itu pada Saringan Pasir Cepat umumnya dapat melakukan backwash atau pencucian saringan
tanpa harus membongkar keseluruhan saringan. Kekurangan Saringan Pasir Cepat adalah
kurang efektif untuk mengatasi bau dan rasa yang ada air yang disaring. Selain itu karena
debit air yang cepat, lapisan bakteri yang berguna untuk menghilangkan pathogen tidak akan
terbentuk sebaik apa yang terjadi pada Saringan Pasir Lambat. Sehingga akan membutuhkan
proses disinfeksi kuman yang lebih intensif.

Di dalam Operasi Saringan Pasir Cepat (filter plant), beberpa hal yang perlu dilakukan
antara lain :

1. Menghitung luas filter yang diperlukan.

2. Menetukan jumlah filter yang tepat.

3. Pemilihan tipe pengontrolan aliran.

4. Pemilihan tipe sistem penguranan atau pengetapan (underdrain system).

5. Pemilihan material media filter, ukuran serta distribusi ukuran.

6. Pemilihan sistem pencucian balik dan sistem pencucian pembantu.

7.Perencanaan saluran pencuci.

8. Perencanaan pipa inlet, outlet, pipa pencuci utama.

9. Menentukan kedalaman filter

10. Perencana pompa pencuci, tangki elevas dll


Filter ini menggunakan dasar pasir silika dengan kedalaman 0,6 – 0,75 m. Ukuran pasir
0,35 – 1,0 mm. Koefisien keseragaman umumnya 1,65. Koefisien keseragaman adalah
ukuran yang telah meloloskan 60% dibagi ukuran yang telah meloloskan 10% dari total
bahan baku pasir atau P60 / P10.

Pencucian filter pasir cepat dilakukan dengan cara backwash; kotoran-kotoran ataupun
endapan suspense yang tertinggal pada filter akan ikut terekspansi dan bersam air pencuci di
keluarkan melalui gutter. Pencucia dilakukan 24 jam operasi dengan waktu pencucian pasir
terekspansi ±50%. Pencucian dapat dikombinasikan dengan nozzle. Kecepatan penyemprotan
±270 lt/m²/menit, dengan tekanan antara 0,7-1,1 kg/cm². Dengan kombinasi ini, hasil
pencucian filter dapat lebih bagus dan jumlah air untuk mencuci filter dapat lebih sedikit.

Media filter yang umum dipakai di Indonesia adalah pasir kuarsa. Untuk menjamin
ketahanan pasir kwarsa yang dipakai diisyarakatkan pasir kwarsa memenuhi kriteria kadar
silika (SiO₂) 96%. Pasir dengan kualitas yang demikian disebut juga sebagai pasir Bangka
(Darmasetiawan, 2001).

Saringan Pasir Cepat (SPC) atau bahasa kerennya Rapid Sand Filter (RSF) merupakan
saringan air yang dapat menghasilkan debit air hasil penyaringan yang lebih banyak daripada
Saringan Pasir Lambat (SPL). Walaupun demikian saringan ini kurang efektif untuk
mengatasi bau dan rasa yang ada pada air yang disaring. Selain itu karena debit air yang
cepat, lapisan bakteri yang berguna untuk menghilangkan patogen tidak akan terbentuk
sebaik apa yang terjadi di Saringan Pasir Lambat. Sehingga akan membutuhkan proses
disinfeksi kuman yang lebih intensif.

Secara umum bahan lapisan saringan yang digunakan pada Saringan Pasir Cepat sama
dengan Saringan Pasir Lambat, yakni pasir, kerikil dan batu. Perbedaan yang terlihat jelas
adalah pada arah aliran air ketika penyaringan. Pada Saringan Pasir Lambat arah aliran airnya
dari atas ke bawah, sedangkan pada Saringan Pasir Cepat dari bawah ke atas (up flow). Selain
itu pada saringan pasir cepat umumnya dapat melakukan backwash atau pencucian saringan
tanpa membongkar keseluruhan saringan.
Seperti halnya air hasil saringan yang lain, air dari hasil saringan pasir cepat ini sebaiknya
di disinfeksi dari kuman penyakit terlebih dahulu sebelum dikonsumsi.

Penjernihan Air dengan Teknik Penyaringan II

a. Pendahuluan

Kebutuhan akan air bersih di daerah pedesaan dan pinggiran kota untuk air minum,
memasak , mencuci dan sebagiannya harus diperhatikan. Cara penjernihan air perlu diketahui
karena semakin banyak sumber air yang tercemar limbah rumah tangga maupun limbah
industri. Cara penjernihan air baik secara alami maupun kimiawi akan diuraikan dalam bab
ini. Cara-cara yang disajikan dapat digunakan di desa karena bahan dan alatnya mudah
didapat. Bahan-bahannya anatara lain batu, pasir, kerikil, arang tempurung kelapa, arang
sekam padi, tanah liat, ijuk, kaporit, kapur, tawas, biji kelor dan lain-lain.

b. Uraian Singkat

Cara penjernihan air ini sama dengan cara penyaringan I. Perbedaanya terletak pada
penyusunan drum atau bak pengendapan dan bak penyaringan, serta susunan lapisan bahan
penyaring

c. Bahan dan peralatan


1) 10 (sepuluh) kg arang
2) 10 (sepuluh) kg ijuk
3) pasir beton halus
4) batu kerikil
5) 2 (dua) buah stop kran dengan diameter 1 inci
6) batu dengan garis tengah 2-3 cm
7) 1 (satu) buah bak penampungan
8) 1 (satu) buah drum bekas
d. Peralatan
1) Alat pertukangan
2) Alat perpipaan
e. Alat pelindung diri (APD)
f. Cara Pembuatan
1) Sediakan sebuah bak atau kolam dengan kedalaman 1 meter sebagai bak
penampungan.
2) Buat bak penyaringan dari drum bekas. Beri kran pada ketinggian 5 cm dari dasar
bak. Isi dengan ijuk, pasir, ijuk tebal, pasir halus, arang tempurung kelapa, baru
kerikil, dan batu-batu dengan garis tengah 2-3 cm (lihat Gambar).

g. Penggunaan
1) Air sungai atau telaga dialirkan ke dalam bak penampungan, yang sebelumnya pada
pintu masuk air diberi kawat kasa untuk menyaring kotoran.
2) Setelah bak pengendapan penuh air, lubang untuk mengalirkan air dibuka ke bak
penyaringan air.
3) Kemudian kran yang terletak di bawah bak dibuka, selanjutnya beberapa menit
kemudian air akan ke luar. Mulamula air agak keruh, tetapi setelah beberapa waktu
berselang air akan jernih. Agar air yang keluar tetap jernih, kran harus dibuka dengan
aliran yang kecil.
h. Pemeliharaan
1) Ijuk dicuci bersih kemudian dipanaskan di matahari sampai kering
2) Pasir halus dicuci dengan air bersih di dalam ember, diaduk sehingga kotoran dapat
dikeluarkan, kemudian dijemur sampai kering.
3) Batu kerikil diperoleh dari sisa ayakan pasir halus, kemudian dicuci bersih dan
dijemur sampai kering.
4) Batu yang dibersihkan sampai bersih betul dari kotoran atau tanah yang melekat,
kemudian dijemur.
i. Keuntungan
1) Air keruh yang digunakan bisa berasal dari mana saja misalnya : sungai, rawa, telaga,
sawah dan sumur.
2) Cara ini berguna untuk desa yang jauh dari kota dan tempatnya terpencil
j. Kerugian
1) Air tidak bisa dialirkan secara teratur, karena air dalam jumlah tertentu arus
diendapkan dulu dan disaring melalui bak penyaringan
2) Bahan penyaring harus sering diganti
3) Air harus dimasak lebih dahulu sebelum diminum

1.2 Saringan Pasir Lambat

Saringan pasir lambat adalah bak saringan yang menggunakan pasir sebagai media filter
dengan ukuran butiran sangat kecil, Namun mempunyai kandungan kuarsa yang tinggi.
Proses penyaringan berlangsung secara gravitasi, sangat lambat, dan simultan pada seluruh
permukaan media.

Pasir media yang baru pertama kali dipasang dalam bak saringan memerlukan masa
operasi penyaringan awal secara normal dan terus menerus. Tujuan operasi awal adalah untuk
mematangkan media pasir penyaring dan membentuk lapisan kulit saringan (schmutsdecke),
yang kelak akan berfungsi sebagai tempat berlangsungnya proses biokimia dan proses
biologis. Selama proses pematangan, kualitas filtrat atau air hasil olahan dari saringan pasir
lambat, biasanya belum memenuhi persyaratan air minum.
Ketinggian air kotor di bak penyaring biasanya berkisar 1 – 1.5 meter, dan ketebalan
lapisan pasir berkisar 0.6 – 1.2 meter. Ketebalan dan ketinggian air ini bervariasi dan
disesuaikan dengan kondisi sumber air, ukuran butir pasir, keseragaman ukuran butir dan
tekanan yang dibutuhkan untuk menghasilkan kecepatan aliran air melewati saringan pasir
lambat. Jika dibutuhkan penyaringan yang lebih baik, maka tebal pasir makin tebal dan
karena makin tebal maka aliran air akan semakin lambat dan membutuhkan tekanan yang
makin tinggi sehingga ketinggian air diatas saringan juga harus semakin tinggi.

1. Persyaratan Saringan Pasir Lambat

Perencanaan SPL harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:


a) Tersedia air baku yang akan diolah dengan kekeruhan ≤ 50 mg/Liter SiO2. Jingkat
tingkat kekeruhan air bakunya tinggi, maka perlu dilenkapi dengan bak pengendapan
awal. Selain itu, kandungan oksigen terlarut ≥ 6 mg/L, jika kuran dari 6 mg/L harus
dilengkapi dengan aerator. Total koliform ≤ 500 MPM per 100 mL.
b) Tersedia pengelola instalasi saringan pasir lambat
c) Tersedia lahan untuk pembangunan/penempatan infiltrasi
A. Permeabilitas

Permeabilitas didefinisikan sebagai sifat bahan berpori yang memungkinkan aliran


rembesan dari cairan yang berupa air atau minyak mengalir lewat rongga pori. Pori-pori tanah
saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya sehingga air dapat mengalir dari titik
tinggi energi ke titik dengan energi lebih rendah. (Hardyatmo, 2003). Besarnya angka
permeabilitas ditentukan oleh porositas efektif. Permeabilitas tanah tergantung pada tekstur
dan struktur tanah, dimana kedua hal ini tergantung pada banyaknya pori-pori tanah, ukuran
sisir tanah dan liku aliran dan kelembaban dari aliran air di dalamnya. Permeabilitas tanah
akan mengontrol seberapa cepat air dapat berinfiltrasi ke dalam tanah yang akan
menyebabkan terjadinya limpasan dan erosi. Untuk mengukur kecepatan aliran air yag
melalui suatu rongga pori dipakai persamaan Darcy, yang meninjau hubungan antara
kecepatan dengan gradien hidraulik. Diberikan dengan persamaan sebagai berikut
(Hadyatmo,2006):

v=i.k

Q=i.k.A

Dimana:

v = kecepatan aliran (cm/dtk)

i = gradien hidraulik

k = koefisien permeabilitas (cm/dtk)

Q = debit rembesan (m3 /dtk)

A = luas penampang yang dialiri (m2 )

2. Metode Penelitian

Langkah – langkah dalam melakukan penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Melakukan analisa butiran pasir dengan menggunakan ayakan No. 3/8, 4, 10, 20, 40,
50, 60, 70, 120, 200.
2. Menghitung nilai ES (P10) dan Cu, di mana nilai ES yang diperoleh harus berada di
antara 0,2 – 0,4 mm dan nilai Cu berada pada 2 – 3.

3. Melakukan pengujian permeabilitas untuk mendapatkan nilai koefisien permeabilitas


(k).

4. Melakukan pengujian berat jenis pasir.

5. Melakukan pengujian untuk mendapatkan kecepatan dengan pemodelan.

6. Menghitung luasan bak saringan pasir lambat dan menentukan dimensi bak.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, Peraturan Menteri Kesehatan Indonesia Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010


Tentang persyaratan air bersih, diakses http://web.ipb.ac.id/~tml_atsp/ tanggal 2 Mei
2012.

Dio.R. 2009, Desain Saringan Pasir Lambat Pada Embung Yang Memperhatikan Kualitas
dan Kuantitas Air Bersih. Universitas Nusa Cendana, Kupang.

Hardiyatmo H.C, 2003. Mekanika Tanah I , penerbit Gramedia Pustaka Utama Jakarta.

Sasongko Dj, 1995. Teknik Sumber Daya Air. Penerbit Erlangga, Jakarta.

SNI 03-3981-2008, Perencanaan Instalasi Saringan Pasir Lambat.

SNI 03-3982-1992,Tata Cara Perawatan Instalasi Saringan Pasir Lambat.

Triatmodjo, B.1993, Hidrolika 1 dan 2. Beta Offset, Yogyakarta.

Gasperzs, R., Riupassa, H., & Mini, M. (2020). PEMBUATAN SUMUR BOR UNTUK
PENGADAAN AIR BERSIH DI KAMPUNG KOYA TENGAH DISTRIK MUARA
TAMI KOTA JAYAPURA PROVINSI PAPUA. JURNAL ABDIMAS DINAMIS:
JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT, 1(1), 37-42.

https://sumurresapan.wordpress.com/category/saringan-pasir-cepat/#:~:text=Saringan
%20Pasir%20Cepat%20(SPC)%20atau,ada%20pada%20air%20yang%20disaring.

http://bapelkescikarang.bppsdmk.kemkes.go.id/kamu/kurmod/Pengolahanairbersih/mi-4a
%20modul%20penyaringan%20air%20dengan%20metode%20saringan%20pasir
%20cepat.pdf

Puslitbang Fisika Terapan (1998), Penjernihan air, Puslitbang Fisika Terapan, Bandung.

http://bapelkescikarang.bppsdmk.kemkes.go.id/kamu/kurmod/Pengolahanairbersih/mi-4a
%20modul%20penyaringan%20air%20dengan%20metode%20saringan%20pasir
%20cepat.pdf

http://supianpdam.com/w2/wp-content/uploads/2020/02/filter2020.pdf

Kustiasih, Tuti. 2014. Instalasi Saringan Pasir Lambat. Bandung: PUSKIM.

Anda mungkin juga menyukai