Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Air merupakan salah satu sumberdaya yang sangat penting bagi makhluk
hidup. Manusia dan makhluk hidup lainnya tidak dapat hidup tanpa air. Air
dimanfaatkan oleh manusia sebagai bahan baku air minum, mencuci, mandi, dan
kebutuhan lainnya. Ketersediaan air didunia ini begitu melimpah, namun yang
dapat dikonsumsi manusia untuk keperluan air minum sangat sedikit jika
dibandingkan dengan total jumlah air yang ada. Semakin meningkatnya populasi
manusia, semakin besar pula kebutuhan air minum, sehingga ketersediaan air
bersih pun semakin berkurang.
Dengan menghadapi kenyataan bahwa tak jarang pula kita menadapati
kejadian kesulitan air, maka yang perlu kita upayakan adalah bagaimana
mengeloa air yang kita miliki yang walaupun memiliki warna yang keruh bahkan
berbau agar dapat dikonsumsi baik untuk kehidupan rumah tangga atau untuk
dikonsumsi. Ada berbagai macam cara agar kita dapat mendapatkan air yang
bersih dan dapat dikonsumsi pada kehidupan sehari hari. Misalnya saja dengan
melakukan destilasi, atau apabila dilakukan dengan cara yang sederhana yakni
dengan menggunakan saringan kain, saringan pasir, saringan kapas, aerasi, dan
lain sebagainya.
Saringan pasir ada dua macam yakni saringan pasir lambat dan saringan
pasir cepat. Sistem saringan pasir lambat merupakan teknologi pengolahan air
yang sangat sederhana dengan hasil bersih dan kualitas air yang baik. Sedangkan
sistem saringan pasir cepat merupakan proses penyaringan yang dapat
memberikan debit air yang lebih banyak dibandingkan dengan proses sistem
saringan lambat.
Proses pengolahan air tergantung pada kekeruhan. Untuk itu yang tidak
terlalu keruh, pengolahan dapat dilakukan dengan proses penyaringan sederhana,

yang dapat dilakukan secara individu maupun secara komunal. Jika kekeruhan
cukup tinggi diperlukan unit penjernih atau klarifier. Unit penjernih memerlukan
bahan kimia. Setelah melalui tangki penjernih baru kemudian disaring dengan
system saringan pasir lambat atau saringan pasir cepat tergantung kebutuhan.
Teknologi ini banyak dipakai di pedesaan, dengan kendala yang dihadapi
berupa buntunya saringan pasir. Namun demikian dengan perkembangan baru
system saringan dirubah dan proses pemeliharaan dapat menjadi lebih sederhana
dan murah. Teknologi saringan pasir lambat (SPL) yang banyak diterapkan di
Indonesia biasanya adalah Sarpalam konvensional dengan arah aliran dari atas ke
bawah (down flow). Saringan pasir lambat Up Flow ini mempunyai keunggulan
dalam hal pencucian media saringan (pasir) yang mudah, serta hasilnya sama
dengan saringan pasir konvensional.

I.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, kita dapat merumuskan masalah yaitu
sebagai berikut :
a. Apakah yang dimaksud dengan saringan pasir lambat (SPL)?
b. Bagaimanakah proses atau mekanisme kerja saringan pasir lambat (Down
flow)?
c. Bagaimanakah proses atau mekanisme kerja saringan pasir lambat (up
flow)?
d. Apa saja kelebihan dan kekurangan saringan pasir lambat (Up flow) ?
e. Apa saja faktor faktor yang mempengaruhi penyaringan ?

I.3 Tujuan Makalah


Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
a. Mengetahui definisi tentang saringan pasir lambat (SPL).

b. Mengetahui proses atau mekanisme kerja saringan pasir lambat (Down


flow)?

c. Mengetahui proses atau mekanisme kerja saringan pasir lambat (up


flow)?
d. Mengetahui kelebihan dan kekurangan saringan pasir lambat (Up Flow).
e. Mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi penyaringan.

BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Pengertian Saringan Pasir Lambat (SPL)
Saringan Pasir Lambat (SPL) alias Slow Sand Filter (SSF) sudah lama
dikenal di Eropa sejak awal tahun 1800an. Untuk memenuhi kebutuhan akan air
bersih, Saringan Pasir Lambat dapat digunakan untuk menyaring air keruh
ataupun air kotor. Saringan Pasir Lambat sangat cocok untuk memenuhi

kebutuhan akan air bersih pada komunitas skala kecil atau skala rumah tangga.
Hal ini tidak lain karena debit air bersih yang dihasilkan oleh SPL relatif kecil.
Proses penyaringan pada Saringan Pasir Lambat dilakukan secara fisika
dan biologi. Secara Fisika, partikel-partikel yang ada dalam sumber air yang
keruh atau kotor akan tertahan oleh lapisan pasir yang ada pada saringan. Secara
biologi, pada saringan akan terbentuk sebuah lapisan bakteri. Bakteri-bakteri dari
genus Pseudomonas dan Trichoderma akan tumbuh dan berkembang biak
membentuk sebuah lapisan khusus. Pada saat proses filtrasi dengan debit air
lambat (100-200 liter/jam/m2 luas permukaan saringan), patogen yang tertahan
oleh saringan akan dimusnahkan oleh bakteri-bakteri tersebut.
Sistem saringan pasir lambat Up Flow merupakan sistem saringan dimana
air baku didistribusikan ke dalam alat penyaringan dengan arah aliran air dari
bawah ke atas. Dengan sistem penyaringan dari arah bawah ke atas (Up Flow),
jika saringan telah jenuh atau buntu , dapat dilakukan pencucian balik dengan cara
membuka kran penguras. Dengan adanya pengurasan ini, air bersih yang berada
diatas lapisan pasir dapat berfungsi sebagai air pencuci media penyaring (back
wash). Dengan demikian pencucian media penyaring pada saringan pasir lambat
Up Flow tersebut dilakukan tanpa pengeluaran atau pengerukan media
penyaringnya , dan dapat dilakukan kapan saja.

II. 2 Proses atau mekanisme kerja saringan pasir lambat (Down Flow)
Filtrasi dengan metode Slow Sand Filter merupakan penyaringan partikel
yang tidak didahului oleh proses pengolahan kimiawi (koagulasi). Kecepatan
aliran dalam media pasir ini kecil karena ukuran media pasir lebih kecil. Saringan
pasir lambat lebih menyerupai penyaringan air secara alami.
Filter pasir lambat adalah filter yang mempunyai kecepatan filtrasi lambat.
Kecepatan filtrasi pada filter lambat sekitar 20 50 kali lebih lambat, yaitu sekitar
4

0,1 hingga 0,4 m/jam. Kecepatan yang lebih lambat ini disebabkan ukuran media
pasir juga lebih kecil (effective size = 0,15 0,35 mm). Filter lambat digunakan
untuk menghilangkan kandungan organic dan organism pathogen dari air baku.
Filter pasir lambat ini efektif digunakan dengan kekeruhan relatif rendah yaitu
dibawah 50 NTU tergantung distribusi ukuran partikel pasir, ratio luas permukaan
filter terhadap kedalaman dan kecepatan filtrasi.
Saringan pasir lambat bekerja dengan cara pembentukan lapisan gelatin
atau biofilm yang disebut lapisan hypogeal atau Schmutzdecke. Lapisannya
mengandung bateri, fungsi, protozoa, rotifer, dan larva serangga air.
Schmutzdecke merupakan lapisan yang melakukan pemurnian efektif dalam
pengolahan air minum. Dalam Schmutzdecke, partikel terperangkap dan organic
yang terlarut akan terabsorbsi, diserap dan dicerna oleh bakteri, fungi, dan
protozoa. Proses utama Schmutzdecke adalah mechanical straining terhadap
bahan tersuspensi dalam lapisan tipis yang berpori sangat kecil.

Langkah awal dalam pengoperasian Saringan pasir lambat yaitu pertamatama harus dilakukan dengan pengisian air dari dasar atau secara up flow dengan
air bersih. Hal ini akan mendorong keluarnya udara yang masuk melalui pori-pori
media. Kemudian operasi filtrasi dapat dimulai dan membutuhkan waktu beberapa
minggu untuk membentuk lapisan Schmutzdecke dan menghasilkan kualitas
effluent yang dapat diterima. Selama operasi air yang ada pada unit saringan pasir
lambat ini harus selalu menggenangi media pasir untuk menjaga agar organisme
yang ada pada permukaan lapisan pasir tidak mati.
5

Proses pengaliran air baku ini dilakukan secara kontinyu, sehingga


menyebabkan miokroorganisme tumbuh dengan sendirinya pada lapisan paling
atas media pasir. Pada lapisan Schmutzdecke akan terjadi proses pengurangan
partikel tersuspensi, bahan organik, dan bakteri melalui proses oksidasi biologis
maupun kimiawi.

Gambar Diagram proses system saringan pasir lambat

Air baku dialirkan ke tangki penerima, kemudian dialirkan ke bak


pengendap tanpa memakai zat kimia untuk mengendapkan kotoran yang ada
dalam air baku. Selanjutnya dilakukan penyaringan dengan saringan pasir lambat
dan kemudian dialirkan ke bak penampung air bersih.
Jika air baku dialirkan ke saringan pasir lambat, maka kotoran-kotoran yang
ada di dalamnya akan tertahan pada media pasir oleh karena adanya akumulasi
kotoran baik dari zat organik maupun anorganik pada media filternya akan
terbentuk lapisan (film) biologis. Dengan terbentuknya lapisan ini maka di
samping proses penyaringan secara fisika dapat juga menghilangkan (impuritis)
secara biokimia. Biasanya ammonia dengan konsentrasi yang rendah, zat besi,

mangan dan zat-zat yang menimbulkan bau dapat dihilangkan dengan cara ini.
Hasil dengan cara pengolahan ini mempunyai kualitas baik.
Cara ini sangat sesuai untuk pengolahan air baku yang mempunyai
kekeruhan yang rendah dan relatif tetap. Biaya operasi rendah karena proses
pengendapan biasanya tanpa bahan kimia dan proses pencucian media saring
dengan mengeruk lapisan pasir bagian atas dan dicuci dengan air bersih. Tetapi
jika kekeruhan air baku cukup tinggi, pengendapan dapat juga memakai bahan
kimia (koagulan) agar beban filter tidak terlalu berat.
Pembersihan dan Perawatan SPL
Aliran air umpan pada saringan pasir dapat dikontrol dengan baik oleh
katup inlet dan outlet yang diatur secara harian. Apabila headloss yang melalui
saringan telah mencapai nilai maksimal yang diijinkan (head 1,0 1,5 m), maka
lapisan atas media pasir harus dikeruk sekitar 1,5 2 cm dan operasional dapat
dilanjutkan kembali. Lapisan Schmutzdecke dapat berkembang kebawah hingga
ketebalan 2 cm, dan membuat kinerja saringan pasir lambat berjalan tidak
signifikan.
Pembersihan dalam saringan dilengkapi dengan sejumlah mekanisme yaitu
penyaringan, sedimentasi, flokulasi, mekanisme kimia dan fisika lainnya. Secara
umum mekanisme yang paling dominan adalah difusi dan sedimentasi. saringan
pasir lambat berjalan melalui fase pematangan selama beberapa minggu setelah
dimulai. Selama fase ini banyak microbial zoogleal atau gelatinous yang tumbuh
dengan sendirinya dilapisan atas saringan. Pada lapisan ini banyak terjadi
pembentukan partikel koloid. Setelah beberapa lama, kerusakan meningkat ke
ujung kasar dan lapisan kecil pada medium telah menimbulkan pengikisan pada
ujung atas saringan. Pertumbuhan biologis meluas ke bawah lapisan yang rusak
dan kinerja saringan tidak terganggu.
Siklus ini akan berulang-ulang, sehingga tersisa ketebalan minimum pada
medium saringan, sehingga perlu dibersihkan. Pertumbuhan biologis dalam
saringan

bisa

sangat

mempengaruhi

kinerja

saringan

dan

mekanisme

pembersihannya. Saringan pasir lambat yang beroperasi dengan baik akan

menyisihkan hampir 98 - 99,5 % dari jumlah bakteri yang terdapat dalam air baku
dimana dalam saringan sudah terbentuk suatu lapisan tipis pada permukaan pasir,
yang sudah terbentuk setelah lebih kurang selama 2 minggu. Lapisan tipis ini
disebut dengan lapisan Schmutzdecke.
Lapisan Schmutzdecke secara biologi

merupakan lapisan media yang

sangat aktif, yaitu dapat menyisihkan bahan-bahan organik tersuspensi dan


mikroorganisme dengan proses biodegradasi dan proses-proses lainnya. Lapisan
ini terdiri atas lapisan mikroba yang tumbuh dan berkembang biak. Bakteri,
protozoa dan mikroorganisme besar lainnya seperti helminthes dan materi
mengapung sangat banyak dilapisan ini. Kandungan E. Coli dalam air baku dapat
dikurangi sebesar 102 103. Kista Giardia dan Crytosporidium dapat dibersihkan
dengan tingkatan mendekati sempurna (99,9%) dalam operational saringan pasir
lambat yang sempurna. Pada lapisan Schmutzdecke ini paling banyak terjadi
penguraian atau pengurangan partikel tersuspensi, bakteri dan bahan organik.
Namun setelah beberapa lama pengoperasian headloss akan meningkat sehingga
harus dilakukan pencucian dan pengurangan lapisan Schmutzdecke pada
permukaan saringan dengan dikeruk.
Pada negara-negara beriklim tropis paling cocok menggunakan saringan
pasir lambat, dikarenakan pada iklim tropis mempunyai suhu yang hangat
sehingga akan membantu keaktifan dan keefisienan dari lapisan Schmutzdecke.
Sedangkan untuk daerah yang memiliki 4 musim filter harus ditutup untuk
menjaga pertumbuhan bakteri dan mikroba pada lapisan Schmutzdecke ini pada
musim dingin.
Kekeruhan air umpan sebaiknya kurang dari 50 NTU agar operasional
saringan tidak terganggu, akan tetapi bila nilai kekeruhan melebihi angka itu dapat
ditoleransi dengan waktu operasi yang pendek. Juga dapat dilakukan tindakan
pretreatment seperti pembersihan sedimentasi atau memperkasar ukuran saringan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam hal pengoperasian saringan
pasir lambat dengan arah aliran dari atas ke bawah antara lain yakni :

Kecepatan penyaringan harus diatur sesuai dengan kriteria perencanaan.

Jika kekeruhan air baku cukup tinggi sebaiknya kecepatan diatur sesuai
dengan kecepatan disain mimimum.

Pencucian media penyaring (pasir) pada saringan awal (pertama)


sebaiknya dilakukan minimal setelah 1 minggu operasi, sedangkan
pencucian pasir pada saringan ke dua dilakukan minimal setelah 3 - 4
minggu operasi.

Pencucian media pasir dilakukan dengan cara membuka kran penguras


pada tiap-tiap bak saringan, kemudian lumpur yang ada pada dasar bak
dapat dibersihkan dengan cara mengalirkan air baku sambil dibersihkan
dengan sapu sehingga lumpur yang mengendap dapat dikelurakan. Jika
lupur yang ada di dalam lapisan pasir belum bersih secara sempurna,
maka pencucian dapat dilakukan dengan mengalirkan air baku ke bak
saringan pasir tersebut dari bawah ke atas dengan kecepatan yang cukup
besar sampai lapisan pasir terangkat (terfluidisasi), sehingga kotoran
yang ada di dalam lapisan pasir terangkat ke atas. Selanjutnya air yang
bercampur lumpur yang ada di atas lapisan pasir dipompa keluar sampai
air yang keluar dari lapisan pasir cukup bersih.

Pencucian Media Filter

1. Pencucian media filter dilakukan apabila filter telah clogging, hal


ini

terihat

dengan kecepatan filtrasinya telah menurun. Hal ini

menandakan bahwa media filter tidak dapat lagi menampung flok-flok


pengotor yang ada, sehingga muka air media terus naik.
2. Pada saat pencucian filter akan berlangsung, maka harus dipastikan
bahwa air yagn ada dalam reaktor telah tidak ada.
3. Setelah air didalam reaktor telah habis atau berkurang maka lapisan
Schmutzdecke yang tebal dapat dikeruk. Lapisan Schmutzdecke ini
dikeruk 0.5 - 2 cm.
4. Setelah lapisan Schmutzdecke dikeruk, kemudian filter dapat
dioprasikan kembali.
II. 3 Proses atau mekanisme kerja saringan pasir lambat (Up flow).
9

Saringan pasir lambat dengan menggunakan sistem penyaringan dari bawah


keatas yang mempunyai keunggulan dalam hal pencucian media saring yang lebih
mudah dibanding dengan model saringan pasir lambat konvensional. Jika saringan
telah jenuh atau buntu, dapat dilakukan pencucian balik dengan cara membuka
kran penguras. Dengan adanya pengurasan ini, air bersih yang berada diatas
lapisan pasir dapat berfungsi sebagai air pencuci media penyaring (back wash).
Dengan demikian pencucian media penyaringan pada saringan pasir lambat Up
Flow tersebut dilakukan tanpa mengeluarkan atau mengeruk media penyaringan
dan dapat dilakukan kapan saja.
Unit pengolahan air dengan saringan pasir lambat merupakan suatu paket.
Air baku yang digunakan yakni air sungai atau air danau yang tingkat
kekeruhannya tidak terlalu tinggi.
Jika tingkat kekeruhan air bakunya cukup tinggi misalnya pada waktu
musim hujan, maka agar supaya beban saringan pasir lambat tidak telalu besar,
maka perlu dilengkapi dengan peralatan pengolahan pendahuluan misalnya bak
pengendapan awal atau saringan Up Flow dengan media berikil atau batu
pecah.
Secara umum, proses pengolahan air bersih dengan saringan pasir lambat
Up Flow sama dengan saringan pasir lambat Down Flow terdiri atas unit proses:

Bangunan penyadap

Bak Penampung / bak Penenang

Saringan Awal dengan sistem Up Flow

Saringan Pasir Lambat Utama Up Flow

Bak Air Bersih

Perpipaan, kran, sambungan dll.


Kapasitas pengolahan dapat dirancang dengan berbagai macam ukuran
sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan.
Diagram proses pengolahan serta contoh rancangan konstruksi saringan
pasir lambat Up Flow ditunjukkan pada Gambar.

10

Gambar Diagram proses pengolahan air bersih dengan teknologi saringan


pasir lambat "Up Flow" ganda.

Prosesnya yaitu air dari sungai masuk ke bangunan penyadap dan dialirkan
ke bak penenang kemudian ke bak pengendapan awal atau up flow dengan media
berikil atau batu pecah, dan pasir kwarsa/silika. Selanjutnya dialirkan ke bak
saringan pasir utama dengan arah aliran dari bawah ke atas (Up Flow). Air yang
keluar dari bak saringan pasir Up Flow tersebut merupakan air olahan dan di
alirkan ke bak penampung air bersih, selanjutnya didistribusikan ke konsumen
dengan cara gravitasi atau dengan memakai pompa.

II. 4 Kelebihan saringan pasir lambat (Up Flow) dibandingkan dengan


saringan pasir lambat (down flow)
Pengolahan air bersih menggunakan sistem saringan pasir lambat (Up
Flow) dengan arah aliran dari bawah ke atas mempunyai keuntungan antara
lain :

11

1. Tidak memerlukan bahan kimia, sehingga biaya operasinya sangat


murah.
2. Dapat menghilangkan zat besi, mangan, dan warna serta kekeruhan.
3. Dapat menghilangkan ammonia dan polutan organik, karena proses
penyaringan berjalan secara fisika dan biokimia.
4. Sangat cocok untuk daerah pedesaan dan proses pengolahan sangat
sederhana.
5. Perawatan mudah karena pencucian media penyaring (pasir)
dilakukan dengan cara membuka kran penguras, sehingga air hasil
saringan yang berada di atas lapisan pasir berfungsi sebagai air
pencuci. Dengan demikian pencucian pasir dapat dilakukan tanpa
pengerukan media pasirnya.

Teknologi saringan pasir lambat yang telah diterapkan di Indonesia


biasanya adalah saringan pasir lambat konvensional dengan arah aliran dari
atas ke bawah (down flow), namun dari pengalaman yang diperoleh ternyata
terdapat beberapa kelemahan. Adapun beberapa kelemahan dari system
saringan pasir lambat konvensional tersebut yakni antara lain :
1. Jika air bakunya mempunyai kekeruhan yang tinggi, beban filter
menjadi besar, sehingga sering terjadi kebutuan. Akibatnya selang
waktu pencucian filter menjadi pendek.
2. Kecepatan penyaringan rendah sehingga memerlukan ruangan yang
cukup luas.
3. Pencucian filter dilakukan secara manual, yakni dengan cara
mengeruk lapisan pasir bagian atas dan dicuci dengan air bersih, dan
setelah bersih dimasukkan lagi ke dalam bak saringan seperti
semula.

12

4. Karena tanpa bahan kimia maka tidak dapat digunakan untuk


menyaring air gambut.

II. 5 Faktor Faktor yang Mempengaruhi Penyaringan.


a. Susunan lapisan pasir
1. Luas permukaan lapisan pasir
Kehadiran dari suatu lapisan tipis yang disebut schmuztdecke yang
berada di permukaan lapisan pasir dan di dalamnya terdapat berbagai
macam jasad renik; zat organik akan mengisi atau menutupi celah-celah
dari pasir sekitar 0,5 sampai 2 cm dari ketebalan lapisan pasir maka
semakin banyak lapisan schmuztdecke yang akan terbentuk.
2. Ketebalan lapisan pasir
Semakin tebal lapisan pasir, semakin luas permukaan partikelpartikel dan semakin besar jarak yang harus ditempuh sehingga air yang
dihasilkan semakin baik kualitasnya. Ketebalan lapisan pasir yang
standart untuk digunakan sebagai media penyaringan adalah 50 - 60 cm.
3. Diameter butiran
Semakin kecil diameter butiran pasir menyebabkan semakin kecil
celahcelah butir pasir makin kecil, sehingga akan meningkatkan
efektifitas penahanan partikel. Ukuran efektifitas untuk diameter yang
akan digunakan dalam saringan pasir lambat antara 0,3 - 1 mm.
4. Jenis pasir
Jenis pasir yang baik adalah pasir yang mengandung senyawa
kimia SiO2 (silika oksida). Semakin tinggi kandungan SiO2 dalam pasir
akan semakin meningkatkan tingkat kekerasan pasir.
5. Lama pemakaian media saring
Bila proses pemakaian penyaringan sudah tidak lancar maka pasir
harus dicuci kembali.

13

b.

Suhu air
Temperatur air akan mempengaruhi penerimaan masyarakat akan
air tersebut dan dapat mempengaruhi pula reaksi kimia dalam
pengolahan, terutama apabila temperatur tersebut sangat tinggi.

c.

Kecepatan penyaringan
Kecepatan penyaringan akan mempengaruhi masa operasi filter,
agar masa operasi saringan dapat diperpanjang, diperlukan tekanan
pada pada lapisan pasir dengan menambah ketinggian air diatas lapisan
media saring. Kecepatan penyaringan pada saringan pasir lambat adalah
0,1-0,2 m/jam hal ini dikarenakan dalam penyaringan pasir lambat
tanpa pengolahan terlebih dahulu sehingga lama.

d.

Kualitas air baku


Jika air baku mempunyai kekeruhan yang tinggi maka harus
dilakukan proses pendahuluan sebelum dilakukan proses penyaringan.

BAB III
PENUTUP

14

III.1 Kesimpulan
Teknologi saringan pasir lambat yang banyak diterapkan di Indonesia
biasanya adalah saringan pasir lambat konvesional dengan arah aliran dari atas ke
bawah (down flow), sehingga jika kekeruhan air baku naik, terutama pada waktu
hujan, maka sering terjadi penyumbatan pada saringan pasir, ditambah lagi dengan
faktor iklim di Indonesia yakni ada musim hujan air baku yang ada mempunyai
kekeruhan yang sangat tinggi. Hal inilah yang sering menyebabkan saringan pasir
lambat yang telah dibangun kurang berfungsi dengan baik, terutama pada musim
hujan. maka perlu dilengkapi dengan peralatan pengolahan pendahuluan misalnya
bak pengendapan awal atau saringan "Up Flow" dengan media berikil atau batu
pecah, dan pasir kwarsa / silika.
Aspek yang paling menarik dari sistem saringan pasir lambat adalah
pengoperasiannya sederhana, mudah dan murah. Apabila konstruksi saringan
dirancang sesuai dengan kriteria perencanaan, maka alat ini dapat menghasilkan
hasil yang baik dan murah. Di dalam proses saringan pasir lambat ini selain terjadi
penyaringan secara fisik juga terjadi proses biokimia. Mikroorganisme yang hidup
dan menempel pada permukaan media menyaring dapat menguraikan senyawa
organik, amonium serta senyawa mikro polutan lainnya. Selain itu dengan proses
saringan pasir lambat juga dapat menurunkan zat besi dan mangan yang ada
dalam air baku.
Adapun faktor faktor yang mempengaruhi penyaringan adalah sebagai
berikut : susunan lapisan pasir (luas permukaan lapisan pasir, ketebalan lapisan
pasir, diameter butiran, Jenis pasir, dan lama pemakaian media saring), suhu air,
kecepatan penyaringan, dan juga kualitas air baku.

III.2 Saran

15

Sebelum melakukan pengolahan air sebaiknya kita mengetahui kriteria


dari air sungai tersebut, sehingga kita dapat mengetahui pengolahan saringan pasir
cepat atau saringan pasir lambat yang akan digunakan.

16

Anda mungkin juga menyukai