Anda di halaman 1dari 17

Tugas Makalah

Pencemaran Lingkungan
“Limbah Cair”

Disusun Oleh:

Kelompok 3

Adinda Rahmanita (P21345119002)

Berliana Yuni Dwi Yanti (P21345119016)

Dinda Dwi Mu’ariffah (P21345119020)

Falihah Rukmawati Jasmine (P21345119024)

Fildzah Natasya Wahyuningrum (P21345119027)

Ipan (P213451190....)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAAN JAKARTA II

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Limbah Cair” ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan kami juga
berterima kasih kepada bapak Agus Riyanto, SKM. MKM., Aris Budianto, ST, MKM.,
Wahyu Darmawan, selaku Dosen mata kuliah Pencemaran Lingkungan yang telah
memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita.Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sebelumya
kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami
memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan kedepannya.

Jakarta, Februari 2020

Kelompok 3
Daftar Isi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Limbah merupakan suatu barang (benda) sisa dari sebuah kegiatan produksi
yang tidak bermanfaat/bernilai ekonomi lagi. Limbah sendiri dari tempat asalnya bisa
beraneka ragam, ada yang limbah dari rumah tangga, limbah dari pabrik-pabrik besar
dan ada juga limbah dari suatu kegiatan tertentu. Dalam dunia masyarakat yang
semakin maju dan modern, peningkatan akan jumlah limbah semakin meningkat.
Logika yang mudah seperti ini; dahulunya manusia hanya menggunakan jeruk nipis
untuk mencuci piring, namun sekarang manusia sudah menggunakan sabun untuk
mencuci piring sehingga peningkatan akan limbah tak bisa di elakkan lagi.
Limbah telah menjadi persoalan penting di negeri ini, untuk menciptakan
negeri yang bersih dan sehat tentunya harus kita mulai dengan cara hidup bersih dan
sehat pula. Perkembangan industri yang pesat dewasa ini tidak lain karena penerapan
kemajuan teknologi oleh manusia untuk mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik,
namum di sisi lain dapat menimbulkan dampak yang justru merugikan kelangsungan
hidup manusia. Dampak tersebut harus dicegah karena keseimbangan lingkungan
dapat terganggu oleh kegiatan industri dan teknologi tersebut. Jika keseimbangan
lingkungan terganggu maka kualitas lingkungan juga berubah. Padahal kenyamanan
hidup banyak ditentukan oleh daya dukung alam atau kualitas lingkungan yang
mendukung kelangsungan hidup manusia.
Buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun
domestic atau rumah tangga disebut limbah. Dimana masyarakat bermukim, disanalah
berbagai jenis limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus atau biasa
disebut black water, dan ada air buangan dari berbagai aktivitas domEstik lainnya
disebut juga grey water. Limbah, sampah, dan kotoran yang berasal dari rumah
tangga, perusahaan, dan kendaraan merupakan masalah serius yang perlu diperhatikan
untuk menciptakan kesehatan lingkungan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud limbah cair ?
2. Apa saja parameter yang digunakan dalam limbah cair ?
3. Apa saja dampak yang terjadi terhadap lingkungan ?
4. Metode apa saja yang dilakukan dalam pemeriksaan dan pengolahan limbah
cair ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan limbah cair
2. Untuk mengetahui parameter yang digunakan
3. Untuk mengetahui dampak terhadap lingkungan
4. Untuk mengetahui metode yang dilakukan dalam pemeriksaan dan
pengolahan limbah cair
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Limbah Cair


Limbah adalah sisa dari suatu usaha atau kegiatan. Limbah berbahaya dan
beracun adalah sisa suatu usaha atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan
beracun yang karena sifat, konsentrasi, dan atau jumlahnya, baik secara langsung
maupun tidak langsung, dapat mencemarkan, merusak lingkungan hidup, atau
membahayakan lingkungan hidup manusia serta makhluk hidup (Suharto, 2010).
Limbah cair adalah bahan-bahan pencemar berbentuk cair. Air limbah adalah
air yang membawa sampah (limbah) dari rumah tinggal, bisnis, dan industri yaitu
campuran air dan padatan terlarut atau tersuspensi dapat juga merupakan air buangan
dari hasil proses yang dibuang ke dalam lingkungan. Berdasarkan sifat fisiknya
limbah dapat dikategorikan atas limbah padat, cair, dan gas. limbah cair juga adalah
bahan-bahan pencemar yang berbentuk cair. Air limbah adalah sebuah air yang
terdapat banyak sampah atau limbah dari sebuah rumah tinggal, industri, dan bisnis
yang mana campuran air dan juga padatan terlarut ataupun tersuspensi sehingga air
buangan dari hasil proses tersebut dibuang ke dalam lingkungan. Menurut sifat
fisiknya maka limbah dapat juga dikategorikan sebuah limbah yang padat, cair, dan
juga gas.
Teknologi pengolahan air limbah adalah salah satu cara agar bisa memelihara
kelestarian suatu lingkungan. Dan berbagai teknik pengolahan air limbah untuk bisa
menyisihkan bahan polutannya sudah dicoba dan juga telah dikembangkan selama ini.
Teknik-teknik dari pengolahan air buangan limbah ini telah dikembangkan secara
umum yang dapat dibagi menjadi tiga metode pengolahan, yaitu metode pengolahan
secara kimia, pengolahan secara fisika, dan juga pengolahan secara biologi.
Teknologi pengolahan air limbah adalah kunci dalam memelihara kelestarian
lingkungan. Berbagai teknik pengolahan air limbah untuk menyisihkan bahan
polutannya telah dicoba dan dikembangkan selama ini. Teknik-teknik pengolahan air
buangan yang telah dikembangkan tersebut secara umum dapat dibagi menjadi tiga
metode pengolahan, yaitu pengolahan secara fisika, pengolahan secara kimia, dan
pengolahan secara biologi (Suharto, 2010).
Limbah cair terbagi menjadi 3 jenis yaitu :
1. EKSKRETA MANUSIA
Ekskreta manusia (human excreta yang terdiri atas feses dan urine) merupakan
hasil akhir dari proses yang berlangsung dalam tubuh manusia yang menyebabkan
pemisahan dan pebuangan zat-zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh. Zat – zat
yang tidak dibutuhkan tersebut berbentuk tinja dan air seni (urine). Di tinjau dari
sudut kesahan lingkungan, kedua jenis kotoran manusia ini dapat menjadi masalah
yang sangat penting. Pembuangan tinja secara layak merupakan kebutuhan
kesehatan yang paling di utamakan. Pembuangan tinja yang tidak baik dan
sembarangan dapat mengakibatkan kontaminasi pada air, tanah, atau menjadi
sumber infeksi, dan akan mendatangkan bahaya bagi kesehatan, penyakit yang
tergolong waterborne disease akan mudah berjangkit.
Ekskreate manusia merupakan sumber infeksi dan juga merupakan penyebab
terjadinya pencemaran lingkungan. Bahaya terhadap kesehatan yang dapat
ditimbulkan akibat pembuangan kotoran secara tidak baik adalah pencemaran
tanah, pencemaran air, kontaminasi makanan, dan perkembangbiakan lalat,
adapun penyakit-penyakit yang dapat terjadi antara lai, tifoid, paratifoid, disentri,
diare, kolera, penykit cacing, hepatitis viral dan beberapa penyakit infeksi
gastrointestinal, serta infestasi parasit. Namun pembuangan kotoran manusia yang
baik merupakan hal yang mendasar bagi keserasian lingkungan. Kotoran manusia
yang sakiy atau sebagai carrier kotoran tersebut mengandung agens penyakit
yang dapat d tularkan pada penjamu baru dengan perantara lalat.
a. Komposisi tinja terdiri atas : zat padat, zat cair , zat anorganik
b. Kuantitas tinja di pengaruhi oleh beberapa faktor : keadaan setempat, faktor
fisiologi, kebudayaan, kepercayaan.
Dalam sehari, orang asia rata –rata mengeluarkan 200-400gram tinja, orang
Eropa mengeluarkan 100–150 gram tinja. Menurut Mc Donald, didaerah tropis
pengeluaran tinja berkisar antara 280-530 gram/orang/hari dan urine berkisar 600-
1,130 gram/orang/hari. Untuk mengurangi pencemaran karena tinja diperlukan
suatu cara pembuangan tinja yang memenuhi persyaratan sanitasi dan akan
memberikan manfaat secara langsung maupun tidak langsung. Manfaat langsung
adalah penurunan insidensi penyakit tifoid abdominalis, kolera, disentri basiler.
Ada pun manfaat tidak langsung adalah peningkatan kondisi kebersihan
lingkungan yang akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sehingga terjadi
penurunan insiden penyakit yang ditularkan melalui air tercemar atau penyakit
yang penyebab memiliki hubungan tidak langsung dengan air tercemar. Faktor –
faktor yang mempengaruhi transmisi penyakit dari tinja, anatar lain: agens
penyebab penyakit, reservoir, cara menghindar dari reservoir, cara transmisi dari
reservoir ke penjamu potensial, cara, penularan ke penjamu baru, penjamu yang
rentan (sensitf.). Berikut ini bebrapa faktor yang mempengaruhi ukuran jarak yang
amanan antara pembuangan kotoran manusia secara umum antara lain dibedakan
menjadi dua yaitu :
1. Metode unsewered area merupakan suatu cara pembauangan tinja yang tidak
menggunakan saluran air dan tempat pengolahan air kotor. Didalam metode
ini terdapat beberapa pilihan cara antara:
 Service type (conservansy system) : metode pengumpulan tinja dari
ember-ember khusus oleh manusia disebut service type dan kasusnya
disebut service latrines.
 Non-service type of latrines (Sanitary latrines) : di dalam sistem ini
terdapat beberapa teknik : bore hole latrine, dug well latarine, water seal
type of latrine, septic tank, aqua privy (cubluk berair), chemical closet.
 Latrines suitable for camps and temporary us : kakus ini di pakai untuk
kebutuhan sementara (perkemahan dan tempat pengungsian). Ada
beberapa jenis kakus di antaranya.: shallow trench latrine, deep trench
latrine.
2. Sewere area pada sistem limbah cair yang menerapkan water carriage system
atau sewerage system, pengumpulan dan pengangkutan eksreta dan air limbah
dari rumah, kawasan industri, dan perdagangan di lakukan melalui jaringan
pipa dibawah tanah yang disebut sewes ketempat pembuangan akhir yang
biasanya dibangun di ujung kota. Terdapat dua tipe sistem sewered areas
antara lain : sistem akombinasi dan sistem terpisah.
Cara pembuangan tinja mempergunakan sistem saluran air (water
carriage) dan pengolahan limbah (sewage treatment) merupakan perwujudan
sanitasi yang harus di penuhi dalam pembuangan tinja, persayaratan sanitasi
antara lain: tinja tidak mengotori permukaan tanah, tinja tidak mencemari air
tanah, tinja tidak mengotori air permukaan, kotoran tidak boleh terbuka agar
tidak dapat di capai lalat atau binatang, Tinja tidak menyebarkan bau busuk
dan menggu estetika. Penerapan teknologi tepat guna : penggunaan mudah,
konstuksi murah, pemeliharaan mudah. Water carriage system :
 Sistem pipa banguna ( household sanitary fittings) : water closet, urinal,
wash basin
 Saluran pipa pembangunan dari rumah (house sewers)
 Pipa pembuangan di jalan (street sewer)
 Peralatan saluran (sewers appurtenance)

2. AIR LIMBAH (SEWAGE)


Menurut Ehless dan Steel, air limbah adalah cairan buangan yang berasal dari
rumah tangga, industri, dan tempat-tempat umum dan biasanya mengandung
bahan-bahan atau zat yang dapat membahayakan kehidupan manusia serta
mengganggu kelestarian lingkungan.
1. Sumber air limbah berasal dari berbagai sumber antara lain :
 Rumah tangga : bekas cucian, bakas mandi, bekas memasak
 Perkotaan : air limbah perkantoran, perdagangan, selokan, dan tempat-
tempat ibadah.
 Industri : air limbah dari pabrik baja, tinta, cat, dan pabrik karet
2. Karakteristik air limbah:
 Karakteristik fisik : air limbah terdiri dari 99,9% air, kandungan bahan
padatnya mencapai 0,1%, dalam bentuk suspense padat ( suspended solid)
yang volumenya bervariasi antara 100-500 mg/l.
 Karakteristik kimia: air limbah bercampur dengan zat kimia anorganik
yang berasal dari air bersih dan zat oraganik dari limbah itu sendiri.
 Karakteristik bakteriologis : bakteri patogen yang terdapat dalam air
limbah biasanya termasuk golongan E.coli
3. Parameter air limbah :
 Kandungan zat padat ( total solid, suspending solid, dissolved solid,)
 Kandungan zat organic
 Kandungan zat anorganik ( P,Pb,Cd, Mg)
 Kandungan gas ( o2, N, CO2)
 Kandungan bakteri ( E.coli)
 Kandungan Ph
 Suhu.
4. Dampak pembuangan air limbah yang tidak menjalani pengolahan yang benar
tentunya dapat menimbulkan dampak yang tidak diinginkan antara lain:
 Kontaminasi dan pencemaran pada air permukaan dan badan-badan air
yang digunakan oleh menusia
 Menganggu kehidupan dalam air; mematikan hewan dan tumbuhan air
 Menimbulkan bau ( sebagai hasil dekomposisi zat anaerobic dan zat
anorganik )
 Menghasilkan lumpur yang dapat mengakibatkan pendangkalan air
sehingga terjadi penyumbatan yang dapat menimbulkan banjir.
5. Pengelolaan air limbah sebelum dilepas ke pembuangan air harus menjalani
pengolahan terlebih dahulu. Tujuan dari pengelolaan air limbah antara lain :
 Mencegah pencemaran pada sumber air rumah tangga
 Melindungi hewan dan tanaman yang hidup di dalam air
 Menghilangkan tempat berkembang biaknya bibit dan vektor penyakit.
6. Sistem pengelolaan air limbah yang diterapkan harus memenuhi persyaratan :
 Tidak mengakibatkan kontaminasi terhadap sumber –sumber air min
 Tidak mengakibatkan pencemaran air permukaan
 Tidak menimbulkan pencemaran pada flora dan fauna yang hidup di air di
dalam penggunaanya sehari-hari
 Tidak dihinggapo oleh vektor atau serangga yang menyebabkan penyakit
 Tidak terbuka dan harus tertutup
 Tidak menimbulkan bau atau aroma tidak sedap
7. Adapun metode yang digunakan untuk mengelolah air limbah anataranya:
 Pengenceran ( disposal by dilution )
 Cesspool
 Sumur resapan ( seepage pit )
 Septic tank
 Sistem riool ( Sewage )
8. cara lain pengolahan air limbah :
 Dilution ( pengenceran
 Irrigation
 Self purification (kolam oksidasi)
 Pengolahan air limbah secara primer dan sekunder
 Purifikasi air limbah
3. LIMBAH INDUSTRI
Limbah industry ( industrial waste ) yang berbentuk cair dapat berasal dari
pabrik yang biasanya banyak menggunakan air pada proses produksinya, limbah
cair juga dapat berasal dari bahan baku yang mengandung air sehingga didalam
proses pengolahanny, air harus dibuang.
1. Sifat-sifat limbah cair
a. Karakteristik fisik :
 Padat berasal dari bahan organik maupun anorganik baik yang larut,
mengendap maupun yang berbentuk suspensi.
 Kekeruhan menunjukan sifat optis air yang menyebabkan pembiasan
cahaya kedalam air
 Bau timbul karena adanya kegiatan mikroorganisme yang
menguraikan zat organic untuk menghasilkan gas tertentu. Bau timbul
karena reaksi kimia yang menimbulkan gas.
 Temperatur air akan memengaruhi badan penerima apabila terdapat
perbedaan suhu yang cukup besar. Temperature juga dapat
memengaruhi kecepatan reaksi kimia serta tata kehidupan dalam air.
 Daya hantar gas listrik merupakan kemampuan air untuk mengalirkan
arus listrik, yang tercermin dari kadar padatan total dalam air dan suhu
pada pengukuran
 Warna timbul akibat terdapatnya suatu bahan terlarut atau tersuspensi
dalam air, selain bahan pewarna tertentu yang mengandung logam
berat Karakteristik kimia.
b. Bahan kimia organik
 Karbohidrat dan protein, minyak dan lemak , pestisida, fenol ,zat
warna dan surfakan
 Bahan kimia anorganik : Klorida, fosfor, logam berat dan bercun,
nitrogen, dan sulful
 Karakteristik biologi : Virus
2. Pengeloaan Limbah Cair Industri
Pengeloaan limbah cair industri dapat dibagi menjadi dua, pengeloaan
menurut tingkat perlakuan dan pengolahan menurut karakteristiknya.
a. Pengeloaan Berdasarkan Tingkat Perlakuan
Pengeloaan limbah dapat di golongkan menjadi 5 tingkatan, namun
tidak berarti semua tingkatan harus dilalui karena pilihan tingkatan proses
tetap bergantung pada kondisi limbah yang diketahui dari hasil
pemeriksaan laboratorium. Dengan mengetahui jenis – jenis parameter
dalam limbah , dapat di tetapkan jenis peralatan yang dibutuhkan. Berikut
beberapa tahapan pengelolaan air limbah :
 Prapengolahan ( pretreatment ) : Pada tahap ini, saringan kasar yang
tidak mudah berkarat dan berukuran kurang lebih 30 X 30 cm untuk
debit air 100m persegi/ jam sudah cukup baik. Untuk mendapatkan
hasil yang lebih baik, saringan dapat dipasang secara seri dua atau tiga
saringan.
 Pengolahan primer (primary treatmen) : Pada tahap ini dilakukan
penyaringan terhadap padatan halus atau zat warna terlarut maupun
tersuspensi yang tidak terjaring pada penyaringan terdahulu.
Pengolahan secara kimia dilakukan dengan cara mengendapkan bahan
padat melalui penambahan zat kimia. Pengolaan secara fisika
dilakukan melalui pengendapan maupun pengapungan yang
ditunjukan untuk bahan kasar yang terkandung dalam air limbah.
 Pengolahan sekunder ( secondary treatment ):Tahap ini melibatkan
proses biologi yang bertujuan untuk menghilangkan bahan bahan
organik melalui proses oksidasi biokimia.
 Pengolahan tersier ( tertiary treatment ): Merupakan tahap pengolahan
tingkat lanjut yang ditujukan terutama untuk menghilangkan senyawa
organic maupun anorganik.
b. Pengolahan berdasarkan karakteristik
 Proses fisik: penghancuran, peratanan air, penggumpalan,sedimentasi
pengapungan ,filtrasi
 Proses kimia : pengendapan dengan bahan kimia, pengolahan dengan
lagoon atau kolam, netralisasi, penggumpalan atau koagulasi,
sedimantasi, oksidasi dan reduksi, klorinasi, penghilangan klor,
pembuangan fenol , pembuangan sulfur
 Proses biologis : kolam oksidasi, lumpur aktif, trickling filter,
fakultatif
 Proses fisika kimia biologi
 Pengolahan tingkat lanjut

2.2 Parameter Limbah Cair


Berikut beberapa parameter yang dapat digunakan berkaitan dengan air

limbah :

1) Kandungan zat padat (total solid, suspending solid, disolved solid)


2) Kandungan zat organik
3) Kandungan zat anorganik (mis. P, Pb, Cd, Mg)
4) Kandungan gas (mis. O2, N, CO2)
5) Kandungan bakteri (mis. E. Coli)
6) Kandungan pH
7) Suhu

Berikut beberapa parameter yang digunakan untuk mengukur kandungan


oksigen dalam air limbah.
a. Chemical Oxygen Demand Chemical Oxygen Demand adalah jumlah oksigen
yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan organik yang terdapat di
dalam air secara sempurna.
b. Biochemical Oxygen Demand Boichemical Oxygen Demand adalah jumlah
oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk melakukan proses dekomposisi
aerobik terhadap bahan organik dari larutan, di bawah kondisi suhu tertentu
(umumnya 200 C) dan waktu tertentu (umumnya 5 hari). Hasil pengukuran
BOD dinyatakan dalam mg/L. Kebutuhan BOD bervariasi antara 100-300
mg/L. Apabila hasil pengukuran menunjukkan angka lebih dari 300 mg/L,
BOD dikatakan kuat, sedangkan bila kurang dari 100 mg/L disebut lemah
2.3 Dampak Terhadap Lingkungan

Berikut beberapa dampak yang muncul akibat kurangnya penanganan limbah


secara tepat:
1. Dampak bagi lingkungan
 Limbah cair yang masuk ke sungai dapat membuat pencemaran pada air
yang mengandung banyak virus penyakit.
 Ikan dan berbagai organisme air dapat mati atau bahkan punah. Hal ini
nantinya akan menyebabkan masalah pada ekosistem.
 Limbah rumah tangga yang dibuang ke sungai dapat menyebabkan
terjadinya banjir jika hujan turun dengan intensitas tinggi. Hal ini akan
memberikan dampak buruk terhadap jalan, jembatan, tol dan berbagai
infrastruktur lainnya.
 Pengolahan limbah yang kurang baik juga akan menyebabkan lingkungan
kurang nyaman ditinggali karena bau tidak sedap serta tumpukan sampah
yang tersebar dimana-mana.
 Limbah cair yang dibuang kedalam air dapat menghasilkan asam organik
dan gas cair organik seperti metana yang dapat membahayakan.
 Limbah industri cair yang mengandung logam, minyak, toksin organic dan
zat lainnya dapat mengurangi kandungan oksigen dalam air sehingga
mengganggu ekosistem dalam air.
 Limbah Industri Pangan Contohnya limbah industri tahu, tempe, tapioka,
industri hasil laut, dan industri pangan lainnya, dapat menimbulkan bau
yang menyengat dan polusi berat pada air, bila pembuangannya tidak
diberi perlakuan yang tepat. Air buangan (efluen) atau limbah buangan
dari pengolahan pangan dengan Biological Oxygen Demand ( BOD) tinggi
dan mengandung polutan seperti tanah, larutan alkohol, panas, dan
insektisida. Apabila efluen dibuang langsung ke suatu perairan akibatnya
menganggu seluruh keseimbangan ekologik dan bahkan dapat
menyebabkan kematian ikan dan biota perairan lainnya.
 Limbah Industri Kimia dan Bahan Bangunan
Industri kimia seperti alkohol, dalam proses pembuatannya membutuhkan
air sangat besar, mengakibatkan pula besarnya limbah cair yang
dikeluarkan ke lingkungan sekitarnya. Sebab di dalamnya terkandung
mikroorganisme, senyawa organik dan anorganik baik terlarut maupun
tersuspensi serta senyawa tambahan mengandung bahan beracun
berbahaya (B3) yang mencemari air dan udara.
 Limbah Industri Sandang Kulit dan Lainnya
Sektor sandang dan kulit, seperti pencucian batik, batik printing,
penyamakan kulit, dapat mengakibatkan pencemaran karena dalam proses
pencucian memerlukan air yang sangat besar sebagai mediumnya. Proses
ini menimbulkan air buangan (bekas proses) yang besar dan mengandung
sisa-sisa warna. BOD tinggi, kadar minyak tinggi, dan beracun
(mengandung limbah B3 yang tinggi.
 Limbah Industri Logam dan Elektronika
Walaupun industri baja/logam tidak menggunakan larutan kimia, tetapi
industri ini mencemari air karena buangannya dapat mengandung minyak
pelumas dan asam-asam yang berasal dari proses pickling untuk
membersihkan bahan plat, sedangkan bahan buangan padat dapat
dimanfaatkan kembali.
2.4 Metode Pemeriksaan dan Pengolahan Air limbah
Metode dan tahapan proses pengolahan limbah cair yang telah dikembangkan
sangat beragam. Limbah cair dengan kandungan polutan yang berbeda kemungkinan
akan membutuhkan proses pengolahan yang berbeda pula. Proses- proses pengolahan
tersebut dapat diaplikasikan secara keseluruhan, berupa kombinasi beberapa proses
atau hanya salah satu.
a. Pengolahan Primer (Primary Treatment)
Tahap pengolahan primer limbah cair sebagian besar adalah berupa proses
pengolahan secara fisika.
 Penyaringa (Screening)
Pertama, limbah yang mengalir melalui saluran pembuangan disaring
menggunakan jeruji saring. Metode ini disebut penyaringan. Metode
penyaringan merupakan cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan
bahan-bahan padat berukuran besar dari air limbah.
 Pengolahan Awal (Pretreatment)
Kedua, limbah yang telah disaring kemudian disalurkan kesuatu tangki
atau bak yang berfungsi untuk memisahkan pasir dan partikel padat teruspensi
lain yang berukuran relatif besar. Tangki ini dalam bahasa inggris disebut grit
chamber dan cara kerjanya adalah dengan memperlambat aliran limbah
sehingga partikel – partikel pasir jatuh ke dasar tangki sementara air limbah
terus dialirkan untuk proses selanjutnya.

 Pengendapan
Setelah melalui tahap pengolahan awal, limbah cair akan dialirkan ke
tangki atau bak pengendapan. Metode pengendapan adalah metode
pengolahan utama dan yang paling banyak digunakan pada proses pengolahan
primer limbah cair. Di tangki pengendapan, limbah cair didiamkan agar
partikel – partikel padat yang tersuspensi dalam air limbah dapat mengendap
ke dasar tangki. Enadapn partikel tersebut akan membentuk lumpur yang
kemudian akan dipisahkan dari air limbah ke saluran lain untuk diolah lebih
lanjut. Selain metode pengendapan, dikenal juga metode pengapungan
(Floation).
 Pengapungan (Floation)
Metode ini efektif digunakan untuk menyingkirkan polutan berupa
minyak atau lemak. Proses pengapungan dilakukan dengan menggunakan alat
yang dapat menghasilkan gelembung- gelembung udara berukuran kecil (± 30
– 120 mikron). Gelembung udara tersebut akan membawa partikel –partikel
minyak dan lemak ke permukaan air limbah sehingga kemudian dapat
disingkirkan.

Bila limbah cair hanya mengandung polutan yang telah dapat


disingkirkan melalui proses pengolahan primer, maka limbah cair yang telah
mengalami proses pengolahan primer tersebut dapat langsung dibuang
kelingkungan (perairan). Namun, bila limbah tersebut juga mengandung
polutan yang lain yang sulit dihilangkan melalui proses tersebut, misalnya
agen penyebab penyakit atau senyawa organik dan anorganik terlarut, maka
limbah tersebut perlu disalurkan ke proses pengolahan selanjutnya.
b. Pengolahan Sekunder (Secondary Treatment)
Tahap pengolahan sekunder merupakan proses pengolahan secara biologis,
yaitu dengan melibatkan mikroorganisme yang dapat mengurai/ mendegradasi
bahan organik. Mikroorganisme yang digunakan umumnya adalah bakteri aerob.

Terdapat tiga metode pengolahan secara biologis yang umum digunakan


yaitu metode penyaringan dengan tetesan (trickling filter), metode lumpur aktif
(activated sludge), dan metode kolam perlakuan (treatment ponds / lagoons) .

 Metode Trickling Filter


Pada metode ini, bakteri aerob yang digunakan untuk mendegradasi
bahan organik melekat dan tumbuh pada suatu lapisan media kasar, biasanya
berupa serpihan batu atau plastik, dengan dengan ketebalan ± 1 – 3 m. limbah
cair kemudian disemprotkan ke permukaan media dan dibiarkan merembes
melewati media tersebut. Selama proses perembesan, bahan organik yang
terkandung dalam limbah akan didegradasi oleh bakteri aerob. Setelah
merembes sampai ke dasar lapisan media, limbah akan menetes ke suatu
wadah penampung dan kemudian disalurkan ke tangki pengendapan.
Dalam tangki pengendapan, limbah kembali mengalami proses
pengendapan untuk memisahkan partikel padat tersuspensi dan
mikroorganisme dari air limbah. Endapan yang terbentuk akan mengalami
proses pengolahan limbah lebih lanjut, sedangkan air limbah akan dibuang ke
lingkungan atau disalurkan ke proses pengolahan selanjutnya jika masih
diperlukan
 Metode Activated Sludge
Pada metode activated sludge atau lumpur aktif, limbah cair disalurkan
ke sebuah tangki dan didalamnya limbah dicampur dengan lumpur yang kaya
akan bakteri aerob. Proses degradasi berlangsung didalam tangki tersebut
selama beberapa jam, dibantu dengan pemberian gelembung udara aerasi
(pemberian oksigen). Aerasi dapat mempercepat kerja bakteri dalam
mendegradasi limbah. Selanjutnya, limbah disalurkan ke tangki pengendapan
untuk mengalami proses pengendapan, sementara lumpur yang mengandung
bakteri disalurkan kembali ke tangki aerasi. Seperti pada metode trickling
filter, limbah yang telah melalui proses ini dapat dibuang ke lingkungan atau
diproses lebih lanjut jika masih dperlukan.
 Metode Treatment ponds/ Lagoons
Metode treatment ponds/lagoons atau kolam perlakuan merupakan
metode yang murah namun prosesnya berlangsung relatif lambat. Pada metode
ini, limbah cair ditempatkan dalam kolam-kolam terbuka. Algae yang tumbuh
dipermukaan kolam akan berfotosintesis menghasilkan oksigen. Oksigen
tersebut kemudian digunakan oleh bakteri aero untuk proses
penguraian/degradasi bahan organik dalam limbah. Pada metode ini, terkadang
kolam juga diaerasi. Selama proses degradasi di kolam, limbah juga akan
mengalami proses pengendapan. Setelah limbah terdegradasi dan terbentuk
endapan didasar kolam, air limbah dapat disalurka untuk dibuang ke
lingkungan atau diolah lebih lanjut.
c. Pengolahan Tersier (Tertiary Treatment)
Pengolahan tersier dilakukan jika setelah pengolahan primer dan sekunder
masih terdapat zat tertentu dalam limbah cair yang dapat berbahaya bagi
lingkungan atau masyarakat. Pengolahan tersier bersifat khusus, artinya
pengolahan ini disesuaikan dengan kandungan zat yang tersisa dalam limbah cair /
air limbah. Umunya zat yang tidak dapat dihilangkan sepenuhnya melalui proses
pengolahan primer maupun sekunder adalah zat-zat anorganik terlarut, seperti
nitrat, fosfat, dan garam- garaman.
Pengolahan tersier sering disebut juga pengolahan lanjutan (advanced
treatment). Pengolahan ini meliputi berbagai rangkaian proses kimia dan fisika.
Contoh metode pengolahan tersier yang dapat digunakan adalah metode saringan
pasir, saringan multimedia, precoal filter, microstaining, vacum filter, penyerapan
dengan karbon aktif, pengurangan besi dan mangan, dan osmosis bolak-balik.
Metode pengolahan tersier jarang diaplikasikan pada fasilitas pengolahan
limbah. Hal ini disebabkan biaya yang diperlukan untuk melakukan proses
pengolahan tersier cenderung tinggi sehingga tidak ekonomis

d. Desinfeksi (Desinfection)

Desinfeksi atau pembunuhan kuman bertujuan untuk membunuh atau


mengurangi mikroorganisme patogen yang ada dalam limbah cair. Meknisme
desinfeksi dapat secara kimia, yaitu dengan menambahkan senyawa/zat tertentu,
atau dengan perlakuan fisik. Dalam menentukan senyawa untuk membunuh
mikroorganisme, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu

 Daya racun zat


 Waktu kontak yang diperlukan
 Efektivitas zat
 Kadar dosis yang digunakan
 Tidak boleh bersifat toksik terhadap manusia dan hewan
 Tahan terhadap air
 Biayanya murah

Contoh mekanisme desinfeksi pada limbah cair adalah penambahan klorin


(klorinasi), penyinaran dengan ultraviolet(UV), atau dengan ozon (Oз).Proses
desinfeksi pada limbah cair biasanya dilakukan setelah proses pengolahan limbah
selesai, yaitu setelah pengolahan primer, sekunder atau tersier, sebelum limbah
dibuang ke lingkungan.

e. Pengolahan Lumpur (Slude Treatment)


Setiap tahap pengolahan limbah cair, baik primer, sekunder, maupun tersier,
akan menghasilkan endapan polutan berupa lumpur. Lumpur tersebut tidak dapat
dibuang secara langsung, melainkan pelu diolah lebih lanjut. Endapan lumpur
hasil pengolahan limbah biasanya akan diolah dengan cara diurai/dicerna secara
aerob (anaerob digestion), kemudian disalurkan ke beberapa alternatif, yaitu
dibuang ke laut atau ke lahan pembuangan (landfill), dijadikan pupuk kompos,
atau dibakar (incinerated).

Metode pemeriksaan limbah cair

1. Mengetahui karakteristik kualitas limbah cair yang dihasilkan.


2. Membandingkan kualitas limbah cair dengan baku mutu kualitas limbah industri,
dan menentukan beban pencemaran menurut
Kep.No.51/MENLH/10/1995.UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3. Menilai efektivitas intalansi pengolahan limbah industry yang dioperasikan.
Memprediksi pengaruh yang mungkin ditimbulkan oleh limbah cair tersebut
terhadap komponen lingkungan lainnya ( Effendi, 2003 ).
DAFTAR PUSTAKA

https://nebraska.co.id/blog/view/dampak-limbah-terhadap-lingkungan-sekitar
http://www.idwa.or.id/dampak-air-limbah-industri/
http://jakartapedia.bpadjakarta.net/index.php/Air_Limbah_Industri

Anda mungkin juga menyukai